Anda di halaman 1dari 4

KASUS 1

Pembakaran Hutan di Indonesia

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sejak 1 Januari hingga 29 Juli 2019
terjadi 117 kasus kebakaran hutan dan lahan di Indonesia. Bencana ini menelan satu korban jiwa dan
membuat delapan orang lainnya terpaksa mengungsi.
 
Provinsi Kalimantan Tengah menjadi wilayah yang paling sering menghadapi kebakaran hutan dan
lahan, yakni mencapai 43 kasus sepanjang tahun ini. Provinsi Riau menyusul dengan 25 kasus
kebakaran hutan dan lahan. Provinsi Daerah Istimewa Aceh berada di posisi ketiga dengan 16 kasus
kebakaran hutan dan lahan.

Adanya kemarau panjang yang menyebabkan suhu udara menjadi sangat panas, sehingga daun-daun
menjadi mengering dan memicu timbulnya api sehingga akan terjadi kebakaran yang sangat besar.
Selain kemarau kondisi hujan besar yang disertai petir juga menjadi pemicu terjadinya kebakaran
hutan. Aktivitas gunung berapi yang mengeluarkan lahar atau awan panas juga dapat memicu
timbulnya kebakaran yang sangat luas pada hutan. Serta karena adanya kebakaran dari dalam tanah
pada tanah gambut sehingga dapat memicu timbulnya kebakaran di atas tanah, biasanya ini terjadi
pada musim kemarau.

Pembakaran lahan untuk permukaan lahan baru yang dilakukan oleh manusia adalah penyebab
utama kebakaran hutan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perusahaan maupun perorangan dengan
membakar dalam skala besar untuk perkebunan di area gambut.
Kebakaran yang dilakukan oleh perusahaan biasanya karena adanya sengketa antar pemerintah dan
perusahaan, sehingga dengan cara membakar hutan suatu perusahaan akan dapat mengambil alih
kepemilikan lahan dengan cara membayar ganti rugi pada pemilik lahan.

Hutan di Indonesia merupakan habitat asli dari satwa, seperti; harimau, orang utan, beruang dan
satwa lain. Jika terjadi kebakaran hutan maka habitat satwa akan musnah, bukan hanya habitanya
saja namun satwanya juga akan punah. Hal ini akan berakibat berkurangnya jumlah keanekaragaman
spesies satwa. Selain itu hasil pembakaran hutan adalah gas CO2 atau karbon dioksida, gas ini adalah
pemicu terjadinya efek rumah kaca yang terjadi di atmosfer. Hal ini dapat menyebabkan percepatan
perubahan iklim di bumi, sehingga dampaknya adalah terjadinya cuaca yang ekstrim serta sulit
diprediksi.

Kebakaran hutan juga dapat menyebabkan kerugian negara secara ekonomi, karena jika terjadi
kebakaran hutan maka biasanya akan timbul kabut asap. Adanya kabut asap tersebut dapat
mengganggu berbagai aktivitas perdagangan, sehingga perputaran ekonomi akan mengalami
penurunan yang berdampak pada negara.

Secara khusus Kebakaran hutan mengakibatkan polusi kabut asap yang mengganggu lalu lintas dan
gangguan pernafasan bagi masyarakat di wilayah yang terkena dampaknya.

Pertanyaan:
1. Termasuk apakah kasus di atas dalam bagian Sad Atatayi?
2. Apa sajakah penyebab dari kasus pembakaran hutan di Indonesia!
3. Apa sajakah dampak yang diakibatkan dari kasus pembakaran Hutan!
4. Bagaimanakan cara sederhana untuk mencegah terjadinya pembakaran hutan dari kasus di
atas!
KASUS 2
Dampak Buruk Hoax
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Masifnya penyebaran informasi palsu alias hoax
terutama di media sosial semakin mengkhawatirkan. Bendahara Relawan TIK Provinsi Bali,
Komang Tri Werthi mengatakan hoax ini sangat berdampak buruk bagi masyarakat.

Dimulai dari yang terkecil, hoax bisa menyebabkan generasi muda tersita waktunya hanya
karena saking terlalu sering melihat berita di media sosial.Padahal keberadaan berita itu
belum tentu benar dan bisa dipertanggungjawabkan.

Situasi ini kadang-kadang juga mengakibatkan masyarakat lebih banyak meluangkan waktu
untuk membicarakan hal-hal yang tidak penting dan juga belum tentu benar. Selain itu
dampak berikutnya yakni dapat memicu perpecahan. Hal ini menurut Tri sudah banyak sekali
terjadi di Facebook dengan adanya pertengkaran antara agama satu dengan yang lainnya dan
saling menjelekkan. Menurut dia, hal itu tidak perlu ditanggapi karena memang sengaja untuk
diciptakan oleh orang yang berkepentingan.

“Itu sebenarnya adalah sengaja diciptakan. Jadi kalian jangan sampai terpancing dengan
berita-berita yang seperti itu. Kalau kalian gitu (terpancing) nanti kalian ikut nih comment di
bawahnya, terus kalian juga marah nih. Jangan seperti itu karena itu belum tentu
kebenarannya, siapa yang ngirim, siapa yang buat,” jelas dia.

Selanjutnya hoax juga bisa menurunkan reputasi pihak yang dirugikan sehingga nama yang
bersangkutan menjadi jelek. Hoax juga menguntungkan pihak tertentu. Pihak yang dimaksud
oleh Tri yakni mereka yang ingin melakukan terjadinya perpecahan.
Terakhir, yang paling menakutkan adalah hoax ini bisa menimbulkan ketidakpercayaan
masyarakat terhadap suatu fakta.

“Karena apa, keseringan beritanya bohong maka yang nyata jadinya ngga dipercaya deh.
Karena kita terlalu sering melihat berita hoax. Sementara kalau beneran beritanya (kita
menganggap) paling juga ini hoax doang, begitu,” tuturnya.

Lalu bagaimana dini mendeteksi penyebaran hoax? Tri menjelaskan, setiap pengguna media
sosial harus berpikir terlebih dahulu dalam menyebarkan informasi atau berita. Jika
penyebaran informasi melalui situs web maka perlu di cek lagi alamat website yang
bersangkutan.

Pertanyaan:
1. Jelaskan Mengapa hoax termasuk ke dalam Rajapisuna dalam Sad Atatayi!
2. Apa sajakah dampak negatif dari Hoax!
3. Siapakah yang paling diuntungkan dalam penyebaran berita Hoax!
4. Bagaimakah cara menghindari berita Hoax!
KASUS 3
Heboh Video Siswa SMK di Pidie
Mengamuk Hancukan Kursi dan Meja Belajar

SERAMBINEWS.COM, SIGLI - Masyarakat di Kabupaten Pidie dihebohkan video siswa


SMK mengamuk di dalam ruang kelas. Dalam video yang beredar dan viral di media sosial,
sejumlah siswa laki-laki terlihat mengamuk. Mereka menghancurkan satu persatu kursi dan
meja belajar. Dalam video berdurasi 30 detik itu, terlihat lima siswa yang masih mengenakan
seragam sekolah. Mereka membanting kursi dan meja hingga hancur lebur dan tak bisa
digunakan lagi. Seorang di antaranya terlihat memegang palu. Ia juga menghantam kursi dan
meja belajar. Al hasil, meja dan kursi yang ada di ruangan berwana hijau tersebut, menjadi
potongan-potongan kayu.

Belakangan, berdasarkan informasi yang dihimpun Serambinews.com, peristiwa itu terjadi di


SMK 2 Sigli. Peristiwa perusakan mobiler sekolah itu terjadi Selasa (21/1/2020) sekitar pukul
11.00 WIB. Menurut informasi yang diperoleh Serambinews.com, kelima siswa tersebut
terlambat datang ke sekolah. Seharusnya, hari itu mereka masuk bengkel untuk praktik.

Kepala SMK 2 Sigli, Iskandar kepada Serambinews.com, Sabtu (25/1/2020) mengatakan


awalnya ia tidak mengetahui adanya perusakan mobiler sekolah oleh siswa. Ia baru
mengetahui setelah video perusakan kursi dan meja di sekolah itu setelah video tersebut viral
di medsos. Kelima siswa itu, kata Iskandar, sudah dipanggil untuk menghadap. Tak hanya
siswa, pihak sekolah juga memanggil orang tua mereka. Siswa tersebut sudah dinasehati dan
menandatangani surat perjanjian tidak akan mengulangi perbuatannya.(*)

Pertanyaan:
1. Termasuk ke dalam apakah kasus di atas dalam Sad Atatayi!
2. Bagaimanakah pendapatmu tentang kasus di atas!
3. Apa yang akan kamu lakukan jika melihat kejadian seperti itu di kelasmu!
KASUS 4
RACUN IKAN RUSAK TRUMBU KARANG

Kerusakan ekologi laut akibat penangkapan ikan menggunakan bahan beracun masih terus
terjadi di berbagai wilayah Indonesia.Salah satunya menggunakan sianida.

Hal tersebut tidak hanya nenurunkan populasi ikan, tetapi juga merusak ekologi terumbu
karang. "Tanpa mereka ketahui, racun tersebut, meskipun sedikit, apabila terus-menerus
tercampur ke laut akan memberi dampak buruk bagi ikan dan organisme lain di terumbu
karang," ungkap Direktur Program Coral Triangle WWF Indonesia, Wawan Ridwan, di
Jakarta, kemarin.

Wawan menerangkan, dibutuhkan solusi jangka pendek hingga panjang untuk mengatasi
kerusakan ekosistem laut serta mencegah agar tak makin parah. "Di sini sangat dibutuhkan
komitmen, tidak hanya pemerintah, tetapi juga masyarakat sebagai konsumen makanan laut."
Kerusakan ekologi laut, khususnya terumbu karang, akibat bahan kimia menjadi salah satu
masalah utama kelestarian laut Indonesia.

Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), pada 2015 diketahui 45% dari
total 2,5 ha terumbu karang di laut Indonesia telah rusak. Adapun 50% dalam kondisi relatif
baik, tetapi tidak sepenuhnya prima, sedangkan hanya sisanya (5%) yang ada dalam kondisi
prima.

Sementara itu, Direktur Bina Mutu dan Diversifikasi Mutu Produk. Kelautan KKP, Artati
Wdiarti, mengatakan upaya mengatasi praktik penangkapan ikan dengan menggunakan bahan
perusak seperti racun dan bom terus dilakukan, di antaranya dengan memantau praktik
penangkapan dan laju pertumbuhan ikan di seluruh Indonesia.

"Kita terus lakukan, kami juga melakukan pembekalan kepada nelayan dan masyarakat
sebagai konsumen. Karena ikan yang ditangkap dengan tidak baik secara tidak langsung juga
membahayakan kesehatan konsumen," ungkapnya. Ia mengungkapkan pula, salah satu
imbauan kepada masyarakat ialah dengan mengenali ciri ikan yang ditangkap atau diolah
dengan baik.

"Dengan begitu, bisa memancing nelayan untuk melakukan penangkapan dengan benar dan
tidak berdampak buruk pada lingkungan laut," tambahnya.

Pertanyaan:
1. Apa yang menyebabkan seseorang menangkap ikan dengan menggunakan Racun?
2. Apa sajakah dampak dari penggunaan racun utuk menangkap ikan!
3. Bagaimanakah penangkapan ikan yang benar!

Anda mungkin juga menyukai