Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DASAR (PKKD)

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

(Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Praktik Klinik Keperawatan Dasar
yang diampu oleh Ibu Nursyamsiah, M.Kep)

Disusun Oleh :

Astri Purnamasari

P17320119010

2A

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

2020
A. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Cairan & Elektrolit

1. Definisi
Cairan adalah air dan zat-zat tambahan. Contohnya seperti mineral, protein,
hormon dan elektrolit. Sedangkan elektrolit adalah zat yang apabila dilarutkan
didalam air akan terurai menjadi partikel-partikel yang bermuatan listrik yang disebut
Ion. Ion bermuatan positif disebut “Kation” dan yang bermuatan negative disebut
“Anion”.

Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut kemudian
elektrolit itu sendiri adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. (Price, Selvia. 2006)

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: cairan intra seluler dan
cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalamsel di
seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada diluar sel dan
terdiri dari tiga kelompok yaitu: cairan intravaskuler (plasma),cairan interstitial dan
cairan transeluler.

Elektrolit adalah senyawa yang jika melebur atau larut di dalam air atau
protein akan dipecah menjadi ion dan mampu membawa listrik.

Cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolismetubuh


membutuhkan perubahan yang tetap untuk melakukan respons terhadap keadaan
fisiologis dan lingkungan. (Tamsuri.2004).

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses


d i n a m i k k a r e n a metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap
dalam berespons terhadapstresor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit
sangat diperlukan dalam rangkamenjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan
cairan dan elektrolit di dalam tubuhmerupakan salah satu bagian dari fisiologi
homeostatis.
Keseimbangan cairan danelektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan
berbagai cairan tubuh. Cairan tubuhadalah larutan yang terdiri dari air (pelarut)
dan zat tertentu (zat terlarut). Kebutuhan cairan bagi tubuh manusia memiliki
proposi dalam bagian tubuh yang besar, hamper 90% dari total berat tubuh, sedangkan
sisanya merupakan bagian padat dari tubuh, atau keseluruhan dapat dikategorikan
prosentase cairan tubuh berdasarkan umur adalah sebagai berikut bayi baru lahir
adalah 75% dari total berat badan, laki-laki dewasa 57% dari total berat badan dan
dewasa tua 45% dari total berat badan.
Gangguan volume cairan adalah suatu keadaan ketika individu beresiko
mengalami penurunan, peningnkatan, atau perpindahan cepat dari satu kelainan cairan
intravaskuler, intertisial dan intraseluler (Carpenito, 2000)
Gangguan elektrolit adalah kondisi saat kadar elektrolit di dalam tubuh
seseorang menjadi tidak seimbang, bisa terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Ketidakseimbangan kadar elektrolit bisa menimbulkan berbagai gangguan pada fungsi
organ di dalam tubuh.
2. Konsep Kondisi Patologis
1) Hipovolume atau dehidrasi
Kekurangan cairan ekternal apat terjadi karena pnurunan asupan cairan
dan kelebuhan pengeluaran cairan. Hal ini biasanya terjadi pada pasien diare
dan muntah. Ada 3 macam dehidrasi, yaitu:
 Dehidrasi isotonic
 Dehidrasi hipertonik
 Dehidrasi hipotonik
Kelebihan asupan larut seperti protein dan klorida/natrium akan
meneyebabkan ekskresi yang berlebihan atau penyebab lain adanya gangguan
pada hipotalamus, kelenjar gondok, diar, muntah, terpasang drainage, dll.
Macam – macam dehidrasi berdasarkan derajatnya:
a. Dehidrasi berat
1) Pengeluaran/kehilangan cairan 4-6 L
2) Serum natrium 159-166 mEq/L
3) Hipotensi
4) Turgor kulit butuk
5) Oliguria
6) Nadi dan pernafasan meningkat
7) Kehilangan caian mencapai >10% BB
b. Dehidrasi sedang
1) Kehilangan cairan 2-4 L atau 5-10% BB
2) Serum natrium 152-158
3) Mata cekung
c. Dehidrasi ringan, dengan terjadinya kehilangan cairan mencapai 5% BB
atau 1,5-2 L.
2) Hipervolume atau overhidrasi
Ditimbulkan oleh kelebihan cairan yaitu hipervolume (peningkatakan
volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada intertisial).
3) Hipovolemik
Adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstraseluler (CES)
dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal,
pendarahan sehingga menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme nya adalah
peningkatan rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung,
kontraksi jantung dan tekanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormone ADH
dan adosteron. Gejala: pusing, lemah, letih, anoreksia, mual muntah, rasa haus,
gangguan mental, konstipasi dan oliguri, penurunan TD, HR meningkat, suhu
meningkat, turgor kulit menurun, lidah terasa kering dan kasar, mukosa mulut
kering. Tanda–tanda penurunan berat badan dengan
akut, mata cekung, pengosongan vena jugularis. Pada bayi dan anak adanya pe
nurunan jumlah air mata.
4) Hipervolemik
Adalah penambahan/kelebihan volume CES dapat terjadi pada saat:
a. Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air. 
b. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium danair.
c. Kelebihan pemberian cairan.
d. Perpindahan cairan interstisial ke plasma.
e. Gejala: sesak napas, peningkatan dan penurunan TD, nadi kuat,asites, adema,
adanya ronchi, kulit lembab, distensi vena leher, dan iramagallop.
3. Etiologi
Etiologi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (Burner & Sudarrth,2002) :

a. Ketidakseimbangan Volume Cairan


1) Kekurangan volume cairan (Hipovolemik)
 Kehilangan cairan dari system gastrointestinal seperti diare, muntah.
 Keringat berlebihan, demam, penurunan asupan cairan peroral,
penggunaan obat-obatan diuretic.
2) Kelebihan volume cairan (Hipervolemik)
Gagal jantung kongestif, gagal ginjal, sirosis, asupan natrium berlebih.
Hipervolemia ini dapat terjadi jika terdapat :
1) Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air.
2) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
3) Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV).
4) Perpindahan interstisial ke plasma.
b. Ketidakseimbangan Elektrolit
1) Hiponatremia
Penyakit ginjal insufisiensi adrenal kehilangan melaluigastrointestinal
pengeluaran diuretic.
2) Hipernatremia
Mengkonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat,Pemberian larutan
salin hipertonik lewat IV secara iatrogenic.
3) Hipokalemia gastrointestinal
Penggunaan diuretic yang dapat membuang kalium, diare,muntah atau
kehilangan cairan lain melalui saluran.
4) Hiperkalemia
Gagal ginjal, dehidrasi hipertonik, kerusakan selular yang parah seperti
akibat luka bakar dan trauma.
5) Hipokalsemia
Pemberian darah yang mengandung sitrat dengan cepat,hipoalbuminemia,
hopoparatiroidisme, difisiensi vitamin D, penyakit-penyakit neoplastik,
pancreatitis.
6) Hiperkalsemia
Metastase tumor tulang, osteoporosis, imobilisasi yang lama.
4. Patofisiologis
1) Hipovolemia
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional(isotonik). Kondisi seperti ini
disebut juga hipovolemia. Umumnya,gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan
intravaskuler, laludiikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju
intravaskulersehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk
untukmengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairanintraseluler.
Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan
cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupancairan , perdarahan dan pergerakan
cairan kelokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah
untukmengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairanekstraseluler istirahat).
Cairan dapat berpindah dari lokasiintravaskuler menuju lokasi potensial seperti
pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu,
sepertiterperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadiakibat obstruksi
saluran pencernaan.
2) Hipervolemia
Terjadi apabila tubuh menyimpan cairan elektrolit dalamkompartemen
ekstraseluler dalam proporsi seimbang. Karena adanyaretensi cairan isotonik,
konsentrasi natrium dalam serum masihnormal. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu
disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan
terjadiakibat overload cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatis pada proses
regulasi keseimbangan cairan.
5. Tanda dan Gejala
1) Hipovolemia
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan hipovolemia
antara lain :
 Pusing
 Kelemahan
 Keletihan
 Sinkope
 Anoreksia
 Mual
 Muntah
 Haus
 Kekacauan mental
 Konstipasi
 Oliguria.
 Peningkatan nadi dan suhu
 Turgor kulit menurun
 Lidah kering,mukosa bibir kering
 Mata cekung
Tergantung jenis kehilangan cairan hipovolemia dapatdisertai ketidak
seimbangan asam basa, osmolar/elektrolit. Penipisan(CES) berat dapat
menimbulkan syok hipovolemik. Mekanismekompensasi tubuh pada kondisi
hipolemia adalah dapat berupa peningkatan rangsang sistem syaraf simpatis
(peningkatan frekwensi jantung, inotropik (kontraksi jantung) dan tahanan
vaskuler), rasahaus, pelepasan hormon antideuritik (ADH), dan pelepasanc
aldosteron. Kondisi hipovolemia yang lama menimbulkan gagal ginjal akut.
2) Hipervolemia
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien
denganhipervolemia antara lain :
 sesak nafas
 ortopnea
 Oedema.

Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hiperlemia adalah berupa


pelepasan Peptida Natriuretik Atrium (PNA), menimbulkan peningkatan
filtrasidan ekskresi natrium dan air oleh ginjal dan penurunan pelepasan
aldosteron dan ADH. Abnormalitas pada homeostatisiselektrolit,keseimbangan
asam-basa dan osmolalitas sering menyertai hipervolemia. Hipervolemia dapat
menimbulkan gagal jantung dan edema pulmuner, khususnya pada pasien dengan
disfungsi kardiovaskuler

6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kadar elektrolit serum
Kadar elektrolit serum diukur untuk menentukan status hidrasi, konsentrasi
elektrolit, dan keseimbangan asam basa. Elektrolit yang sering diukur mencakup
natrium, kalium, klorida, bikarbonat, dan daya gabungan karbon dioksida.
b. Hitung darah lengkap
Hitung darah lengkap adalah suatu penetapan jumlah dan tipe eritrosit dan leukosit
per milimeter kubik darah. Perubahan hematokrit terjadi sebagai respons terhadap
dehidrasi atau overhidrasi. Anemia juga dapat memengaruhi status oksigenasi.
c. Kadar kreatinin
Kadar kreatinin darah bermanfaat untuk mengukur fungsi ginjal. Kreatinin adalah
produk normal metabolisme otot dan diekskresikan dalam kadar yang cukup konstan,
terlepas dari faktor asupan cairan, diet, dan olah raga.
d. Berat jenis urine
Pemeriksaan berat jenis urine mengukur derajat konsentrasi urine. Rentang berat
jenis urine normal antara 1,003 – 1,030.
e. Analisis gas darah arteri
Pemeriksaan gas darah arteri memberikan informasi tentang status keseimbangan
asam basa dan tentang keefektifan fungsi ventilasi dalam mengakomodasi oksigen-
karbon dioksida secara normal. Pemeriksaan pH darah arteri mengukur konsentrasi
hidrogen. Penurunan pH dihubungkan dengan asidosis, dan peningkatan pH
dihubungkan dengan alkalosis. PaCO2 mengukur tekanan parsial karbon dioksida
dalam darah arteri, dan PaO2 mengukur tekanan parsial oksigen dalam darah arteri.
SaO2 mengukur derajat hemoglobin yang disaturasi oleh oksigen. Bikarbonat
mencerminkan porsi pengaturan asam basa ginjal.
7. Penatalaksanaan
1) Pemberian cairan dan elektrolit per oral
a.Penambahan intake cairan dapat diberikan peroral pada pasien-pasientertentu,
misalnya pasien dengan dehidrasi ringan atau DHF stadiumI.
b. Penambahan inteke cairan biasanya di atas 3000cc/hari.
c. Pemberian elektrolit peroral biasanya melalui makanan dan minuman.
2) Pemberian therapy intravena

a.Pemberian terapy intravena merupakan metode yang efektif untukmemenuhi cairan


extrasel secara langsung.

b. Jenis cairan intravena yang biasa digunakan :

1). Larutan nutrient, berisi beberapa jenis karbohidrat dan air,misalnya dextrosa dan
glukosa. Yang digunakanyaitu 5% dextrosain water (DSW), amigen, dan aminovel.

2). Larutan elektrolit, antara lain larutan salin baik isotonik,hypotonik, maupun
hypertonik yang banyak digunakan yaitunormal saline (isotonik) : NaCL 0,9%.

3). Cairan asam basa, contohnya sodium laktate dan sodium bicarbonat.

4). Blood volume expanders, berfungsi untuk meningkatkan volume pembuluh darah
atau plasma. Cara kerjanya adalah meningkatkantekanan osmotik darah.

3) Menghitung balance cairan.


a. Input

Input merupakan jumlah cairan yang berasal dari minuman,makanan, ataupun cairan
yang masuk ke dalam tubuh klien, baiksecara oral maupun parenteral. Cairan yang
termasuk input yaitu:

1.) Minuman dan makanan

2.) Terapi infus

3.) Terapi injeksi

4.) Air Metabolisme (5cc/kgBB/hari)

5.) NGT masuk

b. Output

Output merupakan jumlah cairan yang dikeluarkan selama 24 jam.Cairan tersebut


berupa:

1.) Muntah

2.) Feses, satu kali BAB kira-kira 100cc.

3.) Insensible Water Loss (IWL), menggunakanrumus15cc/kgBB/hari

4.) Cairan NGT terbuka

5.) Urin

6.) Drainage dan perdarahan

4. Hipovolemia

a. Pemulihan volume cairan normal dan koreksi gangguan penyertaasam basa dan
elektrolit.

b. Perbaikan perfusi jaringan pada syok hipovolemik.

c. Rehidrasi oral pada diare pediatrik.

5.Hipervolemia,

tindakan: a. Pembatasan natrium dan air.

b. Diuretik.

c. Dialisis atau hemofiltrasi arteriovena kontinue: pada gagal ginjalatau


kelebihan beban cairan yang mengancam hidup.

6. Menghitung tetesan infuse


Cara menghitung tetesan infuse:
Rumus dasar dalam satuan menit
jumlah kebutuhan cairan x faktor tetes
jumlah tetesan per menit =
waktu( menit)

Rumus dasar dalam satuan jam

jumlah kebutuhan cairan x faktor tetes


Jumlah tetesan per menit =
waktu ( jam ) x 60 menit

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Data fokus pengkajian
a. Anamnesa
 Identitas : Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, pekerjaan,
tanggal MRS dan diagnose medis
 Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama
Berdasarkan PQRST, penyebab dari kekurangan volume cairan, seberapa
parah gangguan kekurangan cairan terjadi, kapan gangguan tersebut mulai
dirasakan biasanya kepala sakit/pusing/pening, rasa baal dan kesemutan.
 Riwayak Kesehatan Dahulu
Riwayat penyakit menular, penyakit keturunan dan alergi obat obatn
tertentu
 Riwayat Penyakit Sekarang.
 Riwayat Penyakit Lalu.
 Riwayat Penyakit Keluarga
 Riwayat Keperawatan
a) Pola Intake
 Jumlah Cairan yang dikonsumsi. 
 Tipe cairan yang biasa dikonsumsi.
b) Pola Eliminasi
 Mual muntah, Diare
 Kebiasaan berkemih.
 Perubahan jumlah maupin frekuensi.
 Karakteristik urine.
c) Evaluasi status kehilangan cairan klien
 Tanda-tanda.
 Edema.
 Rasa haus berlebihan.
 Membran mukosa kering.
d) Proses penyakit yang dapat mengganggu keseimbangancairan.
 Kanker, luka bakar

b. Pemeriksaan fisik

Dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan cairan dan


elektrolit. Pemeriksaan fisik meliputi:

a. Keadaan umum: iritabilitas, letargi, bingung, disorientasi  Kebutuhan Dasar


Manusia 2  95

b. Berat badan Timbang berat badan setiap hari untuk mengetahui risiko terkena
gangguan cairan dan elektrolit. Dengan demikian, retensi cairan dapat dideteksi lebih
dini karena 2,5–5 kg cairan tertahan di dalam tubuh sebelum muncul edema.
Perubahan dapat turun, naik, atau stabil.

c. Intake dan output cairan Intake cairan meliputi per oral, selang NGT, dan
parenteral. Output cairan meliputi urine, feses, muntah, pengisapan gaster, drainage
selang paska bedah, maupun IWL. Apakah balance cairan seimbang, positif atau
negatif. Kaji volume, warna, dan konsentrasi urine

d. Bayi: fontanela cekung jika kekurangan volume cairan, dan menonjol jika
kelebihan cairan.

e. Mata:

1) Cekung, konjungtiva kering, air mata berkurang atau tidak ada

2) Edema periorbital, papiledema

f. Tenggorokan dan mulut : Membran mukosa kering, lengket, bibir pecah-pecah dan
kering, saliva menurun, lidah di bagian longitudinal mengerut

g. Sistem kardiovaskular:
1) Inspeksi:

- Vena leher: JVP/jugularis vena pressur datar atau distensi

- Central venus pressure (CVP) abnormal

- Bagian tubuh yang tertekan, pengisian vena lambat

2) Palpasi:

- Edema: lihat adanya pitting edema pada punggung, sakrum, dan tungkai (pre tibia,
maleolus medialis, punggung kaki)

- Denyut nadi: frekuensi, kekuatan

- Pengisian kapiler

3) Auskultasi:

- Tekanan darah: ukur pada posisi tidur dan duduk, lihat perbedaannya, stabil,
meningkat, atau menurun.

- Bunyi jantung: adakah bunyi tambahan

h. Sistem pernapasan: dispnea, frekuensi, suara abnormal (creckles)

i. Sistem gastro intestinal:

1) Inspeksi: abdomen cekung/distensi, muntah, diare

2) Auskultasi: hiperperistaltik disertai diare, atau hipoperistaltik

j. Sistem ginjal: oliguria atau anuria, diuresis, berat jenis urine meningkat

k. Sistem neuromuskular :

1) Inspeksi: kram otot, tetani, koma, tremor

2) Palpasi: hipotonisit, hipertonisitas

3) Perkusi: refleks tendon dalam (menurun/tidak ada, hiperaktif/meningkat) 


Kebutuhan Dasar Manusia 2  96

l. Kulit:
1) Suhu tubuh: meningkat/menurun

2) Inspeksi: kering, kemerahan

3) Palpasi: turgor kulit tidak elastik, kulit dingin dan lembab

c. Pemeriksaan Diagnostik

a. Kadar elektrolit serum


Kadar elektrolit serum diukur untuk menentukan status hidrasi, konsentrasi
elektrolit, dan keseimbangan asam basa. Elektrolit yang sering diukur mencakup
natrium, kalium, klorida, bikarbonat, dan daya gabungan karbon dioksida.
b. Hitung darah lengkap
Hitung darah lengkap adalah suatu penetapan jumlah dan tipe eritrosit dan leukosit
per milimeter kubik darah. Perubahan hematokrit terjadi sebagai respons terhadap
dehidrasi atau overhidrasi. Anemia juga dapat memengaruhi status oksigenasi.
c. Kadar kreatinin
Kadar kreatinin darah bermanfaat untuk mengukur fungsi ginjal. Kreatinin adalah
produk normal metabolisme otot dan diekskresikan dalam kadar yang cukup konstan,
terlepas dari faktor asupan cairan, diet, dan olah raga.
d. Berat jenis urine
Pemeriksaan berat jenis urine mengukur derajat konsentrasi urine. Rentang berat
jenis urine normal antara 1,003 – 1,030.
e. Analisis gas darah arteri
Pemeriksaan gas darah arteri memberikan informasi tentang status keseimbangan
asam basa dan tentang keefektifan fungsi ventilasi dalam mengakomodasi oksigen-
karbon dioksida secara normal. Pemeriksaan pH darah arteri mengukur konsentrasi
hidrogen. Penurunan pH dihubungkan dengan asidosis, dan peningkatan pH
dihubungkan dengan alkalosis. PaCO2 mengukur tekanan parsial karbon dioksida
dalam darah arteri, dan PaO2 mengukur tekanan parsial oksigen dalam darah arteri.
SaO2 mengukur derajat hemoglobin yang disaturasi oleh oksigen. Bikarbonat
mencerminkan porsi pengaturan asam basa ginjal.

2. Kemungkinan diagnose keperawatan

Diagnosa keperawatan utama pada klien dengan gangguan kebutuhan cairan,


elektrolit, dan asam basa adalah :
1. Defisit Volume Cairan : Defisit Volume ECF (Ekstra Cell Fluid)

Definisi: Defisit volume ECF adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kekurangan
volume cairan vaskular dan interstitiil.

Hal tersebut berhubungan dengan:

a. seseorang dengan kehilangan cairan tubuh lama atau terancam kehilangan cairan tubuh;

b. hipoaldosteronisme;

c. penurunan intake cairan atau makanan lama;

d. penggunaan diuretic.

Ditandai dengan:

a. urine output menurun;

b. konsentrasi urine meningkat;

c. kehilangan berat badan tiba-tiba;

d. denyut nadi meningkat;

e. hipotensi;

f. aliran vena menurun;

g. tekanan arteri pulmonar menurun;

h. tekanan vena sentral menurun;

i. haus;  Kebutuhan Dasar Manusia 2  100

j. turgor kulit menurun;

k. volume atau tekanan denyutan menurun;

l. perubahan status mental;

m. suhu tubuh meningkat;

n. kulit kering;
o. membran mukosa kering.

2. Kelebihan Volume Cairan : Kelebihan Volume ECF

Definisi: Kelebihan volume ECF adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
kelebihan volume cairan vaskular dan interstitiil.

Berhubungan dengan:

a. hiperaldosteronisme;

b. intake cairan berlebihan;

c. intake sodium berlebihan;

d. gagal ginjal;

e. gagal jantung;

f. gagal hepar.

Ditandai dengan:

a. edema;

b. efusi;

c. berat badan naik;

d. napas pendek;

e. orthopnea;

f. intake cairan lebih besar dari output;

g. bunyi jantung S3;

h. chest X-ray: kongesti pulmonary;

i. suara napas abnormal : rales (crackles);

j. pola napas berubah;

k. perubahan status mental;


l. hematokrit menurun;

m. tekanan vena sentral dan tekanan arteri pulmonar meningkat;

n. distensi vena jugularis;

o. oliguri;

p. gravitasi urine menurun;

q. azotemia.  Kebutuhan Dasar Manusia 2  101

3. Kelebihan Cairan

Definisi: Kelebihan air atau hipoosmolaritas serum adalah suatu keadaan dimana seseorang
mempunyai air tubuh berlebihan yang berhubungan dengan pelarut.

Kondisi kelebihan cairan Berhubungan dengan:

a. gagal jantung;

b. gagal hepar;

c. gagal ginjal;

d. intake air berlebihan: oral atau intravena;

e. sindrome sekresi ADH tidak tepat.

Kondisi kelebihan cairan ditandai dengan:

a. nilai osmolaritas serum < 275 mOsm/L atau < 280 mOsm/L;

b. bingung;

c. sakit kepala;

d. kramp;

e. delirium;

f. perubahan personalitas;

g. konvulsi;
h. koma;

i. anoreksia/mual/muntah;

j. berat badan meningkat;

k. gravitasi urine rendah.

4. Kekurangan Cairan

Definisi: Kekurangan air atau hiperosmolaritas serum adalah suatu keadaan dimana
seseorang mempunyai kekurangan air tubuh berhubungan dengan pelarut.

Kondisi kekurangan cairan berhubungan dengan:

a. intake air tidak adekuat, terutama orang yang sangat muda atau sangat tua;

b. ketidakmampuan fisik atau mental untuk mengambil air;

c. intake atau produksi pelarut berlebihan: diabetes militus, overdosis, kehilangan air
berlebihan.

Ditandai dengan:

a. ukuran atau nilai osmolaritas serum > 300 mOsm/L;

b. gravitasi urine meningkat;

c. lemah;

d. disorientasi, khayalan;

e. iritabilitas;  Kebutuhan Dasar Manusia 2  102

f. kejang;

g. koma;

h. haus;

i. oliguri atau anuri;

j. takikardi;
k. kadang demam.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG BERHUBUNGAN

Beberapa diagnosa keperawatan lain yang berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan,


elektrolit, dan asam basa adalah:

1. Defisit Self Care Atau Intolerans Aktivitas

Definisi: Defisit self care adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami gangguan
kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri. Intolerans aktivitas adalah suatu
keadaan dimana individu mengalami ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk
bertahan atau memenuhi kebutuhan atau aktivitas sehari-hari yang diinginkan.

Ditandai dengan:

a. cepat lelah;

b. lemah;

c. iritabilitas otot.

2. Risiko Injuri

Definisi: Risiko injuri adalah suatu kondisi dimana individu yang berisiko untuk mengalami
cedera sebagai akibat dari kondisi lingkungan yang berhubungan dengan sumber adaptif dan
pertahanan.

Berhubungan dengan:  Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

Ditandai dengan:

a. hipotensi postural;

b. kehilangan kesadaran;

c. kerusakan kognitif.

3. Kerusakan Integritas Kulit

Definisi: Kerusakan integritas kulit adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami
perubahan dermis dan/atau epidermis.  Kebutuhan Dasar Manusia 2  103
Berhubungan dengan:  Edema

4. Konstipasi atau Diare

Definisi: Konstipasi adalah suatu penurunan frekuensi defekasi yang normal pada seseorang
disertai dengan kesulitan keluarnya feses yang tidak lengkap atau keluarnya feses yang sangat
keras dan kering. Diare adalah feses keluar dengan cepat dan tidak berbentuk.

Berhubungan dengan:  tetidakseimbangan cairan dan elektrolit.

5. Kurang Pengetahuan Definisi: Kurang pengetahuan adalah tidak ada atau kurangnya
informasi pengetahuan tentang topik yang spesifik.

Berhubungan dengan:  pembelajaran program terapi baru yang diadakan tidak adekuat.

6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan muntah (Carpenito, 2000 ).

3. Perencanaan

No Dx Kep Tujuan Intervensi Rasional


1. Diare Setelah dilakukan 1. Observasi / catat 1. Diare sering
perawatan diare dapat
frekuensi defekasi, terjadi setelah
teratasi dengan kriteria
hasil : karakteristik dan memulai diet.
- Menyatakan
jumlah
pemahaman faktor
penyebab 2. Dorong diet tinggi 2. Meningkatkan
-rasional program
serat dalam batasan konsistensi feses
pengobatan
- meningkatkan fungsi diet, dengan masukan meskipun cairan
usus mendekati normal.
cairan sedang sesuai perlu untuk
diet yang dibuat fungsi tubuh
optimal,
kelebihan jumlah
mempengaruhi
diare.
3. Batasi masukan 3. Diet rendah
lemak sesuai indikasi lemak
menurunkan
resiko feses
cairan dan
membatasi efek
laksatif
penurunan
absorbsi lemak.
4. Awasi elektrolit 4. Peningkatan
serum kehilangan gaster
potensial resiko
ketidakseimbanga
n elektrolit,
dimana dapat
menimbulkan
komplikasi lebih
serius /
mengancam.
5. Berikan obat sesuai 5. Mungkin perlu
indikasi anti diare untuk mengontrol
frekuensi
defekasi sampai
tubuh mengatasi
perubahan akibat
bedah.
2. Kekurangan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor status 1. Untuk
volume cairan keperawatan diharapkan hidrasi mengetahui
cairan & elektrolit (kelembapan perkembanga
seimbang dan Hidrasi: membrane n status
1. Cairan seimbang mukosa, nadi rehidrasi
2. Hidrasi adekuat, tekanan
3. Status nutrisi : intake darah ortostatik)
cairan & nutrisi jika diperlukan
Dengan kriteria hasil : 2. Monitor TTV
2. Untuk
1. Mempertahankan memantau
urine output TTV dalam
sesuai dengan batas normal
usia dan BB, BJ 3. Untuk
urine normal 3. Kolaborasi mengganti
2. TTV dalam batas dengan tim medis cairan
normal dalam pemberian yang
3. Tidak ada tanda- cairan keluar
tanda volum 4. Untuk
cairan turun, 4. Monitor status memantau
turgor kulit baik, cairan termasuk status
membrane intake & output cairan
mukosa lembab, cairan 5. Untuk
tidak ada rasa 5. Monitor BB memantau
haus berlebihan. BB
6. Untuk
6. Anjurkan pasien memenuhi
menambahan kebutuhan
intake oral (cairan cairan dan
maupun nutrisi) nutrisi

3. Kelebihan Setelah dilakukan asuhan 1. Pasang urine 1. Untuk


Volume Cairan keperawatan diharapkan kateter bila memonito
cairan & elektrolit diperlukan r jika
seimbang dan Hidrasi output
Dengan kriteria hasil: berlebihan
1. Terbebas dari terus
edema menerus
2. Untuk
memonito
2. Monitor TTV r TTV
dalam
batas
normal
3. Mengetah
ui tanda-
tanda
kelebihan
cairan
3. Monitor indikasi
retensi atau
kelebihan 4. Mengontr
cairan(cracles, ol BB
CVP, edema, 5. Megetahu
asites) i riwayat
4. Monitor BB dan tipe
intake
5. Tentukan riwayat cairan dan
jumlah dan tipe eliminasi
intake cairan dan 6. Untuk
eliminasi mengetah
ui
penyebab
kelebihan
6. Tentukan cairan
kemungkinan elektrolit
factor resiko dari
ketidaseimbangan
cairan
(Hipertermia,
terapi diuretic,
kelainan renal,
gagal jantung,
disfungsi hati)

4. Perubahan Setelah dilakukan 1. Timbang BB tiap 1. Untuk


nutrisi kurang keperawatan diharapakan
hari memberikan info
dari kebutuhan kebutuhan nutrisi pasien
terpenuhi dengan kriteria tentang
hasil :
kebutuhan diet
-BB klien kembali
normal atau keefektifan
-nafsu makan meningkat
terapi
2. Monitor intake dan 2. Untuk
out put mengetahui
berapa banyak
masukan dan
pengeluaran
cairan ke dalam
tubuh.
3. Hindari makanan 3.Memungkinkan
buah-buahan dan aliran usus untuk
hindari diet tinggi memastikan
serat. kembali proses
pencernaan,
protein perlu
untuk integritas
jaringan.
4. Lakukan kebersihan 4. Mulut yang
mulut setiap habis bersih dapat
makan menigkatkan rasa
makanan.
5. Kolaborasi dengan 5. membantu
ahli gizi kebutuhan nutrisi
pasien dalam
perubahan
pencernaan dan
fungsi usus.
5. Kerusakan Setelah dilakukan 1. kaji kerusakan kulit 1. untuk
integritas kulit
keperawatan diharapakan atau iritasi setiap BAB mengetahui
kerusakan integritas kulit tanda-tanda iritasi
teratasi dengan kriteria pada kulit misal
hasil : kemerahan pada
- Kulit utuh luka
- tidak ada lecet pada 2. Ajarkan selalu cuci 2. untuk
area anus. tangan sebelum dan mempertahankan
sesudah mengganti teknik aseptik
pakaian atau antiseptik
3. hindari pakaian dan 3. untuk
pengalas tidur yang menghindari
lembab perdarahan pada
daerah anus
terdapat kuman,
bakteri karena
bakteri suka
daerah yang
lembab
4. observasi keadaan 4. pada daerah ini
kulit meningkatkan
resikonya
kerusakan dan
memerlukan
pengobatan lebih
intensif
5. kolaborasi dengan 5. untuk
tim medis dalam membantu
pemberian obat memulihkan
kondisi badan
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika

Harnanto Addi & Sunarsih.2016. Kebutuhan Dasar Manusia II.Jakarta: Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia.

Tamsuri, Anas. 2008. Kliein Gangguan Keseeimbangan Cairan & Elektrolit. Jakarta: EGC.

Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi.Jakarta: Salemba Medika.

Academia. Edu. 2017. Laporan Pendahuluan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit.


https://www.academia.edu/34863309/LAPORAN_PENDAHULUAN diakses pada tanggal
15 Desember 2020.

Setyowati, puji. 2013.


https://www.academia.edu/36392304/LAPORAN_PENDAHULUAN_KEBUTUHAN_CAIR
AN diakses pada 06 Desember 2020.

Anda mungkin juga menyukai