Anda di halaman 1dari 32

BAB II

LANDASAN TEORI
A. Metode Montessori
1. Pengertian Metode Montessori
Metode montessori Dalam bukunya yang berjudul “Metode Montessori
Panduan Wajib Untuk Guru Dan Orang Tua Didik PAUD (Pendidikan Anak Usia
Dini)”, bahwa metode montessori adalah metode yang berfokus pada periode
sensitif dibidang antropologi, psikologi dan pedagogi, mengasumsi tentang
pertumbuhan, perkembangan dan pendidikkan anak, juga konsep tentang watak
alami anak sebagai seorang pembelajar. Metode ini merupakan metode
perkembangan anak usia dini yang di cetuskan oleh Dr. Maria Montessori,
berdasarkan pada teori perkembangan anak dari Dr. Maria Montessori, seorang
pendidik, dokter, dan psikolog dari Italia di akhir abad 19 dan awal abad 20.
Metode montessoripun mampu di terapkan oleh seluruh orang tua di rumah, dan
terutama di pra sekolah dan sekolah dasar, walupun ada juga penerapannya
sampai jenjang pendidikan menengah. Meski metode montessori adalah metode
pendidikan, namun meode ini merupakan metode yang meliliki tujuan yang sama
seperti bimbingan dan konseling pada anak usia dini. Menurut montessori pada
bukunya yang berjudul metode pengajaran montessori tingkat dasar: aktivitas
belajar untuk tingkat dasar (2016) bahwa orang dewasa berperan sebagai
pembimbing. Orang dewasa disini dimaksudkan pada orang tua dan pembimbing
di sekolah atau biasa disebut guru. Karena pada sekolah usia dini, guru tidak bisa
disebut sebagai guru, karena memiliki 3 peran, sebagai fasilitator, pengamat dan
pengurus. Montessori menyebut 3 peran orang dewasa tersebut sebagai
“pembimbing” yang akan menuntun anak ke arah yang lebih jelas dalam
pembentukan perkembangannya. Terutama perkembangan kogntif yang akan di
teliti dalam penelitian ini yaitu perkembangan kognitif, yang akan di jelaskan di
sub-sub selanjutnya.
Terkait erat dengan penggunaan metode ilmiah, montessori menggunakan
pengamatan (observasi) klinis dan psikologis. Dalam perjalanan belajarnya di
kedokteran, Maria Montessori telah mempelajari secara klinis bagaimana
mengobservasi pasien-pasien untuk mendiagnosis penyakit, meresepkan
penanganan dan mendokumentasi pemuliahan.
Pengamatan pertama dari montessori adalah pada anak-anak yang
mengalami gangguan mental, setelah berhasil lalu montessori mencoba
metodenya kepada anak-anak normal, ternyata berhasil untuk membentuk
perkembangan anak, dari seluruh aspek perkembangan mampu teroptimalkan.1
Dapat disimpulkan bahwa metode montessori merupakan suatu cara dan
montessori adalah nama dari seorang dokter perempuan yang mendirikan teori
perkembangan anak yang bernama Maria Montessori, oleh karena itu teorinya
dinamai metode montessori. Metode montessori digunakan untuk membantu dan
memfasilitasi anak dalam proses perkembangannya.
2. Sejarah Montessori
Maria Montessori lahir pada 31 Agustus 1870, di Chiaravalle, kota bukit
dengan pemandangan Laut Adriatik, di profinsi Acona-Italia. Dia adalah anak
tunggal dari Alessandro montessori dan Renilde Stoppani. Alessandro montessori
adalah seorang manajer bisnis di perusahan monopili tembakau milik negara dan
Renilde Stoppani adalah perempuan berpendidikan dari sebuah keluarga
terpandang.
Maria Montessori lahir sepuluh tahun setelah unifikasi Italia, dibawah
majelis Savoy. Sebagai hasil dari Risorgimento, yang dipimpin oleh Camillo
Cavour, seorang negarawan liberal, dan Giuseppe Garai-baldi, seorang patriot
yang bersemangat, negara-negara dan kerajaan-kerajaan kecil di semenanjung
Italia akhirnya bersatu sebagai satu negara pada 1871.2
Orang tua Maria memantau secara seksama penddikan putri mereka itu.
Ayahnya yang mengakui kemampuan akademis dari putrinya itu, mendorongnya
mendalami matematika. Meskipun ayahnya terkadang menghambat keputusan-
keputusan karier dari Maria yang tidak umum, ibunya secara umum mendukung
keputusan-keputusan Maria. Pada usia dua belas Maria memperlihatkan
independensinya yang khas dengan menyatakan keinginannya untuk memasuki
sekolah menengah teknik.

1
Maria Montessori. Metode Montessori. Hlm 69-70
2
Maria Montessori. Rahasia Masa Kanak-Kanak. Terj Ahmad Lintang L. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Hlm 1
Pada 1883, Maria Montessori yang berusia tiga belas tahun diterima di
sekolah teknik negeri. Montessori lulus dari sekolah teknik pada tahun 1886
dengan nilai-nilai yang tinggi pada mata-mata pelajaran yang diikutinya dengan
nilai kumulatif akhir 137 dari nilai maksimal 150.3 Kemudian ia melanjutkan
sekolahnya di universitas kedokteran, yang pada zamannya dokter hanya
didominasi oleh laki-laki. Tetapi Montessori menentang pandangan tersebut.
Maka ia adalah perempuan satu-satunya yang berada di sekolah kedokteran
tersebut, bahkan ia tidak disukai oleh teman-temannya, sampai pada akhirnya ia
bertekad untuk menjadi mahasiswa yang terbaik di sekolahnya, yaitu meraih
kesarjanaan di bidang patologi klinik dan kedokteran tahun 1896 dengan hasil
terbaik.
Setelah lulus, ia bekerja di klinik Ortofrenik di Roma, menangani pasien
yang terkena penyakit saraf dan mental. Di sanalah dia kemudian tertarik pada
masalah anak-anak dan setelah mempelajari karya tentang penanganan terhadap
orang-orang cacat oleh Itard dan Seguin dan menghabiskan beberapa waktu di
Klinik Bourneville di Paris, seiring dengan kerja medisnya, mencoba mendidik
anak-anak ini, setelah beberapa waktu, dia sampai pada kesimpulan bahwa anak-
anak cacat terebut dapat diikutsertakan pada ujian untuk anak-anak normal di
Roma. Ketika mereka berhasil lulus dalam ujian-ujian ini, Montessori melihat
keajaiban yang sangat penting. Kemudian ia mulai melihat bahwasannya terdapat
sebuah rahasia dalam diri seorang anak yang selama ini tidak di ketahui, sebuah
kunci menuju potensi yang tersembunyi. Jika anak-anak yang dianggap cacat saja
dapat mendekati anak normal, lalu apakah persoalan dalam pendidikan anak
normal sehingga mereka tidak dapat hasil-hasil yang lebih baik? Hanya beberapa
tahun kemudian ia telah memperolah sebuah kesempatan untuk bekerja dengan
anaka-anak normal dan kemudian, pada 1907, dibuktikan “cassa dei Bambina”
atau “Rumah Anak-Anak” yang pertama di San Lorenzo di Roma.
6 Januari 1907, di sebuah sudut kota Roma yang terkenal dengan
kejahatan, kebodohan, kebuta hurufan dan kemiskinan dari para penduduknya,
dimulai sebuah kerja yang kemudian menyebar keseluruh dunia.4 yaitu

3
Maria Montessori. Metode Montessori Panduan Wajib Untuk Guru Dan Orang Tua Didik PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini) Trjmh Ahmad Lintang Lazuardi. Yogyakarta. Hlm 5-6
4
Maria Montessori. Rahasia Masa Kanak-Kanak. Hlm xv
kebangkitan dan kemajuan children house yang ia dirikan untuk anak-anak
terlantar, anak-anak cacat tersebut.
Walaupun ada beberapa kritik mengenai system ini, tetapi Montessori
tetap mengembangkan model ini berdasarkan perkembangan psikologi anak dan
pendekatan pendidikan anak dari usia 0-3, 3-6 dan 6-12 tahun.
Sekarang sekolah-sekolah Montessori menyebar di banyak negara di
seluruh dunia. Metode Montessori telah bangkit kembali di Amerika dan
Montessori telah memperoleh banyak perhatian, baik yang setuju maupun yang
tidak setuju, yang tertarik maupun yang skeptis, di banyak wilayah Amerika.
Tetapi seiring dengan ketertarikan yang murni dan dipadukan dengan keinginan
yang nyata untuk mengetahui, terdapat banyak kebingungan, ketidakpastian dan
kesalahpahaman dengan apa sebenarnya nilai dari kerja Maria Montessori bagi
Amerika dan umat manusia sekarang ini.5
Montessori menghadapi penentangan dari para pendukung metode-metode
pendidikan Ortodoks menganggap sistem yang dibawa Montessori mendorong
kebebasan untuk bergerak, sebagai merusak disiplin, tetapi Montessori mendapat
dukungan dari para reformer yang antusisas. Dari tahun1900 sampai tahun 1907
Maria Montessori mengajar antropologi pendidikan di Universitas Roma dan pada
1922 Montessori ditunjuk oleh pemerintah menjadi inspektur sekolah-sekolah di
Italia. montessori menulis lebih dari enam buku tentang pembelajaran dan
perkembangan anak-anak dan sistem pendidikan yang Montessori kembangkan
menggunakan nama Montessorinya sendiri.
Tahun-tahun selanjutnya mengurus kursus-kursus pelatihan di Spanyol,
India, Inggris, dan Belanda. Montessori meninggal di Noordwijk, Belanda pada
06 Mei 1952 di usianya yang ke 81 tahun. Setelah kematiannya, anak laki-Iakinya
Mario Montessori menggantikannya sebagai direksi Association Montessori
International dengan kantor pusat di Amsterdam.6
3. Prinsip-Prinsip Metode Montessori
Maria Montessori memiliki prinsip dasar mengenai metode montessori ini,
yang sangat memfokuskan anak sebagai childern center dan orang dewasa sebagai
pembimbing. Terdapat 4 prinsip dasar metode montessori, diantaranya:
5
Maria Montessori. Rahasia Masa Kanak-Kanak. hlm xv-xvi
6
Maria Montessori. Rahasia Masa Kanak-Kanak.. hlm 315-316
a) Kebebasan
Metotode montessori dilandaskan pada kebebasan, yaitu kebebasan yang
disiplin, bebas tetapi disiplin. Kebebasan yang sepertinya belum dipahami dengan
baik di seluruh dunia, pada dasarnya manusia memiliki kekuatan untuk merasakan
naluri esensi dari kebebasan ini. Seperti halnya seekor burung yang terbang bebas
di udara untuk mencari makan, seekor burung akan lebih senang di luar bebas,
dibandingkan ketika seekor burung berada disangkar dan di beri makan oleh
manusia, karena keberadaannya di sangkar tidaklah suatu hal membahagiakan,
justru akan membuatnya merasa terpenjara dan besar kemungkinan akan terjadi
kematian. Dalam konteks anak, kebebasan disini adalah kebutuhan untuk
menyempurnakan gerakan-gerakan yang lebih kompleks yang membutuhkan
organisasi otot lebih baik.7 Maka, kebebasan apa saja yang harus diberikan
pembimbing kepada anak dalam lingkungan, yaitu:
1. Kebebasan Bergerak
Anak diberi kebebasan untuk bergerak kemana saja baik di dalam ruangan
maupun dilingkungan luar
2. Kebebasan Memilih
Anak bebas untuk memilih aktifitasnya sendiri dalam kelas
3. Kebebasan Berbicara
Anak bebas berbicara dengan siapapun yang ia mau
4. Kebebasan untuk Tumbuh
Anak memiliki kebebasan untuk tumbuh dan mengembangakan
kemampuan mental dalam lingkungannya
5. Bebas untuk Menyayangi dan di Sayangi
6. Bebas dari Bahaya
Anak diberi pengetahuan melalui pelatihan, bagaimana membawa barang
mainan dengan cara yang benar, yang jika tidak demikian, maka akan
membahayakan dirinya.
7. Bebas dari Persaingan
Tidak ada kompetisi, hadiah atau hukuman dalam metode montessori.
Keberhasilan anak tidak dinilai menurut sudut pandang orang dewasa.

7
Maria Montessori. Metode Montessori. Hlm 407-410
Motivasi instrinsik merekalah yang mendorong dirinya untuk melakukan
aktifitas terbaik. Kepuasan mereka adalah berhasilnya kegiatan yang sudah
terselesaikan secara tuntas.
8. Bebas dari Tekanan
Anak tidak dipaksa untuk melakukan hal yang tidak disukainya, atau suatu
hal yang belum sesuai dengan usianya, anak diberi tugas sesuai
perkembangan diri dan kecepatan dirinya. Anak tidak diharuskan dapat
mencapai sesuatu dengan sempurana dan tidak diharuskan untuk mncapai
sesuatu yang disamakan dengan teman lainnya.8 Meskipun anak diberi
kebebasan, namun ada batasan, ataupun arahan dalam pemberian aktivitas
pada anak, diantaranya sebagai berikut:
a. Anak bebas untuk melakukan aktivitas apapun selagi tidak melanggar
dan merampas hak orang lain, anak harus bisa menghormati orang
lain.
b. Mengormati barang mainan atau alat peraga. Anak dapat melakukan
alat peraga sejauh untuk melakukan aktivitas yang terpenting tidak
merusak barang/alat perga yang sudah disediakan, anak seyogyanya
bisa menjaga alat perga tersebut, namun tetap atas dasar pengawasan
dan bimbingan dari orang dewasa.
c. Menghormati lingkungan, baik lingkungan sosial maupun lingkungan
alam. Anak di bimbing untuk saling menyayangi sesama temannya,
menghormati pembimbing, orang tua dan orang-orang disekitarnya
dengan berlaku sopan dan penuh penghargaan. Intinya anak diarhkan
untuk dapat memperlakukan sebua objek dengan penuh kasih sayang,
perhatian dan penghargaan.
d. Menghormati diri sendiri, anak diarahkan dapat menghormati dirinya,
tidak hanya menghormati lingkungan eksternalnya, yaitu dengan
dirahkan bahwa setiap diri individu harus menjaga diri dengan baik,

8
Preschool Dengan Metode Montessori.
http://www.uniquegrowingmind.com/index.php/montessori, diakses pada 02 Mei 2016
pukul 13.23.
baik secara fisik maupun psikis. Dan hal ini tidak lepas dari
pengarahan pembimbing dan orang tuanya.9
Pilihan-pilihan bebas yang dipilih oleh anak-anak memungkinkan
pembimbing untuk mengamati kebutuhan kebutuhan dan kecenderungan-
kecenderungan psikis anak.10 Prinsip kebebasan ini tidak hanya memungkinkan
anak untuk tumbuh dan berkembang secara bebas, tetapi memungkinkannya
berkembang secara khas menurut ciri kepribadiannya. Anak tidak menyerahkan
dirinya pada kekuatan luar yang hendak memaksa dan membentuknya dari luar
sebagai sebuah kekuatan luar yang memandunya. Kebebasan akan menunjang
anak memiliki kekuatan secara mental dan spiritual, tidak hanya kekuatan secara
fisik. Faktor jasmani sesungguhnya merupakan faktor sekunder, karena jasmani
yang lebih kuat dan lebih sempurna akan menuntut sebuah pertumbuhan yang
seimbang dari jiwa dan kecerdasan. Maka faktor yang utama adalah bahwa
manusia memiliki didalam jasmaninya sebuah pikiran dan jiwa yang dapat
mencapai kemajuan peradaban.11 Inilah jiwa-jiwa yang akan dibutuhkan di masa
depan, karena secara umum anak selalu difasilitasi bagaimana menemukan ciri
khas dan potensi yang dimiliki seorang anak.
b) Kemandirian
Kemandirian adalah segala sesuatu yang di kerjakan oleh diri sendiri.
Seorang bisa benjadi bebas, karena ia mandiri, karenanya, manifestasi-manifestasi
aktif pertama dari kemerdekaan individu anak harus dipandu dengan baik,
sehingga melalui kegiatan ini anak dapat mencapai kemandirian. Misal, seorang
anak yang disapih, tidak lain adalah usaha untuk menjadikan anak tumbuh
mandiri, tidak bergantung pada ASI yang di berikan oleh ibunya, melainkan anak
bisa memilih beragam makanan lainnya, memilih makanan yang disukainya.
Meskipun demikian, anak belum cukup mandiri secara keseluruhan, karena ada
hal lain, seperti ia belum mampu berjalan dengan baik dan karenanya belum dapat
mandi dan mengenakan pakaian sendiri, belum bisa meminta sesuatu dengan
bahasa yang jelas. Dalam periode ini ia masih bergantung dengan orang-rang

9
Miming Ratna Wulansari. Sekolah Montessori di Solo Baru dengan Penerapan Pendidikan
Montessori Kedalam Desain Bangunan. Skripsi. Universitas Sebelas Maret Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Arsitektur. Hlm xix
10
Maria Montessori. Rahasia Masa Kanak-Kanak. hlm 179
11
Maria Montessori. Metode Montessori. Hlm 416
disekitarnya. Akan tetapi pada usia tiga tahun, anak harus mampu lebih mandiri
dan bebas.
Pada masa peradaban dimana ada pelayan-pelayan, konsep tentang
kemandirian tidak dapat berkembang dengan bebas dan memahami landasan dari
kemandirian. Sudah dijelaskan diatas bahawa kemandirian adalah melakukan
sesuatu dengan sendiri, selama masih bisa dilakukan oleh sendiri. Misal, pada
seorang majikan yang bergantung pada pelayan, sebenarnya pelayan bukanlah
orang-orang yang bergantung kepada majikannya, yang bergantung justru seorang
majikan kepada pelayan. Maka dari itu pelayan sebenarnya lebih mandiri dan
merdeka dibandingkan majikannya.
Setiap tindakan agar mampu mengarahkan anak, harus cenderung
membantu anak-anak untuk meniti jalan menuju kemandirian. Pembimbing
hendaknya membantu anak untuk belajar berjalan tanpa dibantu, berlari, menaiki
dan menuruni tangga, mengambil benda-benda yang jatuh, mengenakan dan
melepas pakaian sendiri, mandi sendiri, berbicara dengan jelas, dan
menyampaikan kebutuhan-kebutuhan mereka dengan jelas.
Ketika terbiasa melyanai anak-anak, ini bukan hanya sebuah tindakan
budak terhadap mereka, tetapi ini juga berbahaya, karena hal ini cenderung
menghalangi aktivitas yang spontan dan berguna bagi mereka. Dengan demikian
secara tidak langsung, berarti orang dewasa atau orang tua menganggap anak-
anaknya seperti boneka. Tugas orang dewasa atau pembimbing disini adalah
membantunya dalam melakukan kegiatan-kegiatan tersebut sehingga anak mampu
menguasai keterampilan-keterampilan secara alami. memang, mengajari
kemandirian pada anak lebih sulit dibandingkan dengan hanya melayani anak.
Tetapi meskipun hal itu lebih mudah, namun efeknya sangat berbahaya bagi anak,
karena ia menutup jalan dan memberikan penghalang tembok yang tinggi di jalur
kehidupan yang ditempuh oleh anak.12
Metode montessori memelihara kemandirian ini melalui dua cara.
Pertama, dalam jangka pendek, maksudnya memberikan kebebasan dan
kemandirian dalam belajar. Kedua, dalam jangka panjang, metode ini membantu
anak untuk memperoleh perangkat yang dibituhkan dalam hidup, yaitu

12
Maria Montessori. Metode Montessori. Hlm 181-198
keterampilan dan kemampuan yang mampu memperluas pilihan hidup seseorang,
serta membuatnya bebas dari ketergantungan terhadap orang lain. Saat anak masih
terbilang baru dilingkungan montessori, pembimbing atau orang tua akan
menawarkan pilihan mudah secara verbal antara dua pengalaman yang jelas
berlawanan, misalnya pilihan antara aktivitas tenang seperti bermain “bingkai
baju” dan satu aktivitas energik seperti membersihakan permulaan seluruh meja
didalam ruangan. Untuk membantu anak menangkap gagasan bahwa pengambilan
keputusan yang matang perlu melibatkan evaluasi diri, penting bagi pembimbing
untuk memberikan aktivitas-aktivitas awal yang jelas berbeda, menyajikan suatu
kontras yang bisa dengan mudah dipahami oleh anak.
Jenis kemandirian selanjutnya, yaitu yang dipelihara oleh lingkungan
montessori adalah ditanamkannya berbagai keterampilan dan ilmu pengetahuan
yang dapat membantu seseorang untuk hidup mandiri, seperti kemampuan
menulis, membaca, berhitung, geografi, sopan santun, keluwesan jasmani dan
keterampilan rumah tangga.
Montessori menandai pertumbuhan anak secara bertahap menjuju
kemandirian sebagai suatu pembebasan yang berkelanjutan menjuju ruang baru
yang lebih besar untuk beradaptasi. Dalam lingkungan montessori, ada baiknya
pembimbing untuk memahami kemajuan anak melalui kerangka ini. Hal ini
menandakan bahwa orang dewasa (guru, orang tua), selaku pembimbing, dapat
membekali anak untuk mengatasi setiap adaptasi dengan ruang kecerdasan
bawaan, kemudian secara bertahap menuntutnya untuk muncul dan keluar
mengahadapi ruang lebih luas dengan berbagai peluang dan tantangan yang
baru.13
c) Penghapusan Hadiah Dan Bentuk-Bentuk Hukuman Luar
Metode montessori tidak menggunakan bentuk hadiah ketika anak
mendapatkan keberhasilan dalam aktivitasnya, karena menurut Maria Montessori
hadiah-hadiah dan bentuk-bentuk hukuman akan menyusul secara alami. Manusia
yang didisiplinkan melalui kemerdekaan, mulai menginginkan kesejatian dan

13
David Gettman,. Metode Pengajaran Montessori Tingkat Dasar (Aktivitas belajar untuk anak
balita), terjemahan Annisa Nuriowandari. Dari Basic Montessori, Learning Activities For Under-
Five. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm 52-56
satu-satunya hadiah adalah kemunculan kekuatan dan kemerdekaan manusia di
dalam jiwanya yang menjadi sumber daya bagai aktivitas-aktivitasnya. Ketika
diaplikasikan kepada anak-anak maka pengarhaaannya berupa memberikan
kebebasan agar anak berkativitas, saat anak melakukan kesalahan maka anak
menyadarinya dan memperbaiki kesalahan, kesalahan tersebut dijadikan sebgai
proses pembelajaran dalam hidupnya hal ini merupakan motivasi instrinsik yang
akan tertanam dalam memori anak lebih lama jiga dibandigkan dengan hadiah
ekstrinsik yang hanya terasa sesaat. Maka menurut Montessori menumbuhakan
motivasi anak secara tepat yaitu menggunakan kendali, kesalahan, pengulangan
dan pengevaluasian, bukan dengan hadiah ekstrinsik.
d) Disiplin
Disiplin harus muncul melalui kemerdekaan. Kemerdekaan adalah
kegiatan. Ini adalah sebuah prinsip besar. Jika disiplin dilandaskan pada
kemerdekaan atau kebebasan, maka disiplin itu sendiri harus bersifat aktif.
Disiplin itu bukan ketika seseorang dibuat diam seperti orang bisu dan dibuat tak
bergerak seperti orang lumpuh. Cara seperti itu bukan arti disiplin dan
mendisiplinkan, tetapi menihilkan.
Prinsip-prinsip semacam ini harus ditempatkan di sekolah dan di rumah,
karena hal ini bermanfaat untuk anak-anak yang sedang memperlihatkan
manifestasi psikis pertama dalam kehidupan mereka. Maka agar setiap tindakan
pembimbing dapat mujarab, maka tindakan itu haruslah yang cenderung
membantu menuju penjabaran yang utuh dari kehidupan. Agar menjadi berguna,
harus dihindari kegiatan yang menghalangi gerakan-gerakan yang spontan dan
pembebanan tugas-tugas secara sewenang-wenang. Pembimbingpun tentunya
paham bagaimana mendisiplinkan anak-anak.
Gerakan anak-anak dari keadaan ketertiban menjadi lebih terkoordinasi
dan sempurna seiring perjalanan waktu, bahkan mereka belajar untuk bercermin
pada tindakan-tindakan mereka sendiri.14
3. Bentuk-Bentuk Material Metode Montessori
Metode montessori mempunyai berbagai bentuk material, yang
dimaksudkan adalah alat beserta ragam aktivitas yang digunakan untuk membantu

14
Maria Montessori. Metode Montessori. Hlm 173-180
perkembangan anak dengan alat yang disediakan. Sebelum menjelaskan ragam
aktivitas dan materialnya, terlebih akan menyebutkan beberapa prinsip dalam
penggunaan material sebagai berikut:
i. Setiap benda atau material harus memiliki tujuan dan bermakna bagi
anak
ii. Setiap benda atau material harus harus menunjukkan perkembangan dari
sederhana kerumit dalam desain dan penggunaannya.
iii. Setiap benda atau material dirancang untuk menyiapkan anak secara
tidak langsung untuk belajar hal-hal yang akan dihadapi nantinya.
iv. Setiap benda atau material dimulai dari hal kongkrit dan secara bertahap
mengarahkan mereka pada representasi yang lebih abstrak.
v. Setiap benda atau alat material dirancang agar memungkinkan terjadinya
auto-edukasi. Artinya kontrol kesalahan berada pada benda tersebut
bukan pada guru. Kontrol kesalahan ini akan membimbing anak dalam
menggunakan benda tersebut dan memungkinkan ia menyadari
kesalahannya sendiri dan memperbaikinya.15
Dalam konteks pembahasan teori, macam-macam aktivitas ini mampu
memberikan rangsangan dan pengalaman yang memperkaya pikiran penyerap,
memenuhi kebutuhan periode sensitif dan struktur intelektual dalam, sekaligus
mengikuti proses belajar. Agar perubahan anak dapat terlihat perubahannya, maka
pembimbing harus mengetahui urutan-urutan dalam mempresentasikan aktivitas.
Untuk itu Montessori mengatur aktivitas kedalam lima disiplin. Dalam sudut
pandang anak perbedaan aktivitas ini tidak begitu jelas terlihat, namun memberi
pengalaman yang berbeda disetiap aktivitasnya. Daftar ragam aktivitas harus
diberikan secara berurutan, namun tidak menekankan anak, pembimbing
memperbolehkan anak menggunakan material yang mereka inginkan, jika mereka
ingin mencoba material yang lebih tinggi, namun jika sudah mencoba anak tidak
mampu, maka pembimbing harus bisa mengarahkan anak untuk melalui aktivitas
yang sebelumnya, aktivitas yang belum dilaluinya.

15
Preschool Dengan Metode Montessori.
http://www.uniquegrowingmind.com/index.php/montessori, diakses pada 02 Mei 2016 pukul
13.23
Perlu diingat, montessori menamai aktivitas bermain anak dengan kata
“bekerja” bukan kata “bermain” karena antara bermain dan bekerja memiliki arti
berbeda. Meski kata bermain diganti dengan kata bekerja, namun montessoripun
percaya bahwa masa kanak-kanak seharusnya menyenangkan dan bebas. Tetapai
ketika anak melakukan hal yang sepele, berlarian, melakuakan hal yang konyol,
maka anak akan cepat merasa bosan dan hal ini membuat anak terhibur dalam
jangka waktu singkat, setelahnya anak masih merasa gelisah dan tidak puas.
Justru dengan lima aktivitas yang diterapkan montessori, seorang anak menjadi
produktif setelah melakukan lima aktivitas tersebut.
Anak menyukai aktivitas yang mendorongnya untuk bekerja lebih lama,
dibandingkan bermain. Anak yang bermain hanya membutuhkan waktu sebentar,
karena mereka akan cepat merasa bosan. Berbeda dengan kegiatan bekerja.
aktivitas anak yang bersifat bekerja akan dijelaskan dalam lima pokok bahasan
dibawah ini.
Terdapat Alat peraga atau material untuk aktivitas perkembangan anak
yang digunakan dalam metode montessori:
a. Aktivitas Praktik Sehari-hari
Montessori meyakini bahwa anak yang sedang bermain di rumah, taman
kanak-kanak, atau dilingkungan manapun mempunyai kebutuhan sama layaknya
orang dewasa yang sedang “bekerja”. Orang dewasa lebih suka pekerjaan
menantang, ketimbang kegiatan sepele yang menyibukan diri, orang dewasa
mengharap adanya latihan, peralatan yang memadai serta ruang kerja yang
kondusif, seorang anakpun demikian pada dasarnya. Montessori telah mengamati
hal yang sama, yaitu bahwa saat bermain, anak-anak mencari aktivitas bermanfaat
yang bebas mereka pilih sendiri, alat yang memadai, ruang khusus untuk anak,
dan anakpun ingin berkonsentrasi saat bekerja dan dihargai setelah mereka usai
mengerjakannya. Aktivitas bekerja orang dewasa dan anak memiliki tujuan yang
sama. Jika orang dewasa memiliki tujuan agar menjadi masyarakat yang mandiri
dan toleran, maka aktivitas bermain anak kecil pun memiliki tujuan yaitu untuk
membentuk seorang anak/bayi menjadi pribadi mandiri, deasa dan penuh simpati.
Aktivitas praktik adalah aktivitas pertama yang dilakukan dilingkungan
montessori. Hal ini dilakukan karena aktivitas didalmnya dapat memuaskan hasrat
memuncak dalam diri anak untuk segera menguasai berbagai kemampuan dan
belajar mandiri. Aktivitas yang dilakukannya berupa kegiatan yang digunakan
sehari-hari, seperti berpakaian, membersihkan barang, bersikap sopan, memasang
kancing, alat untuk memasang tali sepatu, alat untuk menyapu lantai, akan
menumbuhkan disiplin diri, kemandirian, konsentrasi dan percaya diri, mengurus
diri dan lingkungannya. Dibawah merupakan aktivitas praktik:

Tabel 1. Macam-Macam Aktivitas practical life

Keterampilan manipulasi  Membuka dan menutup wadah kotak, tutup


toples, kaleng biskuit, pintu, lemari
 Menuang buji kacang atau sejenisnya dari
poci menuang air dan menuang air dengan
corong
 Melibat dan membuka kain
 Mengangkat, membawa, meletakan barang
pecah belah
 Mengangkat, membawa dan meletakkan
nampan yang berisi barang
 Membawa alas lantai (dikhususkan untuk
meletakan alat permainan dan tidak boleh
keluar dari alas tersebut)
 Menggelar dan menggulung alas lantai (alas
lantai disediakan dengan berbagai ukuran,
tergantung material yang digunakan anak)
 Duduk diujung alas lantai yang belum
tergerai
 Menarik kursi keluar dari bawah meja dan
duduk, bangun dari kursi dan merapikan
kembali
 Menggunakan gunting dan memberikan
gunting pada orang lain
 Mengurus buku
Perkembangan diri  Mencuci tangan dan muka
 Menyikat dan menyisir rambut
 Mengucir dan mengekepang rambut dengan
tali nilon
 Mengancing, mengikat tali sepatu, memasang
sabuk, memasang kancing tekan, mengikat
simpul dan menarik resleting dengan alat
peraga berupa bingkai baju.
 Mengikat dasi
 Menyemir sepatu
 Menyikat serabut dari pakaian
 Menggantung pakaian pada kait baju
 Menggantung pakaian dengan hanger
 Mengatakan “tolong” dan mengucucapkan
“terimakasih” kepada siapapun
 Mengarahkan perhatian orang sebelum mulai
bicara
 Naik dan turun tangga dengan mahir
 Memberi jalan pada orang ketika didepan
pintu
 Meminta izin ketika lewat diruang sempit
 Memberikan salam kepada teman, orang
asing dan siapapun yang dikenalnya
 Mempersilahkan tamu untuk duduk
 Menawarkan suguhan untuk tamu
Peduli lingkungan  Membersihkan debu
 Menyapu serbuk gregaji
 Mencuci permukaan meja
 Memoles perabot, perkakas dari kuningan
 Menggosok/membersihkan kaca
 Mencuci kain
 Merapikan tempat tidur
 Mencuci dan mengeringkan peralatan makan
 Menutup dan membuka gorden dan tirai
 Menyiram bunga
 Merangkai bunga di dalam vas

b. Aktivitas Sensori/Indrawi
Ranah indrawi yang dialami oleh anak hampir terbatas pada penglihatan
dan pendengaran saja, dilain pihak pengalaman sentuhan tidak akan banyak
diperbolehkan dengan pengecualin benda-benda dari plastik. Tujuan utama dari
berbagai aktivitas indrawi adalah untuk membantu anak memilah semua kesan
yang diperoleh dari sekitarnya. Dalam hal ini aktivitas indrawi membantu anak
melalui empat cara, yaitu dengan mengembangkan, menata, memperluas dan
mengasah persepsi indrawi. Bahan yang digunakan dalam aktivitas indrawi
disesuaikan dengan sifat bawaan anak yang tidak bersifat dengan hal-hal
teknologi, dan bukan menarik berdasarkan orang dewasa, yaitu pertama, dibuat
dari bahan-bahan yang memang disukai anak, misalnya kayu, biji-bijian, jerami,
kapas, sutra, wol, kapas dan batu. Kedua, bahan indrawi dibuat dengan proporsi
klasik dan harmonis dalam dimensi yang menarik, dirancang sesuai dengan
ukuran tangan anak yang mungil dan menggemaskan. Ketiga, bahan indrawi
memiliki penampilan yang jelas dan sedehana dengan lapisan warna alami enamel
dan desain bentuk yang mendasar. aktivitas indrawi meliputi penglihatan,
sentuhan, pendengaran, pengecapan dan penciuman. Material berupa menara satu
set 10 kubus dengan ukuran yang berbeda, tujuh macam tekstil yang berbeda
kualitasnya, mulai dari yang halus sampai yang kasar, cylinder blocks,
constructive triangles, knobless cylinders, berfungsi untuk pertumbuhan
intelektual, mengembangakan fungsi indera untuk membantu kecerdasan anak.
c. Aktivitas Matematika
Landasan dari pemikirin Matematika adalah dorongan untuk
menyederhanakan dunia atau merumuskannya menjadi gagasan. Gagasan adalah
suatu wujud imajiner yang hanya mengandung satu macam kualitas. Sebagai
contoh, sebuah gagasan tentang kubus hanya akan hadir dalam suatu bentuk padat
yang memiliki sisi persegi sama panjang, tanpa adanya aspek lain seperti bobot,
warna ataupun tekstur. Setiap cabang matematika dapat dikaitkan dengan suatu
gagasan tentang kualitas fisik tertentu. Hal ini seyogyanya ada dalam kehidupan
manusia sehari-hari. Oleh karenanya untuk mengenalkan matematika pada anak
harus menggali dua hal terlebih dahulu, yaitu menggali dan menerima pemikiran
tentang adanya hal tentang kualitas terpisah serta berlatih untuk mengasah
keterampilan intelektual yang dibutuhkan. Pertama, agar anak mengenal gagasan
tentang hal dan pemisahan kualitas. Mereka telah dibekali dalam aktivitas indrawi
sebelumnya. Kedua, agar anak-anak mempunyai keterampilan intelektual yang
dibutuhkan. Anak dilatih dari berbagai aspek kognitif dalam aktivitas matematika
dan indrawi. Seperti menuang biji kacang dari poci sampai dengan yang lebih
rumit.
Aktivitas matematika ini dimasukan ke dalam lima kelompok dan aktivitas
pecahan. Macam-macam aktivitas yang termasuk dalam setiap tahap/level. Yaitu
sebagai berikut:
Tabel 2. Macam-Macam Aktivitas Matematika
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5
PENGENALA
N PADA
PENGENALAN
PENGENALAN BELASAN, TABEL
PADA SISTEM ABSTRAK
ANGKA PULUHAN ARITMATIKA
DESIMAL
DAN
BERHITUNG
Batang angka, Manik hitung Pengenalan permainan ular bingkai
Bilangan terbatas, Kartu pada belasan, penjumlahan, manik
ampleas, Tabel angka, Fungsi Pengenalan papan garis pendek,
nomor, sistem desimal, puluhan, penjumlahan, hierarki,
Gelendong, Formasi berhitung diagram bingkai
Angka dan biji bilangan, penjumlahan, manik
hitung, Bermain Komplek, permainan panjang,
hafalan Manik hitung ullar pembaginan
banyak pengurangan, sederhana
(penjumlahan, papan garis
pengurangan, pengurangan,
perkalian, diagram
pembagian), pengurangan,
tabel perkalian,
papan manik
perkalian,
diagram
perkalian,
papan
pembagian,
diagram
pembagaian
Sumber : buku Metode Monteessori Tingkat Dasar
d. Aktivitas Bahasa
Aktivitas bahasa yang paling awal mempersiapkan anak untuk membaca
dan menulis dengan cara memperkaya keterampilan berbicara yang telah
diperoleh semasa balita. Aktivitas bahasa yang paling pertama yaitu kategorisasi
gambar, membantu anak untuk pengartikan dan menanta beragam kesan dengan
mengaitkan kesan-kesan ini kedalam kategori yang lebih sederhana dan jelas.
Barulah setelah itu anak anak mampu menamai kesan-kesan ini, menghubungkan
kesan yang saling berkaitan, serta memisahkan kesan yang tidak berkaitan.
Aktivitas kunci untuk mengenalkan menulis adalah memalui alfabet geser
(membunyikan wicara dengan suatu gambar untuk merangkai kata). Sedangkan
aktivitas kunci untuk mengenalkan membaca adalah melalui presentasi kotak
objek yang diletakan diatas meja, anak akan menebak objek mana yang sedang
pembimbing pikirkan, kemudian anak diberi petunjuk berupa nama tertulis dari
objek tersebut. Persiapan awal sebelum masuk dalam kegiatan bahasa berupa lima
belas set kartu berupa gambar alat rumah tangga dan kartu pemandangan, subjek,
situasi, buku bacaan anak analogi puisi dan lagu.
Material untuk menulis berupa puzzle logam, alfabet geser, anggota huruf,
alat tulis lainnya, kotak karya untuk menyimpan hasil karya. Sedangkan untuk
membaca berupa kotak objek yang berisi delapan objek didalamnya, kotak objek
dua, berisi lima objek kecil. Namun sebenarnya terdapat 80 lembar kartu yang
disimpan di kotak objek setiap minggunya; kartu aksi yang bertuliskan kata kerja
intransitif, kertas, pencil, gunting; folder baca warna merah sejumlah 13 dalam
wadah amplop plastik bening dan disimpan dalam kotak, pada bagian sampul
tercetak fonogram seperti yang dilafalkan; puzzle kata; perpustakaan.
e. Aktivitas Budaya
Aktitivitas bedaya ini mencakup sejumlah “kecenderungan manusia” dan
aspek budaya yang berkaitan dengan kebudayaan negara dan daerah. Terdapat
aktivitas geografi untuk mengenalkan anak agar mampu menjelajah lingkungan
dan mengetahui budaya yang berbeda-beda, lalu aktivitas sejarah alam, berfungsi
untuk mengenalkan banyaknya jenis tanaman dan hewan yang dapat dilihat ketika
di penjelasajahn serta menekankan keberagaman hidup dan tantangan dalam
bertahan hidup, mengenalkan ilmu alamiah alam, seperti magnet dan optik.
Materialnya berupa globe daratan dan air. Globe bertekstur bulat dan datar; peta;
gambar macam-macam tempat; gambar binatang; organ tubuh binatang; organ
tumbuhan berupa gambar dan kabinet daun yang terbuat dari kayu dengan
karakter hampir sama seperti aslinya; tanaman sungguhan dan pot nya;
mengenalkan zat dan energi dengan menyiapkan air dan kemagnetan;
mengenalkan gravitasi dengan irama musik, menyusun balok, optik; menceritakan
kisah dimasa lampau dan budaya-budaya yang terdapat di negara dan setiap
daerah, dan mengenalkan alat musik tradisional angklung, gamelan dll, wayang,
membantu anak untuk menyukai dan menghargai seni dan budaya.
5. Metode Montessori dalam Layanan Bimbingan Konseling Individu
Metode Montessori adalah suatu metode pendidikan untuk anak-anak dan
merupakan metode yang terpadu dengan layanan bimbingan dan konseling.
Adapun pelaksanaan layanan bimbingan dapat dilakukan dengan pendekatan-
pendekatan sebagai berikut:
1. Pendekatan instruksional dan interaktif, yaitu terpadu dengan pelaksanaan
program kegiatan belajar.
2. Pendekatan dukungan sistem, yaitu dengan menciptakan suasana di
lingkungan taman kanak-kanak dan lingkungan yang menunjang
perkembangan anak.
3. Pendekatan pengembangan pribadi, yaitu dengan memberikan kesempatan
kepada anak untuk berkembang sesuai dengan kondisi dan kemampuan
dirinya. Pendekatan ini dapat di lakukan dengan memberikan tugas-tugas
individual, penempatan anak dalam kelompok berdasarkan minat, dan
kemampuan (Depdikbud dalam Ahmad Susanto).
Layanan bimbingan dan konseling diperlukan untuk menunjang
perkembangan anak usia dini. Terdapat prinsip-prinsip layanan bimbingan
konseling yang perlu dipahami oleh seorang pembimbing. Yaitu:
1) Bimbingan harus berpusat pada anak yang dibimbing.
2) Bimbingan harus dimulai dengan mengenal kebutuhan-kebutuhan yang
dirasakan oleh anak.
3) Bimbingan diberikan kepada seluruh anak, tidak hanya yang memiliki
masalah.
4) Orang tua hendaknya diikutsertakan dalam melaksanakan bimbingan
dan konseling.
5) Adapun layanan konseling dilakukan bagi anak-anak yang memiliki
karakter deviation, maksudnya adalah karakter yang membungkus
dirinya, namun sebenarnya bukan dirinya, karater yang pada adasarnya
bukan karakter anak usia dini, mereka tersesat, menyimpang, maka
perlu menormalisasikan anak tersebut. Seperti anak yang manja, anak
yang berkebutuhan khusus, tidak mampu bersosialisasi dengan teman-
temannya dan lain sebagainya.
6) Harus diberikan secara berkelanjutan.
7) Layanan bimbingan dan konseling harus mampu menjaga kerahasian
tentang anak yang di bimbing, terlebih bagia anak yang dikonseling.
8) Sebaiknya bekerjasama dengan lembaga-lembaga lain yang terkait
dengan proses bimbingan dan konseling, sehingga perkembangan anak
dapat di optimalkan sesuai usianya.
9) Kegiatan mencangkup seluruh aspek-aspek perkembangan anak usia
dini.
Berdasar pada teori perkembangan anak dari Maria Montessori adalah
memberikan kebebasan pada anak memilih kegiatan sesuai dengan keinginannya
dan guru (sering disebut "direktur" atau "pembimbing") bersifat mengarahkan.
Ciri lainnya adalah adanya penggunaan alat Montessori yang bersifat self
corrected yang dipakai untuk memperkenalkan berbagai konsep di 5 area
Montessori.
Anak usia dini memerlukan pembimbing yang memahami tugas-tugas
perkembangan anak sesuai tahapan-tahapannya. Maka, orang dewasa dalam
lingkungan montessori memiliki tiga peran, yaitu sebagai pengurus, fasilitator
dan pengamat. Pengurus: berperan utama dalam menjaga ruang kelas, perabot dan
bahan. Perabot dan bahan harus dirancang dan diatur sedemikian rupa agar
menyenangkan dan mampu menarik perhatian anak, sehingga anak menjadi
mandiri dengan bahan yang ada di lingkungannya. Fasilitator: dalam peran ini
pembimbing akan menyajikan aktivitas montessori kepada anak, biasanya
dilakukan satu persatu pada setiap anak dalam satu waktu, pembimbing memiliki
tiga tanggung jawab yang berbeda saat mereka sedang menapilkan presentasi.
Pengamat: peran pembimbing disini untuk mendampingi kerja pembimbing
sebagai fasilitator. Pembimbing harus terus mengawasi perkembangan anak, dan
terus menerus mengamati semua aktivitas yang dipilih oleh anak setiap harinya,
untuk mengetahui minat bawaannya, mengamati kemjuan anak secara
berkesinambungan.16
B. Perkembangan Anak
1. Pengertian Perkembangan
Menurut F.J Monks perkembangan adalah suatu proses menunju kearah
yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk
pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali.
Perkembangan juga dapat diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang

16
David Gettman. Metode Pengajaran Montessori Tingkat Dasar (Aktivitas belajar untuk anak
balita), terj. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm 27-33
menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi,
berdasarkan pertumbuhan, pematangan dan belajar.17
Sedangkan Menurut Yusuf Syamsu (2012) dalam buku Psikologi
Perkembangan Anak & Remaja, perkembangan adalah perubahan-perubahan yang
dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaan atau
kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan,
baik menyangkut fisik maupun psikis.18
Desmita mendefinisikan perkembangan tidak terbatas pada pengertian
perubahan secara fisik, melainkan didalamnya terkandung serangkaian perubahan
secara terus menerus dari fungsi-fungsi jasmani dan rohani yang dimiiki individu
menuju kematangan, melalui pertumbuhan dan belajar.19
Dari beberapa definisi perkembangan di atas, dapat disimpulkan bahwa
perkembangan adalah suatu perubahan yang di tunjukan oleh semua faktor psikis
dan fisik, jasmani ataupun rohani menuju ke arah yang berbeda, prosesnya
berkesinambungan menuju arah yang lebih baik yang bersifat kekal, tidak dapat
diputar kembali.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Anak
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang
menjadikan anak tumbuh kembang menjadi individu yang produktif, karena anak
usia dini merupakan masa yang strategis dalam pembinaan, menanaman
pemikiran dan seluruh aspek-aspek perkembangan. Menurut Depkes (1994:3)
dalam Ahmad Susanto ada dua faktor utama yang dapat mempengaruhi tumbuh
kembang optimal seorang anak yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
I. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri anak, baik faktor bawaan
ataupun yang diperoleh dari lingkungannya. Faktor dalam ini diantaranya:
a. Hal-hal yang diturunkan oleh orang tua
b. Unsur berfikir dan kemampuan intelektual/kognitif
c. Keadaan kelenjar zat-zat dalam tubuh(unsur hormonal)

17
Monks, F.J dkk. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada UniversitY Press. Hlm 1
18
Ahmad Susanto. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana. Hlm 19
19
Desmita, Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Hlm. 4
d. Emosi dan sifat-sifat tertentu.
Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978) baik faktor kondisi internal maupun
faktor kondisi eksternal akan dapat mempengaruhi kecepatan dan sifat atau
kualitas kepribadian seseorang. Tetapi seberapa besar pengaruh kedua faktor itu
dapat ditentukan, masih sulit memperoleh jawaban yang pasti. Adapun beberapa
faktor yang disebut faktor internal antara lain mencakup:
a) Intelegensi
Intelegensi termasuk faktor penting, dimana intelegensi sangat
menentukan tingkat kecepatan perkembangan kepribadian. Berdasarkan penelitian
Terman LM (Genetic Studies of Genius) dan Meat TD (The Age of Walking and
Talking in Relation to General Intelegence), telah dibuktikan adanya pengaruh
intelegensi terhadap kecepatan perkembangan anak terutama dalam
perkembangan berjalan dan berbicara. Kematangan seks ternyata juga dipengaruhi
oleh tingkat kecerdasan anak. Mereka yang sangat cerdas mencapai kematangan
seks kira-kira satu atau dua tahun lebih dahulu dibanding dengan anak yang
kurang cerdas, dan bagi anak-anak yang kurang kecerdasannya seperti idiot,
kematangan ini sangat lambat atau sama sekali tidak datang.
b) Seks Atau Jenis Kelamin
Perbedaan perkembangan antara kedua jenis kelamin tidak tampak jelas,
yang nyata kelihatan adalah kecepatan dalam pertumbuhan jasmaniahnya. Pada
waktu lahir, anak laki-laki lebih besar dari anak perempuan, tetapi anak
perempuan lebih cepat perkembangannya dan lebih cepat pula dalam mencapai
kedewasaannya dari pada anak laki-laki. Anak perempuan umumnya lebih cepat
mencapai kematangan seks kira-kira satu atau dua tahun lebih awal dan fisiknya
juga tampak lebih cepat besar dari pada anak laki-laki. Dalam perkembangan
mental juga tampak ada perbedaan, anak perempuan lebih cepat mencapai
kedewasaannya dari pada anak laki-laki, terutama dalam kondisi kecerdasan.
c) Kelenjar-Kelenjar
Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa indoktrinologi (kelenjar
buntu) berpengaruh pada pertumbuhan jasmani seseorang setelah ia dilahirkan.
d) Kebangsaan
Hal ini bisa dijelaskan dengan mengambil contoh: bahwa anak-anak dari
ras Mediteran (laut tengah) tumbuh lebih cepat daripada anak-anak dari Eropa
sebelah utara. Anak-anak Negro dan Indian pertumbuhannya tidak begitu cepat
dibandingkan dengan anak-anak kulit putih dan kuning.
II. Faktor Ekternal
Faktor ekternal adalah faktor yang dipengaruhi dari luar diri anak, seperti
keluarga, gizi, budaya, serta teman sebaya atau teman bermain. Dari unsur
keluarga sangat mempengaruhi terhadap sikap dan tingkah laku anak. Seperti
sikap dan tingkah laku keluarga dalam mengasuh dan mendidik anak, kemudian
hubungan orang tua dengan anak, serta hubungan dengan antara anggota keluarga
dapat mempengaruhi sifatnya menunjang atau bahakan menghabat proses
perkembangan anak secara optimal.20 Berikut rincian faktor eksternal yang
mempengaruhi perkembangan:
1. Posisi Dalam Keluarga
Kedudukan anak dalam keluarga merupakan keadaan yang dapat
mempengaruhi perkembangan. Anak kedua, ketiga dan seterusnya pada umumnya
perkembangan itu lebih cepat dari pada anak pertama. Anak bungsu biasanya
perkembangannya lebih lambat karena cenderung dimanja.
2. Makanan
Pada usia kanak-kanak makanan merupakan faktor yang sangat penting
bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Bukan hanya berhubungan dengan
kuantitas makanan, tetapi juga berkenaan dengan kualitas gizi yang terkandung di
dalamnya. Keduanya sangat mempengaruhi perkembangan fisiologis dan mental
anak-anak secara langsung atau tidak langsung.
3. Budaya
Faktor budaya sangat besar pengaruhnya, sehingga dapat mempengaruhi
sifat kepribadian dan kedewasaan seseorang. Hal yang termasuk dalam faktor
budaya di sini selain budaya masyarakat termasuk juga pendidikan, agama dan
sebagainya.21 Selain faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan di atas,
Hurlock juga mengemukakan beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya

20
Ahmad Susanto. Bimbingan & Konseling di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Kencana. Hlm 71-72
21
Elizabeth .B Hurlock . Perkembangan Anak Jilid I Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.Hlm 188-
190
perkembangan antara lain kematangan, belajar dan latihan serta kombinasi antara
kematangan dan belajar.22
Menurut Desmita, periode pre natal merupakan periode yang sangat
penting dan menentukan perkembangan individu pada periode-periode
berikutnya.23 Selama periode ini, rahim merupkan lingkungan yang sangat
menentukan bagi perkembangan janin. Sebagian besar proses pertumbuhan janin
sangat bergantung pada kondisi internal ibu, baik kondisi fisik maupun psikisnya.
karena, ibu dan janin merupakan satu unitas organik yang tunggal. Semua
kebutuhan ibu dan janin dipenuhi melalui proses fisiologis yang sama. Subtansi
fisik ibu akan mengalir pula ke dalam jasad janinnya.
4. Tugas-Tugas Perkembangan Anak dan Kategori Anak Normal
Menurut Havighurst tugas-tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang
harus diselesaikan individu pada fase-fase kehidupan tertentu dan apabila berhasil
mereka akan bahagia, tetapi sebaliknya apabila gagal mereka akan kecewa.
Tugas-tugas perkembangan mencakup kematangan psikis, tuntutan masyarakata
atau budaya, nilai-nilai dan aspirasi individu.
Pembagian tugas perkembangan terbagi menjadi beberapa masa, yaitu
masa bayi dan anak, masa anak sekolah, masa remaja, masa dewasa awal dan
masa usia madya. Dalam pembahasan ini akan dispesifikan lagi mengenai tugas
perkembangan anak dari masa bayi dan anak atau masa prasekolah dan masa
24
sekolah. Maka tugas perkembangan anak diperlukan dalam proses kehidupan
dari awal ia lahir, karena budaya, masyarakat nilai-nilai dan aspirasi sangat
dituntut untuk kesempuranaan hidup. Namun pada dasarnya manusia secara alami
sudah menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya sejak lahir, karena anak
sudah mampu melewati fase-fase pertumbuhan dari ia lahir sampai dewasa.
Dilihat dari tugas-tugas perkembangan anak, maka kategori anak normal dalam
usia 4-6 tahun dapat dijelaskan dibawah ini.
Menurut menurut Havighurt kategori anak normal usia 4-6 tahun adalah:
1) Mereka yang mampu belajar ketangkasan fisik untuk bekerja dan bermain

22
Elizabeth .B Hurlock . Perkembangan Anak Jilid I Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.Hlm 190
23
Desmita. Psikologi Perkembangan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya Hlm 80
24
Koko darsono. Tugas-tugas perkembangan anak. Jurnal. Universitas pendidikan indonesia. Hlm
1
2) Membentuk sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai organisme yang
sedang tumbuh
3) Belajar bergaul dan bersahabat dengan teman sebaya
4) Belajar peran jenis kelamin
5) Mengembangkan dasar-dasar kecakapan dan pengertian guna diperlukan
dalam sehari-hari
6) Mampu membebaskan ketergantungan diri.25
Pada periode ini pula montessori mengungkapkan, anak usia tiga tahun
pertama memiliki daya serap yang optimal, mudah menerima stimulus kedalam
otaknya, dan di ibaratkan sebagai spons. Montessori menyebutnya sebagai
absorbing mind, yaitu penyerapan kesan oleh pikiran penyerap dari berbagai
unsur yang berbeda, kemudaian digabungkan, proses ini berjalan secara alami.26
Oleh karenanya, orang dewasa seperti orang tua, pembimbing atau guru perlu
memahami tugas-tugas perkembangan anak secara mendalam, agar tidak salah
menerapkan tugas-tugas perkembangan pada anak. Maka, orang tua perlu
memiliki wawasan luas, dengan cara bertanya pada ahli perkembangan anak,
membaca buku, dan juga apabila anak sudah memasuki usia taman kanak-kanak,
orang tua dapat berkonsultasi dengan guru/pembimbingnya di sekolah. Peran guru
di taman kanak-kanak berbeda dengan peran guru di sekolah dasar keatas, karena
peran guru di sini adalah sebagai pembimbing.

A. Perkembangan Kognitif
1. Pengertian Kognitif
Menurut Patmonodewo kognitif merupakan tingkah laku yang
mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk
menggunakan pengetahuan. Perkembangan kognitif menunjukan perkembangan
anak dari cara anak berfikir, untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dapat
dipergunakan sebagai tolak ukur pertumbuhan kecerdasan.27

25
Wikipedia ensikopledia bebas. https://id.wikipedia.org/wiki/Anak. diakses pada 02 Mei 2016
pukul 13.58
26
David Gettman. Metode Pengajaran Montessori Tingkat Dasar (Aktivitas belajar untuk anak
balita), terj. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm 5
27
Soemiarti Patmonodewo. Pendidikan anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Hlm 27
Menurut Ahmad Susanto perkembangan kognitif merupakan pengertian
yang luas mengenai berfikir dan mengamati. Jadi kognitif merupakan tingkah laku
yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk
menggunakan pengetahuan. Perkembangan kognitif menunjukan perkembangan
dari cara berfikir, termasuk kemampuan anak untuk mengoordinasikan berbagai
cara berfikir dalam menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi anak.28
Sedangkan menurut Piaget kognitif adalah kemampuan berfikir anak.
Bagaimana anak-anak berfikir dan pemikiran mereka berkembang.29 Pada rentang
usia 3-4 dan 5-6 tahun masuk dalam perkembangan berfikir pra-operasional
konkret, pada saat ini sifat egosentris pada anak semakin nyata. Anak mulai
memiliki perspektif yang berbeda dengan orang lain, berbeda dengan apapun yang
ada disekitarnya. Orang tua sering menganggap periode ini sebagai masa sulit,
karena anak pada usia ini susah diatur, bisa disebut nakal atau bandel, suka
membantah dan banyak bertanya.30
Vygostky (2013) meyakini, bahwasannya perkembangan kognitif adalah
kemampuan memperhatikan, mengamati dan mengingat. Menurutnya manusia
dilahirkan telah dilengkapi dengan seperangkat fungsi kognitif dasar tersebut,
terutama fungsi kognitif dipengaruhi oleh kebudayaan. Karena kebudayaan akan
mentransformaasikan tiga kemampuan diatas dalam bentuk fungsi kognitif yang
lebih tinggi terutama dengan mengadakan hubungan bermasyarakat melalui
bimbingan dan penggunaan bahasa.31 Dengan kata lain perkembangan kognitif
tidak berasal dari anak semata, melainkan dari orang dewasa dan teman sebaya
yang berada disekitarnya serta dari peralatan mental.32
Dapat disimpulkan bahwa perkembangan kognitif adalah proses dimana
anak berfikir, mengamati, memperhatikan dan beradaptasi dalam lingkungan yang
ada disekitarnya, seperti teman sebaya, masyarakat, dan terutama orang tua yang

28
Ahmad susanto. Bimbingan & Konseling di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Kencana. Hlm 59
29
Jeanice J Beaty. Observasi Perkembangan Anak Usia Dini. Ed ke-7. Jakarta: Kencana.
Terjemahan oleh Arif Rakhman. Dari Observing Development Of the Young Child. Ed ke-7. Hlm
268
30
Ahmad Susanto. Perkembangan Anak Usia Dini. Hlm 49
31
Ahmad susanto. Bimbingan & Konseling di Taman Kanak-Kanak. Hlm 59
32
Jeanice J Beaty. Observasi Perkembangan Anak Usia Dini. Ed ke-7. Jakarta: Kencana.
Terjemahan oleh Arif Rakhman. Dari Observing Development Of the Young Child. Ed ke-7. Hlm
271
sudah jelas membimbing dan mengasuh anak sejak masih dikandungan. Jadi
budaya sangat mempengaruhi bagaimana anak berfikir dan bertingkah laku.
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kognitif antara
lain:
a. Faktor Keturunan
Teori hereditas atau nativisme yang dipelopori oleh seorang ahli filsafat
Schopenhauer, mengemukakan bahwa manusia yang lahir sudah membawa
potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Taraf Intelegensi
sudah ditentukan sejak lahir.
b. Faktor Lingkungan
John Locke berpendapat bahwa, manusia dilahirkan dalam keadaan suci
seperti kertas putih yang belum ternoda, dikenal dengan teori tabula rasa. Taraf
Intelegensi ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya dari
lingkungan hidupnya.
c. Faktor Kematangan
Tiap organ (fisik maupaun psikis) dikatakan matang jika telah mencapai
kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Hal ini berhubungan dengan
usia kronologis.
d. Faktor Pembentukan
Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan intelegensi. Ada dua pembentukan yaitu
pembentukan sengaja (sekolah formal) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh
alam sekitar).
e. Faktor Minat dan Bakat
Minat mengarahkan perbuatan kepada tujuan dan merupakan dorongan
untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. Bakat seseorang akan mempengaruhi
tingkat kecerdasannya. Seseorang yang memiliki bakat tertentu akan semakin
mudah dan cepat mempelajarinya.
f. Faktor Kebebasan
Keleluasaan manusia untuk berpikir Divergen (menyebar) yang berarti
manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah dan bebas
memilih masalah sesuai kebutuhan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kognitif
anak adalah faktor kematangan dan pengalaman yang berasal dari interak si anak
dengan lingkungan. Dari interaksi dengan lingkungan, anak akan memperoleh
pengalaman dengan menggunakan asimilasi, akomodasi, dan dikendalikan oleh
prinsip keseimbangan. Pada anak usia dini, pengetahuan itu bersifat subyektif dan
akan berkembang menjadi obyektif apabila sudah mencapai perkembangan
33
remaja atau dewasa.
3. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif
Piaget menjelaskan bahwa perkembangan kognitif terdiri dari empat
tahapan perkembangan. Kecakapan tahap perkembangan kognitif ini sangat unik
dan individual, sehingga anak akan bertingkah laku dan berfikir berbeda-beda
disetiap usia perkembangannya. Akan diselaskan dalam tabel, sebagai berikut:

Tabel 3. Tahap Perkembangan Kognitif-Piaget


Tahap Usia Deskriptif Perkembangan
Sensorimotor 0-2  Pengetahuan anak diperoleh melalui interaksi fisik.
Baik dengan orang atau material (benda), skema-
skema baru terbentuk reklek sederhana, seperti
mengenggam atau menghisap
 Anak berfikir dalam pola visual
 Anak menggunakan indra untuk mengekplorasi
objek, yaitu melihat, menyimak, merasa,
memanipulasi, mencium bau.
 Anak belajar mengingat ciri fisik suatu objek
 Anak mengaitkan objek dengan tindakan dan
peristiwa, tetapi tidak menggunakan objek untuk
menyimbolkan kejadian atau tindakan. Yaitu
menggelindingkan bola, tetapi tidak menggunakan
bola sebagai mobil-mobilan.

33
Ahmad susanto. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.hlm 59-60
 Anak menggunakan permanensi objek, misal mulai
menyadari sebuah objek masih ada bahkan saat tak
terlihat lagi.
Praoperasional 2-7  Anak menggunakan simbol-simbol untuk
konkrit mempresentasi dunia secara kognitif. Simbol-
simbol itu seperti kata-kata yang dapat
menggantikan objek, peristiwa dan tingkah laku
yang tidak ada.
 Anak menggunakan objek untuk menyimbolkan
tindakan dan kejadian, misalnya berpura-pura
sebuah balok sebagai sebuah mobil.
 Anak mulai bisa menduga satu tindakan pada
tindakan lain. Misalnya menyadari menuang susu
dari wadah ke gelas akan membuat jumlah susu
berkurang di wadah dan akan bertambah di gelas.
 Anak mudah terkecoh oleh tampilan, misalnya
meyakini wadah tinggi dan kecil yang berisi
secangkir air berisi lebih banyak dari pada wadah
pendek dan lebar berisi secangkir air.
 Anak memikirkan produk akhir. Misalnya fokus
pada tampilan benda dalam momen tertentu,
pengetahuan figuratif dan bukan pada perubahan
benda dan bagaimana benda seperti itu.
pengetahuan operasional dan ia sepertinya tidak
bisa membalikan pemikirannya.
Operasinal 7-11  pemikiran anak bisa menangani perubahan benda
konkrit dan bagaimana perubahan tersebut terjadi
 anak bisa membalikan pemikirannya. Misal punya
kemampuan melihat dalam pikirannya bagaimana
benda terlihat sebelum dan sesudah perubahan
berlangsung
 anak telah melampaui bagaimana benda terlihat
dimomen tertentu dan mulai memahami bagaimana
benda saling berkaitan. Misal, anak tahu bahwa
angka dua lebih besar dari satu, tetapi dalam waktu
bersamaan, lebih kecil dari tiga.
Operasional 11-  anak mulai memikirkan pemikiran
formal Dewasa  anak berfikir secara abstrak tanpa butuh benda
konkret
 anak bisa berhipotesis tentang benda.
Sumber: buku Bimbingan & Konseling di Taman Kanak-Kanak.

Empat tahap perkembangan kognitif Piaget ini akan dispesifikasikan.


Akan membahas salah satu dari empat tahap-tahap perkembangan kognitif, yaitu
praoperasional konkret. Pada tahap praoperasional konkret anak cenderung lebih
egosentris. Egosentris berarti ketidakmampuan anak untuk melihat kedaan dari
sudut pandang orang lain. Menurut Piaget, anak yang egosentris menganggap
bahwa semua orang akan melihat, mendengar, dan merasakan sesuatu sama
seperti dirinya. Untuk menguji egosentrisme anak, Piaget menggunakan metode
Three Mountains. Misalkan, anak-anak ditunjukan tiga gunung yang berbeda.
Pertama, gunung dengan salju diatasnya. Kedua, dengan gubuk diatasnya dan
yang ketiga, dengan matahari diatasnya. Anak-anak diperbolehkan untuk berjalan
disekitar tiga gunung untuk mengamati dan duduk distu sisi. Sebuah boneka
diletakan diberbagai tempat meja. Anak-anak kemudian ditunjukan 10 foto
gunung yang diambil dari berbagai sudut dan disuruh untuk memilih foto mana
yang sesuai dengan pengamatan boneka. Piaget berasumsi bahwa jika si anak
mengambil foto yang tidak sesuai dengan penglihatan boneka, maka anak tersebut
bukan anak yang egois. Egosentris akan terlihat pada anak yang mengambil foto
yang sesuai dengan penglihatannya.
Ciri lain dari periode ini adalah animisme, yaitu kepercayaan bahwa benda
mati juga memiliki perasaan dan kemauan layaknya manusia.34

34
Muchammad Taufiq Anwar. Definisi Perkembangan dan Teori Perkembangan Kognitif Piaget.
Jurnal. Hlm 2
4. Kategori Perkembangan Kognitif
Saat anak memanipulasi objek dilingkungannya, mereka membuat respon
berbeda ke objek berbeda. Pengetahuan baru yang mereka peroleh diasimilasikan
ke pengetahuan sebelumnya, sehingga membantu pola pemikiran mereka
berkembang. Bagi Piaget perkembangan kognitif anak-anak berasal dari
kematangan biologi, interaksi mereka dengan lingkungan mereka dan temuan
spontan mereka tentang itu. Piaget membagai pengetahuan yang anak-anak susun
dalam tiga kategori:
a. Pengetahuan fisik. Anak-anak belajar tentang objek dilingkungan mereka
secara fisik memanipulasi objek. Mereka mulai menyusun konsep mental
tentang bentuk, ukuran dan warna dari objek. Interaksi dengan lingkungan
fisik digunakan anak untuk mengabstrakkan berbagai sifat fisik benda-
benda. Bila seorang anak menjatuhkan sebuah benda dan menemukan
bahwa benda itu pecah, ia sudah terlihat dalam proses abstraksi sederhana
atau abstraksi empiris. Pengalaman fisik ini berfungsi untuk membedakan
pengetahuan logika-matematika, tetapi secara paradoks pengalaman fisik
ini selalu melibatkan asimilasi pada strukur-struktur logika matematika.
Pengalaman fisik ini meningkatkan kecepatan perkembangan anak, sebab
observasi benda-benda serta sifat-sifat benda itu menolong timbulnya
pikiran yang lebih kompleks.35
b. Pengetahuan logis matematis. Anak-anak menyusun hubungan tentang
benda-benda seperti sama dan berbeda, lebih dan kurang, mana yang
sekelompok, berapa banyak, seberapa banyak.
c. Pengetahuan sosial. Anak-anak mempelajari aturan bagi perilaku dan
pengetahuan tentang tindakan orang-orang melalui keterlibatan mereka
dengan orang-orang.36

35
Fatimah, Ibda. Perkembangan Kognitif: Teori Jean Pieget. Dosen Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Ar-Raniry. Hlm 35
36
Jeanice J Beaty. Observasi Perkembangan Anak Usia Dini. Ed ke-7. Jakarta: Kencana.
Terjemahan oleh Arif Rakhman. Dari Observing Development Of the Young Child. Ed ke-7. Hlm
270
d. Kedewasaan. Kedewasaan merupakan faktor terpenting dalam
perkembangan intelektual. Perkembangan sistem syaraf, kordinasi
motorik, dan manifestasi fisik mempengaruhi perkembangan kognitif
e. Pengaturan sendiri. Pengaturan sendiri adalah kemampuan untuk mencapai
kembali keseimbangan selama periode ketidakseimbangan. Pengaturan diri
juga merupakan suatu proses untuk mencapai tingkat-tingkat berfungsi
kognitif yang lebih tinggi melalui asimilasi dan akomodasi yang lebih
tinggi. Jika pengaturan diri sudah dimiliki, ia mampu menjelaskan hal-hal
yang dirasakan anak dari lingkungannya. Kondisi ini dinamakan
equilibrium. Namun ketika anak menghadapi situasi baru yang tidak bisa
dijelaskan dengan pengaturan diri yang sudah ada, anak mengalami sensasi
disequilibrium yang tidak menyenangkan. Secara naluriah, individu
disrankan untuk memperoleh pemahaman dunia dan menghindari
disequilibrium.
Saat anak mulai tumbuh, diperlukan beberapa kategori perkembangan
kognitif, kategori ini merupakan penunjang anak untuk mampu beradaptasi
dengan lingkungannya, sebab lima kategori diatas berfungsi untuk
menyeimbangakan perkembangan kognitif anak.

Anda mungkin juga menyukai