Anda di halaman 1dari 54

PERSEPSI MASYARAKAT KELURAHAN SUMBERGEDANG

KABUPATEN PASURUAN TENTANG MANFAAT RITUAL MANDI


KEMBANG BAGI KEHAMILAN

SKRIPSI

Oleh:
Mokhammad Sofyan
0710910035-91

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
PERSEPSI MASYARAKAT KELURAHAN SUMBERGEDANG
KABUPATEN PASURUAN TENTANG MANFAAT RITUAL MANDI
KEMBANG
BAGI KEHAMILAN

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Sains dalam Bidang Biologi

Oleh:
Mokhammad Sofyan
0710910035-91

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PERSEPSI MASYARAKAT KELURAHAN SUMBERGEDANG


KABUPATEN PASURUAN TENTANG MANFAAT RITUAL MANDI
KEMBANG BAGI KEHAMILAN

Oleh:
Mokhammad Sofyan
0710910035-91

Setelah dipertahankan di depan Majelis Penguji


Pada tanggal 24 Januari 2012
Dan dinyatakan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains dalam Bidang Biologi

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. BagyoYanuwiadi Dr. Ir. M. Sasmito Djati, MS.


NIP. 19600118 198601 1001 NIP. 19610304 199403 1001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Biologi
Fakultas MIPA Universitas Brawijaya

Widodo., SSi.PhD.Med.Sc
NIP. 19730811 200003 1002
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Mokhammad Sofyan
NIM : 0710910035
Jurusan : Biologi
Penulis Skripsi berjudul : PERSEPSI MASYARAKAT KELURAHAN
SUMBERGEDANG KABUPATEN PASURUAN TENTANG MANFAAT
RITUAL MANDI KEMBANG BAGI KEHAMILAN

Dengan ini menyatakan bahwa:


1. Skripsi ini adalah benar-benar karya saya sendiri, dan bukan hasil
plagiat dari karya orang lain. Karya-karya yang tercantum dalam
Daftar Pustaka Skripsi ini, semata-mata digunakan sebagai
acuan/referensi.
2. Apabila di kemudian hari diketahui bahwa ini Skripsi saya
merupakan hasil plagiat, maka saya bersedia menanggung akibat
hukum dari keadaan tersebut.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan segala kesadaran.

Malang, 25 Januari 2012


Pemberi pernyataan,

(Mokhammad Sofyan)
NIM. 0710910035
PERSEPSI MASYARAKAT KELURAHAN SUMBERGEDANG
KABUPATEN PASURUAN TENTANG MANFAAT RITUAL MANDI
KEMBANG BAGI KEHAMILAN

Mokhammad Sofyan, Bagyo Yanuwiadi, M.Sasmito Djati


Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Brawijaya

ABSTRAK
Aromaterapi merupakan salah satu upaya nonfarmakologis yang banyak
digunakan untuk menghadapi persalinan maupun kehamilan. Masyarakat
tradisional banyak menggunakan beberapa macam bunga untuk aromaterapi.
Penggunaan bunga tersebut, di Indonesia dilakukan dalam rangkaian ritual adat
yaitu mandi kembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi
masyarakat terhadap mandi kembang dan mengetahui macam-macam bunga yang
digunakan untuk menjalani ritual mandi kembang. Pengambilan data dilakukan
secara wawancara tertutup melalui quesioner kepada key person dan masyarakat
pelaku mandi kembang serta masyarakat umum di Kelurahan Sumbergedang
Kabupaten Pasuruan. Pengolahan data dilakukan dengan analisis statistic skala
likert (lickert scale). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi masyarakat
Kelurahan Sumbergedang Kabupaten Pasuruan berada pada kategori Baik.
Persentase pengetahuan sebesar 66,83%, Sikap sebesar 74,25%, keterampilan
sebesar 66,53% dan persepsi sendiri sebesar 68,67%. Bunga yang digunakan
untuk menjalani ritual mandi kembang adalah kembang tujuh rupa atau bunga
sebanyak tujuh jenis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa bunga yang
digunakan adalah mawar (Rosa hybrida), melati (Jasminum sambac), sedap
malam (Polianthes tuberose), gading kuning (Michelia champaca), pacar air
(Impatiens balsamina), gading putih (Michelia alba), kenanga (Cananga
odorata). Penggunaan bunga tersebut diyakini memiliki efek aromaterapi,
sehingga bermanfaat bagi kesehatan kehamilan.

Kata kunci: Kehamilan, Mandi kembang, Masyarakat, Persepsi


PERCEPTION OF KELURAHAN SUMBERGEDANG IN KABUPATEN
PASURUAN SOCIETY ABOUT BENEFIT OF FLOWER BATHE RITUAL
FOR HUMAN PREGNANCY

Mokhammad Sofyan, Bagyo Yanuwiadi, M.Sasmito Djati


Biology Departement of Mathematic and Science Faculty
Brawijaya University

ABSTRACT

Aromatherapy is a non-pharmacology way to up against pregnancy. The


traditional society usually use some flower to aromatherapy. That case, flower use
in tradition ritual of Indonesia such as Flower bathe. This research to understand
the society perception about Flower bathe ritual and to know the kind of flower
that are use to flower bathe ritual. This research did by interview method to key
person and respondent of Kelurahan Sumbergedang society. Data tabulation did
by statistic analyze of lickert scale. The result showed that the perception of
Kelurahan Sumbergedang society is at the good category. The knowledge
percentage is 66,83%. The attitude factor is 74,25%, the skill factor is 66,53% and
perception is 68,67%. The flower which is use usually as many as seven species,
that is rose (Rosa hybrid), jasmine (Jasminum sambac), Polianthes tuberose,
Michelia champaca, Impatiens balsamina, Michelia alba, and Cananga odorata.
Flower using to aromatherapy effect of society convinced.

Keyword: flower bathe, perception, pregnancy, society.


KATA PENGANTAR
Alhamdulillah hirabbil‘alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kehidupan dan kecerdasan akal pikiran bagi manusia sebagai khalifah di
bumi. Sehingga menjadikannya makhluk yang berfikir untuk melestarikan alam
tempat tinggalnya.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu dan keluarga yang telah
mendukung dan memberikan restu dalam pengerjaan Skripsi ini. Terima kasih yang
sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada dosen pembimbing Bapak Dr. Bagyo
Yanuwiadi dan Dr. Ir Muhammad Sasmito Djati, MS. yang telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan Skripsi ini. Serta segenap pihak yang berkontribusi
baik teknis maupun nonteknis, materil maupun inmateril, dan moril maupun immoril.
Sehingga skripsi ini bisa selesai sebagaimana yang penulis harapkan.
Tradisi masyarakat merupakan objek penelitian yang memiliki cakupan
yang cukup luas dan menarik untuk dikaji. Budaya Indonesia yang unik dan kaya,
menjadikannya sebagai objek pembelajaran untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Adat istiadat yang umumnya dinilai kuno dan kurang ilmiah, terkadang
tanpa disadari memiliki pengaruh yang sangat penting bagi perkembangan dan
kemajuan ilmu pengetahuan.
Skripsi ini disusun untuk memberikan informasi mengenai persepsi
masyarakat tentang ritual mandi kembang dalam kehamilan. Sehingga berdasarkan
persepsi masyarakat tersebut diharapkan mampu merangsang dan memicuh
dilakukannya penelitian-penelitian lebih lanjut, baik secara medis maupun
konservasi. Informasi tersebut juga diharapkan mampu melestarikan budaya
Indonesia dengan memanfaatkan bunga dari tumbuhan-tumbuhan. Sehingga bernilai
konservasi yang baik bagi perkembangan biodiversitas hayati di Indonesia.
Penulis menaruh harapan besar agar Skripsi ini dapat bermanfaat bagi Ilmu
pengetahuan, baik pengetahuan alam maupun sosial dan budaya. Kritik dan saran
sangat penulis harapkan demi perbaikan dan pembelajaran bagi karya-karya
selanjutnya.

Malang,
Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN..................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN.................................................... iv
ABSTRAK / ABSTRACT.......................................................... v
KATA PENGANTAR................................................................. vii
DAFTAR ISI................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR................................................................... x
DAFTAR TABEL....................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................ 2
1.3 Tujuan ................................................................................... 2
1.4 Manfaat................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Penggunaan Aromaterapi bagi Kehamilan.................... 3
2.2 Tradisi Mandi Kembang.................................................. 4
2.3 Persepsi........................................................................... 5

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Waktu dan Tempat........................................................ 9
3.2 Rancangan Penelitian.................................................... 9
3.3 Pengukuran Variabel.................................................... 12
3.4 Validitas.......................................................................... 14
3.5 Analisis Deskriptif Kualitatif………………………… 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengetahuan Masyarakat tentang Ritual Mandi
Kembang......................................................................... 16

4.2 Sikap Masyarakat terhadap Ritual Mandi Kembang . 18


4.3 Keterampilan Masyarakat terhadap Ritual Mandi
Kembang......................................................................... 20
4.4 Persepsi Masyarakat terhadap Ritual Mandi
Kembang......................................................................... 21
4.5 Kepercayaan tentang Mandi Kembang....................... 24
4.6 Bunga yang Digunakan untuk Mandi
Kembang......................................................................... 25
1. Cempaka Putih/Kantil Putih (Michelia alba)…... 26
2. Mawar (Rosa hybrida)…………………………... 27
3. Kenanga (Cananga odorata)……………………. 28
4. Pacar Air (Impatiens balsamina)……………...... 30
5. Cempaka Kuning (Michelia champaca)……….. 31
6. Sedap Malam (Polianthes tuberose)……………. 32
7. Melati (Jasminum sambac)……………………… 34
4.7 Nilai Ritual Mandi Kembang Terhadap, Ekonomi Konservasi
Biodiversitas Tumbuhan dan Kesehatan Kehamilan
………………………………………..…… 35

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan..................................................................... 38
5.2 Saran............................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA.................................................................. 39
LAMPIRAN................................................................................. 41
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Model tindakan yang mempengaruhi sikap


seseorang............................................................ 7
Gambar 4.1 : grafik tingkat pengetahuan masyarakat
Sumbergedang................................................... 15
Gambar 4.2 : grafik tingkat sikap masyarakat
Sumbergedang................................................... 17
Gambar 4.3 : grafik tingkat keterampilan masyarakat
Sumbergedang................................................... 19
Gambar 4.4 : grafik tingkat persepsi masyarakat
Sumbergedang................................................... 21
Gambar 4.5 : Bunga yang digunakan untuk ritual Mandi
kembang…………………….………………… 24
Gambar 4.6 : Bunga cempaka putih (Michelia alba)…..… 25
Gambar 4.7 : Bunga mawar (Rosa hybrida)…………….… 27
Gambar 4.8 : Bunga Kenanga (Cananga odorata)…..…… 28
Gambar 4.9 : Bunga Pacar Air (Impatiens balsamina)…. 30
Gambar 4.10 : Bunga Cempaka kuning (Michelia champaca)31
Gambar 4.11 : Bunga Sedap Malam (Polianthes tuberose).. 32
Gambar 4.12 : Bunga Melati (Jasminum sambac)…………. 34
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1: Variabel dan indikator penelitian.............................. 10


Tabel 3.2: Pengukuran variable…………………………… 12
Tabel 3.3: Skala Likert (lickert scale)………………………… 14
DAFTAR LAMPIRAN

1. Draft Pedoman Questioner……………………………….. 40


2. Hasil perhitungan Ms. Excel 2007……………………… 43
3. Rekapitulasi data………………………………………… 46
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Anwar (2005), permulaan dan perkembangan kehamilan
tergantung dari interaksi neuronal dan faktor hormonal. Pengaturan neuro
endokrin di dalam plasenta, pada janin dan kompartemen ibu sangat penting
dalam mengarahkan pertumbuhan janin dan perkembangannya sebagaimana juga
dalam mengkoordinasi awal suatu persalinan. Adaptasi maternal terhadap
perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan secara langsung
menggambarkan perkembangan plasenta dan janin.
Metode nonfarmakologi juga dapat meningkatkan rasa nyaman selama
kehamilan dan persalinan karena ibu dapat mengontrol perasaannya dan
kekuatannya. Aromaterapi merupakan salah satu teknik nonfarmakologi yang
dapat meningkatkan kenyamanan ibu saat bersalin dan mempunyai pengaruh yang
efektif terhadap pengalaman persalinan (Anwar, 2005)
Indonesia merupakan Negara dengan berbagai macam suku dan budaya.
Banyaknya keanekaragaman kebudayaan di Indonesia tersebut seiring dengan
banyaknya adat istiadat yang dilakukan oleh masyarakat. Adat istiadat tersebut
kadang dinilai aneh dan tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Namun masyarakat
memiliki keyakinan bahwa akan terjadi efek tertentu dengan melakukan apa yang
sudah menjadi tradisi dari nenek moyang.
Kebudayaan Jawa merupakan salah satu sosok kebudayaan yang paling tua.
Masyarakat Jawa pada dasarnya adalah masyarakat yang masih mempertahankan
budaya dan tradisi upacara, serta ritual apapun yang berhubungan dengan
peristiwa alam atau bencana, yang masih dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu contoh kebudayaan jawa adalah tradisi berupa ritual-ritual yang
biasa dilakukan orang Jawa dari sejak bayi dalam kandungan, pasca kelahiran,
perkawinan hingga kematian dan pasca kematian. Misalnya upacara mitoni, yaitu
selamatan pada saat kehamilan mencapai tujuh bulan. Upacara tersebut dilakukan
ketika kehamilan berusia 7 (tujuh) bulan. Salah satu ritual yang sering dilakukan
adalah dengan memandikan seorang ibu hamil yang didahului oleh Ibu tertua,
dengan air kembang setaman (air yang ditaburi mawar, melati, kenanga dan
kantil).
Berdasarkan uraian tersebut, ritual mandi kembang merupakan tradisi yang
diyakini sebagai upaya untuk menjalani kehamilan dan persalinan. Masyarakat
tentunya mengetahui dan meyakini dampak yang akan dialami setelah melakukan
ritual mandi kembang. Sehingga, apabila tradisi tersebut dilestarikan, maka akan
menjadikan mandi kembang sebagai terapi tradisional dengan memanfaatkan hasil
dari tumbuhan di alam.
Pasuruan merupakan daerah dengan penduduk yang relatif kental dengan
kebudayaan dan tradisi yang berasal dari nenek moyang secara turun tmurun.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian ilmiah awal untuk mengetahui
pengaruh mandi kembang terhadap kehamilan manusia berdasarkan keterangan
dan pertsepsi masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan suatu
permasalahan, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat persepsi masyarakat Kelurahan Sumbergedang
terhadap ritual mandi kembang?
2. Apa saja bunga yang digunakan untuk menjalani ritual mandi kembang?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan permasalahan diatas, maka penelitian ini bertujuan
untuk beberapa hal, sebagai berikut:
1. Mengetahui tingkat persepsi masyarakat Kelurahan Sumbergedang
terhadap ritual mandi kembang?
2. Mengetahui macam-macam bunga yang digunakan untuk menjalani ritual
mandi kembang
1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang
pemanfaatan tumbuhan dalam ritual adat. Selain itu penelitian ini dapat
memberikan inspirasi dan rangsangan bagi para peneliti selanjutnya untuk
mengkaji efek dan pengaruh mandi kembang dalam kehamilan secara medis dan
fisiologis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penggunaan Aromaterapi bagi Kehamilan


Reproduksi merupakan keseluruhan suatu proses yang meliputi
perkembangan sistem reproduksi mulai dari perkembangan sel kecambah sampai
dengan terbentuknya individu baru. Dalam sistem reproduksi melibatkan suatu
subtansi yang penting yaitu hormon. Keberadaan hormon sangat diperlukan
dalam segala aspek pengaturan tubuh, selain pengaturan oleh syaraf. Oleh karena
itu pengaturan sistem reproduksi merupakan kerjasama antara syaraf dan hormon
(Hernawati, 2010).
Kehamilan yang terjadi pada seorang wanita terutama kehamilan pertama
dapat menimbulkan ketidakseimbangan psikologis, terutama dari segi emosi.
Secara umum hal tersebut ditandai dengan adanya rasa bimbang, tertekan, dan
cemas. Kehamilan merupakan situasi yang penuh dengan emosi dan kecemasan.
Hal-hal yang dicemaskan oleh ibu hamil antara lain berkaitan dengan persalinan
yang akan dijalani, dan kesehatan diri sendiri serta bayi yang dikandung (Utami,
2009).
Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan essential oil atau sari minyak
murni untuk membantu memperbaiki atau menjaga kesehatan, membangkitkan
semangat, menyegarkan serta menenangkan jiwa dan raga. Aromaterapi memiliki
manfaat yang sangat beragam, mulai dari pertolongan pertama sampai
membangkitkan rasa gembira (Utami, 2009).
Aromaterapi dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan
menggunakan oil burner atau anglo pemanas, pijat, penghirupan, berendam, dan
pengolesan langsung pada tubuh. Menggunakan anglo pemanas, penguapan
terjadi pada saat tetesan essential oil menyentuh air yang dipanaskan oleh alat
pemanas tadi sehingga memenuhi ruangan yang ada dengan aroma yang
diinginkan (Utami, 2009).
Aroma senyawa tersebut kemudian dapat menimbulkan berbagai reaksi pada
perasaan manusia sehingga mempengaruhi emosi dan kondisi fisik. Secara
ilmiah, reaksi terjadi karena aroma mengirimkan sinyal tertentu pada bagian otak
yang mengatur emosi (Utami, 2009).
2.2 Tradisi Mandi Kembang
Salah satu bagian dari tumbuhan yang memiliki manfaat bagi manusia
adalah bunga. Bunga atau kembang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dalam kehidupan manusia. Berbagai macam manfaat bunga telah dirasakan oleh
manusia. Seperti untuk mandi aroma terapi dengan bunga yang dapat
merelaksasikan pikiran. Bunga juga biasa digunakan dalam berbagai upacara
seperti pernikahan, kelahiran, selamatan bahkan kematian.
Tingkeban merupakan salah satu dari upacara rangkaian siklus hidup
manusia yang dimulai semenjak dalam kandungan, lahir, menikah hingga sampai
pada kematian. Tata upacara adat tradisional ini merupakan cerminan tata
kehidupan masyarakat jawa yang selalu “hati-hati”, dengan maksud agar dalam
melaksanakan segala sesuatu mendapat keselamatan baik lahir maupun batin
(Herawati, 2007).
Upacara-upacara tersebut sudah sejak lama menjadi tata cara dan adat yang
dilakukan turun temurun khususnya masyarakat Jawa yang masih melekatkan diri
dengan tradisi leluhur. Menurut Ir. Sujamto, tata cara adalah suatu rangkaian
perbuatan atau rincian teknis pelaksanaan suatu jenis adat (perilaku budaya) yang
telah membaku dalam suatu kelompok masyarakat. Maka bisa dikatakan bahwa
upacara tingkeban yang dilakukan masyarakat jawa adalah perilaku adat
masyarakat untuk menghadapi situasi atau masa-masa kehamilan (Herawati,
2007).
Upacara tingkeban dilakukan melalui prosesi tatacara atau aturan yang
banyak terdapat unsur-unsur simbolik, baik dalam siramannya, sesajen serta
selamatan. Simbol-simbol tersebut tidak lain adalah sebagai pengungkapan karsa
atau keinginan serta pengharapan dan doa yang dilakukan oleh orang tua kepada
bayi yang berada dalam kandungan. Pengungkapan keinginan dan harapan
tersebut merupakan sebuah wujud komunikasi yang ditujukan untuk sang bayi
khususnya dan mendatangkan kemanfaatan, barokah serta kesejahteraan bagi
orang tua itu sendiri pada umumnya. Inti dari upacara Tingkepan adalah
memandikan atau mensucikan calon ibu berserta bayi yang dikandung, agar kelak
segar bugar dan selamat dalam menghadapi kelahirannya (Yunus, 1993).

Upacara "Tingkeban" di lakukan ketika kandungan berusia tujuh bulan.


Karena itulah upacara ini disebut "nujuh bulanin". Upacara ini selalu
menggunakan sajian, dan salah satu sajian yang terpenting adalah bunga yang
berjumlah tujuh macam. Bunga ini bermakna bila bayi yang lahir kelak laki-laki
akan dapat membawa nama yang harum bagi orang tuanya sebagai harumnya
bunga, dan apabila bayi tersebut wanita, supaya cantik seperti cantiknya bunga.
Menurut kepercayaan, sajian terutama bunga harus lengkap, apabila sajian tidak
lengkap kemungkinan besar bayi akan lahir dengan sulit atau setelah dewasa
nanti, anak tidak menurut kepada orang tua (Yunus, 1993).
Umumnya, ritual siraman pada upacara “Tingkeban” digunakan 7 macam
bunga yang memiliki aroma yang wangi, seperti bunga mawar merah, mawar
putih, melati, kenanga, cempaka, sedap malaria, dan bunga tanjung. Dipilihnya
jenis-jenis bunga ini karena banyak digemari orang, dengan harapan bayinya
kelak juga akan disenangi orang-orang di lingkungannya (Herawati, 2007).

2.3 Persepsi
Keterkaitan budaya suatu etnis dengan sumber daya tumbuhan
dilingkungannya memiki kaitan secara langsung ataupun secara tidak langsung.
Salah satu faktor penyebabnya adalah adanya persepsi dan konsep budaya suatu
kelompok etnis dalam mengatur sistem pengetahuan anggota kelompok etnis
tersebut dalam menghadapi dan memperlakukan tumbuhan dalam lingkungan
hidup sehari-hari (Mardijono, 2008).
Persepsi adalah suatu proses mental yang rumit dan melibatkan berbagai
kegiatan untuk menggolongkan stimulus yang masuk sehingga menghasilkan
tanggapan untuk memahami stimulus tersebut. Persepsi dapat terbentuk setelah
melalui berbagai kegiatan, yakni proses fisik (penginderaan), fisiologis
(pengiriman hasil penginderaan ke otak melalui sarafsensoris) dan psikologis
(ingatan, perhatian, pemrosesan informasi di otak) (Mardijono, 2008).
Beberapa hal yang mempengaruhi persepsi adalah pelaku persepsi, apabila
seorang individu memandang pada suatu target dan mencoba menafsirkan suatu
yang dilihat, penafsiran tersebut dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik
pribadi dari pelaku persepsi, antara lain sikap, motif/kebutuhan individu, suasana
hati, pengalaman masa lalu, prestasi belajar sebelumnya dan pengharapan
(Mardijono, 2008).
Persepsi meliputi nilai kognisi (pengetahuan), yang merupakan penafsiran
objek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang bersangkutan. Persepsi
seseorang ditentukan oleh dua faktor utama, yakni pengalaman masa lalu dan
faktor pribadi. Persepsi merupakan hasil hubungan antar manusia dengan
lingkungan kemudian diproses dalam alam kesadaran (kognisi) yang dipengaruhi
memori tentang pengalaman tentang masa lampau, minat, sikap, dan intelegensi,
dimana hasil penelitian terhadap apa yang diinderakan akan mempengaruhi
tingkah laku (Setiabudi, 2011).
Persepsi dalam ilmu psikologi diartikan sebagai salah satu perangkat
psikologis seseorang yang menandai kemampuan dalam mengenal dan
memaknakan sesuatu objek pada lingkungan. Psikologi kontemporer
menyebutkan bahwa persepsi secara umum diperlukan sebagai satu variabel
antara (intervening variable) yang bergantung pada factor-faktor motivasional.
Artinya, suatu objek atau satu kejadian objektif ditentukan baik oleh kondisi
perangsang maupun oleh factor-faktor organisme (Sumarni, 2006).
Proses pemaknaan yang bersifat psikologis sangat dipengaruhi oleh
pengalaman, pendidikan dan lingkungan sosial secara umum. Oleh karena itu,
persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman dan cara berfikir, serta
keadaan perasaan atau minat tiap-tiap individu, sehingga persepsi sering
dipandang bersifat subjektif (Sumarni, 2006).
Persepsi merupakan dasar untuk memahami perilaku karena menjadi stimuli
yang mempengaruhi seseorang.Persepsi menjadi suatu proses dari seseorang
dalam memahami lingkungan yang melibatkan pengorganisasian dan penafsiran
sebagai rangsangan dalam pengalaman psikologis. Persepsi membantu seseorang
dalam memilih, mengatur, menyampaikan dan menginterpretasikan rangsangan
menjadi gambarn dunia nyata (Sumarni, 2006).
Menurut pandangan psikologi, tingkah laku dan partisipasi seseorang
merupakan fungsi dari cara pandang. Proses persepsi dimulai dari terjadinya
stimulasi alat indra, kemudian diatur, dievaluasi dan ditafsirkan sebagai
pengertian tertentu. Berdasarkan hal tersebut, maka untuk mengubah tingkah laku
seseorang harus dimulai dari mengubah persepsinya (Sumarni, 2006).
Persepsi dipengaruhi oleh faktor internal individu yang mempengaruhi
individu dalam bertindak. Ilmu psikologi membagi aspek-aspek internal manusia
dalam tiga kategori, yaitu: (1) aspek kognitif yang mencakup pengetahuan dan
pemahaman, (2) aspek afektif yang mencakup perasaan, minat, motivasi, sikap
dan nilai-nilai, (3) aspek psikomotor yang mencakup pengamatan dan gerakan-
gerakan motorik (Sumarni, 2006).
Sumarni (2006) menggambarkan model tindakan yang masuk akal tentang
faktor-faktor yang menentukan perlaku seseorang sebagai berikut:

Keyakinan seseorang bahwa setiap


perilaku menimbulkan dampak Sikap terhadap
tertentu, dan penilaian akan hasil perilaku
tersebut.

Pertimbangan
sikap dan Persepsi
pertimbangan
normatif

Keyakinan bahwa individu atau SIKAP


kelompok tertentu berfikir apakah Norma subjektiv
sebaiknya individu tersebut
melakukan sesuatu atau tidak dan
motivasi untuk mengikuti pedoman
tersebut.

Gambar 2.1: Model tindakan yang mempengaruhi sikap seseorang

Penelitian ini berusaha mengkaji persepsi sebagai pandangan masyarakat


terhadap pemanfaatan beraneka jenis bunga, khususnya sebagai mandi kembang
dalam ritual tertentu, dalam hal ini untuk menghadapai kehamilan. Pengetahuan,
keterampilan dan sikap sebagai faktor internal seseorang akan mempengaruhi
bagaimana masyarakat memandang manfaat bunga/kembang.
Persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan bunga/kembang untuk ritual
mandi kembang dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan juga
motivasi, minat dan kebutuhan serta harapan terhadap suatu kondisi fisiologis
kedepan. Masyarakat yang mengetahui pemanfaatan bunga/kembang menjadikan
pentingnya pemanfaatan tumbuhan tertentu, sehingga dapat bernilai ekonomis
maupun konservasi.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.Waktu dan tempat


Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni – Desember 2011. Pengambilan
data dilakukan pada beberapa daerah di wilayah Kabupaten Pasuruan. Sedangkan
pengolahan data dilakukan pada Universitas Brawijaya Malang.

3.2.Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap untuk menghasilkan data
kualitatif. Tahap penelitian tersebut adalah meliputi penentuan responden hingga
penentuan variabel yang akan diukur.
3.2.1. Penentuan Responden
Responden merupakan seseorang yang berasal dari masyarakat asli
Kelurahan Sumbergedang Kabupaten Pasuruan dengan kategori sebagai
berikut:
Key Person, merupakan masyarakat yang menguasai dan
berpengalaman dalam bidang budaya dan banyak mengerti tentang beberapa
ritual dan tradisi masyarakat di daerah Pasuruan. Responden ini merupakan
tokoh spiritual atau panutan dari masyarakat yang banyak memberikan nasihat
kepada masyarakat.
Masyarakat pelaku, merupakan masyarakat yang pernah melakukan
mandi kembang dalam masa kehamilannya. Responden ini ditentukan secara
acak sebanyak 30 orang wanita yang sedang hamil atau pernah hamil.
Masyarakat umum, merupakan responden yang diambil secara acak dari
masyarakat yang tidak pernah melakukan ritual mandi kembang dalam
kehamilannya. Responden ini diambil sebanyak 30 orang yang sedang hamil
atau pernah hamil.

3.2.2. Pengambilan Data


Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan questionair dan
wawancara secara langsung kepada semua responden. Data juga diperoleh
berdasarkan studi literatur dari buku atau kitab tradisional masyarakat yang
ada hubungannya dengan ritual adat masyarakat.
Data yang diambil meliputi bunga yang dipakai untuk mandi kembang,
faktor internal dan persepsi masyarakat terhadap ritual mandi kembang.
Sedangkan data yang diambil dari key person meliputi ajaran agama maupun
adat tradisional yang berhubungan dengan mandi kembang dan perlakuan bagi
wanita hamil.
Selain itu, dicari informasi mengenai komposisi, jenis bunga, dan
kriteria bunga yang digunakan serta makna digunakannya bunga tersebut.
Informasi tentang komposisi bunga didapatkan dari responden maupun
keyperson kemudian dilakukan konfirmasi kepada penjual bunga. Penentuan
nama spesies dilakukan dengan menanyakan nama local dari bunga tersebut
dan dicari nama spesies dan klasifikasinya berdasarkan literature ilmiah.

3.2.3. Variabel penelitian


Variabel dalam penelitian ini adalah variabel faktor internal yang
mempengaruhi persepsi, yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan serta
persepsi itu sendiri. Penjabaran variabel dan cara pengumpulan data dapat
dirumuskan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.1: variabel dan indikator penelitian
Variabel Indikator Cara pengumpulan
data
Pengetahuan 1. Pengetahuan Angket dengan
(A) 2. Pemahaman pertanyaan tertutup
3. Analisa
4. Evaluasi
Sikap 1. Penerimaan Angket dengan
(B) 2. Respon pertanyaan tertutup
3. Penilaian
4. Pembentukan pola hidup
Keterampilan 1. Informasi Angket dengan
(C) 2. Kesiapan pertanyaan tertutup
3. Gerakan terbimbing
4. Gerakan terbiasa
5. Penyesuaian pola gerakan
Persepsi 1. Manfaat estetika Angket dengan
(D) 2. Manfaat sosial pertanyaan tertutup
3. Manfaat ekologi
4. Manfaat medik

Indikator merupakan variabel yang diukur dari jawaban responden.


Adapun penjabaran indikator penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Pengetahuan (A)
1. Mengetahui adanya ritual mandi kembang dalam kehamilan.
2. Memahami manfaat ekologis, estetik, obat, social, dan budaya dari
ritual mandi kembang.
3. Menganalisa manfaat mandi kembang.
4. Mengevaluasi kesesuaian mandi kembang yang dilakukan dengan
manfaat yang diketahui dan difahami.

- Sikap (B)
1. Menerima adanya / dilakukannya ritual mandi kembang dalam
kehamilan.
2. Respon terhadap informasi yang diterima
3. Menilai keuntungan dan kerugian tentang ritual mandi kembang dalam
kehamilan.
4. Anggapan terhadap ritual mandi kembang sebagai bagian terpenting
dalam pola hidup.

- Keterampilan (C)
1. Upaya menginformasikan ritual mandi kembang kepada orang lain.
2. Kesiapan untuk menjalankan ritual mandi kembang selama kehamilan.
3. Kesanggupan menjalankan ritual mandi kembang apabila ada yang
membimbing.
4. Terbiasa dalam menjalankan ritual mandi kembang.
5. Setiap ritual mandi kembang yang dilakukan sangat sesuai dengan
informasi yang didapat.
- Persepsi (D)
1. Persepsi masyarakat tentang manfaat estetik ritual mandi kembang.
2. Persepsi masyarakat tentang manfaat secara sosial ritual mandi
kembang.
3. Persepsi masyarakat tentang manfaat ekologi ritual mandi kembang.
4. Persepsi masyarakat tentang manfaat kesehatan ritual mandi
kembang.

3.3.Pengukuran Variabel
Indikator-indikator variabel penelitian diukur berdasarkan penilaian
responden yang digali dengan menggunakan pertanyaan wawancara. Jawaban dari
responden yang bersifat kualitatif dikuantitatifkan dengan menggunakan skala
likert (lickert scale). Skala likert memiliki skor yang berkisar antara 1 sampai 5,
dimana bobot tertinggi diberi skor 5 dan terendah diberi skor 1. Skor memiliki
kriteri / kategori, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.2: pengukuran variabel


Variabel Skor-kriteria
1 2 3 4 5
A1 Sangat Tidak Ragu- tahu Sangat
tidak tahu tahu ragu tahu
A2 Sangat Tidak Ragu- faham Sangat
tidak faham ragu faham
faham
A3 Tidak Hampir Ragu- Pernah Sering
pernah tidak ragu
pernah
A4 Sangat Tidak Ragu- Sesuai Sangat
tidak sesuai ragu sesuai
sesuai

B1 Sangat Tidak Netral Setuju Sangat


tidak setuju setuju
setuju
B2 Sangat Tidak Ragu- Baik Sangat
tidak baik baik ragu baik
B3 Sangat Tidak Netral Percaya Sangat
tidak percaya percaya
percaya

B4 Sangat Tidak Netral Setuju Sangat


tidak setuju setuju
setuju

C1 Sangat Tidak Ragu- Berniat Sangat


tidak berniat ragu berniat
berniat

C2 Sangat Tidak siap Ragu- Siap Sangat


tidak siap ragu siap
C3 Sangat Tidak Ragu- Bersedia Sangat
tidak bersedia ragu bersedia
bersedia
C4 Sangat Tidak Ragu- Terbiasa Sangat
tidak terbiasa ragu terbiasa
terbiasa
C5 Sangat Tidak Ragu- Sesuai Sangat
tidak sesuai ragu sesuai
sesuai
D1 Sangat Tidak Ragu- bermanfaat Sangat
tidak bermanfaat ragu bermanfaat
bermanfaat
D2 Sangat Tidak Ragu- bermanfaat Sangat
tidak bermanfaat ragu bermanfaat
bermanfaat
D3 Sangat Tidak Ragu- bermanfaat Sangat
tidak bermanfaat ragu bermanfaat
bermanfaat
D5 Sangat Tidak Ragu- bermanfaat Sangat
tidak bermanfaat ragu bermanfaat
bermanfaat

Cara menghitung skor dan presentase penggolongan skor penilaian adalah sebagai
berikut :
a. Cara Menghitung Skor
Skor = frekwensi x bobot nilai
Jumlah skor= jumlah skor skala penilaian 1 sampai dengan 5
b. Cara penghitungan presentase penggolongan skor penilaian
Penggolongan skor penilaian dilakukan berdasarkan skor ideal, dimana
nilainya tergantung pada jumlah responden yang ingin dilihat. Misalnya jika
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan responden yang berjumlah 60, maka:

skor ideal (skor tertinggi) = 60 x bobot nilai tertinggi


= 60 x 5
= 300 (sangat setuju)

Sehingga persentase penggolongan skor penilaian adalah :


Sedangkan kriteria interpretasi skor berdasarkan persentase penilaian
kelompok responden adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 : skala likert (lickert scale)


Skor Persentase Kategori
1 0% - 20% Sangat Kurang
2 21% - 40% Kurang
3 41% - 60% Cukup
4 61% - 80% Baik
5 81% - 100% Sangat Baik

3.4. Validitas
Item-item pertanyaan yang akan digunakan sebelumnya terlebih dahulu
harus dilakukan uji validitas. Uji validitas bertujuan untuk mengetahui apakah
data yang diambil benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Dalam metode
validitas dan reliabilitas, acuan untuk mengambil keputusan valid atau tidaknya
suatu item dapat dilakukan dengan melihat nilai seluruh item alpha. Bila nilai
alpha seluruh bertanda positif maka item tersebut dianggap valid.
Uji validitas dilakukan dengan metode Pearson atau Product Moment, yaitu
dengan mengkorelasikan skor butir pada questioner dengan skor totalnya. Apabila
nilai koefisien korelasi (r) hitung lebih tinggi dari pada nilai korelasi (r) tabel,
maka questioner tersebut dikatakan valid. Uji validitas ini menggunakan bantuan
program SPSS 16.0 for windows.
3.5. Analisis Deskriptif Kualitatif
Selain dilakukan analisis secara kuantitatif menggunakan skala likert, Data
hasil wawancara dengan responden maupun key person juga dilakukan analisis
secara kualitatif. Analisa deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan
suatu gejala sosial. Dengan kata lain penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat studi. Metode
kualitatif ini memberikan informasi yang mutakhir sehingga bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih banyak dapat diterapkan pada
berbagai masalah.
Menurut Munthe (2009), penelitian deskriptif bertujuan untuk
mendeskripsikan realita sosial yang ada di masyarakat mengenai suatu gejala atau
fenomena. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan persepsi masyarakat khususnya masyarakat Kelurahan
Sumbergedang tentang ritual mandi kembang yang dilakukan selama kehamilan.
Hal itu seperti penelitian yang dilakukan Sumarni (2006) tentang persepsi
masyarakat.
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN

4.1 Pengetahuan Masyarakat tentang Ritual Mandi Kembang


Berdasarkan hasil perhitungan skor yang didapatkan dari wawancara secara
tertutup dengan responden, diketahui bahwa tingkat pengetahuan masyarakat
Sumbergedang terhadap ritual mandi kembang berada pada kategori baik dengan
persentase skor rata-rata variabel sebesar 66,83% (lihat lampiran). Hal itu berarti,
masyarakat Kelurahan Sumbergedang memiliki pengetahuan yang baik tentang

100.00
80.00 78.33
64.00
50.00
persentase

45.00

0.00
pengetahuan pemahaman analisa evaluasi
variabel

ritual mandi kembang. Hasil perhitungan skor untuk masing-masing variabel


dapat digambarkan pada grafik 4.1 berikut:

Gambar 4.1: grafik tingkat pengetahuan masyarakat Sumbergedang tentang


ritual mandi kembang dalam kehamilan

Berdasarkan wawancara tertutup terhadap seluruh responden, dihasilkan


bahwa semua (100%) responden mengaku mengetahui (A1) adanya ritual mandi
kembang yang dilakukan untuk menghadapi kehamilan (lampiran 1). Variabel
tersebut berada pada kategori baik (80,00%). Pemahaman masyarakat (A2)
tentang manfaat mandi kembang masuk dalam kategori baik (78,33%). Akan
tetapi, skor untuk indikator mampu mengevaluasi kesesuaian pengetahuan dengan
hasil yang didapat setelah penerapan pengetahuan (A4), menghasilkan skor
dengan kategori cukup (45,00%).
Sebagian besar pengetahuan masyarakat tentang ritual mandi kembang
didapatkan dari cerita dan mitos yang berlangsung turun temurun. Cerita dan
mitos tersebut diterima dari kerabat maupun keluarga. Selain itu, beberapa
responden menyatakan bahwa pengetahuan tentang mandi kembang didapat dari
pemangku adat lingkugan sekitar. Hal itu diperkuat dengan penuturan Fathur
Rohman, tokoh spiritual setempat, bahwa masyarakat Sumbergedang banyak
menganut ajaran Islam kejawen,yaitu agama Islam tradisional kuno.
Pengetahuan berbeda dengan pemahaman. Penelitian ini mengetahui
pengetahuan berdasarkan pengakuan bahwa responden tahu adanya ritual mandi
kembang. Sedangkan pemahaman diketahui berdasarkan pengakuan bahwa
responden lebih memahami makna maupun beberapa hal lebih mendalam tentang
ritual mandi kembang.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini terjadi
melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
perilaku seseorang ( Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan merupakan hasil dari kegiatan keingintahuan manusia melalui
cara dan alat-alat tertentu. Pengetahuan terbagi atas beberapa jenis, yaitu
pengetahuan langsung dan tidak langsung, bersifat tetap dan tidak tetap, subjektif
(khusus) dan objektif (umum). Manusia dalam kehidupan sehari-hari dapat
ditemukan bermacam-macam tingkah laku yang mengandung pengetahuan
langsung dan yang bersumber dari adat-istiadat, kebiasaan-kebiasaan dan
keagamaan ( Notoatmodjo, 2003).
Lebih lanjut Sumarni (2006) merumuskan faktor pengetahuan merupakan
hasil pengalaman dan proses mengingat dari suatu subjek. Berdasarkan hal
tersebut, dapat dikatakan bahwa pengetahuan masyarakat Kelurahan
Sumbergedang tentang ritual mandi kembang yang dilakukan selama kehamilan
adalah segala sesuatu yang ditemukan dalam pikiran (otak) masyarakat tentang
hal tersebut.
Masyarakat dalam memperoleh pengetahuan tentang ritual mandi kembang
dapat melalui berbagai cara, yaitu media elektronik, media cetak, dan sumber
informasi lain yang dapat diakses oleh masyarakat. Menurut pemahaman
masyarakat, mandi kembang dilakukan selain karena saran dari orang tua juga
karena nilai estetis. Mandi kembang juga diyakini sebagai simbol atau sarana
untuk mendapatkan keselamatan bagi janin dan ibu itu sendiri.

4.2 Sikap Masyarakat tentang Ritual Mandi Kembang


Berdasarkan hasil perhitungan skor yang didapatkan dari wawancara secara
tertutup dengan responden, diketahui bahwa tingkat sikap masyarakat
Sumbergedang terhadap ritual mandi kembang berada pada kategori baik dengan
persentase skor rata-rata variabel sebesar 74,25%. Hasil perhitungan skor untuk
masing-masing variabel dapat digambarkan pada grafik 4.2 berikut:

100.00

80.00
persentase

72.33 76.00 76.33


72.33
60.00

40.00

20.00

0.00
penerimaan respon variabel penilaian pola hidup

Gambar 4.2: grafik tingkat sikap masyarakat Sumbergedang

Berdasarkan grafik diatas, diketahui bahwa masyarakat kelurahan


Sumbergedang merespon baik terhadap ritual mandi kembang yang dilakukan
selama kehamilan. Hasil pengukuran indikator penerimaan (B1), menghasilkan
bahwa sebagian masyarakat setuju dengan dilakukannya ritual mandi kembang.
Hasil pengukuran indikator tersebut bernilai 72,33% dengan kategori setuju dan
65% responden menjawab setuju dengan dilakukannya ritual mandi kembang
selama kehamilan. Demikian juga dengan indikator respon masyarakat (B2),
diketahui bahwa respon masyarakat berada pada kategori baik (72,33%).
Masyarakat menilai baik (15,20) terhadap ritual mandi kembang (B3) dengan
persentase 76,00% dari nilai maksimum. Demikian juga dengan indikator
pembentukan pola hidup (B4) skor yang didapat berada pada kategori baik
dengan persentase 76,33%.
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang
terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable)
maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek
tersebut.
Menurut Sobur (2003) dalam Sumarni (2006) menjelaskan bahwa sikap
merupakan kecenderungan bertindak, berperilaku, berpersepsi dalam menghadapi
objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan merupakan perilaku, akan tetapi lebih
merupakan kecenderungan untuk berperilaku/berpartisipasi. Sikap bukan sekedar
rekaman masa lalu, akan tetapi menentukan seseorang untuk setuju atau tidak
setuju.
Azwar (2005) mengemukakan bahwa salah satu fungsi sikap bagi individu
akan bersifat positif terhadap hal-hal yang mendatangkan manfaat bagi dirinya.
Akan tetapi dapat bersifat negatif terhadap hal-hal yang tidak bermanfaat dan
membahayakan individu tersebut.
Apabila dikaitkan dengan hasil penelitian ini, maka masyarakat akan dapat
memanfaatkan berbagai macam bunga untuk melakukan ritual mandi kembang
apabila masyarakat menganggap bahwa ritual mandi kembang mempunyai
manfaat bagi dirinya, baik manfaat langsung maupun tidak langsung. Manfaat
langsung misalnya dapat memperbaiki kondisi kesehatan selama kehamilan,
tuntutan adat, maupun estetis. Sedangkan manfaat tidak langsung adalah dapat
meningkatkan diversitas tanaman karena banyak dimanfaatkan oleh manusia.
Bagi masyarakat yang memiliki sikap negatif dapat diubah dengan
beberapa hal. Sumarni (2006) menyatakan bahwa perubahan sikap yang lebih
besar akan terjadi apabila sumber dianggap mempunyai kredibilitas tinggi dan
dapat dipercaya. Salah satu pemenuhan yang reliabel menyatakan bahwa,
semakin tinggi penilaian terhadap komunikator, maka semakin besar pula
kemungkinan terjadinya perubahan sikap.

4.3 Keterampilan Masyarakat terhadap Ritual Mandi Kembang


Berdasarkan hasil perhitungan skor yang didapatkan dari wawancara secara
tertutup dengan responden, diketahui bahwa tingkat keterampilan masyarakat
Sumbergedang terhadap ritual mandi kembang berada pada kategori baik dengan
skor rata-rata variabel sebesar 66,53%. Hasil perhitungan skor untuk masing-
masing variabel dapat digambarkan pada grafik 4.3 berikut:

100.00

83.33
77.00
persentase

70.00
50.00
51.67 50.67

0.00

variabel

Gambar 4.3: grafik tingkat keterampilan masyarakat Sumbergedang

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa indikator informasi (C1)


dan kesiapan dalam menjalankan ritual mandi kembang (C2) menggambarkan
bahwa responden mengaku bersedia menginformasikan kepada orang lain dan
menjalankan ritual mandi kembang. Indikator ini menghasilkan persentase skor
sebesar 70,00% dan 77% dan berada pada kategori baik. Responden pada
instrumen C3 dengan indikator gerakan terbimbing, menggambarkan bahwa
responden mengaku sangat bersedia menjalankan ritual mandi kembang apabila
ada yang membimbing (tokoh adat, kyai dll.). indikator ini bernilai persentase
skor sebesar 83,33%. Sedangkan pada instrumen C4 dan C5 diketahui bahwa
gerakan terbiasa dan pola penyesuaian gerakan masyarakat Sumbergedang berada
pada kategori cukup dengan persentase skor sebesar 51,67% dan 50,67%.
Keterampilan merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan sesuatu
terutama yang berkaitan dengan kegiatan fisik dari kemampuan sederhana hingga
mahir. Setiap manusia memiliki kemampuan atau keterampilan yang berbeda-
beda. Menurut Sumarni (2006), keterampilan seseorang dipengaruhi oleh ranah
psikomotorik yang meliputi informasi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan
terbiasa, dan penyesuaian gerakan.
Informasi mengandung arti bahwa masyarakat telah mendapatkan informasi
mengenai ritual mendi kembang, sehingga masyarakat bersedia untuk berbagi
informasi kepada orang lain. Sedangkan kesiapan berarti mampu memulai suatu
kegiatan (mandi kembang) secara pribadi. Sedangkan gerakan terbimbing
merupakan kemampuan dan kesiapan untuk melakukan suatu aktivitas sesuai
dengan contoh yang diperlihatkan atau diperdengarkan. Gerakan terbiasa berarti
bahwa ritual mandi kembang tersebut sudah terbiasa dilakukan dilingkungan
tempat tinggalnya (Sumarni, 2006).

4.4 Persepsi Masyarakat terhadap Ritual Mandi Kembang


Berdasarkan hasil perhitungan skor yang didapatkan dari wawancara
secara tertutup dengan responden, diketahui bahwa tingkat persepsi masyarakat
Sumbergedang terhadap ritual mandi kembang berada pada kategori baik dengan
persentase skor rata-rata variabel sebesar 68,67%. Hasil perhitungan skor untuk
masing-masing variabel dapat digambarkan pada grafik 4.4 berikut:

100.00
80.00
persentase

70.00 75.67
60.00 63.67 65.33
40.00
20.00
0.00
manfaat manfaat sosial manfaat manfaat
estetis ekologi medik
variabel

Gambar 4.4: grafik tingkat persepsi masyarakat Sumbergedang


Berdasarkan grafik diatas, dapat diketahui bahwa persepsi masyarakat
tentang manfaat estetis, sosial, ekologi dan kesehatan dilakukannya ritual mandi
kembang selama kehamilan (D1, D2, D3 dan D4) secara keseluruhan berada pada
kategori baik. Hal itu berarti masyarakat menilai secara baik, bahwa ritual mandi
kembang memiliki manfaat.
Menurut Thurstone dalam Azwar (2005), Likert persepsi adalah suatu
bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Persepsi seseorang terhadap suatu objek
adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak
memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Secara lebih spesifik Thurston
sendiri memformulasikan perasaan sebagai derajat afek positif atau afek negatif
terhadap suatu objek psikologis (Azwar, 2005).
Menurut Brehm dan Kassin (1990) dalam Azwar (2005) persepsi adalah
evaluasi positif atau negatif dalam tingkatan intensitas terhadap suatu objek.
Persepsi suatu skema yang biasanya meliputi affect yang digunakan untuk
mengevaluasi suatu objek. Persepsi sebagai suatu keteraturan tertentu dalam hal
perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi)
seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.
Menurut Bimo Walgito (2003) persepsi merupakan organisasi pendapat,
keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai
adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk
membuat respon atau berperilaku dalam cara yang tertentu yang dipilihnya.
Berdasarkan berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi
adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi)
dan tindakan atau keterampilan (psikomotorik) seseorang terhadap suatu objek
yang positif (favorable) maupun negatif (unfavorable).
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang
berlaku atau apa yang benar bagi objek persepsi. Sekali kepercayaan itu telah
terbentuk, maka akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang
diharapkan dari objek tertentu. Kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak
selalu akurat, kadang kepercayaan itu terbentuk justru dikarenakan kurang atau
tiadanya informasi yang benar mengenai objek yang dihadapi (Azwar, 2005).
Menurut Walgito (2003) komponen kognitif yaitu komponen yang berkaitan
dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan
dengan bagaimana orang mempersepsikan terhadap objek.
Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang
terhadap suatu objek persepsi. Secara umum, komponen afektif disamakan dengan
perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Reaksi emosional banyak dipengaruhi
oleh kepercayaan atau apa yang kita percaya sebagai benar dan berlaku bagi objek
yang dimaksud. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak
senang merupakan hal yang negatif (Azwar, 2005).
Komponen perilaku/keterampilan/konatif dalam struktur persepsi
menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada
dalam diri seseorang berkaitan dengan objek persepsi yang dihadapinya. Kaitan
ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi
perilaku. Pengertian kecenderungan perilaku menunjukkan bahwa komponen
konatif meliputi bentuk perilaku yang tidak hanya dapat dilihat secara langsung
saja, akan tetapi meliputi pula bentuk-bentuk perilaku yang berupa pernyataan
atau perkataan yang diucapkan oleh seseorang (Azwar, 2005).
4.5 Kepercayaan tentang Mandi Kembang
Salah satu manfaat bunga atau kembang dalam bagian dari upacara atau
ritual adat adalah untuk mendi kembang atau mandi bunga. Mandi bunga
merupakan ritual orang Melayu yang mempunyai unsur-unsur yang sudah
tersinkretis antara kepercayaan Dinamisme, Hindu-Buddha dan Popular Islam
(Hassan, 2009).
Dalam kepercayaan Hindu, tumbuh-tumbuhan mempunyai banyak
kegunaan di dalam berbagai macam ritual yang dijalankan. Mandi juga
merupakan salah satu ritual yang popular di kalangan penganut Hindu,
misalnya mandi kembang untuk menyucikan dosa-dosa dan menghilangkan
pengaruh-pengaruh buruk (Hassan, 2009).
Unsur-unsur ajaran ‘Islam’ (bukan Islam yang berteraskan Al-Qur’an
dan Sunnah yang sahih), Orang yang mandi dianjurkan berselawat, membaca
surah-surah tertentu, terkadang dianjurkan menghadap kiblat dan mandi
ketika azan bergema. Semua ini lebih baik apabila mandi bunga dianggap
sebagai suatu wasilah kepada ‘ikhtiar dan tawakkal’. Mandi Bunga dapat
dirasionalkan ‘agama’ sebagaimana mandi-mandi lain yang disyari’atkan
oleh al-Qur’an dan al-Sunnah yang sahih seperti mandi junub, mandi kerana
menganut Islam, mandi sunnat hari jumaat, mandi sunnat Hari Raya, dan
sebagainya (Hassan, 2009).
Unsur ‘Popular Islam’ apabila teori ‘bau’ dapat difahami. Beberapa
penganut Islam percaya bahwa salah satu makanan makhlus halus khususnya
jin dan roh ialah asap dan bau tertentu. Oleh itu, salah satu tujuan wangi-
wangian menguatkan kedatangan makhluk halus yang tertarik dengan
‘makanannya’. Sebaliknya makhluk halus yang jahat seperti hantu dan
syaitan menyukai ‘bau’ yang lain pula seperti darah dan benda-benda kotor
sebagai makanan. Maka, apabila bau tertentu dihasilkan, makhluk yang suka
kepadanya akan datang dan makhluk yang membencinya akan lari. Oleh itu,
aroma bunga dalam mandi bunga akan menjauhkan makhluk jahat tertentu
dan mendatangkan makhluk lain yang ‘baik’ sebagai khadam atau
‘pendamping’ (Hassan, 2009).
Menurut Fathur Rahman, keyperson yang diwawancarai penulis, Mandi
Bunga dilakukan dengan tujuan untuk membuang sial pada pelakunya,
menjauhkan gangguan makhluk halus serta sekaligus menaikkan seri dan
mendatangkan keberuntungan. Sedangkan menurut Ahmad Munojo,
Kembang yang digunakan untuk mandi kembang merupakan media atau
sugesti untuk mendapatkan kebaikan atau dampak baik bagi kesehatan
kehamilan. Melalui sugesti tersebut, manusia akan mengalami apa yang
sudah diyakininya.
Ditinjau dari segi fisiologi mandi dilakukan dengan tujuan
membersihkan diri, baik dari kotoran organik seperti mikroorganisme dan
jamur, maupun dari kotoran berupa unsur atau senyawa yang berbahaya jika
terpapar tubuh. Mandi kembang dirasa mampu menghilangkan unsur organik
maupun nonorganik karena senyawa metabolik skunder yang dikeluarkan
oleh bunga.
Alasan digunakannya bunga untuk mandi adalah bahwa bunga
mengeluarkan aroma yang wangi. Hal ini berperan sebagai aromaterapi dan
berfungsi seperti yang telah dijelaskan diatas. Selain itu, bunga juga merupakan
simbol kehidupan, dalam hal ini tumbuhan yang berawal dari perbungaan.
Berdasarkan hal itu, ibu yang sedang hamil disimbolkan sebagai bunga yang akan
menghasilkan individu baru.

4.6 Bunga yang Digunakan untuk Mandi Kembang


Mandi kembang yang dilakukan masyarakat selama kehamilan
menggunakan bunga seperti yang digunakan pada ritual mandi kembang pada
umumnya. Bunga yang digunakan umunya merupakan bunga yang memiliki
aroma yang relatif wangi, seperti mawar, melati, sedap malam, gading kuning,
gading putih, kenanga, dan lain sebagainya. Menurut keyperson Tarsiyam (56),
bunga yang digunakan tidak mengikat harus bunga yang disebutkan diatas, namun
bias menggunakan bunga lain. Kriteria bunga yang harus digunakan adalah bunga
yang memiliki aroma yang wangi dan memiliki warna atau jenis yang berbeda.
Berdasarkan hasil penelitian ini, bunga yang digunakan oleh masyarakat
untuk mandi kembang adalah mawar (Rosa hybrida), melati (Jasminum sambac),
sedap malam (Polianthes tuberose), gading kuning (Michelia champaca), pacar
air (Impatiens balsamina), gading putih (Michelia alba), kenanga (Cananga
odorata).

1. Cempaka Putih/Kantil Putih (Michelia alba)


Kingdom : Plantae;
Divisi : Magnoliophyta;
Kelas : Magnoliopsida;
Ordo : Magnoliales;
Famili : Magnoliaceae;
Genus : Michelia;
Spesies : Michelia alba.
(Alamendah, 2010).
Gambar 4.6: bunga cempaka putih (Michelia alba)

Tanaman ini mempunyai beberapa nama lokal di berbagai daerah di


Indonesia. Nama-nama lokal tersebut diantaranya adalah cempaka
putih/kantil (Jawa), cempaka bodas (Sunda), campaka (Madura), jeumpa
gadeng (Aceh), campaka putieh (Minangkabau), sampaka mopusi
(Mongondow), bunga eja kebo (Makasar), bunga eja mapute (Bugis), capaka
bobudo (Ternate), capaka bobulo (Tidore)(Alamendah, 2010).
Merupakan tanaman yang mempunyai bunga berwarna putih dan
berbau harum dengan tinggi pohon mencapai 30 meter dan batang yang
berkayu. Ranting-ranting pohon ini umumnya ditumbuhi bulu-bulu halus
berwarna keabu-abuan. Daun tunggal berbentuk bulat telur dan berwarna
hijau. Tangkai daun panjang, mencapai hampir setengah panjang daunnya.
Tumbuhan mempunyai bunga berwarna putih yang mempunyai aroma yang
khas. Tanaman ini jarang ditemukan mempunyai buah karena itu
perbanyakan dilakukan secara vegetatif (Alamendah, 2010).
Bunga cempaka putih mempunyai nilai tradisi yang erat bagi
masyarakat Jawa, terutama di Jawa Tengah. Bunga cempaka putih banyak di
gunakan pada upacara perkawinan terutama sebagai hiasan sanggul dan keris.
Selain itu bunga cempaka putih juga digunakan pada upacara kematian,
mandi kembang dan tabur bunga (nyekar). Bunga cempaka putih mempunyai
makna ritual ‘kemantilkantil’ yang berarti selalu ingat dimanapun berada dan
selalu mempunyai hubungan yang erat sekalipun sudah berbeda alam
(Alamendah, 2010).
Secara medis, bunga, batang, daun cempaka putih (Michelia alba)
mengandung alkaloid mikelarbina dan liriodenina yang mempunyai khasiat
sebagai ekspektoran dan diuretik. Karena kandungan beberapa senyawa
tersebut, cempaka putih dipercaya dapat menjadi obat alternatif bagi berbagai
penyakit seperti bronkhitis, batuk, demam, keputihan, radang, prostata,
infeksi saluran kemih, dan sulit kencing (Alamendah, 2010).

2. Mawar (Rosa hybrida)


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rosanales
Famili : Rosaceae
Genus : Rosa
Spesies : Rosa hybrid
(Plantamor, 2010)

Gambar 4.7: bunga mawar (Rosa hybrida)


Mawar merupakan tanaman bunga hias berupa herba dengan batang
berduri. Perdu, tegak atau sedikit memanjat, tinggi 2-3 m. Batang bulat,
berduri, kasar, coklat kehijauan. Daun majemuk, tersebar, menyirip ganjil,
pangkal tangkai bersayap, berduri, helaian daun bentuk oval sampai lonjong,
ujung raeruncing, pangkal tumpul, tepi bergerigi, panjang 3-6 cm, lebar 1-3
cm, pertulangan menyirip, warna hijau.
Tanaman mawar memiliki bunga Majemuk, di ujung batang atau di
ketiak daun, bentuk malai, bakal buah tenggelam, bunga sempurna, kelopak
bentuk segitiga, 6 helai, permukaan berbulu, hijau, benang sari jumlah
banyak, halus, kuning, mahkota halus, berlepasan, jumlah banyak, panjang 2-
3 cm, raerah muda sampai putih (Wang dan Chen, 2005).
Bunga mawar sering digunakan sebagai penghasil minyak esensial
untuk bahan pembuat parfum. Ekstrak bunga mawar dapat menekan
pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Proteus morgani, Candida albicans,
dan Staphylococcus aureus. Sehingga kebersihan tubuh selama kehamilan
dapat terjaga. Selain itu, aroma bunga mawar juga memiliki efek sedative
bagi tubuh manusia, yaitu mampu memberikan rasa nyaman dan tenang bagi
system syaraf. Sehingga kondisi yang tegang ketika seoarang ibu yang
mengandung dapat dikurangi (Wang dan Chen, 2005).
Aromaterapi dari bunga mawar berasal dari bagian bunga dan
kelopak. Aroma mawar menyeimbangkan fungsi-fungsi tubuh,
membangkitkan semangat, relaksasi, dan antidepresan. Bunga mawar sering
digunakan sebagai antioksidan dan menguatkan jantung. Bunga mawar juga
sebagai perawatan kulit sensitive dan beberapa alergi (Utami, 2009).
3. Kenanga (Cananga odorata)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Magnoliales
Famili : Annonaceae
Genus : Cananga
Spesies : Cananga odorata
(Plantamor, 2010)

Gambar 4.8: bunga Kenanga (Cananga odorata)

Tanaman ini mempunyai beberapa nama lokal di berbagai daerah di


Indonesia. Nama-nama lokal tersebut diantaranya adalah Kananga (Sunda),
Kenanga (Jawa Tengah), Sandat kananga (Bali), Sandat (Nusa Tenggara),
Lomulilano (Maluku), Selanga (Aceh), Ingona (Minangkabau), Kupa Apale
(Sumatera Barat), Lalingiran (Sulawesi utara) (Hook dan Thoms, 2009).
Bunga dari tanaman ini berbentuk ‘bintang/payung” majemuk
menggarpu, pendek, di ketiak daun, kuning, kelopak bentuk corong,
berwarna hijau, benang sari banyak, coklat muda, kepala putik bulat, daun
mahkota enam, lanset, panjang 5-7,5 cm, menggantung dan berwarna
hijau ketika masih muda setelah tua kuning. Bunga ini memancarkan
aroma yang harum yang khas Bunga itu muncul pada batang pohon atau
ranting bagian atas pohon, dengan susunan yang khas. Mahkota bunga
umumnya berjumlah 6, namun terkadang berjumlah 8 atau 9, berdaging,
terlepas satu sama lainnya, dan tersusun dalam 2 lingkaran yang masing-
masing biasanya berjumlah 3. Benang sarinya banyak, dan ruang tempat
sari berhubungan terdapat di ujung tangkai sari, berbentuk memanjang
dan tertutup, berwarna cokelat muda. Jumlah bakal buah sekitar 7-15.
Kepala putik berbentuk tombol (Hook dan Thoms, 2009).
Kenanga dijadikan sebagai sumber minyak atsiri untuk mewangian.
Manfaat lain untuk aroma terapi yang efektif untuk melenyapkan bau badan
yang sangat mengganggu. Bunga Canangium odoratum berkhasiat sebagai
obat nyeri haid, di samping itu bunganya untuk bahan kosmetika. Secara
farmakologis, aroma dari bunga kenanga memiliki efek sedative bagi system
syaraf. Sehingga mampu memberikan efek tenang dan mengurangi rasa
tegang selama kehamilan (Hook dan Thoms, 2009).

4. Pacar Air (Impatiens balsamina)


Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Ericales
Famili : Balsaminaceae
Genus : Impatiens
Spesies : Impatiens balsamina
(Plantamor, 2011)

Gambar 4.9: bunga Pacar Air (Impatiens balsamina)

Tanaman ini mempunyai beberapa nama lokal di berbagai daerah di


Indonesia. Nama-nama lokal tersebut diantaranya adalah pacar banyu / pacar cai
(Jawa), inai anyer (Maluku), Lahine (Sumatera), Tilang-gele duluku, kolendingi
(Sulawesi), bunga taho, laka gofu (Ternate).
Tanaman ini memiliki aneka macam warna bunga. ada yang putih, merah,
ungu, kuning, jingga. Bunga terkumpul 1-3. Setiap tangkai hanya berbunga 1 dan
tangkainya tidak beruas.Memiliki 5 kepala putik (Zainab, 2007).
Bunga Pacar air sering dimanfaatkan sebagai Peluruh haid dan mengatasi
pembengkakan (haematom), rheumatik sendi, bisul (furunculolsis), gigitan
ular, radang kulit (dermatitis). Bunga mangandung anthocyanins, cyanidin,
delphinidin, pelargonidin, malvidin, kaempherol, quercetin (Zainab, 2007).
Sehingga kondisi fisiologis yang terganggu seperti pembengkakan dan nyeri pada
beberapa bagian tubuh selama kehamilan dapat diperbaiki.

5. Cempaka Kuning (Michelia champaca)


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Magnoliales
Famili : Magnoliaceae
Genus : Michelia
Spesies : Michelia champaca.
(Purwantisari, 2006).
Gambar 4.10: bunga Cempaka kuning (Michelia champaca)

Tanaman ini mempunyai beberapa nama lokal di berbagai daerah di


Indonesia. Nama-nama lokal tersebut diantaranya adalah Cempaka koneng
(Sunda), Kantil/Cepaka kuning (Jawa Timur), Kembhang koneng
(Madura), Campaka mariri (Sulawesi Utara), Jeumpa (Aceh), Campaka
arsenic (Batak) (Purwantisari, 2006).
Tanaman ini memiliki pohon berukuran sedang dengan tinggi sampai
50 m. Akarnya berwarna putih kehijauan dan merupakan akar tunggang.
Batang lurus, bulat, kulit batangnya halus, berwarna coklat ke abu-abuan.
Tajuknya agak jarang, dan agak melebar, dengan percabangannya yang
tidak teratur, diameter batangnya sampai 180 cm. Bunga tunggal, berwarna
kuning muda ketika muda dan menjadi oranye tua ketika tua, harum,
berukuran agak besar, helaian bunganya tersusun dalam untaian yang banyak
(Purwantisari, 2006).
Bunga berkhasiat sebagai obat keputihan dan kencing nanah. Selain
itu, dapat digunakan sebagai campuran pada jamu atau digunakan untuk
wewangian rambut atau diramu bersama bahan lain untuk dijadikan parfum,
ada juga yang menyarikan minyak cempaka dari bunganya untuk dipakai
dalam industri kosmetika (Purwantisari, 2006). Michelia campaca memiliki
efek anti inflamasi dan anti deuretik. Ekstrak bunga dapat menghambat
pertumbuhan bakteri dan microorganisme merugikan lain dalam tubuh.
Sehingga di India bunga ini banyak digunakan untuk membersihkan tubuh
dari kotoran dan untuk mandi (Singh dkk, 2008).
6. Sedap Malam (Polianthes tuberose)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Asparagales
Famili : Agavaceae
Genus : Polianthes
Spesies : Polianthes tuberose
(Trisnawati, 2007)

Gambar 4.11: bunga Sedap Malam (Polianthes tuberose)

Tanaman ini mempunyai beberapa nama lokal di berbagai daerah di


Indonesia. Nama-nama lokal tersebut diantaranya adalah Sedep malem,
sundel malem (Sunda), sundel malem (Jawa), sondhel malem (Madura),
rasamalang (Makasar), Rasamaleng (Bugis) (Trisnawati, 2007).
Tanaman ini berupa perdu dengan tinggi 1,5-5 m. Batang Bulat,
bercabang-cabang, berwarna hijau dengan bercak-bercak putih. Daun tunggal,
berseling, bulat ielur, ujung runcing, tepi agak beringgit dan berombak.
Bunga majemuk, bentuk malai, di ujung batang, kelopak bentuk lonceng,
tidak berambut, bergigi lima, hijau kekuningan, mahkota bentuk terompet,
panjang sekitar 2 cm, bertaju lebar, sisi luar berambut rapat, putih kekuningan
(Trisnawati, 2007).
Bunga Sedap Malam dikenal memiliki kesegaran yang mampu
bertahan lama. Meskipun telah dipotong bunga ini mengeluarkan kesegaran
dapat bertahan selama 5-10 hari. Bunga Sedap Malam (Polianthes tuberosa)
umumnya dibudidayakan di berbagai daerah di Indonesia. Bunga ini banyak
dimanfaatkan sebagai bunga potong untuk berbagai keperluan seperti upacara
perkawinan, dekorasi dan campuran bunga pada acara ritual adat tertentu
(Trisnawati, 2007).
Selain itu bunga Sedap Malam juga dapat diolah sebagai bahan
pembuat parfum. Aroma yang ditimbulkan oleh bunga ini dapat dijadikan
aromaterapi untuk menenangkan system syaraf. Bunga sedap malam juga
memiliki sifat sebagai antideuritik seperti bunga cempaka (singh dkk, 2008)

7. Melati (Jasminum sambac)


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Oleales
Famili : Oleaceae
Genus : Jasminum
Spesies : Jasminum sambac
(Probowati, 2011).

Gambar 4.12: bunga Melati (Jasminum sambac)

Di Indonesia nama melati dikenal oleh masyarakat di seluruh wilayah


Nusantara. Nama-nama daerah untuk melati adalah Menuh (Bali), Meulu cut atau
Meulu Cina (Aceh), Menyuru (Banda), Melur (Gayo dan Batak Karo), Manduru
(Menado), Mundu (Bima dan Sumbawa) dan Manyora (Timor), serta Malete
(Madura) (Probowati, 2011).
Melati (jasminum sambac) termasuk tanaman hias perdu yang basah.
Bunganya berbentuk trompet berwarna putih relatif kecil dan berbau harum.
Bunga dapat mekar secara bersamaan, sehingga bunga ini dapat tumbuh sepanjang
tahun. Bunga tunggal namun ada juga yang menumpuk atau ganda. Melati dapat
berbunga sepanjang tahun dan dapat tumbuh subur pada tanah yang gembur
dengan ketinggian sekitar 600 atau 800 meter diatas permukaan laut dengan cukup
sinar matahari. Tunas-tunas baru akan tampak setelah berusia sekitar 6 minggu
(Probowati, 2011).
Bunga Melati termasuk tanaman semak dengan daun pendek. Memiliki
aroma wangi yang khas sehingga sering digunakan dalam pembuatan parfum atau
industri kosmetik. umumnya digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti
dekorasi, obat obatan dan keperluan ritual adat (Probowati, 2011). Wang dan
Chen (2005) juga menjelaskan hasil penelitian mengenai efek psikologi karena
aroma yang ditimbulkan oleh bunga melati. Bahwa aroma khas bunga melati
mampu mampu meningkatkan sinyal relaksasi. Sehingga menimbulkan efek
tenang bagi tubuh wanita selama kehamilan.

4.7. Nilai Ritual Mandi Kembang Terhadap, Ekonomi Konservasi


Biodiversitas Tumbuhan dan Kesehatan Kehamilan
Berdasarhan pembahasan mengenai persepsi masyarakat, diketahui bahwa
rata-rata masyarakat mempunyai persepsi yang baik terhadap ritual mandi
kembang yang dilakukan selama kehamilan. Kegiatan budaya atau adat
masyarakat tersebut dapat terus dilestarikan, bahkan dapat ditanamkan sebagai
adat istiadat baru bagi masyarakat Indonesia.
Semakin banyaknya masyarakat yang bersedia menjalankan ritual mandi
kembang, dapat menjadikan kebutuhan akan bunga dari tumbuhan tertentu
meningkat. Kebutuhan yang meningkat dapat meningkatkan permintaan pasar,
sehingga persediaan harus ditingkatkan untuk memenuhi permintaan tersebut.
Meningkatnya permintaan akan bunga, akan berakibat pada meningkatnya
produsen bunga (petani bunga) sehingga pelestarian keanekaragaman tanaman
berbunga dapat meningkat.
Menurut Hayati (2008), permintaan diartikan sebagai jumlah barang yang
dibutuhkan. Jalan pikiran ini berangkat dari titik tolak bahwa manusia
mempunyai kebutuhan. Atas dasar kebutuhan ini individu tersebut mempunyai
permintaan akan barang. Makin banyak penduduk atau masyarakat yang
menggunakan suatu barang, makin besar permintaan masyarakat akan sesuatu
jenis barang.
Teori konsumen menjelaskan bagaimana tingkah laku atau kegiatan
konsumen dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumsinya. Tingkah laku atau
kegiatan tersebut dapat terjadi setelah diketahui bagaimana reaksi konsumen
terhadap berubahan selera yang dimiliki. Apabila masyarakat benyak
membutuhkan suatu barang, maka barang tersebut menjadi semakin naik. Hukum
permintaan menyatakan, “Jika harga suatu barang naik, maka jumlah yang
diminta akan barang tersebut turun. Dan jika harga suatu barang turun, maka
jumlah yang diminta barang tersebut naik” (Hayai, 2008).
Oleh karena itu, naiknya harga suatu barang, dalam hal ini kebutuhan bunga
untuk mandi kembang, dapat memicu banyaknya produsen yang menyediakan
bunga tersebut. Hal itu berarti semakin banyaknya masyarakat yang berniat untuk
membudidayakan tanaman tertentu untuk kebutuhan ekonominya. Sehingga,
potensi meningkatnya keanekaragaman tanaman berbunga akan semakin tinggi.
Ditinjau dari segi kesehatan, mandi Kembang dapat digunakan sebagai
aromaterapi yang menunjang kesehatan kehamilan manusia. Efek aromaterapi
dapat mempengaruhi ritme jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh.
Menurut Hongratanaworakit (2004), aroma yang dihasilkan oleh mawar dan
bunga lain mampu memperlambat jantung dalam memompa darah, sehingga
menjadikan tubuh merasa tenang. Selain itu, aroma bunga dapat memiliki efek
sedative, yaitu dapat mengurangi rasa sakit akibat respon tubuh terhadap sesuatu.
Penggunaan aromaterapi juga mampu mengurangi stress tubuh, sehingga mampu
mengurangi tekanan darah.
Aromaterapi adalah istilah yang dipakai untuk proses penyembuhan yang
menggunakan sari tumbuhan aromatic murni. Aromaterapi menggunakan
essential oil atau sari minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjaga
kesehatan, membangkitkan semangat, menyegarkan serta membangkitkan gairah.
Essential oil yang digunakan merupakan cairan hasil sulingan dari berbagai jenis
bunga, pohon, biji, getah, daun dan rempah-rempah yang memiliki khasiat untuk
mengobati (Utami, 2009).
Menurut Hutasoit (2002) dalam Utami (2009), Sejak jaman nenek moyang,
essential oil dipercaya memiliki efek tertentu, dari pengobatan hingga penambah
gairah. Beberapa jenis, sifatnya secara umum, meningkatkan relaksasi dan
keseimbangan. Beberapa lainnya membangkitkan semangat, serta menimbulkan
perasaan muda dan menyegarkan. Seperti chamomile misalnya, essential ini
digunakan untuk meredakan ketegangan dan insomnia. Sedangkan rosemary
sangat baik untuk sirkulasi dan rasa lelah. Sementara peppermint digunakan
untuk memperbaiki masalah pencernaan, sage untuk masalah otot, dan
sandalwood memiliki efek relaksasi, dan masih banyak yang lainnya seperti
cypress, lavender, basil, neroli, juniper, ylang-ylang, marjoram.
Senyawa kimia yang dihasilkan oleh beberapa tumbuhan aromatic juga
memberikan efek pada aktivitas elektrodermal bagi permukaan tubuh manusia.
Aktivitas elektrodermal merupakan kepekaan tubuh dalam menerima rangsangan
dari lingkungan luar. Rangsangan ini dirasakan oleh kulit bagian terluar.
Penelitian Steiner (1994) dalam Hongratanaworakit (2004) menunjukkan bahwa
aroma dari mawar dan melati mampu menambah kepekaan kulit terhadap
guncangan. Sehingga tubuh mampu melindungi kandungan dengan baik.
Kehamilan yang terjadi pada seorang wanita terutama kehamilan pertama
dapat menimbulkan ketidakseimbangan psikologis, terutama dari segi emosi.
Secara umum hal tersebut ditandai dengan adanya rasa bimbang, tertekan, dan
cemas. Kehamilan merupakan situasi yang penuh dengan emosi dan kecemasan.
Hal-hal yang dicemaskan oleh ibu hamil antara lain berkaitan dengan persalinan
yang akan dijalani, dan kesehatan diri sendiri serta bayi yang dikandung (Utami,
2009).
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diketahui bahwa mandi kembang
mampu memberikan efek positif terhadap kesehatan tubuh khususnya selama
kahamilan. Sehingga terapi mandi kembang berpotensi untuk dijadikan sebagai
alternatif terapi bagi wanita yang menghadapi proses kehamilan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
persepsi masyarakat Kelurahan Sumbergedang Kabupaten Pasuruan berada pada
kategori Baik. Persentase pengetahuan sebesar 66,83%, Sikap sebesar 74,25%,
keterampilan sebesar 66,53% dan persepsi sendiri sebesar 68,67%. Masyarakat
banyak menganggap dengan melakukan mandi kembang dapat meningkatkan
kesehatan kehamilan.
Bunga yang digunakan untuk menjalani ritual mandi kembang adalah
kembang tujuh rupa atau bunga sebanyak tujuh jenis. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa bunga yang digunakan adalah mawar (Rosa hybrida), melati
(Jasminum sambac), sedap malam (Polianthes tuberose), gading kuning (Michelia
champaca), pacar air (Impatiens balsamina), gading putih (Michelia alba),
kenanga (Cananga odorata). Macam-macam bunga tersebut diyakini memiliki
efek sebagai aromaterapi sehingga bermanfaat bagi kesehatan kehamilan.

5.2 Saran
Adapun saran setelah dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut kepada masyarakat dengan
strata tertentu, sehingga data tentang persepsi yang dihasilkan cukup
homogen.
2. Sebaiknya dilakukan penelitian mengenai dampak fisiologis mandi
kembang, sehingga dapat meningkatkan keyakinan masyarakat akan
manfaat mandi kembang dalam kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA

Alamendah. 2010. Kantil (Cempaka Putih), Mitos dan Manfaat


www.proseanet.org/prohati4/browser.php?docsid=107. Diakses tanggal 14
Nopember 2011
Anwar R. 2005. Endo krinologi Kehamilan dan Persalinan. Fakultas Kedokteran
Unpad. Bandung.
Azwar. 2005. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka pelajar.
Yogyakarta.
Hassan H. 2009. Asal Usul Mandi Bunga .
http://halaqah.net/v10/index.php?PHPSESSID=75dct4oe0tk2asu8o44ovf5if4
&topic=8748.0. Diakses tanggal 14 Nopember 2011.
Hayati F. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan
Konsumen Terhadap Listrik Pada Rumah Tangga. Skripsi Universitas Islam
Indonesia. Yogyakarta.
Herawati I. 2007. Makna Simbolik Sajen Tingkeban. Jurnal Sejarah dan Budaya
Yogyakarta. Vol.2 no. 3
Hernawati. 2010. Perbaikan Kinerja Reproduksi Akibat Pemberian Isoflavon Dari
Tanaman Kedelai. Universitas Pendidikan Indonesia
Hongratanaworakit T. 2004. Physiological effects in aromatherapy.
Songklanakarin J. Sci. Technol vol. 24 No. 1.
Hook F. dan Thoms. 2009. Cananga odorata: sananga oil, perfume tree, kenanga
wood. Agroforestry Database vol: 4.0.
Mardijono. 2008. Persepsi dan Partisipasi Nelayan Terhadap Pengelolaan
Kawasan Konservasi Laut Kota Batam. Tesis Program Pasca Sarjana
Manajemen Sumberdaya Pantai Universitas Diponegoro. Semarang
Munthe R. 2009. Persepsi Masyarakat Terhadap Sarjana Penggerak Pembangunan
Pedesaan (SP-3). Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik USU. Medan
Raharjo S.R., Oscar O. 2008. Persepsi Masyarakat Desa Eonbesi Dan Netpala
Kecamatan Molo Utara Kabupaten Tts Tentang Pengembangan Cendana.
Jurnal Info Sosial Vol. 8 No. 3.
Plantamor. 2011. Impatiens balsamina (Pacar Air).
http://www.plantamor.com/index.php?plant=704. Diakses tanggal 16
Nopember 2011.
Probowati R. 2011. Uji Efektivitas Minyak Atsiri Bunga Melati (Jasminum
sambac) terhadap Daya Bunuh Larva Nyamuk. Skripsi Universitas
Muhamadiyah. Surakarta.
Purwantisari, S., 2006. Uji Aktivitas Ekstrak Daun Cempaka (Michelia
champaca) Terhadap Pengendalian Pertumbuhan Jamur dan Bakteri
Penyebab Penyakit Layu Pada Tanaman Tomat. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Diponegoro.
Setiabudi. 2011. Pengertian Persepsi.
http://www.damandiri.or.id/file/setiabudiipbtinjauanpustaka.pdf. Diakses
tanggal 14 Nopember 2011
Singh A, Samir M., dan Ravi S. 2008. Anti-Inflamatory and Analgesic Agent
from Indian Medicinal Plant. International Journal of Integrative Biology vol
3 no. 1.
Sumarni. 2006. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolahan Ruang Terbuka Hijau
Pemikiman Di Kota Malang. Program Pascasarjana Universitas Brawijaya.
Malang
Trisnawati. 2007. Karakterisasi Bunga Sedap Malam (Polianthes tuberose) Asal
Pasuruan, Jawa Timur. Buletin Teknik Pertanian Vol. 12 No. 1.
Utami D.A.P. 2009. Efektivitas Aromaterapi dalam Menurunkan Kecemasan
Menghadapi Kelahiran Anak Pertama. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah. Surakarta.
Yunus A. H. 1993. Arti dan Fungsi Upacara Tradisional Daur Hidup pada
Masyarakat Betawi. Depdikbud, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat
Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Penelitian dan Pembinaan Nilai-Nilai
Budaya. Jakarta
Walgito B. 2003. Psikologi Sosial. Yogyakarta. Andi.
Wang C.X dan L. Chen. 2005. Aromachology and its Application
in the Textile Field. Jurnal Southern Yangtze University vol.13 no.6.
Zainab. 2007. Pengaruh Ion Tembaga dan Kobalt Terhadap Kandungan Kumarin
Dan Profil Kromatogram Lapis Tipis Metabolit Sekunder Kultur Sel
Pacar Air (Impatiens balsamina L.). Sekolah Pasca Sarjana UGM.
Yogyakarta
.

Anda mungkin juga menyukai