Disusun Oleh:
ATIPAH ARIYANTI
AKX18004
3. Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati.
4. Teori sel stem, menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel stem
sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat
menjadi berlebihan.
C. Patofisiologi
D. Manifestasi klinik
b. Rasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik.
Stadium I
Stadium II
Pada stadium ini terjadi retensi urin namun vesika urinari masih mampu
mengeluarkan urin walau tidak sampai habis, masih tersisa sekitar 60-150 cc
dan pada stadium ini terjadi disuria dan nocturia.
Stadium III
Pada stadium ini urin setiap berkemih urin tersisa dalam vesika urinari sekitar
≥ 150 cc.
Stadium IV
Pada stadium ini terjadi retensi urin total, vesika urinari penuh sehingga
pasien terlihat kesakitan dan pada stadium ini urin menetes secara periodik
( over flow inkontinen ).
Komlikasi BPH
Urinary traktusinfection
Fistula
Inkontinensi urin
E. Pemeriksaan penunjang
Menurut Doenges (1999), pemeriksaan penunjang yang mesti dilakukan pada
pasien dengan BPH adalah :
1. Laboratorium
a. Sedimen Urin
Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi saluran
kemih.
b. Kultur Urin
Mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi atau sekaligus
menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang
diujikan.
2. Pencitraan
1. Observasi
Yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3-6 bulan kemudian setiap tahun
tergantung keadaan klien
2. Medika mentosa
Terapi diindikasikan pada BPH dengan keluhan ringan, sedang dan berat tanpa
disertai penyakit. Obat yang digunakan berasal dari : phitoterapi (misalnya :
hipoxis rosperi, serenoa repens, dll) gelombang alfa blocker dan golongan
supresor androgen.
3. Pembedahan
Indikasi:
a. Klien yang mengalami retensi urin akut atau pernah retensi urin akut
c. Perianal prostatectomy.
2. NIC
a. Kaji skala nyeri.
R/mengetahui skala nyeri.
b. Jelaskan pada klien tentang gejala dini spasmus kandung kemih
R/klien dapat mendeteksi gejala dini spasmus kandung kemih.
c. Pemantauan klien pada interval yang teratur selama 48 jam, untuk
mengenal gejala-gejala dini dari spasmus kandung kemih.
2. NIC
a. Monitor tanda dan gejala infeksi
R/ mengetahui tanda dan gejala infeksi.
b. Ajarkan intake cairan yang cukup sehingga dapat menurunkan potensial
infeksi.
4. Evaluasi
1. Pasien dapat bergerak dengan baik.
2. Kebutuhan pasien terpenuhi.
3. Tingkat pengetahuan pasien bertambah.
G.
DAFTAR PUSTAKA
Engram Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Nurarif, Amin Huda, dkk. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC NOC. Yogyakarta: Media Action Publishing.
Wijaya Andra Saferi, dkk. 2013. KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Penerbit Nuha Medika.
TAMBAHAN
Teknik pembedahan
o . Insisi transurethral prostat (TUIP)
Ini adalah prosedur endoskopi. Hal ini dilakukan dengan memasukkan endoskopi
melalui uretra ke prostat. Kemudian sayatan kecil dibuat di jaringan prostat untuk
memperbesar lubang uretra dan kandung kemih. TUIP adalah prosedur yang cukup aman
dan tidak ada luka eksterior setelah operasi. Prosedur memakan waktu sekitar 40-50
menit.
o Buka prostatektomi
Ini adalah operasi yang lebih tradisional. Insisi dibuat di perut bagian bawah
untuk menghilangkan jaringan prostat. Hal ini umumnya dilakukan saat prostat sangat
besar
Lain-lain
o Trial Without Catheterization (TWOC)
TWOC adalah cara untuk mengevaluasi apakah pasien dapat berkemih secara
spontan setelah terjadi retensi. Setelah kateter dilepaskan, pasien kemudian diminta
dilakukan pemeriksaan pancaran urin dan sisa urin.
CIC adalah cara untuk mengosongkan kandung kemih secara intermiten baik
mandirimaupun dengan bantuan.
o Sistostomi
Pada keadaan retensi urine dan kateterisasi transuretra tidak dapat dilakukan,
sistostomi dapat menjadi pilihan. Sistostomi dilakukan dengan cara pemasangan kateter
khusus melalui dinding abdomen (supravesika) untuk mengalirkan urine.
Memonitor cairan
1. Awasi keluaran tiap jam bila diindikasikan
2. Perhatikan keluaran100-200 ml
3. Pantau masukan dan haluan cairan
4. Awasi tandatanda vital, perhatikan peningkatan nadi dan pernafasan, penurunan tekanan
darah, diaphoresis, pucat
5. Tingkatkan tirah baring dengan kepala lebih tinggi
6. Kolaborasi dalam memantau pemeriksaan labolatorium sesuai indikasi