Anda di halaman 1dari 36

MODUL PERENCANAAN

DAN EVALUASI
KESEHATAN
OLEH RAHMAT A. DHACI, M.Kes
DAFTAR ISI.

Bab I. Memahami Dasar-Dasar Perencanaan Kesehatan..........................................................1


1.1.Pengertian Perencanaan...........................................................................................1
1.2.Unsur-Unsur Perencanaan Kesehatan.....................................................................2
Bab II. Aspek Teknologi Perencanaan Kesehatan.....................................................................6
2.1.Data Dan Pengukuran..............................................................................................6
2.2. Skala Pengukuran....................................................................................................7
Bab III. Analisis Masalah Dan Tujuan Perencanaan Kesehatan................................................8
3.1.Teknik Analitik Perencanaan Kesehatan..................................................................8
3.2. Analisis Tipe Masalah Perencanaan Kesehatan.......................................................9
Bab IV. Demografi Dan Epidemiologi Perencanaan Kesehatan................................................14
4.1. Pertimbangan Demografi Umum.............................................................................13
4.2. Sumber-Sumber Dan Kesehatan Data Kependudukan............................................15
4.3. Pengukuran Epidemiologi........................................................................................17
4.4. Cakupan Dan Peranan Epidemiologi.......................................................................18
Bab V. Evaluasi Dalam Perencanaan Kesehatan........................................................................19
5.1. Perlu Dilakukan Evaluasi.........................................................................................19
5.2. Prinsip-prinsip Evaluasi...........................................................................................19
5.3. Langkah-langkah Evaluasi.......................................................................................20
5.4. Utilisasi Hasil Evaluasi............................................................................................21
Bab VI. Analisis SWOT..............................................................................................................22
6.1. Pengertian Analisis SWOT.......................................................................................22
6.2. Penerapan Dalam Organisasi....................................................................................23
Bab VII. Perbaikan Proses Perencanaan......................................................................................24
7.1. Indikator Dan Komponen..........................................................................................24
7.2. Jenis Evaluasi Program Kesehatan Masyarakat........................................................24
Bab VIII. Rpjmk, Rtpk, Dan Perencanaan Kesehatan Tingkat Puskesmas….............................26
8.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Bidang Kesehatan.................................26
8.2. Rencana Tahunan Pembangunan Kesehatan (RTPK)...............................................27
8.3. Perencanaan Kesehatan.............................................................................................28
Daftar Pustaka..............................................................................................................................30
BAB I
MEMAHAMI DASAR-DASAR PERENCANAAN KESEHATAN

1.1 Pengertian Perencanaan


Ilmu perencanaan kesehatan sebenarnya telah lama berkembang sebagai disiplin ilmu
perencanaan kesehatan berbagai pengertian pula sangat beragam dari para pakar yang telah
menggeluti ilmu tersebut. Perencanaan kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang yang didahului dengan penetapan tujuan, mengenali masalah
kesehatan melalui analisis situasi masalah masyarakat, menentukan dan memilih sumber daya
yang dibutuhkan, menyusun kegiatan yang akan dilakukan, menetapkan besarnya biaya,
menentukan waktu pelaksanaan, menentukan tempat kegiatan, menentukan sasaran,
menetapkan target yang akan dicapai, dan menyusun indikator pencapaian serta bentuk
evaluasi yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapi
oleh masyarakat. Pengertian perencanaan saat ini banyak macamnya menurut para pakar.
Beberapa di antaranya yang dipandang cukup penting adalah:
 Siagian (1994), Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan
secara matang daripada hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam
rangka pencapaian yangn telah ditentukan.
 Kusmiadi (1995), Perencanaan adalah proses dasar yang kita gunakan untuk memilih
tujuan-tujuan dan menguraikan bagaimana cara pencapaiannya.
 Stephen P. R. dan Mary C. (2004), perencanaan adalah sebuah proses yang dimulai dari
penetapan tujuan organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi
tersebut secara menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengoordinasikan seluruh
pekerjaan organisasi hingga tercapainya tujuan organisasi.
 Suandy E. (2001), Secara umum perencanaan merupakan proses penentuan tujuan
organisasi (perusahaan) dan kemudian menyajikan (mengartikulasikan) dengan jelas
strategi-strategi (program), taktik-taktik (tata cara pelaksanaan program) dan operasi
(tindakan) yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan secara menyeluruh.
2.1 Unsur-Unsur Perencanaan Kesehatan.
Adapun berbagai unsur-unsur agar terlaksanakan nya perencanaan kesehatan yaitu:
 Rumusan misi
Suatu rencana yang baik harus mengandung rumusan tentang misi (mission
formulation), yang dianut oleh organisasi yang menyusun rencana. Uraian yang tercantum
dalam misi mencakup ruang lingkup yang sangat luas. Antara lain dengan latar belakang, cita-
cita, tujuan pokok, tugas pokok, serta ruang lingkup kegiatan ruang organisasi. Uraikanlah misi
ini dengan lengkap dan jelas. Dalam praktek sehari-hari, uraian tentang misi ini sering
tercantum dalam latar belakang (back ground). Jika ditinjau dari sudut perencanaan, uraian
tentang misi ini mempunyai peranan yang amat penting sekali. Peranan yang dimaksud, bukan
saja penting unutk di pakai sebagai pedoman bagi mereka yang akan melaksanakan rencana
yang telah di susun, tetapi juga untuk mempeoleh dukungan dari pihak ketiga. Misalnya
dukungan dana dari pihak donor, dan ataupun dukungan izin dari petugas pemerintah.
 Rumusan masalah
Suatu rencana yang baik haruslah mengandung rumusan tentang masalah (problem
statement) yang ingin di selesaikan. Rumusan masalah yang baik, banyak syaratnya.
Beberapa diantaranya yang terpenting adalah :
a. Harus mempunyai tolak ukur
Tolak ukur yang dimaksud banyak macamnya. Paling tidak mencakup lima hal pokok,
yakni tentang apa masalahnya, siapa yang terkena masalah, dimana masalah
ditemukan, bilamana masalah terjadi serta berapa besar masalahnya.
b. Bersifat netral
Bersifat netral dalam arti tidak mengandung uraian yang dapat diartikan sebagai
menyalahkan orang lain, menggambarkan penyebab timbulnya masalah dan taupun
cara mengatasi masalah.
 Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus
Suatu rencana yang baik harus mengandung rumusan tujuan (goal and objective
formulation) yang ingin di capai.
a. Tujuan umum
Syarat rumusan tujuan umum (goal), yang baik banyak macamnya. Jika
disederhanakan dapat dibedakan atas tiga ,macam yakni :
 Jelas keterkaitannya dengan misi organisasi Rumusan tujuan umum pada
dasarnya dikembangkan dari misi organisasi. Oleh karena itu dalam
merumuskan tujuan umum, harus di upayakan adanya keterkaitan dengan
misi organisasi.
 Jelas keterkaitannya dengan masalah yang ingin di capai. Rumusan tujuan
umum pada dasarnya menggambarkan keadaan umum yang ingin di capai
apabila masalah dapat diatasi. Oleh karena itu dalam merumuskan tujuan
umum harus di upayakan adanya keterkaitan dengan masalah yang inign di
atasi.
 Menggambarkan keadaan yang ingin di capai. Rumusan tujuan umum harus
menggambarkan keadaan yang ingin di capai buka nmenggambrkan
kegiatan yang akan dilakukan. Rumusan tujuan umum yan baik adalah yang
mempergunakan kata benda bukan kata kerja.
Tujuan khusus
Syarat rumusan tujuan khusus (objective) banyak macamnya kecuali harus
memenuhi semua syarat rumusan tujuan umum, juga harus mempunyai tolak ukur.
Tolak ukur yang dimaksu di bedakan atas lima macam, yakni tentang apa masalah yang
ingin di atasi oleh rencana kerja yang akan dilaksanakan, siapa yang akan memperoleh
manfaat apabila rencana kerja dilaksanakan kerja akan dilaksanakan, berapa besarnya
target yang kan dicapai, serta berapa lama rencana kerja akan dilaksanakan. Contonya:
 Menetapkan besarnya target
Terus terang untuk menetapkan besarnya target tidaklah mudah. Semuanya
sangat tergantung dari berat ringannya masalah yang di hadapi serta
kemampuan yang dimiliki.
 Menetapkan Jangka Waktu Pelaksanaan
Sama halnya dengan target, untuk menentukan jangka waktu pelaksanaan
rencana kerja, sehingga target minimal dapat dicapai, tidaklah mudah.
Pegangan yang lazim dipakai adalah kemampuan yang dimiliki. Makin besar
kemampuan tersebut, makin pendek jangka waktu yang dibutuhkan. Sebaliknya
jika kemampuan terbatas, jangka waktu pelaksanaan dapat panjang.
3.1 Manfaat Dan Jenis Perencanaan.
Beberapa manfaat dari perencanaan (dalam staff.uny.ac.id) adalah:
1. Dipakai sebagai alat pengawasan daan pengendalian kegiatan sehari-hari
perusahaan. Perencanaan yang telah disusun dengan baik akan
memudahkan para pelaksana untuk mengetahui apakah tindakan mereka
menyimpang atau sesuai dengan rencana.
2. Dengan adanya perencanaan yang disusun (tentunya sebelum suatu
kegiatan dilakukan) dengan cermat dapatlah dipilih dan ditetapkan
kegiatan-kegiatan mana yang diperlukan dan mana yang tidak.
3. Dengan adanya rencana, segala kegiatan dapat dilakukan secara tertib dan
teratur sesuai dengan tahap-tahap yang semestinya.
Jenis perencanaan dalam organisasi:
Menurut Marwan Asri dan John Suprihanto (dalam staff.uny.ac.id) bahwa
perencanaan dapat dipecah menjadi beberapa macam:
1. Menurut jangka waktunya
Menurut jangka waktunya, perencanaan dapat
dikelonpokkan menjadi:
a. Perencanaan jangka panjang.
b. Perencanaan jangka pendek,
2. Menurut ruang lingkupnya.
Menurut ruang lingkupnya, perencanaan dapat dibagi
menjadi 3 macam:
a. Perencanaan fisik.
b. Perencanaan fungsional.
c. Perencanaan menyeluruh
Menurut Menurut hirarki pemerintahan, Jika ditinjau dari hirarki
pemerintahan, maka rencana anggaran di Indonesia dapat dibedakan atas tiga
macam yakni:
a. Rencana anggaran pemerintah pusat
Dalam bidang kesehatan, rencana anggaran pemerintah pusat
yang dimaksudkan di Indonesia adalah rencana anggaran
Departemen Kesehatan.Rencana anggaran pemerintah daerah
tingkat I
b. Rencana anggaran pemerintah tingkat I
Dalam bidang kesehatan, rencana anggaran pemerintah
daerah tingkat I yang dimaksudkan di Indonesia ialah rencana
anggaran Dinas Kesehatan Propinsi.
c. Rencana anggaran pemerintah daerah tingkat II
Dalam bidang kesehatan, rencana anggaran pemerintah
daerah tingkat 11 yang dimaksudkan di Indonesia ialah rencana
anggaran Dinas Kesehatan Kabupaten.
Menurut kegunaan, Jika ditinjau dari kegunaannya, maka rencana anggaran
di Indonesia dibedakan atas dua macam yakni
a. Rencana anggaran rutin
Yang termasuk dalam rencana anggaran rutin di Indonesia ialah
biaya personil dan atau biaya kantor
b. Rencana anggaran pembangunan
Yang termasuk dalam rencana anggaran pembangunan di
Indonesia misalnya biaya mendirikan Rumah Sakit bare, biaya
membeli peralatan kedokteran canggih.
Menurut penanggung jawab jika ditinjau dari penanggung jawab, maka
rencana anggaran di Indonesia dibedakan menurut departemen yang
melaksanakannya, misalnya
a. rencana anggaran Departemen Kesehatan
b. rencana anggaran Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
c. rencana anggaran Departemen Pertanion
BAB II
ASPEK TEKNOLOGI PERENCANAAN KESEHATAN

2.1. Data dan Pengukuran


a. Data
Data adalah bentuk jamak dari datum. Data merupakan kumpulan fakta atau angka
atau segala sesuatu yang dapat dipercaya kebenarannya sehingga dapat digunakan sebagai
dasar menarik suatu kesimpulan. Tidak semua angka dapatdisebut data statistik. Angka
dapat disebut data statistik apabila dapat menunjukkan suatu ciri dari suatu penelitian yang
bersifat agregatif, serta mencerminkan suatu kegiatan lapangan tertentu. Penggolongan
data statistik di tinjau dari
 Variabel yang diteliti (segi sifat angkanya), data statistik dapat dibeda kan menjadi
dua golongan, yaitu data kontinyu dan data diskrit. Data kontinyu adalah data
statistik yang angka-angkanya merupakan deretan angka yang sambung-
menyambung. Data diskrit ialah data statistik yang tidak mungkin
berbentuk pecahan
 Cara menyusun angka, data statistik dapat dibedakan menjadi data nominal,
dataordinal, dan data interval. Data nominal ialah data statistik yang cara
menyusunangkanya didasarkan atas penggolongan atau klasifikasi tertentu. Data
ordinal juga sering disebut dengan data urutan, yaitu data statistik yang cara men
yusunangkanya didasarkan atas urutan kedudukan (ranking). Data interval ialah
datastatistik yang terdapat jarak sama di antara hal-hal yang sedang diselidiki
ataudipersoalkan.
 Bentuk angka, data statistik dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu data
tunggal (un grouped data) dan data kelompok atau data bergolong (grouped data).
 Sumber mana data tersebut diperoleh, data statistik dapat dibedakan
menjadi duamacam, yaitu: data primer dan data sekunder. Data primer adalah data
statistikyang diperoleh atau bersumber dari tangan pertama (first hand data).
Sedangkan data sekunder adalah data statistik yang diperoleh dari tangan kedua
(second hand data).
Data memiliki persyaratan yang baik agar data tersebut dapat di katakan akurat
adalah:
 Data harus objektif (sesuai dengan keadaan sebenarnya),
 Data harus representative
 Data harus up to date
 Dataharus relevan dengan masalah yang akan dipecahkan.
Pembagian data menurut cara memperolehnya sebagai berikut :
 Data primer, data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber
pertama.
 Data sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang
bukan pengolahnya.
Pembagian data menurut sumbernya sebagai berikut :
 Data internal adalah data yang berasal dari dalam instansi mengenai kegiatan
lembaga dan untuk kepentingan instansi itu sendiri.
 Data eksternal adalah data yang berasal dari luar instansi.
Pembagian data menurut waktu pengumpulan nya :
 Data time series adalah data yang dikumpulkan dari waktu-kewaktu pada satu
obyek dengan tujuan untuk menggambarkan perkembangan.
 Data cross section adalah data yang di kumpulkan pada satu waktu tertentu pada
beberapa obyek dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan.
Pembagian data menurut sifatnya :
 Data Kualitatif
Adalah data yang berupa pendapat atau judgement sehingga tidak berupa angka
akan tetapi berupa kata atau kalimat.
Contoh:

 Data Kuantitatif
Data kualitatif adalah data yang berupa angka atau bilangan
Contoh:
78%

2.2.Skala Pengukuran
Skala merupakan hasil pengukuran yang terdiri atas beberapa jenis skala
yang bervariasi. Pengukuran adalah pemberian angka terhadap objek atau fenomenamenu
rut aturan tertentu. Tiga buah kata kunci yang diperlukan dalam memberikandefinisi
terhadap konsep pengukuran. Kata-kata kunci tersebut adalah
angka, penetapan, dan aturan. Pengukuran yang baik, harus mempunyai sifat isomorphism
dengan realita. Prinsip isomorphism artinya terdapat kesamaan yang dekat antara realitas
sosial yang diteliti dengan ”nilai” yang diperoleh dari pengukuran. Oleh karena itu, suatu
instrumen pengukur dipandang baik apabila hasilnya dapat merefleksikan secara tepat
realitas dari fenomena yang hendak diukur.
Ada empat skala pengukuran data, yaitu: nominal, ordinal, interval, dan rasio.
 Ukuran nominal, adalah ukuran yang paling sederhana, dimana angka
yangdiberikan kepada objek mempunyai arti sebagai label saja, dan
tidakmenunjukkan tingkatan apa-apa.
 Ukuran ordinal adalah angka yang diberikan mengandung pengertian
tingkatan.Ukuran nominal digunakan untuk mengurutkan objek dari yang terendah
ke yang tertinggi atau sebaliknya.
 Ukuran interval adalah mengurutkan orang atau objek berdasarkan suatu
atribut.Selain itu, juga memberikan informasi tentang interval antara satu orang
atau objek dengan orang atau objek lainnya. Interval atau jarak yang sama pada
skalainterval dipandang sebagai mewakili interval atau jarak yang sama pula pada
objek yang diukur.
 Ukuran rasio, adalah ukuran yang mencakup semua ukuran sebelumnya ditambah
dengan satu sifat lain, yaitu ukuran ini memberikan keterangan tentang nilaiabsolut
dari objek yang diukur. Ukuran rasio mempunyai titik nol, karena ituinterval jarak
tidak dinyatakan dengan beda angka rata-rata satu kelompokdibandingkan dengan
titik nol. Karena ada titik nol tersebut, maka ukuran rasio dapat dibuat perkalian
ataupun pembagian.
BAB III
ANALISIS MASALAH DAN TUJUAN PERENCANAAN KESEHATAN.

3.1. Teknik Analitik Perencanaan Kesehatan.


Teknik analisa data merupakan suatu langkah yang paling menentukan dari suatu
penelitian, karena analisa data berfungsi untuk menyimpulkan hasil penelitian. Analisis
data dapat dilakukan melalui tahap berikut ini :
1. Tahap Penelitian
a. Perencanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Peneliti merancang kelas yang akan dijadikan sampel.
2) Peneliti membuat instrumen-instrumen penelitian yang akan digunakan untuk
penelitian.
b. Pelaksanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Peneliti melaksanakan pembelajaran pada sampel penelitian.
2) Peneliti menguji coba, menganalisis dan menetapkan instrumen penelitian.
3. Evaluasi
1) Pada tahap ini, peneliti menganalisis dan mengolah data yang telah
2) Dikumpulkan dengan metode yang telah ditentukan.
4. Penyusunan Laporan
1) Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah menyusun.
2) Melaporkan hasil-hasil penelitian.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal-soal. Adapun
prosedur yang dilakukan dalam penyusunan instrumen ini adalah:
a. Perencanaan
Tahap perencanaan dilakukan oleh peneliti pada tahap ini ditentukan mengenai :
1) Materi pokok yang akan diteliti
2) Bentuk-bentuk soal yang akan digunakan.
b. Pembuatan Butir Soal, Pembuatan butir soal dilakukan oleh peneliti berdasarkan
perencanaan yang telah dibuat, karena untuk menjaga kemungkinan soal tes yang
mungkin tidak tepat untuk tes atau rusak.
c. Uji Coba Instrumen
Sebelum soal tes digunakan mengukur peserta didik pada kelas sampel, soal tes
terlebih dahulu diujicobakan. Uji coba tersebut dimaksudkan untuk mengetahui
validitas, realibilitas, tingkat kesukaran dan daya beda pada butir soal.
1) Uji Validitas, Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.
2) Uji Realibilitas, Reliabilitas menunjuk suatu pengetian bahwa suatu instrumen
cukup dapat dipercaya. Suatu tes dikatakan dikatakan mempunyai taraf
kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.

3.2. Analisis Tipe Masalah Perencanaan Kesehatan.


Sehat dapat mencakup pengertian yang sangat luas, yaitu bukan saja sehat dalam arti
bebas dari penyakit tetapi termasuk juga tercapainya kesejahteraan fisik, sosial dan mental.
Untuk menilai suatu kondisi kesehatan digunakan indikator-indikator yang merupakan
kesepakatan mengenai kuantifikasi fenomena kesehatan yang terjadi di masyarakat. Indikator
keadaan kesehatan dapat dibandingkan dengan standar pelayanan kesehatan, cakupan, target
program kesehatan di daerahnya (puskesmas, kabupaten, propinsi, nasional) atau dibandingkan
dengan daerah lain serta dapat dianalisa kejadian dari waktu ke waktu (trend / kecenderungan).
Analisa derajat kesehatan akan menjelaskan masalah kesehatan apa yang
dihadapi . Analisis ini akan menghasilkan ukuran-ukuran derajat kesehatan secara kuantitatif,
penyebaran masalah menurut kelompok umur penduduk, menurut tempat dan waktu . Dalam
menganalisis masalah kesehatan diperlukan kemampuan untuk mengaplikasikan metode dan
konsep epidemiologi, sebab pada dasarnya ukuran-ukuran yang digunakan dalam menggambarkan
masalah atau derajat kesehatan adalah ukuran-ukuran epidemiologi seperti morbiditas (angka
kesakitan) dan mortalitas (angka kematian).
 Mortalitas
Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang
spesifik) pada suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan.
Mortalitas khusus mengekspresikan pada jumlah satuan kematian per 1000
individu per tahun, hingga, rata-rata mortalitas sebesar 9.5 berarti pada populasi
100.000 terdapat 950 kematian per tahun. Mortalitas berbeda dengan morbiditas
yang merujuk pada jumlah individual yang memiliki penyakit selama periode
waktu tertentu. Ada beberapa jenis angka kematian yang mempunyai kepekaan
lebih terhadap masalah kesehatan dibandingkan jenis angka kematian lainnya.
a. Angka kematian bayi ( infant mortality rate )
Penelitian menunjukkan bahwa IMR sangat erat kaitannya dengan kualitas
lingkungan hidup, gizi masyarakat, keadaan sosial ekonomi, tingginya IMR
menunjukkan bobot masalah mengenai perinatal,: komplikasi kehamilan,
perawatan kehamilan, komplikasi persalinan dan perawatan bayi. Kematian balita
sangat berkaitan dengan kualitas sanitasi rumah tangga dan keadaan gizi anak
 Morbiditas
Setiap gangguan di dalam fungsi maupun struktur tubuh seseorang dianggap
sebagai penyakit. Penyakit, sakit, cedera, gangguan dan sakit, semuanya
dikategorikan di dalam istilah tunggal MORBIDITAS. Morbiditas merupakan
derajat sakit, cedera atau gangguan pada suatu populasi. Morbiditas juga
merupakan suatu penyimpangan dari status sehat dan sejahtera atau keberadaan
suatu kondisi sakit.
Morbiditas juga mengacu pada angka kesakitan, yaitu jumlah orang yang sakit
dibandingkan dengan populasi tertentu yang sering kali merupakan kelompok yang
sehat atau kelompok yang beresiko. Di dalam Epidemiologi, ukuran utama
morbiditas adalah angka insidensi & prevalensi dan berbagai ukuran turunan dari
kedua indikator tersebut. Setiap kejadian penyakit, kondisi gangguan atau kesakitan
dapat diukur dengan angka insidensi dan angka prevalensi.
a. Incidence rate
Incidence rate adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan
pada suatu jangka waktu tertentu (umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jumlah
penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan jangka
waktu yang bersangkutan . Yang dimaksud kasus baru adalah perubahan status dari
sehat menjadi sakit. Periode waktu adalah jumlah waktu yang diamati selama sehat
hingga menjadi sakit.
Angka prevalens
Gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang ditemukan pada suatu jangka
waktu tertentu di sekelompok masyarakat tertentu. Pada perhitungan angka Prevalensi, digunakan
jumlah seluruh penduduk tanpa memperhitungkan orang/penduduk yang Kebal atau Pendeuduk
dengan Resiko (Population at Risk).
Analisis perilaku kesehatan
Terdapat dua paradigma dalam kesehatan yaitu paradigma sakit dan paradigma
sehat.Paradigma sakit adalah paradigma yang beranggapan bahwa rumah sakit adalah tempatnya
orang sakit. Hanya di saat sakit, seseorang diantar masuk ke rumah sakit. Ini adalah paradigma
yang salah yang menitikberatkan kepada aspek kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan paradigma
sehat Menitikberatkan pada aspek promotif dan preventif, berpandangan bahwa tindakan
pencegahan itu lebih baik dan lebih murah dibandingkan pengobatan.
Sumber data dan informasi tentang analisis perilaku kesehatan ini ada yang dapat dicari dai
susenas, SKRT, dan lain-lain. Dab ada pula yang dapat dicari secara kualitatif dari sumber data
yang lansung dimsyarakat seperti tokoh masyarakat, bidan, dukun dan lain-lain. Secara teknis tidak
semua indikator perilaku kesehatan in dapat didapat.
Analisis ini memberikan gambaran tentang pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat
sehubungan dengan kesehatan maupun upaya kesehatan Dapat menggunakan teori pengetahuan,
sikap praktek, atau health belief model atau teori lainnya .
Analisis pelayanan kesehatan
Pelayanan atau upaya kesehatan meliputi upaya promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif . Analisis ini menghasilkan data tau informasi tentang input, proses, out put dan
dampak dari pelayanan kesehatan.
Sumber-sumber data yang ada untuk analisis ini adalah sistem pencatatan dan pelaporan
terpadu puskesmas (SP2TP), sistem pencatatan dan pelaporan rumah sakit (SP2RS), survey sosial
ekonomi nasional (SUSENAS), survey kesehatan rumah tangga (SKRT) dan lain-lain.
Analisis program dan pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
sistem, yaitu dengan memperhatikan komponen input-proses-output. Namun karenaaspek proses
dalam program dan pelayanan kesehatan sangat banyak dan berbeda-beda antar program maka
analisis lebih ditekankan pada komponen input dan output.
1. Analisis input
Ada berbagai input upaya kesehatan, seperti tenaga, dana, fasilitas dan sarana, kebijakan, teknologi
dan lain-lain. Langkah dalam analisis input adalah merinci secara jelas input yang ada untuk setiap
jenis input baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
2. Analisis ouput upaya kesehatan
Dari berbagai pelaksanaan program , dapat dilakukan analisis tentang hasil yang dicapai dengan
upaya kesehatan tersebut. Dalam analisis perlu dibedakan antara pencapaian program dengan
output program. Pencapaian program lebih bersifat statis , yaitu hanya menggambarkan keadaan
sampai suatu saat tertentu, misalnya angka pencapaian imunisasi campak yang dinyatakan dalam
% ( jumah bayi yang diimunisasi campak dibagi dengan jumlah target populasi imunisai campak
yaitu seluruh populasi bayi). Output program lebih bersifat dinamis, yang menggambarkan berapa
banyak outpu (hasil) yang diproduksi per satuan waktu, misalnya per bulan. Dengan mengetahui
output imunisasi campak per bulan misalnya, maka akan bisa dilihat pola/ trend output selama
setahun. Trend ini pada dasarnya menggambarkan kapasitas upaya kesehatan dan akan berguna
untuk penetapan sasaran pada masa yang akan datang.
3. Analisis peran serta masyarakat
Peran serta masyarakat sering kali menjadi faktor penting dalam keberhasilan program kesehatan.
Kesulitannya adalah bahwa belum adanya ukuran standar peran serta masyarakat dalam program
kesehatan, sehingga indikatornya tidak dapat dibandingkan dengan pengukuran pada daerah atau
waktu yang lain.
6. Analisis kebijakan pembangunan kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan
upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah. Perlu juga
dilakukan analisis terhadap kebijakan pembangunan kesehatan, yang sesuai dengan tingkat
analisisnya masing-masing.
BAB IV
Demografi Dan Epidemiologi Perencanaan Kesehatan.

4.1 Pertimbangan Demografi Umum.


Kata demografi berasal dari bahasa latin yaitu demos dan nomos. Demos yang
berarti rakyat, sedangkan nomos artinya menulis. Sehingga demografi merupakan suatu
catatan mengenai kependudukan yang ada pada suatu negara, tak terkecuali Indonesia.
Adapun pengertian demografi menurut para ahli adalah sebagai berikut:
 George W. Barclay
Demografi adalah suatu cabang ilmu yang menggambarkan penduduk dalam
bentuk statistika. Selain itu, demografi juga mempelajari bagaimana tingkah laku
penduduk secara keseluruhan.
 D.V. Glass.
Demografi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang hal penduduk yang di
dalamnya termasuk fersilitas, mortalitas, dan migrasi.
 United Nations Multilingual Demographic
Demografi adalah studi ilmiah tentang kependudukan, yang di dalamnya terdapat
informasi tentang jumah penduduk, struktur dan juga perkembangannya.
 Philip M Hauser dan Duddley Duncan
Demografi adalah ilmu yang membahas tentang ukuran, struktur dan distribusi
penduduk. Serta terjadinya perubahan penduduk akibat kelahiran, perpindahan
penduduk, kematian dan lain sebagainya.
a. Manfaat Demografi
Adapun manfaat dari demografi adalah sebagai berikut:
 Membantu pemerintah dalam melakukan evaluasi kinerja pembangunan. Dalam hal
ini, pemerintah bisa98 melihat jumlah komposisi penduduk di masa lalu dan masa
sekarang. Dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
 Membantu pemerintah dalam merencanakan pembangunan di berbagai bidang,
mulai dari bidang pendidikan, pertanian, perpajakan, kemiliteran dan lain
sebagainya.
 Dapat mengetahui tingkat perkembangan ekonomi suatu negara, dengan cara
melihat jumlah ketersediaan lapangan pekerjaan, jumlah persentasi penduduk yang
sudah bekerja dan lain sebagainya.
 Dapat mengetahui tingkat harapan hidup rata-rata penduduk.
b. Tujuan Demografi
Demografi memiliki tujuan, adapun menurut para ahli ilmu demografi umumnya
dilakukan untuk mencapai empat tujuan pokok, yaitu
 Menjelaskan setiap perkembangan penduduk, seperti apa masa lalu mereka,
bagaimana tingkat perkembangannya, dan bagaimana tingkat persebarannya
dengan cara memanfaatkan data yang tersedia.
 Mempelajari tingkat kuantitas dan distribusi penduduk yang berada pada daerah
atau wilayah tertentu.
 Dapat mencoba untuk memprediksi tingkat pertumbuhan penduduk di masa yang
akan datang serta kemungkinan konsekuensinya.
 Menemukan hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk dengan
beberapa jenis aspek organisasi sosial.
c. Komponen Demografi
Komponen demografi adalah segala sesuatu yang menggambarkan dinamika sosial
dikalangan masyarakat. Adapun komponen-komponen demografi adalah sebagai
berikut:
1. Fertilitas (kelahiran)
Fertilitas ini berhubungan dengan kelahiran penduduk. Umumnya, fertilitas ini
menyangkut jumlah bayi yang lahir hidup. Namun terkadang, tingkat fertilitas juga
di ukur dari jumlah anak per pasangan.
2. Mortalitas
Mortalitas ini berhubungan erat dengan tingkat kematian penduduk yang ada
pada suatu daerah. Tidak semua kejadian kematian dicatat dalam demografi.
Karena menurut PBB dan WHO, kematian merupakan peristiwa hilangnya tanda-
tanda kehidupan secara permanen beberapa saat setelah lahir hidup. Karena itulah,
jumlah keguguran dan still birth tidak dihitung sebagai kematian.
Tingkat kematian di suatu daerah dengan daerah lainnya tentu saja berbeda,
tergantung dari berbagai jenis faktor yang mempengaruhinya. Besar kecilnya
tingkat kematian ini, akan memberikan petunjuk kepada pemerintah tentang
bagaimana tingkat kesehatan dan kesejahteraan penduduk tersebut yang ada di
suatu daerah.
3. Perkawinan
Perkawinan merupakan faktor yang mempengaruhi jumlah dan perubahan
pendduduk. Dengan bertambahnya angka perkawinan, akan berdampak pada
kenaikan tingkat fertilitas.
4. Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial atau gerak sosial merupakan suatu perubahan atau pergeseran
status penduduk. Dengan kata lain, mobilitas sosial adalah perpindahan posisi
seseorang maupun kelompok dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain. Misalnya
Pegawai yang pensiun, beralih profesi jadi pengusaha.
5. Migrasi
Migrasi adalah perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain, dengan
tujuan untuk sementara waktu ataupun menentap dalam jangka waktu yang lama.
Migrasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu migrasi internasional dan migrasi nasional.

4.2. Sumber-Sumber Dan Kesalahan Data Kependudukan.


. Sumber-Sumber Data
1) Sensus Penduduk,
Sensus adalah suatu cara pengumpulan data yang dilakukan melalui pencacahan semua
unit populasi di seluruh wilayah Republik Indonesia untuk memperoleh karakteristik suatu
populasi pada suatu saat tertentu (defacto dan de jure).
2) Sampel Survei
Suatu cara pengumpulan data yang dilakukan melalui pencacahan sampel untuk
memperkirakan karakteristik suatu populasi tertentu pada saat tertentu. Survei dilakukan
untuk memperoleh data yang lebih rinci tentang suatu hal, misalnya: Susenas, SDKI,
SKRT, Sakernas dll.
3) Registrasi Penduduk
Kelahiran, kematian, mobilitas penduduk, perkawinan, perceraian, perubahan pekerjaan,
yang dapat terjadi setiap saat tidak dapat terjaring di dalam sensus penduduk. Untuk
menjaring data ini maka diadakan cara pengumpulan data baru yang disebut dengan
Registrasi penduduk.
4) Dari Instansi Terkait
Data ini adalah data sekunder yang dimana data di peroleh dari intansi terkait yang di sudah
di olah dan di terbitkan guna untuk pengambilan keputusan dalam rangka pembangunan
kesehatan. Contohnya data dari Dinas Kesehatan, BKKBN, Data Kepndudukan, dll
Evaluasi Dan Kesalahan Data.
Evaluasi data dilakukan karena:
 Tidak ada data yg 100 % benar
 mengetahui kesalahan apa yg ada dan seberapa jauh data menyimpang sangat
penting untuk pemakai data
 Pemakai data menuntut ketelitian tertentu pada data yang akan digunakan sebelum
digunakan data perlu dinilai terlebih dahulu.
Kesalahan Data
Kesalahan Data di pengaruhi oleh faktor berikut ini:
1. Besar kecilnya kesalahan tergantung pada jenis data yg dikumpulkan, efisiensi
pengumpulan data, kondisi geografis dan kebudayaan dari daerah yg bersangkutan
Kesalahan umum pada data penduduk, kesalahan data jenis kelamin, seks ratio,
kesalahan umur, piramida penduduk (single year)
2. Kualitas data yang dikumpulkan amat ditentukan desain menyangkut instrument,
metode, dan pengolahan data, yang persiapannya tidak mungkin dilakukan terburu-
buru.
4.3. Pengukuran Epidemiologi.
Pengukuran epidemiologi terdiri dari 3 yaitu
 Rate (Angka) merupakan ukuran yang umum digunakan untuk peristiwa yang akan
diukur, biasanya untuk analisis statistik di bidang kesehatan, sebagai hasilnya akan
didapatkan ukuran yang objektif dengan mengetahui jumlah bilangan atau angka
mutlak suatu kasus atau kematian. peristiwa yang biasanya diukur dalam bentuk
angka dianataranya adalah kesakitan dimana yang digunakan untuk perhitungan
kasus adalah insidence rate, prevalence rate, periode prevalence rate, attack rate,
dan dalam hubungan kematian akan dibicarakan crude death rate, age specific death
rate, cause disease spesific death rate. Rate adalah suatu jumlah kejadian
dihubungkan dengan populasi yang bersangkutan. Angka yang dihitung dari total
populasi didalam suatu area sebagai penyebutnya disebut crude rate atau angka
kasar (purata kasar). Sedangkan rate yang dihitung dari kelompok tertentu disebut
specific rate atau angka spesifik (purata spesifik).
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan rate diantaranya adalah :
a.Frekuensi orang yang menderita penyakit atau kasus dan orang yang
meninggal (person)
b. Frekuensi penduduk darimana penderita berasal (place)
c. Waktu atau periode kapan orang-orang terserang penyakit (time).
Angka yang dapat menggambarkan jumlah peristiwa statistik kesehatan perlu
memperhatikan karakteristik dari pembilang dan penyebutnya.pembilang terbatas
pada umur, jenis kelamin, atau golongan tertentu maka penyebut juga harus terbatas
pada umur, jenis kelamin atau golongan yang sama.
 Proporsi digunakan jika tidak mungkin menghitung angka insidensi, karena itu
proporsi tidak dapat menunjukan perkiraan peluang infeksi, kecuali jika banyaknya
orang dimana peristiwa dapat terjadi adalah sama pada setiap sub kelompok, tetapi
biasanya hal ini tidak terjadi. Proporsi merupakan hubungan antar jumlah kejadian
dalam kelompok data yang mengenai masing masing kategori dari kelompok itu
atau hubungan antara bagian dari kelompok dengan keseluruhan kelompok yang
dinyatakan dalam persen.
 Rasio adalah suatu pernyataan frekuensi perbandingan peristiwa atau orang yang
memiliki perbedaan antara suatu kejadian terhadap kejadian lainnya.misalnya rasio
orang sakit kanker dibandingkan dengan orang sehat.

4.4. Cakupan Dan Peranan Epidemiologi..


Epidemiologi diharapkan mempunyai peranan dalam bidang kesehatan masyarakat berupa:
 Mengidentifikasi faktor-faktor yang berperanan dalam terjadinya penyakit atau
masalah kesehatan dalam masyarakat.
 Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan pengambilan
keputusan.
 Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau telah
dilakukan.
 Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam
upaya untuk mengatasi atau menanggulanginya.
 Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang perlu
dipecahkan.
BAB V
EVALUASI DALAM PERENCANAAN KESEHATAN.

5.1. Perlunya Dilakukan Evaluasi


Seluruh program dan kegiatan pada umumnya dilaksanakan untukmencapai tujuan atau
target tertentu, demikian juga dengan programkesehatan masyarakat, untuk mencapai target yang
telah ditentukan tersebutmaka manajemen organisasi akan melakukan berbagai langkah
perencanaan(planning) sesuai dengan analisa situasi yang sudah dilaksanakan sebelumnya.
Ketika perencanaan sudah dilaksanakan maka akan dihasilkan capaian-capaian tertentu
dari masing-masing program. Maka kegiatan selanjutnyaadalah mengukur sejauh mana capaian
dari masing-masing programdibandingkan dengan perencanaan yang sudah ditetapkan diawal
kegiatan.Dari keinginan untuk mengukur pencapaian hasil kerja inilah maka evaluasi
dilaksanakan, baik terhadap program itu sendiri maupun terhadap langkah-langkah dalam
pelaksanaan program.
Evaluasi atau kegiatan penilaian merupakan bagian yang penting dariproses manajemen
dan didasarkan pada sistem informasi manajemen.Evaluasi dilaksanakan karena adanya dorongan
atau keinginan untukmengukur pencapaian hasil kerja atau kegiatan pelaksanaan program
terhadaptujuan yang telah ditetapkan.
Evaluasi akan memberikan umpan balik (feed back) terhadap programatau pelaksanaan
suatu kegiatan. Tanpa adanya evaluasi, sulit untukmengetahui sejauh mana tujuan-tujuan yang
sudah direncanakan oleh suatuprogram telah tercapai atau belum. Evaluasi dipandang sebagai
suatu carauntuk perbaikan pembuatan keputusan untuk tindakan-tindakan di masa yangakan
datang.
5.2. Prinsip- prinsip evaluasi
Menurut Reinke, 1987, evaluasi perencanaan program kesehatan masyarakat bertujuan:
 Sebagai kunci pengambilan keputusan yang lebih baik, evaluasi harusmelihat kedepan dan
berorientasi pada tindakan.
 Evaluasi bersifat menyeluruh dan dinamis, menaruh perhatian padakebijakan pengujian
dan alternatif-alternatif rencana, mengawasi kemajuandalam proses penerapan dan
memberi penilaian sumatif kepada hasil akhir.
 Evaluasi dilandasi prinsip manajemen berdasar tujuan dan dimulai denganpernyataan yang
jelas mengenai pengaruh-pengaruh yang harus dicapaipada populasi mana dan dalam
jangka waktu kapan.
 Strategi untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan harusdiperiksa ketepatan
dan kesesuaiannya.
 Ketepatan waktu dan tempat laporan-laporan eevaluatif harus disesuaikandengan
kebutuhan akan keputusan yang tepat waktu karena evaluasi bersifat membandingkan,
evaluasi bergantung padaindikator-indikator yang menggambarkan tingkat dan rasio yang
tepat,daripada tingkat-tingkat penyelesaian yang tepat.
 Penilaian-penilaian harus membedakan antara hasil yang merupakan pusatperhatian
pengendalian keputusan dan keluaran yang timmbul sebagaiakibat ketidakpastian
dan kesempatan.
 Efisiensi, efektivitas, dan keadilan harus didefinisikan dengan jelas.

5.3. Langkah-Langkah Evaluasi


The World Health Organization (WHO)The World Health Organization membedakan
langkah-langkah penilaian dalam sembilan tahap, yakni (Azwar, 1996):
a. Tahap penentuan hal yang akan dinilai, langkah pertama yang dilakukan ialah
menentukan dahulun hal yangakan dinilai. Pekerjaan ini akan dapat dilakukan jika
dapat dipelajaridengan baik program yang akan dinilai.
b. Tahap melengkapkan keterangan yang dibutuhkan, langkah selanjutnya yang akan
dilakukan ialah mengumpulkan berbagaiketerangan yang ada hubungannya dengan
program yang akan dinilai.Untuk ini perlulah dipelajari secara cermat berbagai laporan
yang ada danyang berhubungan dengan pelaksanaan program.
c. Tahap memeriksa hubungan antara keterangan dengan tujuan penilaian, apabila
berbagai keterangan telah berhasil diperoleh, lanjutkanlah denganpenyeleksian
keterangan. Buanglah keterangan yang tidak adahubungannya dengan tujuan penilaian.
d. Tahap menilai kecukupan keterangan, lanjutkan pekerjaan penilaian ini dengan menilai
kecukupan keteranganyang diperoleh. Apabila keterangan tersebut dianggap belum
cukup,lakukan pengumpulan keterangan lagi. Jika telah cukup lanjutkan
ketahapberikutnya.
e. Tahap menetapkan kemajuan program, nilai kemajuan program dengan
mempergunakan keterangan yang telahdikumpulkan. Kemajuan program dapat dinilai
dari keberhasilannyamencapai tujuan yang telah ditetapkan.
f. Tahap menetapkan efektivitas program, langkah selanjutnya ialah menetapkan
efektivitas program. Suatuprogram dianggap efektif jika dinilai dapat mengatasi
masalah yangmendasari dilaksanakannya program tersebut.
g. Tahap menetapkan efisiensi program lanjutkan dengan menilai efisiensi program yakni
yang dikaitkan denganbesarnya dana yang dipergunakan untuk melaksanakan program
tersebut.
h. Tahap menetapkan dampak programm setelah ditetapkan efektivitas dan efisiensi
program, lanjutkan denganmenetapkan dampak program.
i. Tahap menarik kesimpulan dan menyusun saran, langkah terakhir yang dilakukan ialah
menarik kesimpulan serta menyusun saran-saran sesuai dengan hasil penilaian.

5.4. Utilisasi Hasil Evaluasi.


Hal yang harus di perhatikan dalam pengambilah kesimpulan pada saat melakukan evalusi
adalah :
 Memahami program yang akan dinilai
 Menentukan macam dan ruang lingkup penilaian yang akan dilakukan
 Menyusun rencana penilaian
Secara umum kesimpulan dapat dilakukan dengan lima cara, yaitu:
1.Membandingkan hasil yang diperoleh dengan data awal
2. Membandingkan hasil yang diperoleh dengan tujuan program
3. Membandingkan hasil yang diperoleh dengan hasil program lain
4. Membandingkan hasil yang diperoleh dengan suatu tolak ukur
5. Membandingkan hasil yang diperoleh dengan hasil dari kontrol
 Melaksanakan penilaian, semua kegiatan dan hasil yang diperoleh dalam proses penilaian
harus dicatat.
 Menarik kesimpulan, penarikan kesimpulan disesuaikan dengan cara yang telah ditetapkan
dalam rencana penilaian.

BAB VI
ANALISIS SWOT

6.1. Pengertian Analisa SWOT


Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskanstrategi sebuah perusahaan dan organisasi internal maupun eksternal. Analisa ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang
(Opportunities) namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan
ancaman (Threats). ANALISIS SWOT adalah suatu bentuk analisis situasi dengan
mengidentifikasi berbagaifaktor secara sistematis terhadap kekuatan-kekuatan (Strengths) dan
kelemahan-kelemahan (Weaknesses) suatu organisasi dan kesempatan-kesempatan
(Opportunities) serta ancaman-ancaman (Threats) dari lingkungan untuk merumuskan strategi
organisasi.Perencanaan strategis (strategic planner) suatu perusahaan harus menganalisis faktor-
faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) pada kondisi yang
adasaat ini.
Hal ini disebut dengan Analisis Situasi atau popular disebut Analisis SWOT. Dalammeng
analisis data digunakan teknik deskriptif kualitatif guna menjawab
perumusan permasalahan mengenai apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang ada pa
da objek penelitian dan apa saja yang menjadi peluang dan ancaman dari luar yang harus
dihadapinya. Dalam penelitian dilakukan identifikasi variable-variabel yang merupakan kekuatan
dan peluang yang kemudian digunakan skala likert atas lima tingkat yang terdiri dari: Sangat baik
(5), Baik (4), Cukup baik (3), Kurang baik (2), dan Tidak baik (1), berupa Skala Liker tKeunggulan
dan Peluang.
Kemudian penelitian dilanjutkan dengan identifikasi variable-variabel yang
merupakankelemahan dan ancaman dari luar yang kemudian digunakan skala likert atas lima
tingkat yang terdiri dari: Sangat berat (=5), Berat (=4), Cukup berat (=3), Kurang berat (=2), dan
Tidak berat(=1), berupa Skala Likert Tantangan dan Ancaman.
Analisis SWOT ini adalah membandingkan antara faktor eksternal, berupa Peluang
(opportunities) dan Ancaman (threats) dengan faktorinternal, yang berupa Kekuatan (strengths)
dan Kelemahan (weaknesses). Selanjutnya, nilai rata-rata masing-masing faktor positif
dibandingkan dengan faktor negatif baik di lingkungan internalmaupun lingkungan eksternal. Dan
Hasil dari perhitungan tersebut, dituangkan dalam digramCartesius.Dari diagram Cartesius
tersebut, dapat diketahui hasil analisis SWOT, sesuai dengan posisi dari hasil perhitungannya,
yaitu:
-> Startegi Rasionalisasi (Turne around).
-> Strategi Agresif (Growth).
-> Strategi Defensif
-> Strategi Diversifikasi.

6.2. Penerapan Dalam Organisasi.


Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis situasi dengan mengidentifikasi
berbagaifaktor secara sistematis terhadap kekuatan-kekuatan (Strengths) dan kelemahan-
kelemahan(Weaknesses) suatu organisasi dan kesempatan-kesempatan (Opportunities) serta
ancaman-ancaman (Threats) dari lingkungan untuk merumuskan strategi organisasi.
Strengths (kekuatan) adalah kegiatan-kegiatan organisasi yang berjalan dengan baik atau
sumberdaya yang dapat dikendalikan.Weaknesses (kelemahan) adalah kegiatan-kegiatan
organisasi yang tidak berjalan dengan baikatau sumber daya yang dibutuhkan oleh organisasi
tetapi tidak dimiliki oleh organisasi.Opportunities (peluang / kesempatan) adalah faktor-faktor
lingkungan luar yang positif.Threatss (ancaman) adalah faktor-faktor lingkungan luar yang
negatif.Matrik SWOT adalah alat untuk menyusun faktor-faktor strategis organisasi yang
dapatmenggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapiorganisasi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.Ifas
(Internal Strategic Factors Analysis Summary) adalah ringkasan atau rumusan faktor-
faktorstrategis internal dalam kerangka kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses).Efas
(External Strategic Factors Analysis Summary) adalah ringkasan atau rumusan faktor-
faktorstrategis eksternal dalam kerangka kesempatan/peluang (Opportunities) dan
ancaman (Threats).
Strategi SO adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan jalan pikiran organisasi yaitu
denganmemanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-
besarnya.Strategi WO adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada
dengancara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi ST adalah strategi yang ditetapkan
berdasarkan kekuatan yang dimiliki organisasi untukmengatasi ancaman.
BAB VII
PERBAIKAN PROSES PERENCANAAN

7.1. Indikator Dan Komponen


Menurut Tayibnafis (2000), Ada beberapa komponen tertentu yang selalu ditemukan
dalam setiap perencanaan evaluasi, yaitu tujuan dan metode evaluasi. Indikator sistem manajemen
kesehatanIndikator input atau indikator masukan seperti tersedianya sumberdaya tenaga
kesehatan, tersedianya anggaran kesehatan, perlengkapan,obat-obatan yang diperlukan, dan
tersedianya metode pengobatan,pemberantasan penyakit, standart opening procedure klinis
dansebagainya.Indikator proses dipandang dari sudut manajemen yang di perlukanadalah
pelaksanaan dari pada fungsi-fungsi manajemen sepertiperencanaan, pengorganisasian,
penggerakan perantauan, pengendaliandan penilaian. Secara khusus dalam proses pelayanan
kesehatan berkaitandengan upaya peningkatan mutu asuhan kesehatan quality assurance
yaitumenjaga mutu, kepatuhan terhadap standar operasional pelayanan medis(SOP).
Indikator output (hasil program) merupakan ukuran-ukuran khususbagi outup program
seperti jumlah puskesmas yang berhasil
dibangun, jumlah kader gizi yang terlatih, jumlah anak yang diimuniasasi, jumlah MCK yang
dibangun, panjang pipa air yang berhasi dipasang sansebagainya. Jumlah orang yang diobati atau
kunjungan yang mendapatpelayanan kesehatan.Indikator outcomes (dampak jangka pendek)
adalah ukuran-ukurandari berbagai dampak program seperti meningkatnya derajak kesehatananak
balita, menurunnya angka kesakitan.Indikator impact (dampak jangka panjang) seperti angka
kematian bayi, angka kematian ibu, meningkatnya status gizi anak dan sebagainya. Istilah-istilah
tersebut sering kali tidak dibedakan antara dampak jangkapendek dan dampak jangka panjang.

7.2. Jenis Evaluasi Program Kesehatan Masyarakat


Perbedaan antara jenis-jenis evaluasi itu sebagian besar hanya terletakpada frekuensi dan
waktu pelaksanaannya. Contoh, evaluasi proses adalah evaluasi yang paling sering dilakukan,
sedangkan evaluasi dampak adalah evaluasi yang paling jarang dilakukan. Evaluasi isi berfokus
pada efeklangsung pengajaran pada jangka waktu yang lebih lama.
Pelaksanaanevaluasi proses memerlukan lebih sedikit sarana dibandingkan
evaluasidampak, yang memerlukan sangat banyak sarana dalam pelaksanaannya.(Bastable, 1999),
Sedangkan menurut Azrul Azwar (1996), jenis evaluasi antara lain:
 Evaluasi formatif yaitu suatu bentuk evaluasi yang dilaksanakan pada tahap pengembangan
program dan sebelum program dimulai. Evaluasi yang dilakukan di
sini adalah pada saat merencanakan suatu program.Tujuan utamanya adalah untuk
meyakinkan bahwa rencana yang akan disusun benar-benar telah sesuai dengan masalah
yang ditemukan, dalam arti dapat menyelesaikan masalah tersebut. Penilaian yang
bermaksud mengukur kesesuaian program dengan masalah dan atau kebutuhanmasyarakat
ini dering disebut dengan studi penjajakan kebutuhan (Needass esment study).
 Evaluasi proses atau evaluasi promotif yaitu suatu proses evaluasi yangmemberikan
gambaran tentang apa yang sedang berlangsung dalam suatu program dan memastikan ada
dan terjangkaunya elemen-elemen fisik danstructural dari pada program. Evaluasi yang
dilakukan di sini adalah pada saat program sedang dilaksanakan. Tujuan utamanya adalah
untukmengukur apakah program yang sedang dilaksanakan tersebut telah sesuaidengan
rencana atau tidak, atau apakah terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dapat
merugikan pencapaian tujuan dari programtersebut. Pada umumnya ada dua bentuk
penilaian pada tahap pelaksanaanprogram ini yaitu monitoring dan penilaian berkala.
 Evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang memberikan pernyataan efektifitassuatu program
selama kurun waktu tertentu dan evaluasi ini menilaisesudah program tersebut berjalan.
Penilaian yang dilakukan disini adalahpada saat program telah selesai dilaksanakan.
Tujuan utamanya dapatdibedakan menjadi dua yaitu mengukur keluaran (output) serta
mengukurdampak (impact) yang dihasilkan. Evaluasi dampak yaitu suatu evaluasi yang
menilai keseluruhan efektifitasprogram dalam menghasilkan target sasaran.
 Evaluasi hasil adalah evaluasi yang menilai perubahan-peerubahan atauperbaikan dalam
morbiditas, mortalitas atau indicator status kesehatanlainnya untuk sekelompok penduduk
tertentu.
BAB VIII
RPJMK, RTPK, DAN PERENCANAAN KESEHATAN TINGKAT PUSKESMAS.

8.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Bidang Kesehatan (RPJMK)


Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional telah mengamanatkan bahwa sistem perencanaan pembangunan nasional bertujuan
untuk menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antarruang,
antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara pusat dan daerah. Berdasarkan hal inilah
maka penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) harus
memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD). Landasan hukum yang menjadi dasar untuk
penyusunan perencanaan pembangunan pusat dan daerah adalah Undang-undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang SPPN Bab II pasal 2 menjelaskan bahwa tujuan SPPN adalah untuk menjamin
terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar daerah, antarruang, antarwaktu,
antarfungsi pemerintah maupun antara pusat dan daerah. Selanjutnya ditegaskan pada pasal 5
yang berbunyi bahwa RPJMD harus memperhatikan RPJP Daerah dan RPJMN. Undang-Undang
Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah pada bagian kedua mengenai Perencanaan
Pembangunan Daerah di Pasal 263 menyatakan bahwa Penyusunan RPJMD harus berpedoman
pada RPJPD dan RPJMN. Disusul pasal 264 yang menyatakan bahwa RPJMD dapat disesuaikan
dengan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Selanjutnya pada pasal 269 dan pasal
271 dijelaskan tentang proses evaluasi RPJMD Provinsi dan RPJMD Kabupaten/Kota yang dapat
dilakukan uji kesesuaian dengan RPJMN atau RPJMD Provinsi untuk Kabupaten/Kota. Selain
Undang-undang di atas, untuk perencanaan ditingkat daerah juga diatur dalam Peraturan menteri
dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun
2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengedalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah. Upaya sinkronisasi RPJMD dan RPJMN juga telah diatur dalam
peraturan ini. Bab IV pasal 50 sampai dengan pasal 84 khusus membahas mengenai RPJMD;
mengenai hal-hal yang harus tertuang dalam RPJMD, prosesnya, dan keluaran dari RPJMD
berupa penetapan peraturan daerah tentang RPJMD.
8.2. Rencana Tahunan Pembangunan Kesehatan (RTPK).
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (SPPN) mengamanatkan bahwa setiap kementerian perlu menyusun Rencana Strategis
(Renstra) yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Pembangunan kesehatan periode 2015-2019 adalah Program lndonesia Sehat dengan sasaran
meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melaluiupaya kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan
pelayanan kesehatan. Berdasarkan hal tersebut di atas, Kementerian Kesehatan menyusun dan
telahmenetapkan Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2015-20'19 dengan Keputusan
Menteri Kesehatan Rl Nomor HK 02.02lMenkes/52l2015. Setelah Renstra ditetapkan, perlu
dilakukan penjabaran dari program dan kegiatan yang telah ditetapkan dalam Renstra. Untuk itu
setiap unit utama yang mengampu program pembangunan kesehatan dan setiap satuan kerja yang
mengampu kegiatan pembangunan kesehatan, perlu menyusun Rencana Aksi Program atau
Rencana Aksi Kegiatan. Didalam penjabaran per tahun Rencana Aksi Kegiatan Direktorat
Kesehatan Keluarga 2016-2019, maka dibuatlah dokumen Rencana Kerja Tahunan yang tetap
harus menjaga keselarasan terhadap dokumen-dokumen diatasnya (Renstra, RPJMN) Rencana
Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2017 merupakan turunan langsung pertahun dari dokumen Rencana
Aksi Kegiatan Direktorat Kesehatan Keluarga Tahun 2016- 2019. Yang merupakan penjabaran
dan mengacu darl RPJMN 2015-2019 dan Rencana Strategis Kemenkes 2015 – 2019.RKTadalah
upaya untuk menjabarkan Rencana Aksi Kegiatan “terkait” Kesehatan Keluarga dalam kurun
waktu 1 tahun kedepan yaitu sepanjang tahun 2017. Melalui RKT ini diharapkan dapat menjamin
keselarasan kegiatan pada tahun 2017. RAK Direktorat Kesehatan Keluarga 2015 - 2019 memiliki
ruang lingkup. Lnventarisasi kegiatan dari Direktorat Kesehatan Keluarga, mengacu pada Rencana
Aksi Kegiatan Direktorat Kesehatan Keluarga 2016-2019 yang mengacu pada RPJMN 2015 -
2019 dan Renstra Kemenkes 2015 - 2019. Rencana Kerja Kegiatan / Tahunan(RKT) Direktorat
Kesehatan Keluarga ini disusun untuk memberikan panduan dan acuan bagi Direktorat Kesehatan
Keluarga dalam dukungan manajemen dan pelaksanaan kegiatan.
8.3. Perencanaan Kesehatan Tingkat Puskesmas.
Strategi pengembangan Puskesmas yang dilaksanakan, dimaksudkan untuk
memberikanwadah bagi Puskesmas untuk mengembangkan diri sesuai potensi masing-masing
yangtujuannya adalah peningkatan mutu layanan secara komprehensif (promotif, preventif,
kuratifdan rehabilitatif) dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip strategi
pengembanganPuskesmas. Prinsip-prinsip strategi pengembangan Puskesmas tersebut
diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar kebijakan pengelolaan Puskesmas dan menjadi salah
satu agenda prioritas kegiatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara. Prinsip-
prinsip strategi pengembangan Puskesmas yang harus diperhatikan diantaranya adalah :
1. Mengembangakan dan Mengelola Puskesmas Sebagai Pelaksana Upaya Kesehatan
Masyarakat(UKM) dan Upaya kesehatan Perorangan (UKP).Sesuai fungsinya, Puskesmas
merupakan lembaga yang bertanggungjawabmenyelenggarakan layanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu
dan berkesinambungan. Layanan kesehatan tersebut meliputi Upaya Kesehatan Peroranga
n (UKP)dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) sekaligus. Dalam UKP, tujuan
utamanya adalah menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan. Layanan
perorangan tersebut adalah rawat jalan dan rawat inap. Di UKP lebih ditekankan pada
upaya medis teknis.Sementara untuk UKM, tujuan kegiatan yang utama adalah memelihara
danmeningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit. Layanan ini bersifat publik (public
goods). Yang termasuk dalam layanan ini antara lain promosi kesehatan, pemberantasan
penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluar
ga berencana,kesehatan jiwa masyarakat dan berbagai program kesehatan masyarakat
lainnya. Dua tujuanlayanan ini apabila tidak dikelola dengan baik, akan timbul
permasalahan di belakang hari.Kenyataan di lapangan membuktikan, bahwa semakin maju
layanan UKP di dalam gedungPuskesmas, maka layanan UKM banyak yang terbengkalai.
Dari permasalahan ini munculkonsep untuk memisahkan antara dua jenis layanan tersebut
dalam dua institusi yang berbeda.Contoh untuk pemisahan ini adalah Kabupaten Rembang,
dimana untuk pelayanan UKP danUKM benar-benar terpisah dalam dua lembaga yang
berbeda.Untuk kabupaten Banjarnegara, konsep pemisahan mutlak seperti ini mungkin
belummendesak. Konsep yang lebih cocok dikembangkan adalah pemisahan pengelolaan
UKP danUKM, tetapi masih dalam satu institusi. Pemisahan ini lebih ditekankan pada
reformasiorganisasi atau restrukturisasi Puskesmas. Konsep Puskesmas Terpadu mungkin
perlu kita ingatkembali dan disempurnakan.
2. Mengembangakan dan Mengelola Upaya Pemberdayaan Masyarakat Untuk
Kesehatan.Dalam Keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan dasar Pusat Kesehatan Masyarakat,
disebutkan bahwa fungsi Puskesmas
adalah sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pemberdayaan
masyarakat dan pemberian layanan kesehatan strata pertama (primer). Puskesmasmemiliki
tanggungjawab agar perorangan, terutama pemuka masyarakat, keluarga danmasyarakat
termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani dirisendiri
dan masyarakat untuk hdup sehat dengan memperhatikan situasi dan kondisi,
khususnyasosial budaya masyarakat setempat.
3. Mengembangkan dan Mengelola Strategi Kompetisi Dengan Layanan Kesehatan
PrimerLainnya.Puskesmas bukanlah satu-satunya pemberi layanan kesehatan primer
(strata pertama). Ditengah-tengah masyarakat ada banyak pemberi layanan kesehatan
primer lainnya yang
langsung berhubungan dengan masyarakat, terutama untuk layanan UKP. Di sana ada do
kter praktekswasta, bidan praktek swasta, Balai Pengobatan dan Klinik swasta serta rumah
sakit baik negeriatau swasta yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat layanan rujukan,
tapi sering jugamemberikan layanan langsung kepada masyarakat sesuai kebutuhan
masyarakat (memberilayanan primer).Untuk menyikapi ini, karena Puskesmas bukan
organisasi yang berorientasi padakeuntungan (finansial), maka Puskesmas harus mampu
mengembangkan strategi kompetisi yang sehat, agar layanan puskesmas mampu menjawab
kebutuhan masyarakat. Termasuk dalam hal
ini puskesmas harus melakukan “social marketing” untuk memasarkan kegiatan-
kegiatannya,terutama kegiatan layanan UKM yang biasanya tidak terlalu digarap serius
oleh sektor swasta.Beberapa kegiatan layanan dalam gedung juga memiliki keunggulan.
Contohnya adalah kegiatanimunisasi dasar pada bayi. Dibandingkan layanan oleh swasta,
Puskesmas memiliki rantai dingin(cold chain) untuk penyimpanan vaksin yang standar
yang tidak dimiliki oleh sebagian besarsektor swasta, pemakaian yang sering dan jumlah
banyak memungkinkan vaksin di Puskesmasselalu baru. Biayanya juga lebih murah karena
merupakan program pemerintah,
sehingga pengadaan vaksin dan perlengkapannya mendapatkan subsidi. Tanggung jawab
Puskesmasadalah mempertahankan standarisasi tersebut termasuk dalam tindakan
pemberian vaksinnya. Iniadalah peluang baik yang dimiliki Puskesmas untuk berkompetisi
dengan penyedia layanan primer lainnya.Disamping dengan sektor swasta, puskesmas juga
harus berkompetisi dengan Puskesmaslainnya, terutama di wilayah-wilayah yang saling
berbatasan. Untuk ini diharapkan akan adaupaya di tiap Puskesmas untuk meningkatkan
mutu layanannya dan setiap Puskesmas diharapkandapat mengembangkan kegiatan lokal
spesifik sebagai ciri khas masing-masing Puskesmas untukmeningkatkan daya saing.
 Mengembangkan dan Mengelola Kerjasama Dengan Layanan Kesehatan Primer
LainnyaPuskesmas sebagai ujung tombak Pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanyamerupakan kepanjangan tangan pemerintah untuk menyampaikan dan
memberikan
program- program layanan kesehatan baik pada perorangan maupun masyarakat. Agar ke
giatan-kegiatantersebut dapat berjalan dan memperoleh hasil seperti yang diinginkan,
maka Puskesmas harusmembangun kerjasama dengan layanan kesehatan primer lainnya,
baik swasta maupun pemerintah.Kerjasama ini penting supaya tidak terjadi perbedaan yang
sangat dramatis
untuk penanggulangan masalah penyakit atau kesehatan yang akhirnya akan berdampak b
uruk padamasyarakat. Contoh, Pengobatan Tuberculosis (TBC) dengan strategi DOTs.
Sudah
terbukti bahwa pengobatan TBC dengan strategi DOTs lebih efektif daripada strategi kon
vensional.Kombinasi obat dan cara pemberiannya sudah sangat jelas. Angka kesembuhan
juga tinggi (lebihdari 90%). Tapi sayang, tidak semua penderita TBC diobati dengan
strategi DOTs, terutamamereka yang berobat ke layanan swasta. Pengobatan yang
diberikan msih sangat bervariasi,kadang malah sub-standar. Salah satu penyebabnya
adalah karena Puskesmas tidak melibatkanlayanan swasta dengan memberikan informasi
dan fasilitasi sarana (obat) untuk
pengobatan penderita TBC dengan strategi DOTs. Akibatnya banyak penderita TBC yang
tidak mengalamikesembuhan karena drop out minum obat, bahkan muncul resistensi
kuman terhadap obat.Karena itu kerjasama menjadi sangat penting supaya capaian program
bisa berhasil. Kerjasama lain yang harus dikembangkan misalnya dalam hal pencatatan dan
pelaporan.Sesuai dengan asasa kerja Puskesmas yang berbasis kewilayahan, maka
Puskesmas merupakan
penanggung jawab seluruh kegiatan yang berhubungan dengan upaya peningkatan layanan
kesehatan di wilayahnya. Selama ini, layanan kesehatan yang dilakukan oleh sektor
swastasering tidak terpantau oleh Puskesmas karena belum ada sistem pencatatan dan
pelaporan yang baku dari sektor swasta untuk melaporkan kegiatannya ke
Puskesmas.Begitu juga dengan rumah sakit yang tidak melaporkan kegiatannya ke Dinas
Kesehatan.hal ini menyebabkan kita banyak kehilangan banyak data yang sangat penting
untuk
untuk perencanaan kegiatan dan pengambilan keputusan guna menentukan suatu kebijaka
n. Olehkarena itu kerjasama dalam hal ini perlu ditingkatkan, misalnya dengan menetapkan
suatustandar sistem pelaporan tentang kegiatan layanan kesehatan di seluruh wilayah
kabupaten.
4. Mengembangkan dan Mengelola Layanan Kesehatan Lokal Spesifik Penting bagi
puskesmas untuk mengembangkan kegiatan lokal spesifik sebagai ciri khas
layanankesehatan Puskesmas tersebut. Layanan yang dikembangkan menyesuaikan
dengan situasi dankondisi setempat, baik lingkungan geografis, demografis maupun sosial
budaya. Ini dimaksudkan agar agar Puskesmas mampu memberikan pilihan kepada
masyarakat mengenailayanan kesehatan yang dibutuhkan. Ini juga dapat menjadi nilai
lebih untuk meningkatkan dayasaing Puskesmas bersangkutan. Contoh kegiatan lokal
spesifik yang dapat dikembangkan olehPuskesmas sangat banyak, diantaranya pada
Puskesmas yang kondisi geografisnya sangat rawan terjadi bencana.
DAFTAR PUSTAKA

Notoadmodjo, Soekidjo. 2006. Evaluasi Program Kesehatan


(Online),(http://www.geocities.ws/klinikikm/manajemen-kesehatan/evaluasi-program.htm.)
diakses pada tanggal 21 Januari 2015
Reinke, William A. 1987. Perencanaan Kesehatan untuk Meningkatkan Efektifitas
Manajemen. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Anonym, 2009. Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis, , 20-10-2009.Anonym,
2008. Analisis SWOT, 20-10-2009
Bustan, M.N. Pengantar Epidemiologi. Penerbit Rinea Cipta. Jakarta. Cetakan kedua. Edisi
revisi, Agustus 2006.
Noor, N.N. Epidemiologi. Edisi revisi. Rineka Cipta. Jakarta. 2008
Kemenkes. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI; 2015.
Arsyad, L., 2002. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah, BPFE,
Yogyakarta.
Assauri, S., 2013. Strategic Management: Sustainable Competitive Advantages, Edisi 2,
Cetakan, Rajawali Pers, Jakarta.
Azwar, A., 2008. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi ketiga, Bina Putera Aksara,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai