Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PEMERIKSAAN AKUNTANSI II

Disusun Oleh : Kelompok 5

Nama : Sri Nofarizha ( 16622190 )


Dhea Rezki Engelina ( 16622162 )
Agung Sunarso ( 16622157 )

Materi : Rangkuman Audit Siklus Pendapatan (Penjualan dan Hasil Penjualan)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


TANJUNGPINANG – INDONESIA
TA 2018 / 2019
I. Pengertian
A. Piutang
Piutang menunjukkan klaim entitas terhadap pelanggan akibat penjualan
barang atau jasa dalam kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang dicatat ketika
dilakukan penjualan secara kredit dan berkurang tatkala entitas menerima kas dari
pelanggan sebagai pelunasan utangny. Piutang kadang digunakan sebagai jaminan
bagi suatu pinjaman dan adakalanya didiskontokan atau dijual (dengan atau tanpa
recourse). Piutang usaha tidak boleh disajikan pada jumlah yang melebihi nilai
realisasi bersihnya.
Tujuan audit piutang adalah untuk menghimpun bukti memadai perihal
penyajian yang wajar piutang usaha menurut SAP. Sorotan auditor pada piutang usaha
adalah pengujian asersi keberadaan atau keterjadian, asersi penilaian, serta asersi hak
dan kewajiban.

B. Retur
Retur penjualan merupakan pembatalan atas penjualan yang telah dilakukan
perusahaan. Pengaruh retur ataupun potongan penjualan adalah berkurangnya
pendapatan penjualan dan berkurangnya kas atau piutang dagang. Bila retur penjualan
atau potongan penjualan menyangkut penjualan kredit, biasanya penjual
menyampaikan nota kredit (Credit Memorandum) kepada pelanggan. Nota kredit
menunjukkan jumlah yang dikreditkan pada pelanggan serta alasan pengkreditan
tersebut
Bila perkiraan penjualan didebet, maka saldo perkiraan penjualan ini pada
akhir periode menunjukkan penjualan bersih (net sales), dan jumlah retur dan
potongan penjualan tidak akan diungkapkan lagi. Karena berkurangnya pendapatan
disebabkan oleh potongan penjualan dan berbagai beban yang berkaitan dengan
pengembalian barang, disarankan agar jumlah transaksi seperti ini diketahui oleh
manajemen. Kebijakan semacam ini memungkinkan manajemen menentukan sebab-
sebab retur dan potongan tersebut. Seandainya jumlahnya besar, dilakukan untuk
mengambil tindakan perbaikan. Kerena alasan inilah kita cendrung mendebet
perkiraan yang disebut Retur dan potongan penjualan (Sales Return and Allowances).
Bila penjualan semula dilakukan secara kredit, maka sisa transaksi tersebut dicatat
sebagai kredit ke piutang dagang. Misalnya diterima pengembalian barang karena
rusak dari salah seorang pelanggan senilai Rp 250.000 yang berasal dari transaksi
penjualan kredit. maka pencatatan yang dilakukan untuk pengembalian barang
tersebut adalah:
Retur dan Potongan Penjualan      Rp 250.000
         Piutang Dagang                                        Rp 250.000
         (Berdasarkan nota kredit no. 234)
Jika uang tunai yang dikembalikan karena barang yang cacat ataupun karena
potongan harga, maka retur dan potongan penjualan didebet dan kas dikredit.

II. Perlakuan Akuntansi


A. Perlakuan Akuntansi Pada Piutang
Lalu bagaimana dengan piutang usaha yang tak tertagih? Piutang usaha tak
tertagih akan diakui sebagai sebuah kerugian piutang. Dalam menentukan
kerugian piutang usaha dapat dilakukan dengan 2 macam metode, yaitu:
1. Metode penghapusan langsung.
Untuk metode seperti ini tidak ada jurnal yang dibuat sampai suatu akun
khusus telah ditetapkan secara pasti yang tidak tertagih. Kemudian
kerugian tersebut akan dicatat dengan cara mengkredit Piutang Usaha dan
mendebet Kerugian Piutang sebesar nilai perkiraan piutang yang tak
tertagih tersebut.

2. Metode cadangan.
Menggunakan estimasi atau perkiraan piutang yang tak tertagih dari semua
penjualan kredit atau dari total piutang usaha yang sudah beredar.
Perusahaan setiap akhir tahun harus menentukan berapa besaran estimasi
piutang tak tertagih yang akan diakui dan dilaporkan sebagai sebuah
kerugian piutang pada periode berjalan. Penghitungan estimasi seperti ini
biasanya dibuat atas dasar presentase dari penjualan atau presentase
piutang yang sudah beredar.
Pendekatan presentase penjualan akan menandingkan biaya dengan
pendapatan karena hal ini sudah mengaitkan beban pada periode dimana
penjualan telah dicatat. Contoh: PT XXX telah mengestimasikan dari
pengalaman dimasa lalu bahwa dari 2% penjualan kreditnya tidak akan
tertagih. Jika PT XXX memiliki penjualan kredit sebesar Rp 50,000,000
maka pada tahun 2016, maka jurnalnya adalah sebagai berikut:

Biaya Piutang Tak Tertagih        1,000,000


Cadangan Piutang Tak Tertagih                1,000,000

B. Perlakuan Akuntansi pada Retur

– Mencatat retur dan potongan harga penjualan

Retur dan Potongan Penjualan (D) xxx

Piutang Dagang (K)    xxx

xxx
Persediaan Barang Dagang (D)

xxx
HPP (K)   

– Mencatat retur dan potongan pembelian menggunakan sistem persediaan


perpetual
 
Utang Dagang (D) xxx

 
Persediaan Barang Dagang (K)    xxx

(Persediaan barang dagang dicatat pada kredit karena retur dan potongan pembelian secara
langsung mengurangi jumlah persediaan barang dagangan)
– Mencatat retur dan potongan pembelian menggunakan sistem persediaan
periodic

 
Utang Dagang (D) xxx

 
Retur dan Potongan Pembelian (K)    xxx

III. Struktur Pengendalian Internal


A. PENGERTIAN DAN PEMAHAMAN PENGENDALIAN INTERNAL
Siklus pendapatan (revenue cycle) adalah pertukaran barang dan jasa milik suatu
entitas dengan kas. Transaksi siklus pendapatan dapat diklarifikasikan ke dalam tiga
kategori, yaitu:
1. Transaksi penjualan
2. Transaksi penyesuaian penjualan
3. Transaksi penagihan kas
Aktivitas-aktivitas utama dalam setiap kategori tersebut ditujukkan pada tabel berikut
ini:
Tabel 1
Aktivitas-aktivitas Siklus Pendapatan

Transaksi Penjualan  Penerimaan dan pemrosesan


pelanggan
 Pemberian kredit
 Pengiriman pesanan pelanggan
 Penagihan pelanggan
Penyesuaian Penjualan  Persetujuan dan penyesuaian
 Penentuan piutang tak tertagih
Penagihan Kas  Penagihan kas dari penjualan
 Penerimaan pembayaran
penjualan kredit
 Pemberian potongan tunai
 Penyimpanan kas
Untuk memahami pengendalian internal atas siklus pendapatan, auditor harus
mempertimbangkan lingkungan pengendalian klien, penilaian risiko, komunikasi,
pemantauan, sistem akuntansi, dan aktivitas pengendalian yang berhubungan dengan
komponen-komponen ini.
IV. Prosedur Audit
Program audit untuk pengujian substantif terhadap piutang usaha berisi prosedur
audit. Berbagai prosedur audit dilaksanakan dalam lima tahap berikut ini :
1. Prosedur audit awal
Auditor menempuh prosedur audit awal dengan cara melakukan rekonsiliasi
antara informasi piutang usaha yang dicantumkan di neraca dengan catatan
akuntansi yang mendukungnya.
2. Prosedur analitik
Untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam menemukan
bidang yang memerlukan audit lebih intensif.
3. Pengujian terhadap transaksi rinci
Auditor melakukan pengujian subtantif terhadap transaksi rinci yang mendebit
dan mengkredit akun piutang usaha dan pengujian piash batas yang digunakan
untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan akun tersebut.
4. Pengujian terhadap saldo akun rinci
Untuk memverifikasi keberadaan, kelengkapan, hak kepemilikan dan penilaian
atas piutang usaha yang dicantumkan di neraca.
5. Verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan
Auditor membandingkan penyajian dan pengungkapan piutang usaha yang
disajikan klien dalam neraca dengan prinsip akuntansi berterima umum

Anda mungkin juga menyukai