Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SEKRETORIK SISTEM


INTEGUMEN DERMATITIS”

Disusun untuk memenuhi mata kuliah KMB III

Dosen: Faridatul Istibsaroh, S.Kep.Ns., M.Tr.Kep

Disusun Oleh:

Kelompok 7

Sitti Fatima (18030)

Femas Aditya (18008)

Yusria (18033)

Nur Maisah (18023)

PRODI DIII

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAZHATUT THULLAB


SAMPANG

PRODI DIII KEPERAWATAN

2020

1
Lembar Pengesahan

Makalah Asuhan Keperawatan dengan judul “Asuhan Kperawatan


gangguan sekretorik sistem integumen dermatitis” oleh mahasiswa
Stikes Nazhatut Thullab Sampang

Telah disetujui dan disahkan pada:

Hari :

Tanggal :

Mengetahui

Penyusun Dosen Pengajar

Femas Aditya Faridatul Istibsaroh, S.Kep.Ns., M.Tr.Kep

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha  Esa,
karena atas  berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan gangguan sekretorik sistem
integumen dermatitis” yang merupakan salah satu tugas dari mata kuliah
“Keperawatan Medikal Bedah III”.
Sebagai makluk ciptaan Tuhan, kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun agar dalam
penyusunan makalah berikutnya akan lebih baik.
Besar harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pembaca pada umumnya dan bagi mahasiswa keperawatan  pada khususnya.

Sampang, 21 Oktober 2020

Penyusun

3
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan.................................................................................................2
KATA PENGANTAR.............................................................................................3
DAFTAR ISI............................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI...........................................................................6
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI..............................................................6
B. DEFINISI.................................................................................................10
C. EPIDEMIOLOGI....................................................................................11
D. ETIOLOGI............................................................................................11
E. PATOFISIOLOGI..................................................................................12
F. MANIFESTASI KLINIS......................................................................12
G. WOC/PATHWAY...................................................................................14
H. PEMERIKSAAN................................................................................15
I. PENATALAKSANAAN......................................................................15
J. PENCEGAHAN.....................................................................................16
BAB III ASUHAN KEPERAWATA DERMATITIS SEBOROIK (TEORI).......17
1. Pengkajian...................................................................................................17
1) Anamnesa................................................................................................17
2) Pemeriksaan fisik....................................................................................18
2. Diagnosa Keperawatan...............................................................................19
3. Perencanaan Keperawatan..........................................................................19
4. Implementasi...............................................................................................21
5. Evaluasi.......................................................................................................21
BAB IV PENUTUP...............................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai
respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema,
edema, papul, vesikel, skuama) dan keluhan gatal. Istilah dermatitis
seboroik (DS) dipakai untuk segolongan kelainan kulit yang didasari oleh
faktor konstitusi dan bertempat predileksi di tempat-tempat seboroik.
Penyakit ini seringkali dihubungkan dengan peningkatan produksi sebum
( seborrhea) dari kulit kepala dan daerah muka serta batang tubuh yang
kayaakan folikel sebaceous. Dermatitis seboroik sering ditemukan dan
biasanya mudah dikenali.
Kulit yang terkena biasanya berwarna merah muda (eritema),
membengkak, ditutupi dengansisik berwarna kuning kecoklatan dan
berkerak. Penyakit ini dapat mengenai semua golongan umur, tetapi lebih
dominan pada orang dewasa. Pada orang dewasa penyakit ini cenderung
berulang, tetapi biasanya dengan mudah dikendalikan. Kelainan ini pada
kulit kepala umumnya dikenal sebagai ketombe pada orang dewasa dan
keluar saraf (cradle cap) pada bayi. 

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah, sebagai berikut:
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi kulit?
2. Bagaimana definisi dermatitis seboroik?
3. Bagaimana epidemiologi dermatitis seboroik?
4. Bagaimana etiologi dermatitis seboroik?
5. Bagaimana patofisiologi dermatitis seboroik?
6. Bagaimana pathway/woc dermatitis seboroik
7. Bagaimana manifestasi klinis dermatitis seboroik?
8. Bagaimana pemeriksaan dermatitis seboroik?
9. Bagaimana penatalaksanaan dermatitis seboroik?

5
10. Bagaimana pencegahan dermatitis seboroik?
11. Bagaimana asuhan keperawatan dermatitis seboroik?

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah, sebagai berikut:
1. Mengetahui anatomi dan fisiologi kulit
2. Mengetahui definisi dermatitis seboroik
3. Mengetahui epidemiologi dermatitis seboroik
4. Mengetahui etiologi dermatitis seboroik
5. Mengetahui patofisiologi dermatitis seboroik
6. Mengetahui pathway/woc dermatitis seboroik
7. Mengetahui manifestasi klinis dermatitis seboroik
8. Mengetahui pemeriksaan dermatitis seboroik
9. Mengetahui penatalaksanaan dermatitis seboroik
10. Mengetahui pencegahan dermatitis seboroik
11. Mengetahui asuhan keperawatan dermatitis seboroik

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan
membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang
dewasa 1.5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit
merupakan organ yang essensial dan vital serta merupakan cermin
kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan
sensitif, bervariasipada iklim, umur, seks, ras (kaukasoid, negroid,
mongoloid) dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Kulit tersusun
dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis atau
jaringan subkutan.

1. Epidermis (Kulit Ari Atau Kutikula)

Epidermis adalah bagian terluar kulit. Epidermis


membentuk lapisan paling luar dengan ketebalan sekitar 0,1
mm pada kelopak mata hingga sekitar 1 mm pada telapak tangan
dan kaki. Epidermis tersusun dari jaringan epitel skuamosa
bertingkat yang mengalami keratinisasi, jaringan ini tidak
memiliki pembuluh darah dan sel-selnya sangat rapat. Lapisan
epidermis terdiri atas:

a. Stratum Korneum (lapisan tanduk). Lapisan kulit paling


luar yang terdiri dari sel gepeng yang mati, tidak
berinti, protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat tanduk).
b. Stratum Lusidum. Terletak di bawah lapisan korneum, lapisan
sel gepeng tanpa inti, protoplasmanya berubah menjadi
protein yang disebut eleidin. Lapisan ini lebih jelas tampak
pada telapak tangan dan kaki.
c. Stratum Granulosum (lapisan keratohialin). Merupakan 2
atau 3 lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir

7
kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir kasar terdiri dari
keratohialin. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini.
d. Stratum Spinosum (stratum Malphigi) atau prickle cell
layer (lapisan akanta) Terdiri dari sel yang berbentuk
poligonal, protoplasmanya jernih karena banyak mengandung
glikogen, selnya akan semakin gepeng bila semakin dekat ke
permukaan. Di antara stratum spinosum, terdapat jembatan
antar sel ( intercellular bridges) yang terdiri dari protoplasma
dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar jembatan ini
membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus
Bizzozero. Di antara sel spinosum juga terdapat pula sel
Langerhans.
e. Stratum Basalis. Terdiri dari sel kubus (kolumnar) yang
tersusun vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbaris
seperti pagar (palisade). Sel basal bermitosis dan berfungsi
reproduktif.
2. Dermis

Dermis membentuk bagian terbesar kulit dengan


memberikan kekuatan dan struktur pada kulit. Dermis atau
Korium (Kulit Jangat) adalah lapisan jaringan ikat bagian
bawah. Pada permukaan dermis tersusun papil-papil kecil yang
berisi ranting-ranting pembuluh/kapiler darah, kandung rambut,
serta ujung-ujung saraf dari alat indera. Dermis dipisahkan dari
lapisan epidermis dengan adanya membrane dasar atau lamina.
Membran ini terusun dari dua lapisan jaringan
ikat yaitu lapisan papilarisdan lapisan retikularis.

Lapisan ini mengikat epidermis dengan struktur yang ada


di bawahnya. Lapisan papilaris dermis berada langsung di
bawah epidermis dan tersusun dari sel-sel fibroblast yang dapat
menghasilkan salah satu bentuk kolagen yaitu suatu komponen
dari jaringan ikat. Lapisan retikularis terletak di bawah

8
lapisan  papilaris dan juga memproduksi kolagen serta berkas-
berkas serabut elastik.

3. Hipodermis

Hipodermis atau jaringan subkutan merupakan lapisan


kulit yang paling dalam. Lapisan ini terutama berupa jaringan
adipose yang memberikan bantalan antar lapisan kulit dan
struktur internal seperti otot dan tulang. Jaringan ini
memungkinkan mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan
penyekatan panas tubuh. Lemah atau gajih akan bertumpuk dan
tersebar menurut jenis kelamin seseorang dan secara parsial
menyebabkan perbedaan bentuk tubuh laki-laki dengan
perempuan. Makanan yang berlebihan akan menyebabkan
penimbunan lemak di bawah kulit. Jaringan subkutan dan
jumlah lemak yang tertimbun merupakan

a. Perlindungan Kulit yang menutupi sebagian besar tubuh


memiliki ketebalan sekitar 1 atau 2 mm saja,
padahal kulit memberikan perlindungan yang sangat
efektif terhadap invasi bakteri dan benda asing lainnya.
Kulit tangan dan telapak kaki yang menebal memberikan
perlindungan yang sangat efektif terhadap pengaruh
trauma yang terus menerus yang terjadi pada daerah
tersebut
b. Sensibilitas
Ujung-ujung reseptor serabut saraf pada kulit memungkinkan
tubuh untuk memantau secara teru-menerus keadaan
lingkungan di sekitarnya. Fungsi utama reseptor pada kulit
adalah untuk mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan ringan
dan tekanan (atau sentuhan yang berat). Berbagai
ujung saraf bertanggung jawab untuk bereaksi terhadap
setiap stimuli yang berbeda. Meskipun tersebar ke seluruh
tubuh, ujung-ujung saraf lebih konsentrasi pada sebagian

9
daerah dibandingkan daerah lainnya. Contohnya yaitu
ujung-ujung jari tangan jauh lebih terinervasi ketimbang
kulit pada bagian punggung tangan. 
c. Keseimbangan air  

Stratum korneum memiliki kemampuan untuk


menyerap air dan dengan demikian akan mencegah
kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari bagian
internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam
jaringan subkutan.

d. Pengaturan suhu 

Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas


sebagai hasil metabolism makanan yang memproduksi
energi. Panas ini akan hilang terutama lewat kulit. Tiga
proses fisik yang terlibat yaitu radiasi (pemindahan panas ke
benda lain yang suhunya lebih rendah dan berada pada
suatu jarak tertentu), konduksi (pemindahan panas ke
benda lain yang lebih dingin yang bersentuhan dengan
tubuh), dan konveksi yang terdiri atas pergerakan massa
molekul udara hangat yang meninggalkan tubuh. Evaporasi
dari kulit akan membantu kehilangan panas lewat konduksi.
Panas dihatarkan lewat kulit ke dalam molekul-molekul air
pada permukaan sehingga air tersebut mengisat. Air dari
permukaan kulit dapat berasal dari perspirasi yang tidak
terasa, keringat ataupun lingkungan. Pengeluaran keringat
merupakan suatu proses yang digunakan kulit untuk
mengatur laju kehilangan panas.

e. Produksi vitamin 

Kulit yang terpajan sinar ultraviolet dapat mengubah


substansi yang diperlukanuntuk mensintesis vitamin D
(kolekalsiferol). Vitamin D merupakan unsure esensial untuk

10
mencegah penyakit riketsia, suatu keadaan yang terjadi
akibat defisiensi vitamin D, kalsium serta fosfor dan
menyebabkan deformitas tulang.

f. Fungsi respon imun 

Hasil penelitian terakhir menunjukkan bahwa


beberapa sel dermal (sel-sel Langerhans, interleukin-1 yang
memproduksi keratinosit, dan subkelompok limfosit-T)
merupakan komponen penting dalam sistem imun.

B. DEFINISI
Seborea disebut pula dengan dermatitis seboroik merupakan
keadaan terjadinya produksi sebum (sekret dari kelenjar sebasea)
yang berlebihan pada daerah-daerah tempat kelenjar tersebut
terdapat dalamjumlah yang besar (wajah, kulit kepala, alis mata,
kelopak mata, pada kedua sisi hidung serta bibir atas, daerah
malar/pipi, telinga, aksila, di bawah payudara, lipat paha dan
lipatan gluteus di daerah pantat). Dermatitis seborea merupakan
kelainan inflamasi kronik kulit dengan predileksi di daerah banyak
dipasok dengan kelenjar sebasea atau yang terletak di antara lipatan
kulit tempat bakteri terdapat dalam jumlah yang besar. 

Dermatitis seboroik adalah dermatosis papulosquamous


kronis umum yang mudah dikenali. Penyakit ini dapat timbul pada
bayi dan dewasa dan seringkali dihubungkan dengan peningkatan
produksi sebum (sebaseus atau seborrhea) kulit kepala dan daerah
folikel kaya sebaseus pada wajah dan leher. Kulit yang terkena
berwarna merah muda, bengkak, dan ditutupi dengan sisik berwarna
kuning-coklat dan krusta (Fitzpatrick, 2010).

Dermatitis seboroik merupakan kelainan kulit yang


berlangsung kronik dan kambuhan. Dermatitis seborrheic
umumnya hanya terjadi pada bayi karena hal ini terkait dengan

11
hormon androgen milik ibunya yang masih tersisa didalam
tubuhnya.

C. EPIDEMIOLOGI
Dermatitis seboroik memiliki dua puncak usia, yang
pertama pada bayi dalam 3 bulan pertama kehidupan dan yang
kedua sekitar dekade keempat sampai ketujuh kehidupan. Tidak ada
data yang tepat tersedia kejadian dermatitis seboroik pada bayi,
tetapi gangguan ini umum. Penyakit pada orang dewasa diyakini
lebih umum dari pada psoriasis. Penyakit ini mempengaruhi
setidaknya 3-5% dari populasi di Amerika Serikat. Pria lebih sering
terkena daripada wanita pada semua kelompok umur. Dermatitis
seboroik ditemukan pada 85% pasien dengan infeksi HIV.
Dermatitis seboroik banyak terjadi pada pasien yang menderita
penyakit parkinson karena produksi sebumnya meningkat
(Fitzpatrick, 2010).

D. ETIOLOGI
Etiologi dermatitis seboroik masih belum jelas, meskipun
demikian berbagai macam faktor seperti faktor hormonal, infeksi
jamur, kekurangan nutrisi, faktor neurogenik diduga berhubungan
dengan kondisi ini. Terdapat faktor predisposisinya antara lain
kelainan konstitusi berupa status seboroik yang rupanya
diturunkan. Keterlibatan faktor hormonal dapat menjelaskan
kenapa kondisi ini dapat mengenai bayi, menghilang secara spontan
dan kemudian muncul kembali setelah pubertas. Pada bayi
dijumpai kadar hormon transplansenta meninggi beberapa bulan
setelah lahir dan penyakitnya akan membaik bila kadar hormon ini
menurun.

Faktor lain seperti faktor lingkungan dan genetik. Banyak


percobaan yang telah dilakukan untuk menguhubungkan penyakit
ini dengan infeksi oleh bakteri atau pityrosporum ovale yang
merupakan flora normal kulit manusia akibat peningkatan sebum.

12
Hal ini sesuai fakta yang menyebutkan bahwa dermatitis seboroik
adalah tanda awal dari AIDS, dan juga memberikan respon pada
anti jamur seperti shampo ketokonazol topikal atau krim.

E. PATOFISIOLOGI
Seborik merupakan keadaan terjadinya produksi
sebum yang berlebihan pada daerah-daerah dimana kelenjar
tersebut berada dalam  jumlah besar (wajah, kulit kepala, alis
mata,kelopak mata, kedua sisi hidung serta bibir atas, daerah
malar (pipi), telinga, aksila, dibawah payudara, lipat paha dan
lipatan gluteus didaerah pantat). Dengan adanya kondisi anatomis
dimana secara predileksi didaerah tersebut banyak dipasok
kelenjar sebasea atau yang terletak diantara lipatan kulit tempat
bakteri dalam jumlah yang besar sehingga memungkinkan adanya
respon inflamasi yang lebih tinggi.

F. MANIFESTASI KLINIS
Dermatitis seboroik adalah suatu penyakit dengan
gambaranberbagai variasi klinis. Secara garis besar gejala klinis
DS bisa terjadi pada bayi dan orang dewasa. Pada bayi (usia 2
minggu-10 minggu) Pada kepala (daerah frontal dan parental) khas
disebut cradle cap atau pada daerah selangkangan, dengan krusta
tebal, pecah-pecah dan berminyak tanpa ada dasar kemerahan dan
kurang/tidak gatal. Cradle cap  ini biasanya muncul dalam 3 sampai
4 minggu setelah kelahiran, dan dapat meluas disertai eritema ke
daerah wajah, dada, selangkangan dan daerah- daerah flexural.

a. Pada lokasi lain lesi tampak kemerahan atau merah kekuningan


yang tertutup dengan skuama berminyak, kurang/tidak gatal.
Pada dewasa (pada usia pubertas, rata-rata pada usia 18-40
tahun, dapat pada usia tua) Umumnya gatal
b. Pada area seboroik, berupa makula atau plakat, folikular,
perifokular atau papula, kemerahan atau kekuningan dengan

13
derajat ringan sampai berat, inflamasi, skuama dan krusta tipis
sampai tebal yang kering, basah atau berminyak.
c. Bersifat kronis dan mudah kambuh, sering berkaitan dengan
kelelahan, stres atau paparan sinar matahari. Gambaran khas
dermatitis seboroik adalah eritema dengan warna kemerahan dan
ditutupi dengan sisik berminyak besar yang dapat dilepaskan
dengan mudah. Pada kulit kepala, lesi dapat bervariasi dari
sisik kering (ketombe) sampai sisik berminyak dengan eritema.
Pada wajah, penyakit ini sering mengenai bagian medial alis,
yaitu  glabella, lipatan nasolabial, concha dari daun telinga, dan
daerah retroauricular . Lesi dapat bervariasi dalam tingkat
keparahan eritema sampai sisik halus. Pria dengan jenggot,
kumis, atau jambang, lesi mungkin melibatkan daerah
yang ditumbuhi rambut, dan lesi hilang jika daerah tersebut
dicukur. Daerah dada medial pada pria terlihat petaloid yang
bervariasi dan ditandai dengan bercak merah terang di pusat dan
merah gelap di tepi. Pasien yang terinfeksi HIV, lesi terlihat
menyebar dengan pertanda inflamasi.

14
G. WOC/PATHWAY
Bahan iritan kimiawi dan fisik

Dikonsumsi atau
Kerusakan sel kontak langsung Ag

Kelainan kulit Iritan kontak dg Ag Sel penyampai


Ag

Denaturasi Oleh sel plasma dan


keratin Sel T
basofil membentuk Ab
IgE
Menyingkirkan HMC
lemak Lap. Tanduk
Memicu proses
degranulasi
Pelepasan
Mengubah daya ikat limfokim
air kulit
Pelepasan mediator
kimia berlebihan Lepas makrofag
Merusak lapisan
epidermis
Reaksi
Kerusakan
peradangan
MK: Ggg. Integritas jaringan
kulit/jaringan
Reaksi peradangan
Gatal dan rubor
Kelembapan
kulit menurun
Lapisan epidermis
terbuka invasi Reaksi manggaruk
bakteri berlebih Kulit mengering
Pelepasan toksik
bakteri
MK: Ggn Rasa Perubahan warna
Nyaman kulit
MK: Resiko
Infeksi
MK: Ggn Citra
Diri

15
H. PEMERIKSAAN
a. Pemeriksaan histopatologi. Pada dermatitis seboroik didapatkan
gambaran dermatitis kronis dan spongiosis lebih jelas.
Pada epidermis dapat ditemukan parakeratosis fokal
dengan abses Munro. Pada dermis terdapat pelebaran ujung
pembuluh darah di puncak stratum papilaris disertai sebukan
sel-selneutrofil dan monosit.
b. Pemeriksaan KOH 10-20%

Pada dermatitis seboroik dapat tampak


spora/blastokonidia, tidak ada hifa atau blastokonidia.

c. Pemeriksaan lampu Wood

Pada dermatitis seboroik fluoresen negatif (warna


violet). Pada eritrasma fluoresen merah bata atau merah
tembaga.

I. PENATALAKSANAAN
Terapi dermatitis seboroik bertujuan menghilangkan sisik
dan krusta, penghambatan kolonisasi jamur, pengendalian infeksi
sekunder, dan pengurangan eritema serta gatal. Pasien dewasa harus
diberitahu tentang sifat kronis penyakit dan memahami bahwa
terapi bekerja dengan cara mengendalikan penyakit dan bukan
dengan mengobati. Prognosis dermatitis seboroik infantil sangat
baik karena kondisinya yang jinak dan self-limited .

a. Pada bayi

Penghapusan skuama yang melekat dan tebal dengan 3


sampai 5% asam salisilat dalam minyak zaitun atau air, kompres
minyak zaitun hangat dibiarkan 8-12 jam, skuama dilepas dengan
sikat halus, lalu dilanjutkan dengan shampoo yang tepat.

b. Pada dewasa

16
Karena penyakit dermatitis seboroik bersifat kronis,
dianjurkan menggunakan terapi yang ringan dan hati-hati. Obat
anti-inflamasi dan jika diperlukan agen antimikroba atau antijamur
harus digunakan.

J. PENCEGAHAN 
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut: Hindari rangsangan gesek, lebih berhati-hati menggunakan
sabun dan handuk, Hindari sabun yang beraroma, Gunakan sabun
yang tinggi kadar minyaknya, Hindari makanan pemicu radang
gatal, batasi makanan berprotein tinggi, Mandi dengan air hangat
cenderung dingin jangan air panas 6.  Hindari gosokan alkohol pada
kulit yang meradang, Hindari kontak langsung dengan
bahan/senyawa penyebab alergi, bila bisa ditemukan menggunakan
krim pelembab (moisturiser). Krim pelembab dapat digunakan
sesering mungkin menggunakan moisturiser atau bath oil untuk
mandi 10. Menghindari faktor-faktor di lingkungan yang memicu
atau memperparah eksema, misalnya: 

a. Mainan, air liur, atau makanan di sekitar mulut 


b. Bahan seperti wol aau pelapis cat seat
c. Detergen, sabun, bubble bath, antiseptic
d. Kontak dengan bulu hewan 

17
BAB III

ASUHAN KEPERAWATA KLIEN DENGAN DERMATITIS SEBOROIK

(TEORI)

1. Pengkajian

1) Anamnesa
Pada pengkajian dilakukan anamnesa dengan menggunakan metode
wawancara dan pemeriksaan fisik secara langsung guna memperoleh data
yang akurat. Pemeriksaan fisik pada sistem integumen sebaiknya
menggunakan metode head to toe. Kemudian Data yang diperoleh tersebut
digunakan sebagai acuan dalam membuat rencana asuhan keperawatan.
(1) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat lengkap, pekerjaan (saat ini
dan sebelumnya), status perkawinan, agama dan suku bangsa. Secara
umum, dermatitis seboroik sering mengenai bayi, remaja dan orang
dewasa. Bila dilihat dari jenis kelamin, prevalensi pada wanita adalah
dua kali lipat dibanding pada laki-laki. Selain itu, bangsa kaukasian
lebih sering terkena dermatitis kontak alergi dari pada ras bangsa lain.
(Keefner, 2004).
(2) Keluhan Utama.
Keluhan utama merupakan keluhan yang dirasakan sangat
mengganggu (gejala terberat) yang mendorong pasien datang ke
pelayanan kesehatan. Biasanya klien dengan dermatitis seboroik
mengeluh gatal dan rambut rontok.
(3) Riwayat Kesehatan.
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan sejak kapan klien merasakan keluhan seperti yang ada
pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan klien
untuk menanggulanginya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu

18
Apakah klien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini
atau penyakit kulit lainnya.
(4) Riwayat kesehatan/sosial
Mengkaji kebiasaan klien dalam menjaga tubuhnya agar tetap bersih.
Pada klien dermatitis seboroik yang mengalami gejala skuamanya
kering dan berlapis-lapis dan sering lepas sendiri (pitiriasis sika/
ketombe) serta kulit kepalanya terasa gatal, berfikiran bahwa gejala-
gejala itu timbul dari kulit kepala yang kemudian klien menurunkan
frekuensi pemakaian shampo, sehingga menyebabkan akumulasi lebih
lanjut dan kebersihan rambutnya tidak terjaga. Inflamasi akhirnya
terjadi dan kemudian gejala makin memburuk.
Pada klien usia remaja atau dewasa muda harus juga perlu ditanyakan
ada atau tidaknya riwayat penggunaan obat-obatan terlarang.
(5) Paparan lingkungan
Identifikasi adanya kemungkinan paparan radiasi, zat kimia, dan lain-
lain yang berasal dari lingkungan sekitar klien.
(6) Pegkajian Psikososial
Mengkaji persepsi klien terhadap dermatitis seboroik yang dialaminya.
Klien menganggap penyakitnya adalah cobaan dari Tuhan atau
hukuman. Kemudian dalam melaksanakan tindakan-tindakan untuk
kesembuhannya apakah klien kooperatif atau tidak..
(7) Pengkajian spiritual
Kaji kebiasaan ibadah klien sebelum sakit dan selama sakit.

2) Pemeriksaan fisik
(1) TTV
Pada klien dermatitis seboroik TTV yang meliputi Tekanan darah,
nadi, suhu, dan RR dalam batas normal. Kecuali jika keadaan klien
semakin parah sampai mengalami infeksi, maka klien mengalami
hipertermi.

19
(2) Head to toe
a. Kepala
a) Terdapat lesi
b) Kulit kepala eritema
c) Skuama berminyak atau kering
d) Skuama warna kekuning-kuningan sehingga rambut saling
melengket
e) Krusta dengan bentuk dan besar bervariasi
f) Rambut rontok, sehingga terjadi alopesia
b. Muka
Pada daerah alis, mulut, palpebra, sulkus nasolabialis, dagu, dan
lain-lain terdapat makula eritema, yang diatasnya dijumpai skuama
berminyak berwarna kekuning-kuningan
c. Badan dan sela-sela
Lipatan mammae, aksila, lipatan paha dan skrotum dijumpai ruam
berbentuk makula eritema yang pada permukaannya ada skuama
berminyak berwarna kekuning-kuningan.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan Integritas kulit berhubungan dengan penurunan mobilitas
dibuktikan dengan kerusakan jaringan atau lapisan kulit
2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
dibuktikan dengan mengeluh sulit tidur

3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Luaran SLKI Intervensi SIKI
Gangguan Integritas Setelah dilakukan Observasi
1. Identifikasi
kulit berhubungan intervensi keperawatan
penyebab
dengan penurunan selama 2 x 24 jam, gangguan
integritas kulit
mobilitas dibuktikan maka keluhan nyeri
Terapeutik
dengan kerusakan menurun dengan 1. Ubah posisi tiap
2 jam jika tirah
jaringan atau lapisan kriteria hasil:
baring
kulit 2. Gunakan produk
1. Nyeri menurun berbahan
petroleum atau

20
minyak pada
2. Kerusakan
kulit kering
jaringan 3. Gunakan produk
berbahan
menurun
ringan/alami
3. Elastisitas dan hipealergik
pada kulit
meningkat sensitive
4. Hindari produk
4. Tekstur berbahan dasar
membaik alcohol pada
kulit kering
Edukasi
1. Anjurkan
menggunakan
pelembab
2. Anjurkan
minum air yang
cukup
3. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
4. Anjurkan
meningkatkan
asupan nuah dan
sayur
5. Anjurkan
menghndari
terpapar suhu
ekstrem
6. Anjurkan mandi
dan
menggunakan
sabun
secukupnya
Gangguan pola tidur Setelah dilakukan
Observasi
berhubungan dengan intervensi keperawatan 1. Identifikasi pola
hambatan lingkungan selama 2 x 24 jam, aktivitas dan
tidur
dibuktikan dengan maka keluhan nyeri 2. Identifikasi
mengeluh sulit tidur faktor
menurun dengan pengganggu
kriteria hasil: tidur
Terapeutik
1. Kesulitan tidur 1. Fasilitasi
meningkat menghilangkan
2. Keluhan sering stress sebelum

21
terjaga meningkat tidur
3. Keluhan pola tidur 2. Tetapkan jadwal
berubah meningkat tidur rutin
4. Keluhan istirahat Edukasi
tidak cukup 1. Jelaskan
meningkat pentingnya tidur
cukup selama
sakit
2. Anjurkan
menghindari
makanan/minum
an yang
mengganggu
tidur
3. Anjurkan
penggunaan
obat tidur yang
tidak
mengandung
supresor
terhadap tidur
REM

4. Implementasi Menurut Tarwoto dan Wartonah (2004),


Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan.Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
(independen) dan tindakan kolaborasi. Tujuan dari pelaksana adalah
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang
mencakup penimgkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pemulihan
kesehatan. Pada tahap ini dilaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan
pada rencana keperawatan yang telah dibuat sesuai teori dan hampir semua
terlaksana.
5. Evaluasi Menurut Tarwoto dan Wartonah (2004),
Evaluasi perkembangan klien dapat dilihat dari hasilnya. Tujuannya
adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat dicapai dan
memberikan feedback terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.

22
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dermatitis merupakan kelainan kulit dengan gejala subjektif berupa
rasa gatal dan secara objektif ditandai bercak, ruam, atau peradangan.
(Dwikarya 2010). Dermatitis atopik adalah tipe pruritis dari eszema yang
bersifat umum, kronik, dan kambuhan. Dermatitis seboroik merupakan
penyakit inflamasi kronik yang mengenai daerah kepala dan badan di mana
terdapat glandula sebasea, sedangkan dermatitis kontak merupakan kelainan
inflamasi yang sering bersifat ekzematosa dan disebabkan oleh reaksi kulit
terhadap sejumlah bahan yang iritatif atau alernergik.
Secara umum penyebab dari dermatitis yaitu : respon kulit terhadap
agen-agen yang beraneka ragam, mis: zat kimia, protein, bakteri adanya
respon alergi. Baik dermatitis atopik, seboroik, maupun kontak ketiganya
memiliki manifestasi yang hampir mirip. Manifestasi yang muncul meliputi
pruritus atau gatal-gatal, ruam, kemerahan, fisura, bernanah, kulit menjadi
kering. Oleh karena itu, dibutuhkan pengkajian yang cermat dan detail
sehingga dapat menentukan penatalaksanaan yang tepat untuk pasien.
Dermatitis seboroik pada anak memiliki prognosis yang baik. Dapat
sembuh sendiri secara spontan dalam 6 hingga 12 bulan dan mungkin dapat
timbul kembali saat memasuki usia pubertas. Diperkirakan 30-35% penderita
DA inantil akan berkembang menjadi asma bronkiale atau hay fever.
Penderita DA mempunyai resiko tinggi untuk mendapat dermatitis kontak
iritan akibat kerja di tangan. Namun, penatalaksanaan yang baik dan tepat
akan menmbulkan prognosis yang baik pula.

23
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar. 2010. Jurnal Kedokteran Maranatha Vol 9, No 2. Publisher: Universitas


Kristen Maranatha
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed.10.
EGC: Jakarta
Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta :
Salemba Medika.

24

Anda mungkin juga menyukai