Effect Of Microfilirae On Dogs With Dirofilaria immitis On the Mortality Rate Of Culex quinquefasciatus With Isolate
Afifah Nur Oriyasmi1, T. Fadrial Karmil2,Winaruddin 3, Farida Athaillah 4, Abdullah Hamzah 5, Ummu Balqis 6, M. Daud AK7
1 Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
2 Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
Email: t.fadrialkarmil@unsyiah.ac.id
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah mikrofilaria pada anjing penderita D.
immitis terhadap angka kematian nyamuk Cx. quinquefaciatus isolat lapang. Sampel yang digunakan adalah
empat ekor anjing, tiga ekor anjing yang terinfeksi D. immitis dengan jumlah mikrofilaria tingkat infeksi 330
mf/ml darah, 1.430 mf/ml darah, dan 10.395 mf/ml darah serta satu anjing sebagai control (negatif D. immitis).
Nyamuk Cx. quinquefasciatus yang diinfeksikan dengan berbagai tingkat infeksi mikrofilaria tersebut diamati
angka kematian nyamuk selama 13 hari. Hasil penelitian menujukan bahwa angka k ematian nyamuk Cx.
quinquefasciatus dengan tiga tingkatan infeksi terjadi kematian yang tinggi pada hari ke-10 infeksi berat 31,56
%, sedang 21,7 % dan ringan 15.4 % hal ini disebabkan oleh pergerakan dan aktivitas biologis larva yang dapat
merusak tubulus malpighia. Sehingga dapat disimpulkan Angka kematian nyamuk Cx. quinquefasciatus dengan
jumlah mikrofilaria tinggi (10.395 mf/ ml darah ) adalah 13,1 %, tingkat infeksi sedang ( 1.430 mf/ml darah )
adalah 10,4 % dan tingkat rendah ( 330 mf/ml darah ) adalah 9,1 % serta kontrol 0,2 % . Sehingga semakin
tinggi tingkat infeksi mikrofilaria maka semakin tinggi angka kematian nyamuk.
Kata kunci : Dirofilaria immitis,Mikrofilaria, Nyamuk Culex quinquefasciatus.
.
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of the number of microfilariae in dogs with D. immitis to
mosquito mortality. Cx quinquefaciatus isolate field. The samples used were four dogs, three dogs infected with
D. immitis with microfilaria number of infection rate 330 mf / ml blood, 1,430 mf / ml blood, and 10,395 mf / ml
of blood and one dog as control (negative D. immitis) . Mosquito Cx. quinquefasciatus infected with various
levels of microfilaria infection was observed mortality rate for 13 days. The results showed that the mortality
rate Cx. quinquefasciatus with three levels of infection occurs high mortality on day 10 this is caused by the
movement and biological activity of larvae that can damage the tubule malpighia. So it can be concluded
mosquito mortality rate. Cx quinquefasciatus with high microfilariae (10.395 mf / ml blood) was 13.1%,
moderate infection rate (1.430 mf / ml blood) was 10.4% and low level (330 mf / ml blood) was 9.1% and
control 0.2%. So the higher the rate of microfilaria infection, the higher the mortality rate of mosquitoe..
Keyword : Dirofilaria immiti, microfilariae, mosquito Culex quinquefasciatus.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dirofilaria immitis (D. immitis) adalah penyebab penyakit parasit pada anjing yang dikenal
sebagai cacing jantung yang hidup pada ventrikel kanan dan arteri pulmonalis (Aranda et al., 1998).
Infeksi cacing jantung atau dirofilariasis yang disebabkan oleh D. immitis telah tersebar luas di daerah
tropis dan subtropis (Aranda et al., 1998; Bolio Gonzalez et al., 2007). Dirofilaria immitis berada di
ventrikel kanan anjing mengeluarkan mikrofilaria (mf) dan berkembang menjadi larva infektif pada
nyamuk, ketika nyamuk menghisap darah melalui ingesti, larva infektif terletak di proboscis nyamuk
yang akan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk dan akan menginfeksi host jika menghisap darah
host lainnya (Tiawsiriup and Nithuithai, 2006).
96
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner (JIMVET)
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
Volume 4, Nomor 3: 96-100 E-ISSN : 2540-9492
Juli 2020
Mikrofilaria dapat ditemukan dalam sirkulasi darah anjing reservoir setiap waktu, akan tetapi
angka mikrofilaremik umumnya mengikuti pola periodisitas yang berbeda setiap geografis atau iklim
dalam tubuh vektor (Karmil, 2002). Mikrofilaria dalam darah anjing tidak selamanya dapat dideteksi.
Keadaan ini disebut sebagai occult heartworm infection sebanyak 14,27–37,6% dari anjing penderita
dirofilariosis di Aceh, Jakarta, Bogor dan Bali tergolong occult infection (Karmil, 2002). Kondisi
serupa juga di temukan pada 10–67% anjing yang terinfeksi D. immitis di Korea (Byeon et al. 2007).
Di Indonesia, secara eksperimen telah di ketahui bahwa Ae. aegypti, Ae. albopictus dan Cx.
quinquefasciatus, Ar. subalbatus dapat menjadi vektor D .immitis (Karmil, 1996; Hadi dan Karmil,
1998). Larva D. immitis dapat berkembang menjadi L3 di dalam tubuh nyamuk, genus Culex, Aedes,
Psorophora, Manoinia atau Anopheles. Spesies yang dapat menjadi vektor D. immitis adalah spesies
yang tidak mempunyai buccopharyngeal yang dapat merusak kutikula mikrofilaria sehingga
menghambat perkembanganya menjadi larva infektif (Manfredi et al, 2007).
Menurut Karmil (2002) viabilitas kumulatif vektor D. immitis dipengaruhi oleh angka
mikrofilaremik. Hasil penelitian menggunakan Ae. albopictus isolat lapang daerah Aceh yang
diberikan darah anjing reservoir dengan angka mikrofilaremik 7.200-78.000 mf/ml darah, ternyata
nyamuk yang diberikan darah anjing reservoir dengan angka mikrofilaremik yang rendah lebih
bertahan hidup dibandingkan dengan nyamuk yang di berikan dengan darah anjing reservoir dengan
angka mikrofilaremik tinggi. Pola ini berlaku untuk semua jenis nyamuk, perbedaan angka viabilitas
kumulatif vektor infektif antara jenis nyamuk tergantung dari perbedaan tingkat resistensinya terhadap
mikrofilaria. Di Aceh Cx. quinquefasciatus, Ae. albopictus dan Ae. aegypti daya hidupnya lebih rendah
bila diberikan suplai darah dari anjing reservoir dengan tingkat mikrofilaremik tinggi (78.000mf/ml
darah). Semakin tinggi tingkat mikrofilaremik semakin tinggi angka kematian nyamuk (Karmil, 2002).
97
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner (JIMVET)
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
Volume 4, Nomor 3: 96-100 E-ISSN : 2540-9492
Juli 2020
35
30
Persentase (%) 25
20
Kontrol
10.395 mf/ml
15
1.430 mf/ml
10 330 mf/ml
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Hari Pengamatan
98
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner (JIMVET)
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
Volume 4, Nomor 3: 96-100 E-ISSN : 2540-9492
Juli 2020
dinding tubulus malphigi dan dinding usus oleh aksi L3 untuk bermigrasi ke bagian thoraks dan kaput
vektor dan selanjutnya siap untuk pindah ke inang defenitif ini terjadi pada hari ke- 8-10. Pada nyamuk
Ae. albopictus dan Cx. tritaeniorhychus di Jepang angka kematian meningkat pada hari ke-10
disebabkan oleh aktifitas pergerakan larva yang aktif yang dapat menyebabkan kerusakan dan ganguan
buluh malpigi. (Konishi, 1989). Perkembangan larva dalam tubulus malpighi mempunyai efek terhadap
aktivitas terbang nyamuk. Perkembangan larva dalam tubulus malpighi akan mempengaruhi vektor dan
menyebabkan kematian. Penurunan aktivitas terbang pada semua nyamuk yang terinfeksi terjadi pada
saat perkembangan parasit menjadi L2 dalam tubulus malpighi dan juga terjadi pada saat L3
meninggalkan tubulus malpighi. Menurunnya aktivitas terbang spontan sering dihubungkan dengan
kerusakan tubulus malpighi. Kerusakan mekanis pada tubulus malpighi oleh mikrofilaria D. immitis
yang bergerak sangat aktif sehinga menyabakan kematiaan. ( Zulhasril dan Esther, 2008).
Angka kematian nyamuk Cx. quinquefasciatus yang menghisap darah anjing dengan angka
mikrofilaremik (10.395 mf/ml darah) lebih sedikit bertahan hidup dari pada nyamuk yang menghisap
darah anjing dengan angka mikrofilaremik (1.430 mf/ ml darah) dan (330 mf/ ml darah). Nyamuk yang
menghisap darah anjing dengan angka mikrofilaremik (1.430 mf/ml darah) lebih sedikit bertahan hidup
dari pada nyamuk yang menghisap darah anjing dengan angka mikrofilaremik (330 mf/ml darah) dan
nyamuk yang menghisap darah dengan angka mikrofilaria (330 mf/ml darah) lebih banyak bertahan
hidup dari angka mikrofilremik (10.395 mf/ml darah) dan (1.430 mf/ml darah). Tingginya angka
kematian nyamuk pada setiap tingkatan infeksi ini disebabkan oleh migrasi mikrofilaria pada tubuh
nyamuk (Zulhasril dan Esther 2008).
Hasil penelitia Karmil (2002) mengunakan Ae. albopictus isolat lapang Aceh yang diberikan
darah anjing reservoir dengan angka mikrofilaremik 7.200- 78.000 mf/ml darah, ternyata nyamuk yang
diberikan darah anjing reservoir dengan angka mikrofilaremik yang rendah lebih bertahan hidup
dibandingkan dengan nyamuk yang diberikan dengan darah anjing reservoir dengan angka
mikrofilaremik tinggi. Pola ini berlaku untuk semua jenis nyamuk, perbedaan angka viabilitas
kumulatif vektor infektif antara jenis nyamuk tergantung dari perbedaan tingkat resistensinya terhadap
mikrofilaria. Di Aceh Cx.quinquefaciatus, Ae. Albopictus dan Ae. Aegypti daya hidupnya lebih rendah
bila diberikan suplai darah dari anjing reservoir dengan tingkat mikrofilaremik tinggi (78.000 mf/ml
darah). Semakin tinggi tingkat mikrofilaremik semakin tinggi angka kematian nyamuk.
PENUTUP
Kesimpulan
Angka kematian nyamuk Cx. quinquefasciatus dengan jumlah mikrofilaria tinggi (10.395 mf/
ml darah ) adalah 13,1 %, tingkat infeksi sedang ( 1.430 mf/ml darah ) adalah 10,4 % dan tingkat
rendah ( 330 mf/ml darah ) adalah 9,1 % serta kontrol 0,2 %. Sehingga semakin tinggi tingkat infeksi
mikrofilaria maka semakin tinggi angka kematian nyamuk.
Saran
Penelitian selanjutnya dapat mengamati vektor setelah lebih dari 13 hari.
DAFTAR PUSTAKA
Apperson. C.S B. Engber dan J.F. Livine. 1989. Relative Suitability of Aedes albopictus and Aedes
aegypti in North Corolina to Support Development of Dirofilaria immitis, J. Am. Mosq. Ctrl.
Assoc. 5(3): 337-382.
Aranda C, Panyella O, Eritja R, Castella J. 1998. Canine filariasis importance and transmission in the
Baix Llobregat area, Barcelona (Spain). Vet Parasitol, 77: 267–275.
99
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner (JIMVET)
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
Volume 4, Nomor 3: 96-100 E-ISSN : 2540-9492
Juli 2020
100