Anda di halaman 1dari 229

PENGANTAR

PRAKTIKUM
KUALITAS AIR
TAHUN 2020/2021
•Pengenalan Pengajar
•Kontrak Praktikum

•Pembagian Kelompok
PENGENALAN PENGAJAR PRAKTIKUM
KUALITAS AIR 2020/2021
PJMK Kualitas Air PJMP Kualitas Air

Dr. Ir. Sigid Hariyadi, M.Sc Inna Puspa Ayu, S.Pi, M.Si Aliati Iswantari, S.Pi, M.Si Dede Wulandari

Prof. Dr. Ir. Hefni Effendi, M,Phil Heri Hermawan Yayat Supriatna Reza Zulmi, S.Pi, M.Si
•PJ Materi
•M Faqih Miftahudien

•PJ Materi
•Fia Nasria Liani

•PJ NIlai
•Sepriandi Fernando

•PJ Nilai
•Vina Lisfitriyani

•Kesekretariatan
•Tyara Aprilani
•Kesekretariatan
•Mita Aprilia

•PJ Absen
•Dani Prasetyo

•PJ Absen
•Nurkhasanah

•PJ Kuis
•Anna Kamilatunnisa

•PJ Kuis
•Retno Puji Astuti
KONTRAK PRAKTIKUM
• Praktikum dimulai pukul 15.00 – 18.00 WIB
• Praktikan wajib menggunakan email IPB
• Keterlambatan praktikan wajib konfirmasi kepada asisten praktikumnya masing-masing
• Praktikan dilarang makan ketika praktikum sudah dimulai
• Praktikan wajib on camera dan menggunakan pakaian sopan ketika menggunakan
platform google meet
• Praktikan wajib mengikuti seluruh kegiatan praktikum dengan baik dan kondusif
• Kegiatan praktikum terdiri dari pemaparan materi, kuis, tugas dan diskusi melalui
media google meet, google classroom dan Whatsapps kelompok
• Praktikan yang mengalami kendala seperti masalah sinyal wajib konfirmasi dengan
asisten praktikum kelompok masing-masing sebelum praktikum dimulai
• Praktikan wajib menentukan 2 penanggung jawab praktikum kualitas air
Bobot penilaian Praktikum
• Laporan 15 - 30%
• Tugas 15 - 30%
• Kuis 5 - 10%
• Keaktifan 5 - 10%
• Ujian Praktikum 15 - 20%

Tugas dikumpulkan di setiap akhir praktikum yaitu Rabu, selambatnya pukul


18.00 WIB melalui google classroom yang sudah disediakan
Materi Praktikum Kualitas Air
No MATERI SESI UTS No MATERI SESI UAS

1 Pengantar Praktikum dan Pengenalan alat 8 Analisis Total N dan Nitrit


gelas dan instrument
2 GLP (Good Laboratory Practices) 9 Analisis Amonia dan Nitrat

3 Pengantar fieldtrip 10 AAS (Atomic Absorption Spectroscopy)

4 Analisis TSS dan TDS 11 Analisis TOM dan penyusunan laporan


fieldtrip
5 Analisis DO, BOD dan CO2 bebas 12 Pemetaan

6 Analisis COD, P total, dan P terlarut 13 Presentasi laporan fieldtrip

7 Analisis kesadahan dan alkalinitas 14 Ujian Praktikum


PEMBAGIAN KELOMPOK
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 KELOMPOK 3
Ahmad Fajar Fadloli C24190001 Erlina Dafitri C24180019 Muhammad Rafif C24180076
Amelia Nurlaila C24190003 Ari Wahyuni C24190006 Lulu Mahira Ramdani C24190015
Andini Setianengsih C24190005 Sisilia Eka Aisyah Lisamy C24190029 M. Jarier Abdillah Gani C24190017
Desi Febriyanti C24190055 Ardaffa Firdausy Rahadiya C24190048 Mutia Nandini C24190019
Muhammad Naufal Habiballah C24190056 Seplina Nurfaiqah C24190049 Radiah Aathirah C24190022
Shofiyya Atrisya Zuhri C24190066 Sissi Athirah Syahira C24190058 Fajriyawan Muadz C24190051
Jeny Amanda Huwae C24190069 Suci Pebri Putri Gusyeningsih C24190070 Risa Kustara C24190067
Arliani Zuhrotunnisa C24190071 Elga Cahya Putra Nugraha C24190073 Antika Milata Rizka C24190076
Calvin Daniel Runtu C24190096 Arif Munandar C24190079 Syarafina Zul Qisthi C24190088
Tyara Aprilani K. (WA: 081281481345) Retno Puji Astuti (WA: 085214034855) Vina Lisfitriyani (WA: 083811686110)
KELOMPOK 4 KELOMPOK 5 KELOMPOK 6
Maya Safira Chaerunissa C24190016 Putri Cahya Hardini C24190021 Dita Amalia Fitri C24190010
Muhammad Adi Saputra C24190018 Siti Khasanah C24190031 Siti Rohmatul Mislah C24190032
Valentina Rizky Novita C24190036 Umi Chofifakh C24190035
Solikhah C24190033
Widdi Ahmad Thohari C24190037
Alif Abdurrahman C24190052 Yus Sudarsono Muslim C24190039
Deandra Septiana Putri C24190059
Aura Thibqi Putri Al Farizi C24190057 Dewi Rengganis C24190045
Samuel Wisely C24190074
Thery Prastika Soedarmodjo C24190072 Berald Bagoes Wildan C24190046 Virdy Yoga Perdana C24190091
Ajeng Desy Ramadhani C24190083 Ayadisti Umairah C24190064 Mutiara Putri Rihhadatul'aisy C24190093
Muhammad Ghifari Yahya C24190084 Joshua Ruben Bungaran C24190075 Vierda Anggraini C24180083
Sepriandi Fernando (WA: 0895395590616) M. Faqih Miftahudien (WA: 081313496935) Nurkhasanah (WA: 085218516402)
KELOMPOK 7 KELOMPOK 8
Amila Fitri Salsabil C24190004 Aullia Rahma Farra C24190008
Astika Ambarwati C24190007 Marvella Audriana C24190044
Hani Fauziah C24190011 Zahrah Fadia Aqilla C24190050
Sinta Navyanda Putri C24190028 Muhammad Fauzan C24190062
Taqwimy Dwirandy Atmodjo C24190053 Friska Arum Wianingdyah C24190068
Alfitha Ayu Dienova C24190060 Ameliani Wardania Putri C24190077
Henricus Rotarius Octavianus Tarigan C24190089 Aliyyah Farahdilla C24190081
Akhsan Faezya Poernama C24190095 Muhammad Khawariz C24190082
Fia Nasria Liani (WA: 089524476568) Dani Prasetyo (WA: 082228560188)

KELOMPOK 9 KELOMPOK 10
Cecep Kurniawan C24190009 Lia Amanda C24190014
Helmia Almazayanur Affuroka Putri C24190012 Raihan A A C24190023
Pangestu Adyatma Ekandra C24190020
Salsa Rahmanita C24190025
Salza Alfiana C24190026
Yoanda Nafella C24190038
Nisrina Puteri Diyanti C24190041
Maulana Arif Budiman C24190040
Nisa Susanti C24190078
Siti Yania Maulani Suratman C24190086 Karisma Putri Kurniawan C24190054
Qonita Sinatrya C24190090 Shafa Qathrunnada C24190063
Diana Ananda Putri C24160067 Salsabila Nuramalina Afri C24190087
Mita Aprilia (WA: 085348232316) Anna Kamilatunnisa (WA: 087771708154)
TERIMA KASIH
PENGENALAN ALAT
GELAS, INSTRUMEN DAN
ALAT SAMPLING
Pemateri :
Fia Nasria Liani dan Dani Prasetyo
PENGENALAN ALAT GELAS
DAN
NON-GELAS
Tabung reaksi Statif dan buret

Gelas piala
desikator
Botol BOD corong Kaca arloji

Cawan petri Labu ukur Tabung Ulir


Gelas ukur Pipet tetes Corong pemisah

Labu erlenmeyer Pipet gondok (Mohr) Pipet ukur (Volumetrik)


Botol Semprot Bulb klem

Penjepit Filter apparatus Kertas saring


alu mortal Botol sampel

Pembakar Batang
siringe
sspiritus pengaduk
PENGENALAN INSTRUMEN
spektrofotometer pH Meter Timbangan analitik

oven waterbath Vortex


Hotplate Lux meter autoklaf

Refraktometer Tanur DO Meter


PENGENALAN ALAT SAMPLING

pH meter DO Meter SCT Meter

Plankton net Ekman grab Van veen grab


Sechii disk

refraktometer

Van dorn

Kemmerer
water sampler GPS Garmin
Pengenalan Teknik
Sampling
Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor
PARAMETER
TUJUAN FIELDTRIP
KUALITAS AIR
MATERI
YANG AKAN
DIBAHAS

TITIK SAMPLING DOKUMENTASI


TUJUAN
PRAKTIKUM

Praktikum lapang (field trip) di Situ Burung bertujuan menguji dan


mengetahui morfologi dan karakteristik perairan melalui analisis
parameter kualitas air berupa parameter fisika, kimia, dan biologi.
SITU
BURUNG
Situ Burung merupakan suatu Oleh karena itu, perlu dilakukan
ekosistem perairan menggenang studi mengenai karakteristik dan
yang umumnya bersifat tawar dan kondisi perairan di Situ Burung
sebagai daerah resapan air. Situ melalui pengukuran dan analisis
Burung terletak di wilayah kualitas air, sehingga ke depannya
administratif Desa Cikarawang, perairan pada Situ Burung dapat
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa dimanfaatkan secara terus-
Barat. menerus. Pengukuran kualitas air
Situ Burung sering dimanfaatkan dapat dilakukan dengan
sebagai tempat wisata lokal dan menganalisis parameter fisika,
tempat mencari ikan. kimia, dan biologi.
Penentuan Titik
Sampling
PARAMETER
KUALITAS AIR

FISIKA BIOLOGI
KIMIA
PARAMETER
IN SITU
Parameter yang diamati
secara langsung
Salinitas

Kalibrasi alat dan Amati dengan jelas


memasukkan sampel Ukur dan catat
hasil

Refraktometer
Kecerahan Kedalaman

Sechii disk Paralon berskala

Paralon diturunkan
sampai dasar
perairan kemudian
membaca skala
Turunkan sechii disk sampai yang terlihat
warna putih tampak memudar
dan tidak terlihat
kekeruhan

Air sampel Botol diletakkan Tombol “read”


dimasukkan kedalam dalam alat ditekann dan hasil
botol sampel turbidimeter yang teramati dicatat

Turbidimeter
Daya Hantar Listrik

● Sambungkan alat sensor


dengan SCT meter
● nyalakan SCT meter
● Kalibrasi SCT meter
● Masukkan tube sensor
SCT meter pada air
sampel
● Amati dan catat angka
yang tertera pada layar

SCT Meter
pH DO

pH Meter DO Meter

● Pasang probe
● Tekan tombol
power dan
kalibrasi alat
● Masukkan
probe pada air
sampel
● Amati dan
catat angka
yang tampak
PARAMETER
EX SITU
Parameter yang diamati
diluar ekosistem
Penanganan Sampel
Prinsip Analisis
Titrimetri Spektrofotometri
Gravimetri
Spektrofotometri
adalah prinsip
Titimetri adalah Gravimetri merupakan analisis yang
suatu metode prinsip analisis dengan menggunakan alat
analisis dengan cara memanaskan spektrofotometer
melakukan titrasi. sampel sampai tersisa dengan
(Ngatijo et.al residu dan didinginkan menghasilkan nilai
2018). lalu di timbang absorbansi cahaya
menggunakan neraca (Neldawati et al.
(Cahyani et al. 2019) 2013)
Spektrofotometri
Spektrofotometer Cara kerja spektrofotometer
● Siapkan sampel yang akan
dianalisis
● Nyalakan spektrofotometer dan
kalibrasi dengan larutan blanko
● Masukkan sampel yang akan
dianalisis kedalam kuvet
● Masukkan kuvet ke dalam
spektrofotometer
● Tekan tombol read
● Catat angka yang tertera pada layar
Total N COD

Nitrat Ammonia

Nitrit P terlarut dan P total


Titrimetri
DO (metode Winkler) CO2 Bebas

BOD (Biological Oxygen Demand) Alkalinitas

Kesadahan TOM (Total Organic Matter)


Gravimetri

Langkah analisis gravimetri


● Persiapan sampel
● Penyaringan (dengan filter
apparatus)
● Pengeringan (dengan oven)
● Pendinginan (dengan desikator)
● Penimbangan (neraca digital)
● perhitungan
TDS (Total Dissolved Solid) TSS (Total Suspended Solid)
DOKUMENTASI
PRAKTIKUM
KUALITAS AIR 2020
ANALISIS DO, BOD, DAN
CO2 BEBAS
2

DO (Dissolved BOD (Biochemical Oxygen


Demand)
CO2 Bebas
Oxygen)

Pengertian : gas (O2) yang Pengertian : jumlah bahan organik Pengertian : gas di atsmosper
terlarut dalam air. Faktor mudah urai yang ada dalam air dan yang memiliki kelarutan tinggi.
yang mempengaruhinya dari dapat diurai oleh mikroorganisme Sumbernya berasal dari
fotosintesa dan atmosper pada kondisi optional. Yang
atmosper(difusi), respirasi,
seperti turbulensi. terdekomposisi bahan organik maka
oksigen yang terpakai setara dengan aliran air masuk yang
jumlah bahan organic yang ada. melarutkan kapur, dekomposisi
Faktor yang mempengaruhinya anaerob karbohidrat di dasar.
bahan beracun, pH, , nutrients, serta
jumlah organisme.
3

Prinsip Analisis

Titimetri yaitu prinsip analisis yang bedasarkan volume larutan yang sudah
diketahui konsentrasinya kemudian direaksikan dengan larutan sampel
yang akan ditetapkan kadarnya.
Alat dan Bahan
DO, BOD, dan CO2 Bebas
Alat Bahan

DO BOD CO2 Bebas


Na-Tio Na-Tio NaOH
Botol gelap (khusus BOD) Gelas Ukur Buret
MnSO4 MnSO4 Phenolpatilen
NaOH-KI NaOH-KI
H2SO4 H2SO4
Amilum Amilum
Pipet tetes Winkler Pipet Labu Erlenmayer
Volumetrik
250 ml

4
PROSEDUR KERJA DO DAN BOD 5

Analisis DO0 Analisis DO5

tambahkan MnSO4 0.01N,


tambahkan MnSO4 0.01N,
NaOH 2 ml, H2SO4 pekat 2ml
NaOH 2 ml, H2SO4 pekat 2ml

sampel diinkubasi selama 5 hari dengan


botol gelap suhu konstan 20 celcius
Pindahkan 25ml sampel ke labu
erlenmayer
𝑴𝒏𝟐+ 2OH + 1/2O2 = MnO2 + H2O

Sampel titrasikan dengan NaTio 0.025N


sampai warna kuning seulas

Tambahkan 2-3 tetes amilum sampai warna biru seulas (biru


seulas menjadi uji kepekaan iodnya)

Titrasikan kembali dengan NaTio (0.8 ml)


hingga warna biru menghilang
PROSEDUR KERJA CO2 BEBAS
Masukan 25 ml sampel ke Labu
erlenmayer

Tambahkan 3 tetes indicator PP


-
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3 H+ + CO3-
Jika terbentuk warna merah muda maka tidak ada CO2
dan tidak usah dilanjutkan karena PP akan berubah
warna jika larutannya basa

Jika tidak terbentuk warna maka perlu


dititrasikan dengan NaOH 0.02 N
dengan volume 0.5 ml

Hitunglah berapa tetes yang


diperluan untuk mengubah warna
menjadi merah muda
Rumus DO
𝑉𝑜𝑙 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 8 𝑥 100
DO = 𝑉𝑜𝑙 𝐵𝑜𝑡𝑜𝑙
𝑉𝑜𝑙 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥
𝑉𝑜𝑙 𝐵𝑜𝑡𝑜𝑙 − 2

Rumus BOD
BOD = DO1 – DO5

Rumus CO2 Bebas


𝑽𝒐𝒍. 𝑻𝒊𝒕𝒓𝒂𝒏𝒙 𝑲𝒐𝒏𝒔𝒆𝒏𝒕𝒓𝒂𝒔𝒊 𝑻𝒊𝒕𝒓𝒂𝒏 𝒙 𝑴𝒓 𝑪𝑶𝟐 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
CO2 =
𝑽𝒐𝒍 𝑺𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍

7
BAKU MUTU AIR
DO BOD CO2 Bebas

Kelas 1 = 6 mg/L Kelas 1 = 2 mg/L


Kelas 2 = 4 mg/L Kelas 2 = 3 mg/L Tidak ada Baku
Kelas 3 = 3 mg/L Kelas 3 = 6 mg/L Mutu
Kelas 4 = 2 mg/L Kelas 4 = 12 mg/L

Menurut PP RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air
8
9

TERIMA KASIH
Praktikum
Kualitas Air
Analisis COD, P Total, dan P Terlarut
01
COD
COD (Chemical
Oxygen Demand)
 COD atau Chemical Oxygen Demand merupakan jumlah total
oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi atau menguraikan
bahan organik yang sulit urai maupun mudah di urai menggunakan
proses kimiawi.

 Sumber utama COD adalah limbah rumah tangga maupun limbah


industri.

 Keberadan COD memberikan dampak bahaya pada biota perairan.

 COD dan BOD merupakan parameter utama dalam menntukan


limbah organik yang berada dalam suatu perairan.

 Semakin tinggi kadar COD maka akan semakin tinggi air tersebut
tercemar (Christiana et al. 2020).

 Jumlah COD umumnya lebih besar dibandingkan dengan jumlah


BOD
COD (Chemical
Oxygen Demand)
 COD merupakan bahan organik yang dioksidasi menggunakan Pottasium
Dikromat (K2Cr2O7) dalam kodisi asam dan panas dan kelebihan
Pottasium Dikromat akan ditera secara spektrofotometri atau dapat juga
dititrasi menggunakan Ferrous Ammonium Sulfat.

 Berdasarkan prinsip analisisnya, COD merupakan total/jumlah bahan


organik yang mudah urai maupun sulit urai.

 Nilai COD selalu lebih besar dari TOM karena oksidator yang digunakan
berbeda.

 Parameter bahan organic lainnya yaitu TOC, BOD, TVS,

BOD COD
TOM
Penting !!!
 Bila BOD “Pengukuran” bahan organic yang di dasarkan atas jumlah oksigen yang terpakai
oleh mikroorganisme untuk mendekomposisi tanpa penambahan reagen, namun pada COD
sengaja ditambahkan bahan kimia (oksidator kuat) yang akan bereaksi atau mengurai bahan
organik yang ada, pada kondisi asam dan panas.

 COD mengukur semua bahan organik yang ada dalam sampel, baik yang mudah urai
maupun yang sulit urai (ada juga bahan organik tertentu yang tidak terukur).

 BOD mengukur bahan yang mudah urai, sedangkan COD mengukur secara keseluruhan
(total), biasanya 70 -80 dari sampel air.

 COD ≥ BOD
Faktor yang mempengaruhi :
 Limbah
 Tanaman air

(Fachrurozi et al. 2010)

Hubungan dengan parameter lain :


 Dissolved Oxygen
 Kekeruhan

(Yatim dan Muklis 2013)


Prinsip Analisis COD

Spektrofotometri merupakan suatu


pengukuran dengan menggunakan
energi cahaya pada panjang
gelombang tertentu.
Alat dan Bahan Analisis COD
Bahan Alat
Tabung ulir Vortex Sentrifuse
K2Cr2O7 H2SO4

Spektrofotometer COD reactor


Tabung Reaksi
Prosedur Kerja COD

Panaskan
Tambahkan Tambahkan Homogenkan dengan suhu
1.5 ml 3.5 ml Asam larutan 150°C selama
Pottasium sulfat 2 jam
Dikromat
Spektro dengan APHA
Masukan 2.5 ml panjang gelombang
sampel Hal 386
tertentu Dinginkan
Tabel

COD Low COD High


Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Konsentrasi (mg/L) Absorbansi
0 0,288
100 0,047
10 0,264
200 0,078
30 0,217
300 0,112
50 0,175
75 0,109 400 0,142

90 0,08 500 0,173

Panjang gelombang Panjang gelombang


420 nm 600 nm

Rumus :
Y = a + bx
02
POSPAT
Pengertian Pospat
Pospat Total Pospat Terlarut
 Fosfor dalam perairan terdapat  Ortofosfat atau pospat terlarut merupakan
dalam bentuk fosfat anorganik bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan
(ortofosfat) dan fosfat organik langsung oleh tumbuhan dan fitoplankton
(polifosfat). melalui fotosintesis.

 Fosfat merupakan bentuk fosfor  Fosfat tidak bersifat toksik.


yang dapat dimanfaatkan oleh
tumbuhan termasuk plankton
 Keberadan fosfat berhubungan dengan
sehingga dapat berpengaruh
terhadap produktivitas perairan. tingkat kesuburan perairan.

 Fosfat total merupakan jumlah  Prinsip analisis P total dan P terlarut


kandungan fosfor di perairan baik dilakukan dengan metode spektrofotometri.
organik atau anorganik ,
partikulat/terlarut.

 Parameter yang berhubungan


dengan pospat ialah DO dan pH
(Effendi 2003)
POSPAT
 Berdasarkan kadar ortofosfat

• Perairan oligotrofik 0,003-0,01 mg/L

• Perairan mesotrofik 0,011-0,03 mg/L

• Perairan eutrofik 0,031-0,1 mg/L

 Berdasarkan kadar P total

• Tingkat kesuburan rendah 0 – 0,02 mg/L

• Tingkat kesuburan sedang 0,021 – 0,05 mg/L

• Tingkat kesuburan tinggi 0,051 – 0,1 mg/L


Alat dan Bahan Analsis Pospat
Pospat Terlarut Pospat Total
Kertas Saring Sudip NaOH

Gelas piala
Vortex K2S2O

Spektrofotometer
Spektrofotometer Mix reagent

H2SO4
Erlenmeyer

Indikator PP
Mix reagent
5 1
Larutan di spektro 25 ml air sampel
dengan kuvet besar disaring
pada panjang menggunakan kertas
gelombang 880 nm saring

Prosedur
Analisis
Orthopospat
2
4 Masukkan air sampel
Kemudian larutan kedalam tabung
dihomogenkan erlenmeyer
dengan
menggunakan 3
vortex
Larutan ditambah 4
ml reagen
Prosedur Analisis Phospat Total
1st
Masukkan 25 ml sampel tanpa disaring kedalam gelas
Process piala. Tambahkan K2S2O sebanyak 1 sudip kemudian
aduk hingga K2SO4 larut

2nd
Tambahkan H2SO4 30% sebanyak 1 ml. Kemudian
Process panaskan sampel sampai volume menjadi ½ dari
volume awal. Lalu dinginkan 2-3 menit

Tambahkan 1 tetes indikator PP. Kemudian tambahkan


3rd Process NaOH setetes demi setetes hingga warna pink seulas.
Lalu encerkan sampel dengan aquades sampai seperti
volume awal

Sampel ditambah 4 ml mix reagent, tunggu 10-15


4th Process menit hingga berubah warna menjadi biru. Kemudian
sampel di spektro dengan menggunakan panjang
gelombang 880 nm
Tabel
Orthopospat Total-P
Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Konsentrasi (mg/L) Absorbansi
0 0,003 0 0,006
0,01 0,022 0,1 0,0102
0,05 0,084 0,2 0,206
0,1 0,156 0,3 0,291
0,25 0,388 0,4 0,406
0,5 0,81 0,5 0,499
Panjang gelombang
880 nm
Rumus :
Y = a + bx
Baku Mutu

COD Total Fosfat


Kelas I = 10 mg/L Kelas I = 0,2 mg/L
Kelas II = 25 mg/L Kelas II = 0,2 mg/L
Kelas III = 50 mg/L Kelas III = 1 mg/L
Kelas IV = 100 mg/L Kelas IV = 5 mg/L

PPRI No.82 Tahun 2001


Referensi
[APHA] American Public Health Association. 2005. Standard Methods for the Examination of
Water and Wastewater 17th Edition. New York (AS) : New York Health Association.
Christiana R, Anggraini IM, Syahwanti H. 2020. Analisis kualitas air dan status mutu serta
beban pencemaran Sungai Mahap di Kabupaten Sekadau Kalimantan Barat. Serambi
Engineering. 5(2) : 941-950
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta (ID) : Kanisius
Fachrurozi M, Utami LB, Suryani D. 2010. Pengaruh variasi biomassa Pistia statiotes L.
terhadap penurunan kadar BOD, COD, dan TSS limbah cair tahu di Dusun Klero
Sleman Yogyakarta. Kes Mas. 4(1) : 1-16.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Yatim EM, Muklis. 2013. Pengaruh lindi (leachate) sampah terhadap air sumur penduduk
sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) air dingin. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 7(2)
: 54-59.
THANKS!
Alternative Resources
ANALISIS
Pengertian
TSS (Total Suspended Solids)

TSS adalah semua zat padat (pasir, lumpur, dan tanah liat) atau
partikel-partikel yang tersuspensi dalam air dengan ukuran sama
dengan atau lebih dari 0.45 μm atau 2 μm (Nurfatimah dan Pratikino
2019).

TDS (Total Dissolved Solids)

TDS merupakan jumlah padatan yang berasal dari material terlarut


berupa karbonat, bikarbonat, magnesium, sulfat, ion-ion organik,
dan senyawa koloid. Ukuran TDS lebih kecil d dari TSS karena dapat
melewati filter yang berukuran 2 μm (Cahyani et al. 2016).
TSS TDS

Faktor yang mempengaruhi : Faktor yang mempengaruhi :


 Arus yang deras  Unsur mineral (zat kapur, besi,
 Longsoran magnesium, dll)
 Limpasan  limpasan dan pelapukan batu
 Gelombang  turbulensi, (Hapsari 2015)
pengadukan (Ainy et al. 2011)

Hubungan dengan parameter lain Hubungan dengan parameter lain :


 Kekeruhan (Nephelometril  DHL (Daya Hantar Listrik)
Turbidity Unit)  Kesadahan
 Kecerahan (Andaris et al. 2015)  Salinitas
Oven

Filter aparatus

hotplate

Kertas saring Desikator

Cawan petri

Porselen dan Timabangan


pipet tetes digital
Letakan Kertas saring ke atas filter apparatus
(diusahakan tidak tersentuh tangan) lalu
bilas dengan aquades sebanyak 3 x 20 ml.

Letakan kertas saring ditempatnya agar terhindar dari


sentuhan lain seperti tangan

Kertas dimasukkan ke dalam oven bersuhu 103° -


105° C selama 1 jam

Kertas kemudian dimasukkan kedalam desikator selama


30 menit (untuk mengurangi kadar air)

Timbang lalu catat berat awal kertas saring sebelum


digunakan

Ulangi proses diatas menggunakan air sampel sebanyak 100 ml (setiap


pergantian sampel pinggan aparatus harus dibilas dengan akuades
sebanyak 10 ml. Hasil timbangan disebut sebagai bobot akhir.
Kertas saring berukuran 0,45 μm diletakan
diatas pinggan aparatus lalu saring sampel

Porselen dipanaskan dengan suhu 175° - 180° C


selama 1 jam

Porselen kemudian kedalam desikator untuk


menurunkan suhu porselen serta menjaga porselen
agar tetap kering

Porselen kemudian ditimbang untuk mengetahui


berat awal

Air yang sudah disaring dimasukan ke corong


aparatus lalu dipindahkan kedalam porselen
sebanyak 25 ml

Porselen dikeringkan /diuapkan sampai mengering


menggunakan hotplate
Sampel yang sudah mengering di dalam porselen
kemudian dioven dengan suhu 175° - 180° C selama
1 jam
Timbang berat porselen yang sudah dioven untuk
mengetahui bobot akhirnya
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔 − 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 − 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛


𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Ainy K, Siswanto AD, Nugraha WA. 2011. Sebaran total Suspended Solid (TSS) di Perairan Sepanjang Jembatan
Suramadu Kabupaten Bangkalan. Jurnal Kelautan : Indonesian Journal of Marine Science and Technology. 4(2) :
158-162.

Andaris AR, Suryanto A, Muskananfola MR. 2015. Hubungan faktor fisik–kimia perairan terhadap tutupan terumbu
karang di Pulau Karimunjawa. Journal of Management of Aquatic Resources. 4(3) : 29-36.

Cahyani H, Harmadi H, Wildian W. 2016. Pengembangan alat ukur Total Dissolved Solid (TDS) berbasis mikrokontroler
dengan beberapa variasi bentuk sensor konduktivitas. Jurnal Fisika Unand. 5(4) : 371-377.

Hapsari D. 2015. Kajian kualitas air sumur gali dan perilaku masyarakat di sekitar pabrik semen Kelurahan Karangtalun
Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap. Jurnal Sains & Teknologi Lingkungan. 7(1) : 18-28.

Nurfatimah FM, Pratikino AG. 2019. Sebaran Total Suspended Solid (TSS) permukaan di perairan Desa Wawatu,
Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan. Jurnal Sapa Laut (Jurnal Ilmu Kelautan). 4(3).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.

Windaryati L, Ngatijo N, Pranjono P, Torowati T. 2017. Penentuan kadar uranium dalam serbuk UO2 dari yellow cake
secara potensiometri dan gravimetric. In Jurnal Forum Nuklir. 10(2) : 75-80.
Kesadahan dan
Alkalinitas
Praktikum Kualitas Air Pertemuan ke-7
Rabu, 14 Oktober 2020
1 Kesadahan

Menggambarkan kation logam bervalensi dua (divalen) yang


berada di perairan. Kation yang berlimpah pada perairan
tawar yaitu Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg).
Kesadahan
Kation juga dapat bereaksi dengan anion
membentuk endapan pada logam.

Kemampuan air dalam mengendapkan sabun dan


membentuk busa.
Busa tidak terbentuk sebelum semua kation
penyusun kesadahan mengendap, sehingga semakin
sadah air maka semakin sulit sabun untuk
membentuk busa.
Kesadahan

Kesadahan berasal dari kontak air dengan tanah dan


bebatuan.

Klasifikasi kesadahan terdiri dari :


• kesadahan berdasarkan ion logam (kesadahan
kalsium dan magnesium)
• kesadahan berdasarkan anion yang berasosiasi
dengan ion logam (kesadahan karbonat dan non
karbonat)
Prinsip Analisis
Titrimetri adalah prinsip analisis menggunakan larutan
yang telah diketahui konsentrasinya kemudian direaksikan
dengan larutan sampel hingga tercapai titik setara
(Sarmidi dan Nurdiansyah 2017).
Prosedur Analisis
Sebanyak 25 mL
01 sampel dipindahkan ke
dalam labu Erlenmeyer 03
Sampel ditambahkan
indikator EBT sebanyak
1-3 tetes

02 04
Sampel ditambahkan Titrasi dengan EDTA
buffer pH 10 sebanyak sampai warna biru
1 mL

Sumber: APHA
Perhitungan
●  
Kategori Perairan
Effendi (2003)

Perairan Lunak Perairan Perairan Sadah Perairan


Menengah Sangat Sadah
< 50 mg CaCO3/L 150 – 300
50 – 150 mg CaCO3/L >300 mg CaCO3/L
mg CaCO3/L
2 Alkalinitas
❑ Alkalinitas adalah jumlah dan macam senyawa di
perairan yang dapat menggeser pH ke arah basa.
❑ Nilai alkalinitas pada umumnya menentukan kadar
karbonat (HCO3, CO3=) di perairan.
❑ Alkalinitas juga dapat disebabkan oleh OH-; H4BO4-
(borat); SiO3= (silikat); PO4-3
Prinsip Analisis
Titrimetri adalah prinsip analisis menggunakan larutan
yang telah diketahui konsentrasinya kemudian direaksikan
dengan larutan sampel hingga tercapai titik setara
(Sarmidi dan Nurdiansyah 2017).
Faktor yang mempengaruhi Hubungan alkalinitas dengan
(Effendi 2003): parameter lain (Rahmawati dan
Retnaningdyah 2015):
- Komposisi mineral
- Berbanding lurus dengan
- Suhu DHL dan pH

- Kekuatan ion - Berbanding terbalik dengan


kadar CO2
Prosedur Analisis

Jika warnanya menjadi merah muda, titrasi


dengan H2SO4 0,02 N sampai tidak berwarna
(Alkalinitas PP). Selanjutnya, ditambah
Sebanyak 25 mL indikator BCGMR sampai warna merah
sampel dipindahkan Tambahkan 2 muda, lalu dititrasi kembali dengan H2SO4
ke dalam labu tetes indikator PP 0,02 N (Alkalinitas total)
Erlenmeyer
Jika tidak terjadi perubahan warna, berarti
tidak ada Alkalinitas PP

Sumber: APHA
Perhitungan
●  
Daftar Pustaka

[APHA] American Public Health Association. 1989. Standard Methods for The Exami-
nation of Water and Wastewater. Washington(US): American Public Health.
Effendie H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
Rahmawati R, Retnaningdyah C. 2015. Studi kelayakan kualitas air minum delapan
mata air di Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang. Jurnal Biotropika.
3(1):50-54.
Sarmidi, Nurdiansyah I. 2017. Aplikasi pembelajaran praktikum analisis titrimetri di labo-
ratorium Sekolah Menengah Kejuruan Bina Putera Nusantara. Jurnal Teknik
Informatika. 5(2):51-60.
Terima Kasih
TOTAL N DAN
NITRIT
PRAKTIKUM KUALITAS AIR KE-8
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FPIK-IPB
Pokok Bahasan

1 Pengertian

2 Faktor yang mempengaruhi dan hubungan antar parameter

3 Prinsip analisis dan prosedur analisis

4 Baku mutu dan Kadar alamiah


TOTAL N
Pengertian
Jumlah total atau kadar keseluruhan
Nitrogen yang terdapat dalam sampel air
yang diuji. Nitrogen dalam badan perairan
dapat ditemukan dalam berbagai bentuk,
yaitu NH3, N2, NO2-, NH4+, NO3-, dan
N dalam organik kompleks. Nitrogen
sangat berperan bagi tanaman dalam
melakukan Fotosintesis (Fatmawati et al.
2013).
Faktor yang Mempengaruhi

Hujan, Run Off, dan Erosi


Semakin tinggi curah hujan, intensitas
run off, dan erosi, maka Total N akan
meningkat di perairan

APA SAJA YA?


Pertumbuhan
Biota Dekomposisi
Jika total N tinggi, maka Dekomposisi bahan organik
akan terjadi eutrofikasi, menghasilkan nutrien,
akan menyebabkan blooming termasuk N
fitoplankton.
Hubungan dengan Parameter Lain

Total P (Phosfor)
Nitrogen membantu menyerap hara dalam perairan.
Phosfor merupakan faktor pendorong dalam mengikat
nitrogen di perairan . Antara P dengan N saling
berhubungan mengenai pertumbuhan fitoplankton
dalam perairan.

Acuan rasio N-P adalah 7 sampai 8 mg/L, bila lebih


besar berarti N-nya terlalu banyak, sehingga P sebagai
penentu; Lalu apabila lebih kecil maka N terlalu sedikit
sehingga N sebagai penentu (Ryding & Rast).
Prinsip Analisis
Metode pengukuran atas dasar intensitas warna. Analit bereaksi dengan
reagen yang ditambahkan sehingga terbentuk warna. Tingkat kepekatan
(intensitas) warna sebanding dengan konsentrasi analit yang dianalisis.
Diukur dgn spektrofotometer pada panjang gelombang yang sesuai. SPEKTROFOTOMETRI
Prinsip Pengukuran
Analit + reagen  warna  spektrofotometer ( tertentu)

[yang diukur adalah cahaya ya


ng diteruskan & ditangkap
oleh sensor]
[berupa nilai % transmisi atau
dikonversi menjadi nilai
absorbance]
Alat dan Bahan

H2SO4 Digest Solution Pipet Vortex


Tabung Reaksi

Spektrofotometer
Buffer Borat Waterbath
Brucine
Prosedur Analisis Total N

Air sampel tanpa penyaringan


Tambahkan 0.5 ml buffer borat, lalu
dimasukkan ke dalam tabung reaksi
homogenkan dengan vortex
sebanyak 5 ml

Ambil sebanyak 5 ml, lalu lakukan uji


Tambahkan 2.5 ml digest solution
analisis nitrat

Vortex dan homogenkan sampel


Uji Analisis Nitrat
tersebut

Panaskan dengan suhu 110°C selama


30 menit, lalu dinginkan. Pastikan
ketika dipanaskan, air jangan sampai
habis
APHA Halaman 172
Prosedur Analisis Nitrat

Panaskan di atas waterbath suhu 70-


Ambil 5 ml sampel dari uji
80°c selama 15-30 menit
sebelumnya yang sudah dipanaskan

Tambahkan Brucine sebanyak 10 Larutan didinginkan


tetes

Jika warna kuning, spektro dengan


Tambahkan H2SO4 pekat sebanyak
panjang gelombang = 410 nm
5 ml

Jika berwarna jingga, lakukan


Lalu Vortex larutan dan homogenkan
pengenceran dan analisis ulang

Bila slide ini dan sebelumnya adalah prosedur nitrat, bagaimana prosedur utk total N?
Baku Mutu dan Kadar Alamiah
Penanganan Sampel Kadar Alamiah

Menurut APHA, sampel di analisis Menurut Effendi (2003), kadar


secepat mungkin dan didinginkan alamiah Total N dalam perairan yaitu
pada suhu ≤6°C ≤0.1 mg/L

Amonia Nitrat Nitrit


Perairan-peruntukan
(mg/L) (mg/L) (mg/L)

Air tawar – Kelas I 0,5 10 0,06 → air baku minum


Air tawar – Kelas II - 10 0,06 → rekreasi air

* Amonia Total Air tawar – Kelas III (0,02) 20 0,06 → budidaya ikan, ternak

Air tawar – Kelas IV - 20 - → irigasi pertanian


Air laut - Biota 0,3* 0,008 - Jangan digunakan, salah,
di alam seringkali lebih
Air laut - Wisata nihil 0,008 - besar dari nilai ini

Air laut - Pelabuhan - - -


Tabel Nitrat
Nitrat
Konsentrasi (mg/L) Absorbansi

0 0.005

0.05 0.04

0.1 0.08

0.2 0.149

0.5 0.342 Rumus Panjang Gelombang


1 0.693 Y = a + bx 410 nm
NITRIT
Pengertian
Nitrit merupakan senyawa yang berasal dari
metabolisme organisme perairan dan
dekomposisi bahan-bahan organik oleh
bakteri. Nitrit dapat ditemukan pada limbah
yang sudah basi atau lama. Nitrit juga
bersumber dari bahan-bahan yang sifatnya
korosif dan banyak digunakan di pabrik.
(Amananti 2016).
Faktor dan Parameter
Reaksi Nitrasasi
Terbentuknya nitrosiamin dari interaksi
antara nitrit dan amina

Bahan Inhibitor Korosi Limbah


Semakin banyak bahan inhibitor Semakin banyak limbah, terjadi
korosi, Nitrit akan semakin oksidasi, nitrit akan semakin
banyak. banyak.
Prinsip Analisis
Metode pengukuran atas dasar intensitas warna. Analit bereaksi dengan
reagen yang ditambahkan sehingga terbentuk warna. Tingkat kepekatan
(intensitas) warna sebanding dengan konsentrasi analit yang dianalisis.
Diukur dgn spektrofotometer pada panjang gelombang yang sesuai. SPEKTROFOTOMETRI
Prinsip Analisis Nitrit
Nitrit (NO2) + sulfanilamide + NEDD  terbentuk warna azo
N-(1-naphthyl}-ethylenediamine
dihydrochloride

[yang diukur adalah cahaya ya


ng diteruskan & ditangkap
oleh sensor]
[berupa nilai % transmisi atau
dikonversi menjadi nilai
absorbance]
Alat dan Bahan

Pipet Volumetrik
Sulphanilamide Kertas Saring

Vortex
Tabung Reaksi Spektrofotometer
Prosedur Analisis Nitrit

Saring air sampel menggunakan


kertas saring
Vortex air sampel untuk
menghomogenkan

Air sampel diambil sebanyak 10 ml


menggunakan pipet volumetrik Jika larutan menunjukkan warna pink
hingga keunguan, maka
spektrofotometer dengan panjang
gelombang 543 nm
Tambahkan 0.4 ml sulphanilamide
(pewarna nitrit)

APHA Halaman 195


Baku Mutu NITRIT dan Kadar Alamiah
Penanganan Sampel Kadar Alamiah

Menurut APHA, sampel di analisis Menurut Effendi (2003), kadar


secepat mungkin dan didinginkan alamiah Nitrit dalam perairan yaitu
pada suhu ≤6°C 0.001 mg/L dan <0.06
Baku Mutu Perairan
PPRI No. 82 Tahun 2001

0.06 0.06 0.06


- mg/L
mg/L mg/L mg/L

Kelas
Kelas I Kelas II Kelas IV
III
Tabel Nitrit
Nitrit
Konsentrasi (mg/L) Absorbansi

0 0.001

0.02 0.049

0.05 0.142

0.1 0.283

0.15 0.419
Rumus
0.2 0.554 Panjang Gelombang
Y = a + bx
543 nm
ANY QUESTION ?

Thank you
Daftar Pustaka

Amananti L.2016.Uji nitrit pada produk air minum dalam kemasan (AMDK) yang beredar di perairan.Jurnal Teknologi
Proses dan Inovasi Industri.2(1):59-64.
[APHA] Americans Public Health Association.2005.Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater
17th Edition. New York (AS):New York Health.
Effendi H.2003.Telaah Kualitas Air.Yogyakarta (ID):Kanisius.
Fatmawati R, Masnevah A, Solichin M.2012.Kajian identifikasi daya tampung beban pencemaran Kali Nigrowo dengan
menggunakan paket program qual 2 kw.Jurnal Teknik Pengairan.3(2):122-131.
Octaviani T, Gutarti A, Susanti H.2011.Penetapan kadar Beta-Karoten pada beberapa jenis cabe (Genas capsium)
dengan metode spektrofotometri tampak.Pharmaciana.4(2):101-109.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
Praktikum ke-9
Kualitas Air
Analisis
Amonia dan
Date : 11 November 2020
Nitrat
Nitrogen (N)
▪ Sumber amonia di perairan adalah dari dekomposisi bahan organik, difusi
udara dari atmosfer, dan proses pengolahan limbah
▪ Kadar amonia yang tinggi menggambarkan pencemaran bahan organik dari
limbah domestik, industri, dan pertanian

(Effendi 2003)
Baku Mutu Perairan (PP RI No 82 Tahun 2001)

Perairan- peruntukan Amonia (mg/L)


Air tawar – Kelas I (air 0,5
baku minum)
Air tawar – Kelas II -
(rekreasi air)
Air tawar – Kelas III -
(budidaya ikan dan
ternak)
Air tawar – Kelas IV -
(irigasi pertanian)

▪ Kadar pada perairan alami biasanya <0,1 mg/L (Effendi 2003)


Metode Analisis
a. Preliminary Distillation Stop
b. Titrimetric Method
c. Ammonia Selective Electrode Method
d. Ammonia Selective Electrode Method Using Known Addition
e. Phenate Method
f. Automated Phenate Method
g. Flow Injection Analysis

(APHA 1989)
Prosedur Kerja Analisis Amonia Metode Phenate:
(APHA 1989)

01 25 mL sampel disaring dengan kertas saring lalu dimasukkan


ke gelas piala

02 Air sampel ditambahkan dengan 1 mL fenol (homogenkan), 1 mL Na-


Nitroprucid (homogenkan), dan 2,5 mL oxidizing solution (homogenkan)

03 Sampel ditutup dengan parafilm lalu dimasukkan ke ruang


gelap selama 1 jam

04 Air sampel di-spektro pada panjang gelombang 640 nm


Analisis Data
y = a + bx
Keterangan:
y = absorbansi (abs)
x = konsentrasi (mg/L)
a dan b = konstanta regresi
Analisis Data
Konsentrasi Absorbansi
(mg/L) (abs)
0 0.012

0.1 0.105

0.2 0.205

0.3 0.305

0.4 0.405

0,5 0.498
Kurva standar amonia
When ammonia is dissolved in water, a tiny amount of it converts to ammonium ions:
H2O + NH3 ⇌ OH− + NH+
4
Baku Mutu Perairan (PP RI No 82 Tahun 2001)

Perairan- peruntukan Nitrat (mg/L)


Air tawar – Kelas I (air 10
baku minum)
Air tawar – Kelas II 10
(rekreasi air)
Air tawar – Kelas III 20
(budidaya ikan dan
ternak)
Air tawar – Kelas IV 20
(irigasi pertanian)
Metode Analisis
a. Metode Brucine secara Spektrofotometri
b. Ultraviolet Spectrophotometric Screening Method
c. Nitrate Electrode Method
d. Cadmium Reduction Method
e. Automated Cadmium Reduction Method
f. Automated Hydrazine Reduction Method
g. Cadmium Reduction Flow Injection Method

(APHA 1989)
Prosedur Kerja Analisis Nitrat Metode Brucine:
(APHA 1989)

01 25 mL sampel disaring dengan kertas saring lalu dimasukkan


ke gelas piala

02 Air sampel ditambahkan dengan 10 tetes Brucine dan 5 mL H2SO4 pekat

03 Larutan divortex, lalu dipanaskan di atas waterbath bersuhu


70-80o C selama 15-30 menit. Setelah itu didinginkan

Jika:
04 - Warna sampel kuning 🡪 spektro dengan λ = 410 nm
- Warna sampel jingga 🡪 lakukan pengenceran dan analisis ulang
Analisis Data
y = a + bx
Keterangan:
y = absorbansi (abs)
x = konsentrasi (mg/L)
a dan b = konstanta regresi
Analisis Data
Konsentrasi Absorbansi
(mg/L) (abs)
0 0.005

0.05 0.04

0.1 0.08

0.2 0.149

0.5 0.342

1 0.693
Kurva standar nitrat
Daftar Pustaka
[APHA] American Public Health Association. 1989. Standard Methods for The Examination of Water and
Wastewater. Washington DC (US): American Public Health.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta:
Kanisius.
[PP] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air. 2001.
Riwayati I. 2010. Penurunan kandungan amonia dalam air dengan elektrolisa menggunakan elektroda
stainless steel / platina [tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro.
ATOMIC ABSORPTION
SPECHTROPHOTOMETRY
(AAS)
Apa itu AAS ?

Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS)


merupakan prinsip analisis pengubahan
senyawa menjadi atom yang dapat dibaca
menggunakan komputer
FUNGSI
?
Mengukur kadar logam secara
kuantitatif yang terkandung dalam
sampel
Bagian-bagian AAS

01 02
Lampu Nebulizer

03
06
Monochromator (https://www.researchgate.net/)
Flame
04 05

Detector Komputer
PROSEDUR
ANALISIS
01 02 03

Alat dikalibrasi terlebih Air sampel dioksidasi dengan H2, Lampu indikator
dahulu dengan cara kemudian di bakar (flame) dengan dihidupkan
menyelupkan nebulizer ke suhu 1500°C-2000°C menggunakan
dalam air blanko gas acetylene dan udara

04 05

Sampel yang telah melalui Atom dari sampel


proses flame akan berubah kemudian diteruskan ke
menjadi atom-atom yang stomic emission dan
kemudian disinari oleh lampu diteruskan kembali ke
indikator monochromator
06 07
Sampel dari Sampel yang sudah terbaca di
monochromator kemudian photodetector akan ditampilkan
terdeteksi oleh dalam layar monitor komputer
photodetector
Ekstrasi Logam Berat

01 02 03

50 gram sampel Sampel didinginkan


Oven dengan suhu 103- kemudian timbang bobot
dibubuhkan ke cawan
105°C selama 1 malam cawan dan residu
porselen yang telah
diketahui bobot
kosongnya

04 05 06

Sampel dipanaskan ulang Sampel ditimbang HNO3 pekat sebanyak 5


hingga diperoleh bobot sebanyak 1 gram dan ml kemudian
sebesar 4% atau senilai dimasukkan kedalam dihomogenkan dan tutup
50 mg gelas piala 100 ml kaca arloji
Ekstrasi Logam Berat

07 08 09

Sampel kemudian Jika volume larutan =1-2 ml, Setelah didinginkan,


dididihkan secara angkat gelas piala dari HNO3 pekat ditambahkan
perlahan di atas hotplate hotplate, kemudian didinginkan sebanyak 2-10 ml dan 2-
10 ml HClO4

10 11 12

Sampel kemudian Jika larutan tidak jernih Larutan kemudian


dihomogenkan dan maka ditambahkan 10 ml didinginkan dan
dipanaskan kembali di HNO3 sampai digestion ditambahkan 50 ml air
hotplate hingga HClO4 hilang sempurna suling dan didihkan
Ekstraksi Logam Berat

13 14 15

Dinding piala gelas dan Larutan kemudian disaring Larutan kemudian


kaca arloji dibilas dengan sembari dibilas menggunakan dihomogenkan dan
menggunakan air suling air suling sehingga diperoleh dianalisis dengan AAS
titrat 100 ml
Ekstrasi Air Laut

01 02 03

100 ml sampel air pH diatur hingga menunjukkan APDC ditambahkan


dimasukkan ke dalam angka 3 dengan cara sebanyak 1 ml kemudian
corong pisah penambahan HNO3 1:1 homogenkan

04 05 06

Sampel ditambahkan Sampel kemudian Sampel diamati, jika terdapat


sebanyak 10 ml MIBK, didiamkan sampai busa/emulsi maka
kemudian dikocok selama 30 terbentuk dua lapisan fase ditambahkan Na2SO4 dan
detik air dikocok hingga larutan jernih
Ekstrasi Air Laut

07 08

Sampel yang telah Fase organik siap di ukur ke


terbentuk dua fase dapat AAS
digunakan
Ekstraksi Air Tawar

1 3

Pinggan filtrasi
disusun dengan kertas Air sampel diasamkan
saring 0,45 µm dengan HNO3 1:1 1
ml tidak pekat 4
2
Fase organik siap
diukur ke AAS
100 ml sampel air
dimasukkan ke
pinggan filtrasi
TOM (Total
Organic Matter)
TOM
TOM adalah kandungan bahan organik total yang
terdiri dari bahan organik terlarut, tersuspensi,
dan koloid di suatu perairan.
Prinsip Analisis
Titrimetri merupakan cara analisis yang didasarkan dari pengukuran volume larutan
yang telah diketahui konsentrasinya, kemudian direaksikan dengan larutan sampel
yang akan diukur kadarnya.
Baku Mutu

Kelas Kelas
I II
1000 mg/L 1000 mg/L

Kelas Kelas
III IV
1000 mg/L 2000 mg/L

(PP RI No. 82 Tahun


2001)
Prosedur
Pipet 100 mL sampel kemudian
01 dimasukkan ke dalam 03 Tambahkan 5 mL asam sulfat 8
Erlenmeyer 300 mL dan N
tambahkan 3 butir batu didih

Tambahkan KMnO4 0,01 N Panaskan di atas pemanas listrik


02 beberapa tetes ke dalam sampel 04 dengan suhu 105°C±2°C, bila terdapat
hingga terjadi warna merah bau H2S, pendidihan diteruskan beberapa
muda menit
Prosedur
Pipet 10 mL larutan baku Tambahkan 10 mL larutan
05 KMnO4 0,01 N, ditambahkan 07 baku asam oksalat 0,01 N
ke dalam larutan sampel

Panaskan hingga mendidih Titrasi dengan kalium


06 selama 10 menit 08 permanganat 0,01 N hingga
warna merah muda
Prosedur

09
10
Catat volume pemakaian
KMnO4
Apabila pemakaian larutan baku kalium
permanganate 0,01 N lebih dari 7 mL, analisis
diulangi dengan cara mengencerkan sampel

(APHA 1989)
Rumus
10+Vol.KMnO4 ×Koef KMnO4 −(10×Kons As Oksalat)×31.6×100×FP
TOM = Vol sampel
Thank you !!
PENGGUNAAN THEODOLITE UNTUK
MORFOMETRI DANAU
Theodolie Sokkia TM20E

Reza Zulmi, Leo Oscar & Grin Tomy P


Theodolite
• Merupakan instrument yang digunakan untuk mengukur sudut dan
jarak pada bidang horizontal atau vertical
• Theodolite digunakan bersamaan dengan tripod dan rambu ukur

Tripod Rambu Ukur


Rambu Ukur
Bagian pada theodolite
1. Sekrup Koreksi Nivo Teleskop 15.Ring pengatur posisi Horisontal
2. Nivo Teleskop 16.Nivo Tabung .
3. Tombol Mikrometer 17.Sekrup Koreksi Nivo Tabung
4. Sekrup Pengunci gerak Vertikal 18.Lensa Mikrometer
5. Pemantul Cahaya Penglihatan Nivo 19.Lensa Okuler
6. Visir Collimator 20.Ring focus benang diafragma
7. Sekrup Pengerak halus Vertikal 21.Ring bantalan lensa okuler
8. Sekrup Pengunci gerak Horisontal 22.Penutup Koreksi Reticle
9. Sekrup Pengerak halus Horisontal 23.Ring focus objek
10.Pengunci Limbus
11.Plat Dasar
12.Sekrup Pendatar Nivo
13.Sekrup Pengunci Nonius
14.Sekrup Pengerak halus Nonius
Bagian pada theodolite
24. Lensa Objektif
25. Kiap penyanggah/penahan
26. Tanda ketinggian alat
27. Slot penjepit
28. Reflektor cahaya
29. Nivo Kotak
30. Sekrup Koreksi nivo kotak
31. Centering Optik
32. Sekrup Koreksi Centering Optik
33. Ring Fokus Centering Optik
Persiapan
A. Penentuan titik penempatan theodolite x
• Tidak di tempatkan tepat di pinggir danau
• Tempatkan 2-5 meter dari tepi danau x

• Usahakan di bagian dimana semua sisi danau x

dapat terlihat tanpa tehalangi pepohonan atau


bangunan

B. Kondisi letak kaki tiga/tripod


• Pastikan tanahnya tidak licin
• Datar
Setting teodolite
1. Pasang Tripod pada titik yang sudah ditentukan pastikan tidak miring di satu sisi
2. Tandai titik tengah penempatan tripod, lihat pada centring optic, fokuskan optic menggunakan
sekrup koreksi centring optic (Dapat dilewat) V
3. Kunci Theodolit pada tripod, pengunci berada di bagian bawah theodolit 90
4. Seting theodolite agar water pas atau nivo tabung dan nivo kotak tepat berada di tengah
0’00”
5. Atur nivo menggunakan sekrup pendatar nivo H
6. Atur sekrup nivo tiap sisi (3 sisi)
0
7. Pastikan sekrup pengunci nonius, gerak horisontal., dan gerak horisontal dalam keadaan tidak
terkunci (putar berlawanan jarum jam)
8. Pada lensa micrometer atur sudut horizontal di posisi dan atur pencahayaan lensa micrometer
pada reflector cahaya agar posisi sudut terlihat jelas
9. Sambil mengamati lensa micrometer, putar ring pengatur posisi horizontal sampai mendekati
sudut 0
10. Pastikan sudut 0 tepat ditengah garis menggunakan sekrup penggerak halus horizontal
11. kunci sekrup pengunci gerak horizontal (Putar searah jarum jam)
12. Tempatkan arah vissil collimator ketitik 0, utara atau titik tertentu
13. Gunakan penggerak halus nonius agar akurat, jika sudah, kunci sekrup penggerak nonius
Setting sudut
1. Pada lensa micrometer atur sudut Vertikal sampai 90
2. Gunakan sekrup penggerak halus vertical
3. Kunci sekrup penggunci gerak vertical jika sudut vertical 90

Theodolit siap digunakan jika


• Centring optic tepat di tengah titik
• Gelembung nivo tabung tepat di tengah di tiga sisi
• Visir collimator berada di titik 0 atau utara
• Sudut horizontal 0 dan vertical 90 pada lensa micrometer
Penggunaan theodolite dan rambu ukur
1. Siapkan rambu ukur, Tarik hingga batas maksimal atau sesuaikan dengan tinggi theodolite
2. Pastikan rambu ukur terbaca dengan jelas
3. Posisikan rambu ukur tepat di tepi danau, lebih dekat dengan batas air
4. Arahkan rambu ukur mengahadap ke arah theodolite
5. Lepaskan s. pengunci gerak horizontal.
6. Arahkan visil collimator ke arah rambu, usahakan tepat
7. Kunci ringan pengunci gerak horizontal.
8. Lihat rambu menggunakan lensa okuler, atur focus dan tepatkan pandangan lensa menggunakan s. penggerak
halus horizontal
9. Jika sudah tepat, kunci sekrup pengunci gerak horizontal
10. Catat sudut horizontal, Bt, Ba, dan Bb
11. Jika sudah di catat, buka kembali pengunci gerak horizontal, dan kembali membidik rambu pada titik
selanjutnya
Pembacaan lensa okuler
Pembacaan lensa okuler Horisontal

H 0’00” H 31’05” H 0’00”


91 90 90 91 90

Sudut yang di tampilkan Putar tombol micrometer Jika sudah di catat


hingga angka paling kanan berada di tengah kembalikak kotak kecil ke posisi 0
Catat Sudut H 90°31’05” Kemudian buka
Pencatatan Data
• Data Bt, Ba, Bb
• Sudut Horisontal yang sudah di atur
• Sudut Vertikal, usahakan tetap 90
• *Data kedalaman
Catat data kedalaman di setiap titik pembidikan rambu ukur
Setiap data sudu, Bt, Ba, Bb hanya memiliki 1 data kedalaman.
Pengolahan data
1. d = Jarak
• d = 100*(ba-bb) catatan (ba-bt=bt-bb vertical=90)
• d = 100*(ba-bb)*cosV (Cos 90=1)
2. Sudut Horisontal

0
Praktikum Kualitas Air Pertemuan 12

Perencanaan Pengambilan Contoh Kualitas Perairan Berdasarkan Spasial

1. Tujuan pembelajaran:
1) Mahasiswa memahami prinsip-prinsip pengambilan contoh kualitas
perairan secara spasial
2) Mengoperasikan perangkat dalam membangun data yang dibutuhkan
dalam perencanaan pengambilan contoh pengambilan contoh kualitas
perairan secara spasial
2. Waktu pembelajaran: 3 jam
3. Peralatan yang dibutuhkan:
1) Komputer/laptop dengan mouse
2) Smartphone
4. Perangkat lunak yang dibutuhkan:
1) Google earth
2) Quantum GIS
3) Locus Map atau Geographica
5. Pengantar
Pada kesempatan praktikum kali ini, kita akan mempelajari bagaimana
merencanakan kegiatan pengambilan contoh kualitas perairan berdasarkan
spasial dengan tetap mempertimbangkan kondisi ekologi dan lingkungan. Untuk
itu, sebelum melakukan survei, kita hendaknya benar-benar memahami
karakteristik wilayah yang menjadi lokasi studi dan analisis yang akan digunakan.
Kunci utama dalam memahami karakteristik wilayah adalah data. Meskipun
demikian, terkadang ketersediaan data menjadi permasalahan utama. Oleh
karena itu, kita bisa memaksimalkan data yang sifatnya open access, salah satu
yang umum adalah data citra satelit yang ada di perangkat Google earth

6. Tahapan praktikum
1) Membangun data lokasi studi – Memahami kondisi area penelitian:
Sumber data yang digunakan adalah google earth.
a. Buka aplikasi Google Earth;
b. Cari lokasi studi, yaitu misalnya “Situ Burung”. Untuk lokasi yang belum
kita ketahui, kita bisa menggunakan data koordinat atau bisa
memasukkan peta dasar kita yang sudah dalam format kmz/kml ke dalam
aplikasi sebagai acuan lokasi.
c. Perbesar lokasi studi berdasarkan kebutuhan informasi dan skala peta
yang dibutuhkan;
Pahami profil lokasi studi dan lingkungan di sekitarnya, baik yang dapat
mendukung maupun yang memberikan dampak terhadap sistem perairan.

d. Digitasi;
a) Digitasi peta menggunakan tools ‘Add Polygon’.
b) Klik Add Polygon untuk membuat New Polygon.
c) Beri nama polygon yang dibuat.

d) Setelah diberi nama, jangan langsung tekan OK. Pinggirkan jendela


New Polygon, dan mulailah melakukan digitasi.
Untuk mempermudah digitasi, kita bisa rubah transparansi area polygon
sesuai yang kita inginkan (misalnya 25%) atau pilih area menjadi
Outlined.
e) Setelah melakukan digitasi, kita dapat merubah warna hasil digitasi
sesuai yang diinginkan untuk menunjukkan perbedaan dengan
kategori yang lain.

f) Simpan hasil digitasi dengan cara mengklik kanan layer hasil yang
sudah kita digitasi. Pilih Save Place As, dan simpan pada lokasi yang
anda inginkan.
g) Lalu buka platform pemetaan, dalam hal ini seperti ArcGIS atau
QGIS, dll. untuk tindak lanjut berikutnya.
h) Buat projek baru
i) Panggil data ‘KMZ/KML’ yang sudah dibuat melalui QGIS, pada menu
Layer > Add Layer > AddVector Layer.
j) Masukkan data KMZ/KML, pilih lokasi data, dan klik Add, lalu Close.
k) Cek data atribut dalam tabelnya untuk memastikan hasil yang ada.

l) Rubah data KMZ ke shapefile (SHP) menggunakan menu export data.


Klik kanan pada file yang mau disimpan, pilih export > Save Feature
As…
m) Pilih format ESRI Shapefile, beri nama file di menu file name di lokasi
penyimpanan, biarkan posisi pada menu lainnya, dan OK.
n) Setelah berhasil, file akan ditambahkan secara otomatis dalam layers,
dan file tersimpan pada folder penyimpanan kita.
o) Setelah selasai, masukkan data lainnya yang dibutuhkan.
p) And enjoy!!!

2) Penentuan titik atau point, sebagai lokasi calon stasiun pengamatan;


a. Pertimbangan lokasi pengambilan contoh yang akan ditentukan dengan
baik dan dianggap mewakili kondisi lokasi studi, misalnya:
- Inlet dan outlet perairan
- Sumber pencemar
- Tata guna lahan
- Daya jangkau
- Keamanan
- Dan lain-lain
b. Tentukan lokasi rencana pengambilan contoh (proses-proses umum
mengikuti yang sudah dijelaskan sebelumnya):
a) Pilih ‘Placemark’ pada Google Earth, beri nama, dan catat informasi
titik koordinat.
b) Tandai lokasi lain yang direncanakan.
Dalam aspek spasial, sebaiknya titik pengambilan contoh minimal 4
titik yang dapat membentuk dimensi ruang.

c) Symbol gambar titik bisa dirubah sesuai keinginan dan kebutuh.


d) Rubah data titik tersebut menjadi format data SHP melalui perangkat
QGIS, dan lakukan proses penyimpanan seperti proses sebelumnya.

Enjoyyy..
Pengamatan Lapangan Menggunakan Aplikasi GPS pada Smartphone

1. Tracking dan marking menggunakan Geographica


2. Tracking dan marking menggunakan Locus Map
Pengaturan awal:
1) Mengatur tipe koordinat dan satuan
2) Point marking
3) Memulai perekaman track
4) Menyelesaikan dan menyimpan perekeman track
5) Mengeksport file menjadi .gpx dan menyimpan di google drive
3. Memasukan data tracking ke dalam peta menggunakan platform spasial
(QGIS)
Setelah melakukan survey dan sudah mengunduh data tracking dalam
bentuk .gpx. Data tracking tersebut dapat kita masukan kedalam peta yang
sudah kita buat sebelumnya. Langkah-langkahnya sebagai berikut :
1) Pilih opsi Layout/add layer/add vector layer.

2) Pada opsi “vector datasets” cari data .gpx yang sudah diunduh dari
smartphone anda.
3) Setelah memilih file akan terbuka jendela pilihan.Klik opsi “select all” dan
centang opsi “add layer to the group”. Klik OK.

4) Jalur track anda kemudian akan muncul secara otomatis. Untuk


mengubah warna dan bentuk, klik kanan layer track. Kemudian akan
muncul jendela pilihan, klik pada opsi “symbology”. Ubahlah warna dan
bentuk garis track sesuai dengan yang diinginkan.
5) Point marking dapat terunduh secara otomatis (menggunakan cara add
file .gpx) atau bisa juga dilakukan secara manual. Caranya dengan
menuliskan informasi koordinat di file excel, format penulisan seperti pada
gambar. Koordinat dapat ditulis dalam format decimal ataupun degree
minute second (DMS).

6) Berikan nama file sesuai keinginan anda (dalam contoh ini “trackpoint”).
Save file dalam format CSV atau bisa juga tab delimited.
7) Untuk menampilkan titik tersebut, pilih opsi Layer/add layer/add delimited
layer.

8) Masukan file trackpoint pada pilihan “file name”. Di File Format pilih opsi
“custom delimeters”. Di opsi geometry definition centang pilihan “DMS
coordinate”.
9) Sesuaikan opsi “geometry CRS” sesuai koordinat yang kita pakai
sebelumnya. Di kolom x field pilih opsi “lon_x” dan di kolom y filed pilih
opsi “lat_y”. Klik apply.

10) Untuk mengubah tampilah file “trackpoint”, klik kanan file “trackpoint”
kemudian pilih opsi “Labels”. Pada opsi “label with” pilih opsi ”fields 4”.
Klik OK, peta anda telah selesai.
Praktikum Kualitas Air:
Studi Kasus Perubahan Lahan
DAS Akjwa, Timika
Oleh Zulhamsyah Imran PhD

Divisi Prolink, Departemen MSP-IPB


Pendekatan Metode Analisis Perubahan Lahan
Tahapan Kegiatan

1 2 3 4 5
Inventarisasi Data dan Pra pengolahan dan Pengolahan dan Analisis Layout/Dokumentasi Rekomendasi
Sumber Data Penentuan Metode Data Data dan Pembahasan Pengelolaan
Analisis
Inventarisasi Data dan Sumber Data
1 Citra Satelit
SENTINEL 2,
Citra Satelit Citra Satelit 5 Desember 2019
Landsat 5 TM, Landsat 8, Sumber :
24 April 2005 30 Januari 2015 COPRENICUS/LAB RSE
Sumber : USGS/LAB Sumber : USGS
RSE WorldView,
Citra Satelit WorldView, 2018
Landsat 7 ETM+, Landsat 7 ETM+, 2009/2010 Sumber :
15 Maret 2005 16 Mei 2010 Sumber : ESRI.com/LAB RSE
Sumber : USGS/LAB Sumber : USGS/LAB ESRI.com/LAB RSE
RSE RSE Data Drone
Data Drone Perekaman Desember
Citra Satelit Data Drone Data Drone Perekaman Desember 2017
Citra Satelit Perekaman 14-17 Juni Perekaman Desember 2010 UNDI (1/2 Area)
Landsat 5 TM,
2006 2010 UNDI (1/2 Area)
Landsat 5 TM, 21 Januari 2000
UNDIP (2/3 Area) UNDIP (1/2 Area) Penutupan Lahan
27 Desember 1996 Sumber : USGS/LAB
Penutupan Lahan 2019
Sumber : USGS/LAB RSE
Penutupan Lahan Penutupan Lahan 2015 Sumber: LAB RSE
RSE
2005 2010 Sumber: LAB RSE
Penutupan Lahan
Sumber: LAB RSE
Penutupan Lahan 2000 Sumber:
2019
1996 Sumber: klhk.geoportal.go.id
2015
Sumber: klhk.geoportal.go.id 2010
klhk.geoportal.go.id
2005
2000
1996
Pra pengolahan dan Penentuan Metode Analisis

2
Pra Pengolahan Metode Analisis
1. Koreksi Geometri 1. Interpretasi Visual
2. Koreksi Radiomteri ISO Cluster Terbimbing
3. Band Komposit
2. Interpretasi dan Analisis Spectral
NDVI, NDBI, BU (Built Up Indeks)

3. Interpretasi Hybrid
(1+2)
Analisis & Pengolahan Data
3 Luas (Hektar)
Tahun 1996
1. 7 Jenis Tutupan Lahan
48.20

Teridentifikasi
9,572.57
2. Dominasi Tutupan Lahan
26.10
Mangrove
1,350.17
190.15
31.62 24,959.96 3. Tanah Timbul Belum
178.29
Terllau Tampak pada
Kanal/Sungai
4. Tanggul pada Sisi Barat
Teridentifikasi
Analisis & Pengolahan Data
3 Luas (Ha)
Tahun 2000
1. 9 Jenis Tutupan Lahan
Teridentifikasi
82.25
2. Mulai Ada Dampak Pada
9,855.64
Mangrove
31.35
610.80
3. Tanah Timbul Belum
1,073.58
28.50
24,953.44 Mulai Muncul pada
171.47 Kanal/Sungai
441.07
4. Tanggul pada Sisi Timur
Teridentifikasi
5. Beberapa Koloni
Mangrove Muda
Teridentifikasi
Analisis & Pengolahan Data
3 Tahun 2005
1. 10 Jenis Tutupan Lahan
Luas (Ha) Teridentifikasi
169.44 14.90 89.71
2. Dampak Pada Mangrove
Semakin Meluas
9,358.08 3. Tanah Timbul yang
1,114.76
97.90 Muncul pada
19.72
1,063.84 24,867.80 Kanal/Sungai Semakin
322.60
Banyak
4. Beberapa Koloni
Mangrove Muda
TeridentifikasicvWilayah
Muara
Analisis & Pengolahan Data
3 1,393.58
Luas (Ha)
13.30
Tahun 2010
1. 10 Jenis Tutupan Lahan
Teridentifikasi
44.39
30.66 14.27
213.98
2. Dampak Pada Mangrove
Semakin Meluas
8,109.14
3. Tanah Timbul yang
3,066.36
Muncul pada
25,000.13
Kanal/Sungai Semakin
125.10
Dominan
4. Beberapa Koloni
Mangrove Muda
Teridentifikasi Semakin
Banyak pada Area Tanah
Timbul
Analisis & Pengolahan Data
3 Tahun 2015
1. 10 Jenis Tutupan Lahan
27.55 Luas (Ha) Teridentifikasi
642.65
132.66
1,780.17 92.20
2. Dampak Pada Mangrove
Semakin Meluas
7,140.38
3. Tanah Timbul yang
Muncul pada
3,986.93 24,230.74 Kanal/Sungai dan Wilayah
Pesisir Semakin Dominan
235.69
4. Beberapa Koloni
Mangrove Muda
Teridentifikasi Semakin
Banyak pada Area Tanah
Timbul
Analisis & Pengolahan Data
3 2019
1. 10 Jenis Tutupan Lahan
Teridentifikasi
Luas (Ha)
2,657.28
162.56
2. Dampak Pada Mangrove
Sudah hamper sampai ke
Wilayah Muara Aijkwa
8,648.80
3. Tanah Timbul yang
21,785.70
1,612.97
Muncul pada
76.01
29.55 Kanal/Sungai dan Wilayah
1,192.53
589.62
804.10 Pesisir Semakin Dominan
4. Beberapa Koloni
Mangrove Muda
Teridentifikasi Semakin
Banyak pada Area Tanah
Timbul
Grafik Perubahan Tutupan Lahan di Muara Aijkwa

2019

2010-2019
2015

2010

2005

2000

1996

- 5,000.00 10,000.00 15,000.00 20,000.00 25,000.00 30,000.00


1996 2000 2005 2010 2015 2019
Tanggul 48.20 82.25 89.71 44.39 92.20 162.56
Tanah Timbul Tak Bervegetasi 190.15 610.80 1,063.84 3,066.36 3,986.93 1,192.53
Tanah Terbuka 31.62 171.47 169.44 213.98 132.66 589.62
Rumput 26.10 31.35 97.90 30.66 642.65 1,612.97
Rawa 1,350.17 1,073.58 1,114.76 1,393.58 1,780.17 2,657.28
Pemukiman 28.50 19.72 13.30 27.55 29.55
Mangrove 24,959.96 24,953.44 24,867.80 25,000.13 24,230.74 21,785.70
Koloni Mangrove Muda 178.29 441.07 322.60 125.10 235.69 804.10
Kanal/Sungai 9,572.57 9,855.64 9,358.08 8,109.14 7,140.38 8,648.80
Temuan dan pembahasan
1. Luas tanggul terus meningkat, sehingga perlu proyeksi panjang dan luas tanggul
(162.56 ha pada 2019 atau pertumbuhannya 66% per tahun) yang diperlukan tidak
saja mencegah tailing masuk ke mangrove saat ini, tetapi juga pembangunan
tanggul untuk mempertahankan luas mangrove yang tersisa saat ini
2. Pengelolaan tanah timbul seluas 1192.93 ha tanah timbul yang tidak belum
bervegetasi untuk percepatan replacement mangrove yang rusak; sehingga perlu
dihitung biaya pengelolaan mangrove pada tanah timbul tersebut;
3. Pertumbuhan lahan terbuka sangat tinggi, mencapai rata-rata 154,77% ada upaya
rehabilitasi tetapi sangat kecil (1 sd 38% pada 2005 dan 2015), lahan terbuka pada
2019 sangat tinggi mencapai 589,62 ha;
4. Perlu perhatian pada koloni mangrove muda;
5. Fluktuasi pada kanal sungai perlu mendapat perhatian;
Layout/Dokumentasi Data dan Pembahasan
4
Pola Kerusakan Mangrove & Tanah Timbul di Wilayah Kajian

• Warna merah menindikasikan


pola perubahan dan luasan area
terdampak yang berubah menjadi
Pola nya tidak sama, dugaan rawa, rumput dan tanah terbuka
berbeda musim dan waktu pasut • Warna merah pada wilayah
saat perekaman citra satelit sungai dan laut mengindikasikan
keberadaan tanah timbul tak
bervegetasi
Pola Kerusakan Mangrove & Tanah Timbul di Wilayah Kajian

1. Warna merah mengindikasikan pola


perubahan dan luasan area terdampak
yang berubah menjadi rawa, rumput
dan tanah terbuka
Pola nya tidak sama, dugaan 2. Warna merah pada wilayah sungai dan
berbeda musim dan waktu pasut laut mengindikasikan keberadaan
saat perekaman citra satelit tanah timbul tak bervegetasi
3. Warna orange di duga pola sebaran
sedimen/TSS pada perairan d Sungaii
Mulut
Nilai NDVI 2018
4
Koloni Koloni
Padang
Rawa Mangrove Mangrove Tanah Timbul Mangrove Mangrove
Rumput/semak
Mangrove tua: 1 Muda Muda
Statistics
(sangat rapat) Minimum 0 0 0 0 0 0 0
Koloni mangrove muda Maximum 1 1 1 1 0 1 1
Mean 0.03 0.96 1 0.32 0 0.7 0.95
0,7-0,95 (sangat bagus) Std.dev 0.16 0.21 0 0.47 0 0.46 0.21
Nilai NDVI 1999
4
Koloni Koloni
Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Sungai Mangrove
Muda Muda
Statistics
Mangrove tua: 0,97-1 Minimum 0 0 1 0 0 0 0
Maximum 1 1 1 1 1 0 0
Koloni mangrove muda < 0,1 Mean 0.97 0.97 1 1 0.1 0 0
Std.dev 0.18 0.16 0 0.05 0.3 0 0
Resume

5 1. Laju kerusakan mangrove terjadi sangat cepat pada kurun waktu


2000-2019:
2. Persentase laju kerusakan mangrove: turun 0.026% (2000), 0.34%
(2005), naik 0.53% (2010), turun 3.08% (2015), 10.10% (2019);
3. Rata-rata laju kerusakan mangrove: 3.39% (1996-2019)
4. Potensi Muara Ayjkwa tertutup oleh tanah timbul sangat mungkin
terjadi lebih cepat
5. Perlu analisis dengan membandingkan data pada 2 (dua) musim,
musim hujan dan musim kemarau
6. Beberapa Koloni Mangrove Muda Teridentifikasi Semakin Banyak
pada Area Tanah Timbul namun laju pertumbuhan tidak secepat laju
kerusakan mangrove yang terjadi
Rekomendasi Pengelolaan

6
1. Melanjutkan Pengelolaan Tanah Timbul, hal-hal yang perlu
improvement adalah:
a. Monitoring terhadap pertumbuhan setiap jenis mangrove;
b. Identifikasi jenis penyakit pada bagian daun;
c. Suplai pupuk organic dengan memanfaatkan enceng gondok
d. Membangun nusery ground untuk bibit mangrove sekitar
area tapak;
e. Memperbanyak jenis mangrove yang ditanam selain
Rizhopora sp dan Avicennia sp
f. Menggunakan teknologi rehabilitasi alternative
Rekomendasi Pengelolaan

6 2. Membuat Pulau Baru:


a. Perlu ada kajian konferehensif untuk menentukan area
yang sesuai;
b. Reklamasi perairan di depan mulut muara;
c. Menggunakan material tailing yang sudah di campur
pupuk kompos dari enceng gondok;
d. Pertuntukan untuk ekowisata yang ditata dengan tingkat
kenyamanan baik untuk para pengunjung;
e. Menata track, menara pengamatan burung dan satwa,
dan fasilitas lainnya;
Rekomendasi Pengelolaan

6 3. Mempertahankan Mangrove eksisting saat ini:


a. Membangun tanggul pencegah masukkan tailing baik
vertical dan horizonal sepanjang Sungai;
b. Membangun kanal-kanal untuk suplai air payau dari
pasang;
c. Analisis ketahanan mangrove terhadap kontaminan
pada tailing (pH dan senyawa lainnya);
d. Membangun system monitoring secara automatis pintu-
pintu kanal untuk keluar-masuknya air payau;
e. Menghitung biaya pembangunan tanggul baru, baik di
area tanggul barat dan timur saat ini
Rekomendasi Pengelolaan

6 4. Membangun pipa pembuangan tailing di bawah lapiran


thermocline (mungkinkah jika operasi pertambangan
sampai 2070):
a. Kajian pembiayaan pembangunan pipa pembuangan
tailing dari area penampungan tailing di daratan;
b. Kajian alur pipa pembuangan tailing sampai di bawah
lapiran thermoclin;
c. Kajian penentuan lapisan thermocline;
Rekomendasi Pengelolaan

6 5. Membangun system empang parit pada daerah rawa


mangrove yang rusak:
a. Analisis kesesuain terhadap rawa yang layak untuk
direhabilitasi;
b. Analisis jenis ikan yang sesuai untuk dibudidayakan;
c. Melakukan kajian model empang parit yang sesuai
(60%:40%=perairan:mangrove) atau proporsi lainnya;
d. Membangun model kemitraan dengan masyarakat
dalam pengelolaan empang parit

Anda mungkin juga menyukai