Anda di halaman 1dari 21

MODUL FIELD LAB TIM REVISI

EDISI REVISI
PENYULUHAN KESEHATAN: Ketua tim revisi : Dr. Diffah Hanim, Dra., MSi
Anggota Revisi :
PENYAKIT MENULAR SEXUAL (PMS) 1. Rita Catharina, dr. M. Kes
2. Sri Indratni, dr., PAK., M.Or.
3. Suparman., dr., M.Kes.

Disusun oleh:
TIM FIELD LAB
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS
Kerjasama dengan
UPTD PUSKESMAS SIBELA, SURAKARTA

2011
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

Puji syukur Tim Penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha TIM PENYUSUN
Esa atas tersusunnya modul Field Lab dengan topik Penyuluhan KATA PENGANTAR
Kesehatan : Penyakit Menular Seksual (PMS). BAB I. PENDAHULUAN
Topik Field Lab ini dikembangkan sebagai tuntutan kebutuhan BAB II. TINJAUAN TEORI
materi pendidikan kedokteran komunitas yang akhir-akhir muncul BAB III. PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT
fenomena meningkatnya penyakit menular sexual. Berdasarkan hal MENULAR SEXUAL (PMS)
tersebut maka perlu bentuk modul pembelajaran yang mendukung BAB IV. KAJIAN ILMIAH ’PMS’
tercapainya kompetensi mahasiswa kedokteran dalam hal penyuluhan BAB V. STRATEGI PEMBELAJARAN
kesehatan komunitas khususnya pada penyakit menualar sexual. BAB VI. PROSEDUR KERJA
Akhir kata tim penyusun modul field lab topik PMS menghaturkan BAB VII. SKALA PENILAIAN
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah DAFTAR PUSTAKA
berkenan membantu dalam penyusunan, penyempurnaan dan penerbitan LAMPIRAN
modul ini.
Surakarta, Januari 2011

Tim Revisi

1
BAB I. PENDAHULUAN a. Kemiskinan dan kebodohan
A. Latar Belakang b. Belum tumbuhnya kesadaran pentingnya kesehaan reproduksi di
Permasalahan yang dihadapi Puskesmas khusus PMS ternyata kalangan anak remaja
belum semua Puskesmas dapat melaksanakan kegiatan bimbingan c. Masih dianggap tabunya pendidikan sexual sejak dini
Field Lab dengan topik PMS sesuai dengan harapan institusi d. Perubahan gaya hidup global dan desakan jumlah penduduk dan
pendidikan FK UNS. Akibatnya apa yang diharapkan atau yang perubahan struktur penduduk
diperoleh mahasiswa dari tiap-tiap Puskesmas kemungkinan berbeda. Cakupan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang diobati di seluruh
Oleh karena itu perlu kearifan dalam penilaian topik PMS Kabupaten di Indonesia pada tahun 2005-2007 adalah 68.64% padahal
Penyakit Menular Seksual (PMS) atau biasa disebut penyakit target SPM yaitu 100%. Dari hasil evaluasi tahun 2007 tersebut,
kelamin adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. ternyata masih diperlukan promosi kesehatan dalam upaya pencegahan
Yang termasuk PMS adalah Syphillis, Gonorhoe Bubo, jengger ayam, penularan penyakit menular khususnya HIV-AIDS. Selain itu juga
herpes, HIV/AIDS, dan lain-lain. Meskipun masih sedikit bukti-bukti perlu dikonfirmasikan ke tiap-tiap Puskesmas apakah pada tahun 2005-
empiris tentang munculnya berbagai penyakit menular di negara 2007 tersebut, data kosong yang didapatkan memang karena tidak ada
berkembang seperti di Indonesia, tetapi data faktual telah menunjukkan penderita HIV-AIDS di semua Puskesmas di semua Kabupaten atau
bahwa penyakit menular khususnya penyakit menular sexual (PMS) karena penjaringan yang kurang memadai. Oleh karena itu semua
semakin hari semakin bertambah jumlah pasien yang tidak tertolong. mahasiswa FK UNS yang sedang mengambil mata kuliah field lab
Penderita PMS adalah penderita yang mempunyai gejala seperti gejala harus mampu menggali masalah PMS dan memberi penyuluhan yang
penyakit yang datangnya secara lambat /menahun/kronis (seperti TBC) efektif, mudah dipahami masyarakat.
dan dapat untuk keperluan Survailans, yaitu kelompok umur anak (<12
tahun) dan kelompok umur sudah dewasa (>12 tahun). B. Tujuan Pembelajaran
Penyebab utama meningkatnya PMS di negara-negara Setelah melakukan kegiatan laboratorium lapangan diharapkan
berkembang seperti di Indonesia antara lain adalah: mahasiswa dapat memiliki kemampuan:

2
a. Melakukan penyuluhan kesehatan komunitas tentang PMS macrophages– komponen-komponen utama sistem kekebalan sel),
khususnya HIV/AIDS dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini
b. Memahami program pencegahan dan pengobatan PMS khususnya mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-
HIV/AIDS menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.
c. Memahami tatalaksana HIV/AIDS Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut
d. Memahami proses rujukan kasus PMS terutama yang berisiko tidak dapat lagi menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan
tertular HIV/AIDS penyakit- penyakit. Orang yang kekebalan tubuhnya defisien
(Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap berbagai ragam
infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak
BAB II. KAJIAN TEORI mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan
dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi
Penyakit yang termasuk dalam golongan PMS diantaranya adalah oportunistik” karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem
gonorhea, jengger ayam, syphilis dan HIV/AIDS. Diantara penyakit- kekebalan tubuh yang melemah.
penyakit tersebut, yang paling berbahaya adalah HIV/AIDS.
Apakah gejala-gejala HIV?
A. HIV/AIDS
1. Etiologi Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV tidak
Klien yang mendapatkan Penanganan HIV-AIDS adalah klien menyadarinya karena tidak ada gejala yang tampak segera setelah
yang mendapat penanganan HIV/AIDS sesuai standar di satu terjadi infeksi awal. Beberapa orang mengalami gangguan kelenjar
wilayah kerja Puskesmas pada kurun waktu tertentu. yang menimbulkan efek seperti deman (disertai panas tinggi, gatal-
HIV merupakan singkatan dari ’human immunodeficiency gatal, nyeri sendi, dan pembengkakan pada limpa), yang dapat
virus’. HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem terjadi pada saat seroconversion. Seroconversion adalah
kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan

3
pembentukan antibodi akibat HIV yang biasanya terjadi antara enam Kapankah seorang terkena AIDS?
minggu dan tiga bulan setelah terjadinya infeksi.
Istilah AIDS dipergunakan untuk tahap- tahap infeksi HIV
Kendatipun infeksi HIV tidak disertai gejala awal, seseorang
yang paling lanjut.
yang terinfeksi HIV sangat mudah menularkan virus tersebut kepada
Sebagian besar orang yang terkena HIV, bila tidak mendapat
orang lain. Satu-satunya cara untuk menentukan apakah HIV ada di
pengobatan, akan menunjukkan tanda-tanda AIDS dalam waktu 8-
dalam tubuh seseorang adalah melalui tes HIV. Infeksi HIV
10 tahun. AIDS diidentifikasi berdasarkan beberapa infeksi tertentu,
menyebabkan penurunan dan melemahnya sistem kekebalan tubuh.
yang dikelompokkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World
Hal ini menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi penyakit dan
Health Organization) sebagai berikut:
dapat menyebabkan berkembangnya AIDS.
• Tahap I penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apapun dan
Apakah AIDS ?
tidak dikategorikan sebagai AIDS.
AIDS adalah kumpulan gejala yang disebabkan karena
• Tahap II (meliputi manifestasi mucocutaneous minor dan
menurunnya sistem kekebalan tubuh. HIV adalah virus yang
infeksi-infeksi saluran pernafasan bagian atas yang tak sembuh-
menyerang sistem kekebalan tubuh yang lama kelamaan akan
sembuh)
mengakibatkan AIDS. AIDS adalah singkatan dari ‘acquired
• Tahap III (meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya
immunodeficiency syndrome’ dan menggambarkan berbagai
yang berlangsung lebih dari satu bulan, infeksi bakteri yang
gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem
parah, dan TBC paru-paru), atau
kekebalan tubuh. Infeksi HIV telah ditahbiskan sebagai penyebab
• Tahap IV (meliputi Toksoplasmosis pada otak, Kandidiasis pada
AIDS. Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi
saluran tenggorokan (oesophagus), saluran pernafasan (trachea),
tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang
batang saluran paru-paru (bronchi) atau paru-paru dan Sarkoma
menjadi AIDS.
Kaposi). Penyakit HIV digunakan sebagai indikator AIDS.
Sebagian besar keadaan ini merupakan infeksi oportunistik
yang apabila diderita oleh orang yang sehat, dapat diobati.

4
2. Cara Penularan kondisi membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat
Cara Penularan virus HIV AIDS dalam beberapa tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya

1. Melalui darah. misalnya ; Transfusi darah, terkena darah menurun/lemah hingga jatuh sakit karena serangan demam yang
HIV+ pada kulit yang terluka, jarum suntik, dsb. berulang. Satu cara untuk mendapat kepastian adalah dengan
2. Melalui cairan semen, air mani (sperma atau peju Pria). menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika seseorang merasa
misalnya ; seorang Pria berhubungan badan dengan telah melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus HIV.
pasangannya tanpa menggunakan kondom atau pengaman
lainnya, oral sex, dsb
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit
3. Melalui cairan vagina pada Wanita. misalnya ; Wanita yang
berhubungan badan tanpa pengaman, pinjam-meminjam alat AIDS diantaranya adalah seperti dibawah ini :
bantu seks, oral seks, dsb.

4. Melalui Air Susu Ibu (ASI). misalnya ; Bayi meminum ASI 1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti
dari wanita hiv+, Pria meminum susu ASI pasangannya, dsb.
nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi
Adapun cairan tubuh yang tidak mengandung Virus HIV virus lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium
pada penderita HIV+ antara lain Saliva (air liur atau air
awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC.
ludah), Feses (kotoran atau tinja), Air mata, Air keringat
serta Urine (Air seni atau air kencing).
2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan
tanda dan gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah,
Tanda dan Gejala Penyakit AIDS
kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan
Seseorang yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik.
tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya
mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya 3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga
tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10%

5
dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan energy syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak
didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita
juga karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan pada sistem AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang)
pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan pelvic dikenal sebagai istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)'
lemah kurang bertenaga. dan mengalami masa haid yang tidak teratur (abnormal).
4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan
central yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah 3. Tatalaksana HIV/AIDS dimaksud :
berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota Si penderita bisa memahami tentang penyakitnya sehingga dia berobat
gerak melambat. Pada system persyarafan ujung (Peripheral) akan pada stadium awal karena kebanyakan kasus di lapangan terjadi akibat
menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, terlambatnya penanganan penderita HIV/AIDS. Hal ini disebabkan
reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan penderita datang sudah stadium lanjut dan kebanyakan penderita
Impoten. datang dengan penyakit setelah bekerja di rantau. Oleh karenaitu
5. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami diperlukan peningkatan sosialisasi yang intensif. Bentuk sosialisasi
serangan virus cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes sebaiknya langsung pada suspek penderita dan keluarga penderita
zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa serta masyarakat umum. Adapun tatalaksana HIV/AIDS di Indonesia
nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi umumnya adalah:
jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak • Voluntary Counseling Testing (VCT) adalah kegiatan test
(kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis. konseling secara sukarela
• Perawatan orang sakit dengan HIV/AIDS
6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali • Pengobatan infeksi Opurtunistik
mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal • Sistem pelaporan kasus HIV/AIDS
terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit

6
Untuk penanggulangan HIV/AIDS ada beberapa upaya yang dapat -dapat muncul tanpa gejala
dilakukan oleh Puskesmas, yaitu: b. Pada Laki-laki
1. Penyuluhan KRR, PMS, NAPZA pada kelompok sasaran (siswa -keluar nanah dari kemaluan
SMP/SMA, Karangtaruna, PSK, Pengguna jarum suntik/IDUs) -sakit saat kencing
dll
2. Meningkatkan pelaksanaan PMTCT ((Prevention Mother to C. SYPHILIS
Child Transmision)
3. Mengembangkan klinik VCT 1. Etiologi
4. Peningkatan gaya hidup sehat Disebut juga dengan “raja
singa”. Disebabkan oleh bakteri
B. GONORHEA Troponema palladium. Gejala – gejala
1. Etiologi muncul antara 2-6 minggu (kadang-
Pada laki – laki dikenal sebagai “kencing nanah”. kadang 3 bulan) setalah terjadi
Penyebabnya bakteri yang disebut Neisseria gonorrrheae. Gejala hubungan seksual.
muncul antara 2 hinga 10 hari setelah terjadi hubungan seksual.

2. Cara Penularan
Melalui hubungan seksual
2. Cara Penularan
3. Gejala
-melalui kontak seksual
a. Pada Perempuan
-melalui kontak langsung dengan lesi
-keluar cairan kental berwarna kekuningan
-penularan dari ibu ke anak
-nyeri perut bagian bawah

7
3. Gejala • Dapat ditularkan ke pasangan
• Primer :tampak luka tunggal, menonjol dan tidak nyeri.
Pengobatan
• Sekunder :bintil / bercak merah di tubuh yang hilang sendiri atau
• Belum ada obat yang dapat menghilangkan virus penyebab kutil.
tanpa gejala.
Pada tahap pertama kutil dapat diobati dengan bahan kimia yang
• Tersier :kelainan jantung, kulit, pembuluh darah dan gangguan
bisa menghapus kutil. Bila besar perlu operasi di rumah sakit
syaraf.
• Namun operasi sering kali tidak efektif, karena kutil dapat muncul

D. Kutil Kelamin (Jengger Ayam) kembali

Penyebab : virus (HPV)


Gejala (muncul 2-3 bln setelah tertular)
• Kutil sangat kecil seperti mata ikan akan muncul di luar alat
kelamin/anus maupun didalam vagina

• Semakin lama dibiarkan akan semakin besar seperti bunga


kol/jengger ayam

• Tidak terasa sakit, hanya kadang-kadang terasa gatal

• Akan timbul-hilang seumur hidup (bersifat kambuhan)

Kalau kena kutil kelamin?


Konsekuensi
• Dapat meningkatkan resiko terhadap kanker leher rahim dan kanker
penis

8
BAB IV. KAJIAN ILMIAH ’PMS’ Membahas rencana kegiatan di masing-masing LSM sesuai dengan
isu SPM (Standart Pelayanan Minimal) yang mereka akses untuk
Konsep Map menekan pertumbuhan penularan HIV/AIDS.

DATA
3. Pertemuan dengan Tim Pengarah KPAD Kota Surakarta
(Buku) Sosialisasi HIV/AIDS di masing-masing instansi yang dibawahinya
dengan harapan bisa memberi informasi pencegahan dan
MASALAH
KESEHATAN DOKTER DATA Bukti penanganannya.
(Diagnosis (Internet)
HIV AIDS) 4. Pelayanan VCT
KEPUTUSAN Di RS Daerah dr. Moewardi Surakarta, RS dr. Oen Surakarta dan
DATA MEDIS
Hasil Lab Puskesmas Manahan (bagi kelompok IDU’s).

5. Pelayanan IMS
Upaya pencegahan HIV/AIDS dilakukan bersama dengan kegiatan
Dilaksanakan di Puskesmas Manahan dan Puskesmas Sangkrah atas
penanggulangan Infeksi Menular Seksual (IMS). Kegiatan yang telah
kerja sama DKK Surakarta dengan GF – ATM diperuntukkan bagi
dilaksanakan antara lain:
umum termasuk kelompok risiko tinggi.
1. Serosurvey
6. Pembentukan DIC (Droup In Centre)
Kegiatan ini dilaksanakan oleh DKK dan PMI dengan sasaran WPS
Oleh LSM Mitra Alam sebagai tempat kosultasi dan informasi
langsung, WPS tak langsung dan Napi, tujuannya untuk
mengenai bahaya Narkoba/NAPZA bagi generasi muda/
mendapatkan data besaran masalah HIV dan Sifilis di kelompok
pemuda/remaja. (PB IDI, 2000)
risiko tinggi, jika ditemukan akan dilakukan pengobatan.
2. Pertemuan dengan Lingkar LSM Peduli AIDS

9
Perjalanan Infeksi HIV/AIDS : tahun. Setelah menjadi AIDS, survival rate di negara industri telah bisa
Pada saat seseorang terkena infeksi virus AIDS maka diperlukan waktu 5- diperpanjang menjadi 3 tahun, sedangkan di negara berkembang masih
10 tahun untuk sampai ke tahap yang disebut sebagai AIDS. Setelah virus kurang dari 1 tahun. Survival rate ini berhubungan erat dengan penggunaan
masuk kedalam tubuh manusia, maka selama 2-4 bulan keberadaan virus obat antiretroviral, pengobatan terhadap infeksi oportunistik dan kwalitas
tersebut belum bisa terdeteksi dengan pemeriksaan darah meskipun pelayanan yang lebih baik.
virusnya sendiri sudah ada dalam tubuh manusia. Tahap ini disebut sebagai
periode jendela (windows periode). Sebelum masuk pada tahap AIDS,
orang tersebut dinamai HIV positif karena dalam darahnya terdapat HIV. BAB V. STRATEGI PEMBELAJARAN
Pada tahap HIV+ ini maka keadaan fisik ybs tidak mempunyai kelainan
khas ataupun keluhan apapun, dan bahkan bisa tetap bekerja seperti biasa. 1. Diagnosis HIV-AIDS
Dari segi penularan, maka dalam kondisi ini ybs sudah aktif menularkan Seorang ibu rumah tangga datang ke Dokter A dengan keluhan
virusnya ke orang lain jika dia mengadakan hubungan seks atau menjadi panas dan batuk darah. Ibu tersebut mengeluh bahwa sakitnya sudah
donor darah. lama dan berkali-kali mondok keluar masuk rumah sakit dengan keluhan
Sejak masuknya virus dalam tubuh manusia maka virus ini akan serupa. Anamnesis lebih lanjut ternyata suaminya sudah meninggal dan
menggerogoti sel darah putih (yang berperan dalam sistim kekebalan tubuh) sebelumnya ada riwayat memakai injeksi Narkoba (IVDU). Dokter A
dan setelah 5-10 tahun maka kekebalan tubuh akan hancur dan penderita tanpa melakukan pemeriksaan lebih lanjut menyatakan kemungkinan
masuk dalam tahap AIDS dimana terjadi berbagai infeksi seperti misalnya ibu tersebut menderita AIDS. Pasien tidak puas lalu datang ke dokter B,
infeksi jamur, virus-virus lain, kanker dsb. Penderita akan meninggal dalam kemudian oleh dokter B disarankan melakukan pemeriksaan
waktu 1-2 tahun kemudian karena infeksi tersebut. laboratorium Sputum BTA, Foto Thoraks dan pemeriksaan darah
Ada beberapa hasil penelitian antara lain di negara industri, seorang dewasa berupa Limfosit T.
yang terinfeksi HIV akan menjadi AIDS dalam kurun waktu 12 tahun, Hasil pemeriksaan jumlah Limfosit T Helper (CD4)
sedangkan di negara berkembang kurun waktunya lebih pendek yaitu 7 menunjukkan hasil sangat rendah. Dokter B mendiagnosis HIV dan

10
pasien berkonsultasi apakah penyakitnya dapat disembuhkan dan
apakah ada obatnya. Bagaimana pendapat saudara? Saudara lebih setuju pendapat siapa?
Pertanyaan: Teknik membuat keputusan medis berbasis bukti seperti apakah yang harus
1. Menurut anda dokter yang manakah yang lebih kompeten, apa saudara lakukan?
alasannya? (Kompetensi cara berpikir kritis/Critical Thinking) Dokter dalam hal ini diidentikkan sebagai mahasiswa FKUNS
2. Bukti-bukti apakah yang perlu dikumpulkan untuk memahami masalah diharapkan mencari bukti-bukti ilmiah berupa data ilmiah termasuk
pasien tersebut? (Kompetensi Critical Thinking dan Evidance Based pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosis HIV AIDS. Data ilmiah atau
Medicine=EBM Diagnosis) bukti yang didapatkan dipakai untuk mendiagnosis HIV AIDS, kemudian
3. Keterangan apa yang sebaiknya diberikan oleh dokter sehubungan memberikan informasi kepada pasien dan disampaikan secara etis.
dengan pertanyaan pasien?( Kompetensi EBM Diagnosis dan Etika)
Skenario 2 ini membawa kompetensi seperti: 2. Perkembangan HIV/AIDS di Dunia
- Berpikir kritis/Critical Thinking Kasus pertama ditemukan di San Fransisco pada seorang gay tahun
- EBM Diagnosis 1981. Menurut UNAIDS (Badan PBB untuk penanggulangan AIDS)
Fokus skenario 2 diutamakan pada Learning Objective (LO) mayor EBM sampai dengan akhir 1995, jumlah orang yang terinfeksi HIV (Human
Diagnosis. Immuno-deficiency Virus) di dunia telah mencapai 28 juta dimana 2,4 juta
Peran Tutor untuk mengarahkan diskusi menuju LO EBM Diagnosis adalah diantaranya adalah kasus bayi dan anak. Setiap hari terjadi infeksi baru
melalui langkah-langkah atau konsep sebagai berikut: sebanyak 8500 orang, sekitar 1000 diantaranya bayi dan anak (Anonim,
2006).
Dokter A: Mendiagnosis HIV AIDS tanpa didukung pemeriksaan Sejumlah 5,8 juta orang telah meninggal akibat AIDS (Acquired Immuno
Laboratorium (bukti ilmiah) Deficiency Syndrome), 1,3 juta diantaranya adalah bayi dan anak. -AIDS
Dokter B: Mendiagnosis HIV AIDS dengan didukung pemeriksaan telah menjadi penyebab kematian utama di Amerika Serikat, Afrika Sub-
Laboratorium (bukti ilmiah) sahara dan Thailand. Di Zambia, epidemi AIDS telah menurunkan usia

11
harapan hidup dari 66 tahun menjadi 33 tahun, di Zimbabwe akan menurun Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus mengingat
dari 70 tahun menjadi 4o tahun dan di Uganda akan turun dari 59 tahun besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada
menjadi 31 tahun pada tahun 2010. sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan
kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada
3. Bentuk Strategi Penyuluhan PMS : besarnya sasaran pendidikan.
a. Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance and Counseling) c.1 Kelompok Besar
Dengan cara ini, kontak antara klien dengan petugas lebih Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta
intensif, setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat diketahui dan penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok
dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela besar ini, antara lain :
dan berdasarkan kesadaran, penuh perhatian, akan menerima perilaku
tersebut (mengubah perilaku). c.1.a Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun
b. Interview (Wawancara) rendah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan
Interview sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan metode ceramah :
penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk • Persiapan
menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri
untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi menguasai materi dari yang akan diceramahkan. Untuk itu
itu mempunyai dasar pengertian atau kesadaran yang kuat. Apabila penceramah harus mempersiapkan diri dengan :
belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam. a. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik, lebih baik
lagi kalau disusun dalam diagram atau skema.
c. Metode Pendidikan Kelompok b. Menyiapkan alat-alat bantu pengajaran misalnya makalah
singkat, slide, transparan, sound sistem, dan sebagainya.

12
• Pelaksanaan Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya
Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila kita sebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk
penceramah tersebut dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk kelompok kecil antara lain :
dapat menguasai sasaran (dalam arti psikologis), penceramah c. 2.1 Diskusi Kelompok
dapat melakukan hal-hal sebagai berikut : Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat
a. Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap bebas berpartisipasi dalam diskusi maka formasi duduk para
ragu-ragu dan gelisah. peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadap-
b. Suara hendaknya cukup keras dan jelas. hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam
c. Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah. bentuk lingkaran atau segi empat.
d. Berdiri di depan (di pertengahan), tidak boleh duduk. Pimpinan diskusi / penyuluh juga duduk diantara peserta
e. Menggunakan alat-alat bantu (AVA) semaksimal mungkin. sehingga tidak menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi. Tepatnya
mereka dalam taraf yang sama sehingga tiap anggota kelompok ada
c.1.b Seminar kebebasan / keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat.
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan
pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian pancingan-pancingan berupa pertanyaan-pertanyaan atas kasus
(presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik sehubungan dengan topik yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang
yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di hidup, pemimpin kelompok harus mengarahkan dan mengatur
masyarakat. sedemikian rupa sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara
sehingga tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.
c.2 Kelompok Kecil
c.2.2 Curah Pendapat (Brain Storming)

13
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil
Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada (buzz group) kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama /
permulaannya pemimpin kelompok memancing dengan satu tidak dengan kelompok lain dan masing-masing kelompok
masalah kemudian tiap peserta memberikan jawaban-jawaban atau mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan dari tiap
tanggapan (cara pendapat). kelompok tersebut dan dicari kesimpulannya.
Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan c.2.5 Memainkan Peranan (Role Play)
ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta Dalam metode ini, beberapa anggota kelompok ditunjuk
mencurahkan pendapatnya, tidak boleh diberi komentar oleh siapa sebagai pemegang peranan tertentu untuk memainkan peranan,
pun. baru setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap misalnya sebagai dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan
anggota dapat mengomentari dan akhirnya terjadilah diskusi. dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau
anggota masyarakat. Mereka meragakan misalnya bagaimana
c.2.3 Bola Salju (Snow Balling) interaksi / komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2
orang). Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, c.2.6 Permainan Simulasi (Simulation Game)
setelah lebih kurang 5 menit, tiap 2 pasang bergabung menjadi Metode ini adalah merupakan gambaran antara role play
satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut dan mencari dengan diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam
kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara
beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan
dan demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas. menggunakan dadu, gaco (penunjuk arah), selain beberan atau
papan main. Beberapa orang menjadi pemain dan sebagian lagi
c.2.4 Kelompok Kecil-Kecil (Bruzz Group) berperan sebagai nama sumber.

14
c.3. Metode Pendidikan Massa (Public Education) b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik
Metode pendidikan (pendekatan) massa untuk TV maupun radio, pada hakekatnya adalah merupakan bentuk
mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada pendidikan kesehatan massa.
masyarakat yang sifatnya massa atau publik maka cara yang paling tepat c. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan
adalah pendekatan massa. lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV
Oleh karena sasaran pendidikan ini bersifat umum dalam arti atau radio adalah juga merupakan pendekatan pendidikan kesehatan
tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, sosial massa. Contoh "Praktek Dokter Herman Susilo" di televisi pada
ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya maka pesan-pesan waktu yang lalu (tahun 1970an).
kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa d. Sinetron "Dokter Sartika" didalam acara TV juga merupakan bentuk
sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pendekatan ini biasanya pendekatan pendidikan kesehatan massa.
digunakan untuk menggugah awareness atau kesadaran masyarakat e. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel
terhadap suatu inovasi, belum begitu diharapkan sampai dengan maupun tanya jawab / konsultasi tentang kesehatan atau penyakit juga
perubahan perilaku. Namun demikian bila sudah sampai berpengaruh merupakan bentuk pendekatan pendidikan kesehatan massa.
terhadap perubahan perilaku adalah wajar. Pada umumnya bentuk f. Billboard yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan
pendekatan (cara) massa ini tidak langsung. Biasanya menggunakan atau sebagainya adalah juga bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh
melalui media massa. Beberapa contoh metode ini, antara lain : billboard "Ayo ke Posyandu".
a. Ceramah umum (public speaking)
Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional,
menteri kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato di
hadapan massa rakyat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan.
Safari KB juga merupakan salah satu bentuk pendekatan massa.

15
STRATEGI pembelajaran yang harus dilakukan mahasiswa: Hari I : perencanaan dan persiapan penyuluhan PMS
Hari II : pelaksanaan, pencatatan dan pelaporan penyuluhan
1. Tahap persiapan :
Hari III : pengumpulan laporan dan evaluasi
• 1 Kelompok dipandu 1 instruktur lapangan (dokter puskesmas).
• Peraturan yang harus dipenuhi mahasiswa :
• Lokasi: 6 DKK yang mempunyai kerjasama dengan FK UNS (Sragen,
- Mahasiswa harus memakai jas laboratorium di lapangan, jas lab
Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Karanganyar, Boyolali).
dikancingkan dengan rapi.
• Pembagian kelompok dilakukan oleh pengelola Field Lab, konfirmasi
- Mahasiswa datang sesuai jam buka Puskesmas, menemui instruktur.
dengan DKK dan Puskesmas terkait.
- Mengikuti kegiatan penyuluhan yang ada di wilayah kerja puskesmas yang
• Pembekalan materi dan teknis pelaksanaan diberikan pada kuliah pengantar
bersangkutan (perencanaan dan persiapan penyuluhan, pelaksanaan
field lab, sesuai jadwal dari pengelola KBK FK UNS.
penyuluhan, pencatatan dan pelaporan penyuluhan).
• Pada saat kuliah pengantar dilakukan pretes untuk mahasiswa
• Sebelum pelaksanaan, diharap mahasiswa melakukan konfirmasi terlebih - Mahasiswa tidak diperkenankan melakukan Konseling
dulu dengan instruktur lapangan (nomor telepon instruktur lapangan langsung pada sasaran/ pasien.
tersedia di field lab). - Apabila pada hari tersebut tidak ada jadwal penyuluhan di puskesmas yang
• Tiap mahasiswa membuat cara kerja, ditulis di buku tulis, singkat dan bersangkutan, mahasiswa mengikuti demonstrasi pelayanan penyuluhan di
jelas, sebelum pelaksanaan diserahkan pada instruktur lapangan untuk Puskesmas.
diperiksa, isi : - Apabila kelompok mengganti hari, mengikuti hari Posyandu,
I. Tujuan Pembelajaran diperbolehkan, dengan catatan tidak mengganggu kegiatan pembelajaran
II. Alat/Bahan yang diperlukan lain di FK dan LAPOR pada pengelola field lab/ pengampu topik.
III. Cara Kerja (singkat)

3. Tahap Pembuatan Laporan


2. Tahap Pelaksanaan : • Tiap mahasiswa membuat laporan perorangan 2 eksemplar, diketik
• Pelaksanaan di lapangan 3 hari, sesuai jadwal dari tim pengelola KBK FK komputer, 2-5 halaman (tidak termasuk cover dan halaman pengesahan),
UNS. hari ketiga kegiatan harus diserahkan instruktur lapangan untuk

16
disetujui/disahkan, ditunjukkan dengan lembar tanda tangan persetujuan • Postes dilaksanakan di Fakultas Kedokteran sesuai jadwal pengelola Field
instruktur lapangan. Lab.
• Apabila mahasiswa tidak mengikuti salah satu dari 3 kegiatan Field lab
Format Laporan : (pretes, lapangan, postes) maka dinyatakan tidak memenuhi syarat dan nilai
Halaman cover akhir tidak bisa diolah.
Lembar pengesahan instruktur lapangan • Pretes dan postes susulan dapat diberikan pada mahasiswa yang tidak dapat
Daftar isi mengikuti karena sakit, ditunjukkan dengan bukti surat keterangan sakit dari
I. Pendahuluan dan Tujuan pembelajaran dokter atau rumah sakit. Mahasiswa ybs dapat menghubungi pengelola topik
Uraikan secara singkat tentang penyuluhan dan tujuan pembelajaran. segera.
II. Kegiatan yang dilakukan • NILAI AKHIR MAHASISWA :
III. Pembahasan 1 (rata2 pretes+postes) + 4 pelaksanaan (daftar penilaian)
Misal berisi kendala pelaksanaan penyuluhan di lapangan dll. 5
IV. Penutup
V. Daftar Pustaka • Batas nilai yang dinyatakan lulus adalah 70 %.
• SATU eksemplar laporan diserahkan pada instruktur lapangan, 1 laporan • Bila ada mahasiswa mendapat nilai kurang dari 70 %, akan dilakukan remidi
diserahkan pada pengelola field lab setelah disahkan instruktur lapangan yang akan dijadwalkan oleh field lab. Bila remidi tidak lulus maka mengulang
(laporan untuk field lab diserahkan ke bagian field lab paling lambat 1 minggu semester depan.
sesudah pelaksanaan). • Nilai remidiasi maksimal 70.
• Apabila ada mahasiswa yang membuat laporan sama persis dengan
temannya akan dikembalikan.

Tata Cara Penilaian :


• Instruktur memberi penilaian terhadap mahasiswa sesuai dengan cek list yang
ditetapkan dalam buku panduan.

17
BAB V. PROSEDUR KERJA BAB VI. SKALA PENILAIAN
Nama :
NIM :
1. Menghitung jumlah sasaran
Kelompok :
Puskesmas :
2. Menentukan target cakupan penyuluhan PMS
Menetapkan berapa besar cakupan penyuluhan yang akan dicapai pada tahun
yang direncanakan. Target cakupan maksimal 100 %
No Keterangan 0 1 2 3 4
.
3. Menghitung kebutuhan peralatan peraga penyuluhan PMS
1. Persiapan
Membuat format rencana kerja sesuai
Peralatan peraga diperlukan agar penyuluhan menjadi lebih menarik panduan
perhatiannya 2. Sikap dan tingkah laku
Menunjukkan kedisplinan (datang tepat
waktu)
SELAMAT MENGHITUNG DENGAN BENAR DAN Menunjukkan kesiapan mengikuti
CERMAT kegiatan
Menunjukkan penampilan rapi dan sikap
KELOMPOK SASARAN PENYULUHAN ’PMS’ sopan kepada staf Puskesmas dan
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS: masyarakat
Menunjukkan sikap bersungguh-sungguh
NAMA PUSKESMAS: ................................................. dalam mengikuti semua kegiatan
NAMA DESA : .................................................
3. Pelaksanaan
JUMLAH TARGET : .....................................Orang
Menentukan target cakupan Penyuluhan
PMS
Jumlah hitungan sesuai Rumus : ....................... Orang Melakukan penyuluhan PMS pada
masyarakat
Memperhatikan demonstrasi/FGD
masalah PMS
Menentukan bila ada suspeck PMS-
HIV/AIDS, dan pencatatan
pelaporannya
3. Laporan
Isi laporan sesuai kegiatan
Format laporan sesuai panduan
JUMLAH NILAI

18
Keterangan : Daftar Pustaka
0: tidak melakukan
1: melakukan kurang dari 40 %
2: melakukan 40-60% Anonim. 2006. Program Bersama Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk
3: melakukan 60-80 %
4: melakukan 80-100 % HIV/AIDS (UNAIDS) bersama-sama dengan masyarakat sipil, para
aktivis pengobatan, sektor swasta serta pemerintahan menyerukan

Jumlah Nilai
‘bersatu untuk pencegahan HIV’. Jakarta, 18 Agustus 2006
NILAI : -------------------- X 100 = ........................ Anonim. 2000. Stigmatisasi dan Diskriminasi pada HIV AIDS. Pengurus
44
Besar IDI. www.depkes.go.id Edit terakhir: 9 Mei 2008
Pengurus Besar IDI. 2000. Pencegahan Penyakit Menular.
www.depkes.go.id/ index.php?option. Edit terakhir: 9 Juli 2008
Sasongko, A.1996. Acquired Immuno Deficiency Syndrome. Yayasan
Kusuma Buana, Jakarta. Copyright © 2006 UN Indonesia. All
Rights Reserved
Soekidjo Notoatmodjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.
www.depkes.go.id/ index.php?option Update : 14 Juli 2006

19
Foto Kegiatan

Penyuluhan Penyakit Menular


Perkenalan mahasiswa
Seksual

Peserta Mendengarkan Penyuluhan dengan Lembaga


Penyuluhan oleh pihak puskesmas Swadaya Masyarakat (LSM)

20

Anda mungkin juga menyukai