Anda di halaman 1dari 3

Bab IV

AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH

Istilah Ahlussunnah wal Jamaah bukan dibuat oleh para Sahabat Nabi, Tabiin, ataupun
Ulama-ulama pengikut Tabiin akan tetapi berasal dari hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam
Thabrani, Yaitu:

ِ ‫ َفو‬،ً‫ث وسبعِ فِرقَة‬


‫اح َدةٌ ىِف‬ ٍ ِ ِِ ِ ٍ ِ ِ َّ َّ ِ ِ ‫قاَ َل رسو ُل‬
َّ َ ‫اهلل‬
َ ْ َ ‫صلى اهللُ َعلَْيه َو َسل َم َوالذى نَ ْفس ْي حُمَ َّمد بيَده لََت ْفرَت ُق أ َُّميِت ْ َعلَى ثَاَل َ َ ْ نْي‬ ُْ َ
)‫ (رواه الطرباين‬.‫اع ِة‬ ِ ُّ ‫اهلل؟ قَ َال اَهل‬ ِ ‫ قِيل من هم يا رسو َل‬.‫ان وسبعو َن ىِف النَّا ِر‬ ِ ِ ِ
َ ‫السنَّة َواجْلَ َم‬ ُْ ُْ َ َ ْ ُ ْ َ َ ْ ْ ُ ْ َ َ َ‫اجْلَنَّة َوثْنت‬
Artinya: Rasulullah SAW bersabda: Demi Dzat yang menguasai jiwa Muhammad. Sungguh umatku
akan terpecah menjadi 73 golongan, maka satu golongan yang akan masuk Surga sedangkan 72
golongan di Neraka. Rasulullah ditanya, Siapakah satu golongan tersebut wahai Rasulullah? Nabi
menjawab, Ahlussunnah wal Jamaah. (H.R. Thabrani)

Berdasarkan hadis tersebut, Ahlussunnah wal Jamaah adalah satu-satunya kelompok atau
golongan umat islam yang akan selamat di akhirat nanti. Sedangkan golongan selainnya masuk
neraka. Lalu apa dan siapakah Ahlussunnah wal Jamaah itu?

A. Pengertian Ahlussunnah wal Jamaah

1. Pengertian secara bahasa


Istilah Ahlussunnah wal Jamaah terdiri dari tiga kata:
a. Ahl, artinya keluarga, pengikut, dan Penduduk.
b. Sunnah, yang berarti jalan, cara, atau perilaku meskipun tidak diridloi.
c. Jamaah, yaitu sekelompok manusia yang banyak dan berkumpul berdasarkan satu tujuan.
Secara Bahasa, Ahlussunnah wal Jamaah maknanya luas dan tidak terkhusus pada ajaran
islam. Bahkan arti kata Sunnah adalah meluas kepada suatu perilaku entah itu baik ataupun buruk.
Pun pada kata Jamaah yang merujuk pada sekelompok orang yang berkumpul dalam satu tujuan,
kata ini juga masih umum. Bisa kumpulan baris-berbaris, kesebelasan sepakbola, dan lain-lain.

2. Pengertian secara Istilah


Secara Istilah Sunnah adalah jalan hidup yang ditempuh Nabi Muhammad SAW dan para
Sahabatnya yang selamat dari Syubhat dan Syahwat. Sebagaimana hadits Nabi berikut:

َّ ‫َعلَْي ُك ْم بِ ُسنَّيِت ْ َو ُسن َِّة اخْلُلَ َف ِاء‬


.‫الر ِاش ِديْ َن ِم ْن َب ْع ِد ْي‬
Artinya: “Ikutilah sunnahku dan sunnah para Khulafaurrosyidin setelahku.”
Lebih lanjut, Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani menjelaskan bahwa makna dari sunnah Nabi
adalah segala yang telah diajarkan oleh Rasulullah (meliputi ucapan, perilaku, serta ketetapan
beliau). Oleh karena itu orang menolak ajaran Nabi Muhammad SAW dan para Sahabat tentu tidak
termasuk dari golongan Ahlussunnah wal Jamaah.
Dalam kata Jamaah secara istilah terdapat dua arti. Yang pertama yaitu segala sesuatu yang
telah disepakati para sahabat Rasulullah pada masa Khulafaurrasyidin (Abu Bakar, Umar bin
Khatthab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib). Yang kedua yaitu mayoritas umat islam (as-
Sawad al-A’dham). Sesuai hadits Nabi:

.‫َعظَ ِم‬ ِ َّ ِ‫ فَِإ َذا رأَيتم إِختِاَل فًا َفعلَي ُكم ب‬،‫إِ َّن أ َُّميِت اَل جَت ت ِمع علَى ضاَل لٍَة‬
ْ ‫الس َواد اأْل‬ ْ َْ ْ ْ ُْ َ َ َ ُ َْ ْ
Artinya: “Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan, jika kalian melihat
adanya perselisihan, maka ikutilah kelompok mayoritas.”

Kesimpulan dari Arti kata Jamaah secara istilah adalah kelompok kaum muslimin mulai dari
Sahabat, Tabiin, dan Tabiut Tabiin serta orang-orang yang menetapi ajaran mereka sampai hari
kiamat. Mereka berkumpul dan bersepakat berdasarkan Alquran dan Sunnah. Mereka juga
menjalani hidup sebagaimana jalan hidup Rasulullah SAW.

K.H. Hasyim Asy’ari kemudian memperinci golongan Ahlussunnah wal Jamaah di dalam
kitabnya, beliau menjelaskan bahwa Ahlussunnah wal Jamaah adalah kelompok ahli Tafsir, ahli
Hadits, dan ahli Fikih. Merekalah yang mengikuti dan berpegang teguh pada Sunnah Nabi dan
Khulafaurrasyidin. Menurut para Ulama kelompok tersebut terhimpun dalam madzhab empat, yaitu
Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hanbali. Maka setiap orang yang mengikuti keempat madzhab tersebut
tentunya termasuk golongan Ahlussunnah wal Jamaah. Jika tidak mau bermadzhab, maka bukan
termasuk Ahlussunnah. Karena kita tidak memiliki kapasitas sebagai mufassir maupun mujtahid,
sehingga tidak mungkin kita dapat memahami Alquran dan Hadits tanpa mengikuti ajaran para
ulama penerus ajaran Nabi Muhammad SAW.

B. Pemikiran Para Tokoh Ahlussunnah wal Jamaah

1. Dalam Bidang Aqidah


a. Pemikiran Imam Abul Hasan al-Asy’ari (260 H – 330/873 – 947 H)

Nama lengkapnya adalah Abul Hasan Ali bin Ismail al-Asy’ari. Lahir di Yaman di sebuah desa
yang didiami suku Qahthan. Imam Asy’ari hidup pada masa setelah Imam Ahmad bin Hanbal, pendiri
madzhab Hanbali. Di zaman al-Asy’ari aliran Mu’tazilah benar-benar sangat berkembang pesat
karena dukungan pemerintah saat itu. Mu’tazilah sangat memuja kemampuan akal (ekstrimis
rasionalis), mengesampingkan keberadaan al-Quran dan as-Sunnah. Demikian dapat dimaklumi
karena sejak zaman Khalifah al-Ma’mun Dinasti Abbasiyah terjadi penerjemahan buku-buku filsafat.
Sehingga filsafat tumbuh pesat dan mempengaruhi pemikiran-pemikiran ilmuwan di masa itu.

Pera pengikut aqidah Asy’ariyah sangat banyak sekali, diantaranya mereka yang turut
berjasa mengembangkan teologi Asy’ariyah seperti: Imam al-Baqillani, Imam al-Juwaini, Imam al-
Ghazali dan lain-lain. Mereka turut berjasa menumbangkan hegemoni Mu’tazilah yang disemai oleh
penguasa-penguasa bani Abbasiyah.

Meski hidup pada zaman ketenaran Mu’tazilah dan pernah belajar ajaran-ajaran Mu’tazilah,
Imam Asy’ari nyatanya adalah golongan Ahlussunnah wal Jamaah. Terhadap aliran yang satu ini
beliau sangat frontal menolak dan mampu mematahkan argumen-argumen Aqli yang ditawarkan
Mu’tazilah. Namun bukan berarti Aqidah yang dibangun oleh Imam Asy’ari meniadakan peranan akal
(Ilmu Logika dan Filsafat). Akal ditempatkan sesuai porsinya, tidak diagungkan sebagai satu-satunya
kebenaran melainkan digunakan sebagai media atau alat memahami al-Quran dan as-Sunnah.

Terbukti pendapat-pendapat beliau seringkali bertentangan dengan aliran-aliran di luar


Ahlussunnah seperti Mu’tazilah, Murji’ah, Mujassimah dan sebagainya. Berikut pendapat-pendapat
Imam Asy’ari:

1) Dzat dan Sifat Tuhan

Anda mungkin juga menyukai