Anda di halaman 1dari 28

IV.

ASUHAN KEPERAWATAN SELAMA PERSALINAN KALA I

A. PENYEBAB NYERI PERSALINAN DAN PENATALAKSANAAN


FARMAKOLOGIK DAN NON FARMAKOLOGIK

Penyebab nyeri persalinan


1. Berkurangnya pasokan oksigen ke otot rahim
2. Meregangnya leher rahim (effacement dan peregangan. Tekanan bayi
pada saraf di dan dekatleher rahim serta vagina
3. Ketegangan dan meregangnya jaringan ikat pendukung rahim dan sendi
panggul selama kontraksi dan turunnya bayi
4. Tekanan pada saluran kemih, kandung kemih, dan anus
5. Meregangnya otot-otot dasar panggul dan jaringan vagina
6. Ketakutan dan kecemasan, yang dapat menyebabkan dikeluarkannya
hormon stres dalam jumlah besar yang mengakibatkan timbulnya nyeri
persalinan yang lama dan berat.

Penantalaksanaan farmakologik :
1. Entonoks : menghirup gas melalui masker karet yang dipasang
pada wajah atau melalui alat yang dimasukkan ke dalam mulut diantara
bibir dan dipegangi dengan gigitan gigi. Anda bernapas melalui masker
karet atau alat yang dipasang di mulut. Entonoks terdiri dari 50% oksigen
dan 50% oksida nitrat. Efeknya berjangka pendek, diantara waktu
kontraksi perasaan ringan akan menghilang.
2. TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation) : adalah
perangsangan saraf secara elektris melalui kulit. Dua pasang elektroda
yang berperekat dipasang pada punggung anda, di kedua sisi pada tulang
punggung. Elektroda ini dihubungkan dengan kabel ke sebuah kotak
kecil yang mempunyai tombol-tombol putar dan tekan. Tombol putar
mengendalikan kekuatan dan frekuensi denyut listrik yang dihasilkan
oleh mesin. Denyut ini menghambat pesan nyeri yang dikirim ke otak

20
dari rahim dan leher rahim serta merangsang tubuh untuk melepaskan
bahan pereda nyeri alaminya yaitu endorfin.
3. Pethidine : adalah obat yang berhubungan dengan morfin,
cenderung membuat anda mengantuk dan disorientasi. Diberikan melalui
suntikan umumnya pada paha atau bokong. Tidak dianjurkan jika diduga
akan melahirkan dalam beberapa jam. Obat sejenis pethidine yang lain
:diamorfin (heroin) dan meptid.
4. Epidural : memberikan peredaan total dari nyeri persalinan, dapat
membuat calon ibu merasa “mengendalikan” kembali persalinannya
setelah ia merasa diluar kendali ketika mengalami nyeri kontraksi yang
kuat. Epidural tidak dapat dilakukan untuk kelahiran di rumah karena
epidural dilakukan oleh seorang ahli anastesi di rumah sakit.
5. Spinal : adalah sebuah suntikan bius (anastesi) yang diberikan ke
bagian bawah punggung ibu. Hanya dapat diberikan satu kali agar
peredaan nyerinya berjangka pendek. Bius spinal dapat diberikan lebih
cepat daripada epidural dan efeknya hampir bersifat langsung dan resiko
penurunan tekanan darah ibu yang lebih besar dari epidural.

Penatalaksanaan non farmakologik :


1. Menyamankan diri : mencoba posisi yang paling nyaman dan
memudahkan bagi bayi untuk lahir, seperti :
1) Berdiri : menyandar ke depan pada meja, punggung kursi, tempat
tidur atau pendukung kelahiran anda.
2) Berlutut : menyandar ke alas kursi atau ke lutut pendukung kelahiran
jika ia berada dalam posisi duduk, atau ke tumpukan bantal
3) Posisi merangkak dengan kepala mengarah ke bawah
4) Duduk “cara koboi” di atas kursi, menyandar ke bantal yang
ditempatkan di punggung kursi
5) Berbaring (jika anda sangat lelah dan ingin berbaring) mirinf ke kiri
dengan sebuah bantal yang ditempatkan di punggung kursi

21
6) Berjongkok sambil menopang diri dengan menyandar ke depan
menggunakan dukungan tangan atau ke lutut pendukung kelahiran
sementara ia berada dalam posisi duduk.
2. Mengeluarkan suara : adalah cara yang efektif untuk meredakan
nyeri (lihatlah reaksi anak kecil ketika mereka terluka). Persalinan adalah
pengalaman yang hiruk pikuk, jika erangan atau jeritan membantu anda,
lakukanlah.
3. Pijat : adalah bentuk yang lebih canggih dari menggosok.
Penggosokan menyebabkan tubuh melepaskan bahan pereda nyeri alami
yang disebut endorfin. Boleh juga dengan menggunakan minyak untuk
mencegah luka gesek ketika penggosokan.
4. Pernapasan : calon ibu bernapas dengan berbagai cara, beberapa
menarik napas panjang dan lama untuk membantu mereka melewati
kontraksi, ada yang bernapas dangkal dan pendek untuk mengatasi
kontraksi, ada juga yang bernapas bertahap yaitu menarik napas pendek
dan menarik napas pendek sekali lagi lalu menghembuskan napas pendek
dan menghembuskan napas pendek sekali lagi. Anda boleh melakukan
yang manapun sejauh pernapasan anda teratur dan tidak menjadi panik
sehingga anda mulai terengah-engah dan akhirnya menjadi pusing, mual,
dan kesemutan.
5. Penggunaan air : air dapat menenangkan otot yang nyeri. Begitu
pula di dalam persalinan, berendam di dalam air hangat atau mandi
pancur akan sangat membantu calon ibu untuk relaks dan lebih dapat
menhadapi nyeri kontraksi.
6. Relaksasi : melepaskan ketegangan dengan cara menghembuskan nafas
dan memikirkan konsep “keluar”, membina hubungan yang baik dengan
tenaga kesehatan, didampingi oleh pendukung kelahiran, nmengikuti
kursus persiapan kelahiran sebelumnya sehingga anda dapat belajar
mengenali kapan anda menjadi tegang dan memahami cara
mengatasinya.

22
B. PENYEDIAAN SUPPORT PADA IBU BERSALIN

Personel pendukung persalinan :


1. ayah : hadirnya seseorang yang anda cintai sangatlah penting. Para ayah
dapat bertindak sebagai perantara bagi calon ibu, menjelaskan apa yang ia
inginkan kepada staf rumah sakit. Bebrapa pria adalah pendukung
kelahiran yang alami dan secara naluriah tau apa yang harus dilakukannya
untuk membantu.
2. anggota keluarga : beberapa ibu memilih orang tua (ibunya sendiri) untuk
menjadi pendukung kelahirannya, sehingga membantu calon ibu merasa
percaya diri dalam melkasanakan tanggung jawab pengasuhan terhadap
bayinya.
3. doula : wanita yang pernah melahirkan dan membesarkan anak, yang
pekerjaannya adalah membantu wanita lain yang sedang melahirkan dan
mengajarkan cara mengasuh bayi. Doula diinstruksikan untuk tidak
melakukan apapun kecuali memegangi tangan ibu yang bersalin, berbicara
padanya, memijatnya, membesarkan hatinya, dan menemaninya sampai
bayi lahir.

Hal-hal yang perlu disiapkan oleh pendukung kelahiran :


1. minuman dan makanan kecil
2. kaus kaki dan selendang penghangat
3. minyak sayuran yang tidak berpewangi untuk memijat
4. kain flanel yang lembut untuk mengelap wajah
5. rekaman musik untuk membantu relaksasi
6. kamera dan film untuk mendokumentasikan persalinan
7. alat komunikasi

C. IDENTIFIKASI BUDAYA KLIEN SELAMA PERSALINAN

1. Persepsi makna
Konsep busdaya dan pengalaman pribadi tentang nyeri, contoh :

23
- nyeri melahirkan tidak dapat dihindari, sesuatu yang harus dialami
- nyeri melahirkan dapat dihindari sepenuhnya
- nyeri melahirkan merupakan hukuman terhadap dosa
- nyeri melahirkan dapat dikendalikan
2. Mekanisme koping
Wanita dapat menunjukan perilaku berikut :
- Bersikap vokal atau non vokal : berteriak atau mengeluh dapat
merupakan respon ritual terhadap nyeri
- Melakukan stimulasi untuk mengurangi nyeri seperti menggosok,
mengompres dengan air hangat atau memberi tekanan
- Melakukan teknik relaksasi, mengalihkan perhatian, autosugesti sebagai
teknik untuk mengatasi nyeri
- Menolak penggunaan “suntikan” sebagai cara meredakan nyeri
3. Harapan pihak lain
- Perawat dipandang sebagai individu yang akan menerima ungkapan
nyeri dan bertindak sebagai penasihat
- Personel medis diharapkan dapat membebaskan wanita dari segala rasa
nyeri
- Perawat diharapkan bersikap menaruh perhatian, lembut, ramah, dan
menerima perilaku yang muncul

Praktik melahirkan dalam berbagai budaya :


a. Korea Selatan : respon wanita tabah menghadapi nyeri melahirkan, ayah
biasanya tidak hadir.
b. Jepang : metode persalinan alami, melahirkan dengan tidak bersuara, ayah
dapat hadir, boleh makan selama bersalin.
c. Cina : respon tabah menghadapi nyeri, ayah tidak hadir, lebih menyukai
posisi berbaring miring selama bersalin dan melahirkan karena posisi ini
dianggap mengurangi trauma pada bayi.
d. India : lebih menyukai metode persalinan alami, ayah biasanya tidak hadir,
sanak saudara wanita biasanya hadir.
e. Iran : ayah tidak hadir, libuh menyukai pendukung dan perawat wanita.

24
f. Meksiko : biasanya tabah dalam menahan nyeri sampai tahap kedua, pada
tahap selanjutnya meminta pereda nyeri, ayah dan sanak saudara wanita
dapat hadir.
g. Laos : posisi jongkok untuk melahirkan, ayah mungkion hadir mungkin
tidak, lebih menyukai pada persalinan wanita.

D. INDUKSI DAN AUGMENTASI PADA PERSALINAN

1. Induksi persalinan adalah dimulainya kontraksi persalinan sebelum


awitan spontannya untuk tujuan mempercapat kelahiran
Indikasi
Fetal Maternal
Kontraindikasi
1. Kehamilan yang lama, 1. Per-eklamsi 1. disproporsi
biasanya jika usia 2. Perdarahan sefalopelvis
kehamilan lebih dari 41 antepartum 2. denyut jantung
ninggu atau melebihi 40 3. Hipertensi janin meragukan
minggu jika ibu berusia 4. Diabetes 3. plasenta previa
lanjut 5. Riwayat obstetri 4. riwayat insisi
2. Adanya tanda-tanda yang buruk uterus klasik atau bedah
disfungsia plasenta atau uterus
retardasi pertumbuhan 5. infeksi herpes
intrauteri genital aktif
3. Ketuban pecah
(rupture amnion) pada
saat hampir aterm

Augmentasi persalinan adalah stimulasi kontraksi uterus setelah


persalinan dimulai secara spontan, tetapi kemajuannya tidak memuaskan.
Biasanya dilakukan untuk disfungsi persalinan hipotonik. Prosedur dan
pengkajian keperawatannya sama dengan induksi persalinan dengan
oksitosin.

Indikasi Kontraindikasi

25
2. bahaya pada janin yang dicurigai 1. disproporsi sefalopelvis
3. kebutuhan untuk menstimulasi 2. denyut jantung janin
uterus meragukan
4. ketuban pecah dini 3. plasenta previa
5. kehamilan pasca partum 4. riwayat insisi uterus
6. masalah medis pada ibu klasik atau bedah uterus
7. kehamilan yang berhubungan 5. infeksi herpes genital
dengan hipertensi aktif
8. wanita multipara dengan riwayat
partus presipitatus

2. Bishop score : adalah sistem penilaian yang digunakan untuk


mengevaluasi kemampuan untuk diinduksi.
Nilai
0 1 2 3
Dilatasi (cm) 0 1-2 3-4 5-6
Pendataran (%) 0-30 40-50 60-70 80
Stasiun (cm) -3 -2 -1 -1
Konsistensi keras medium Lunak -
serviks
Posisi serviks Posterior Di tengah Anterior -

3. Berbagai metode induksi dan augmentasi


Induksi Augmentasi
1. Infus oksitosin : obat-obat oksitosin 1. Oksitosin : suatu hormon
digunakan untuk menimbulkan kontraksi yang dalam kondisi normal
uterus. Biasanya digunakan bentuk sintetik diproduksi oleh kelenjar
ergometrin yang disebut Syntocinon dan hipofisis posterior,
pemberian preparat ini dilakukan lewat merangsang kontraksi uterus.
infus. Oksitosin dapat digunakan
2. Pemberian prostaglandin : preparat ini untuk menginduksi proses
terutama bekerja untuk “mematangkan” persalinan atau augmentasi
serviks dan pada sebagian kasus, persalinan dengan kemajuan
menginduksi persalinan. lambat karena kontraksi
3. Pembedahan : kantong ketuban dipecah uterus tidak adekuat.

26
(pemecahan artifisial). Dengan mengurangi Biasanya digunakan bentuk
tekanan dalam uterus, pemecahan artifisial sintetik ergometrin yang
ketuban dianggap membantu memicu disebut Syntocinon dan
kontraksi. Biasanya bagian yang dipecah pemberian preparat ini
adalah tonjolan ketuban yang ada di dalam dilakukan lewat infus.
serviks (forewater).

E. PENDIDIKAN KESEHATAN YANG DIPERLUKAN SELAMA KALA


I
Ditengah-tengah kesibukan persiapan oleh petugas ruang bersallin, ibu
terus mengalami kontraksi uterus yang semakin kuat. Ia mungkin
memerlukan panduan untuk mengatasi hal tersebut.
Secara tradisional, dianjurkan metode pernapasan Valsava, yang
mengharuskan ibu untuk menahan napasnya dan mengejan. Saat ini
dianjurkan modifikasi Valsava, untuk menghindari anoksi maternal dan
bayi. Dalam metode yang telah dimodifikasi, ibu dianjurkan untuk
mengambil napas dalam dan menahan napasnya selama 5 detik, kemudian
melalui bibir dihembuskan setiap 5 detik. Ia bernapas lagi dan meneruskan
untuk menghembuskan dan mengejan selam kontraksi terjadi. Bila
kontraksi telah berhenti ibu dibiarkan beristirahat, relaksasi sempurna.
Tentu saja hal ini merupaka suatu usaha keras. Untuk mengatasi kelelahan,
ia mungkin membutuhkan untuk bernapas cepat dan dalam selama
beberapa kontraksi.

F. PENGKAJIAN PADA WANITA YANG AKAN BERSALIN

Identifikasi critical information


 Keadaan umum : kaji perasaan cemas dan khawatir
 TTV : tanda-tanda yang harus di beri perhatian adalah jika :
o Frekuensi denyut nadi diatas 96x permenit
o Suhu tubuh diatas 38 ºC

27
o tekanan darah diastolik yang 20mmHg lebih dari tekanan sistolik
sebelum persalinan atau tekanan diastolik yang 10mmHg lebih dari
tekanan diastolik sebelum persalinan (demikian juga jika diastol
diatas 90mmHg).
 Abdominal : untuk memastikan bahwa posisi janin sudah benar untuk
persalinan yang normal dan untuk menilai penurunan presentasi bagian
janin.
 Kandung kemih : harus dikosongkan tiap 2 jam sekali. Perhatiakn hasil
urinalisis yang memperlihatkan protein atau aseton dan haluan urin
yang rendah.
 Kontraksi : perhatikan peningkatan frekuensi, kekuatan, dan durasi
yang berangsur-angsur. Frekuensi diukur dari saat mulainya kontraksi
yang satu hingga dimulainya kontraksi yang berikutnya dan durasi
diukur mulai dari saat mengencangnya perut hingga kekencangan
tersebut menghilang. Kontraksi diamati tiap jam selama persalinan dini,
setengah jam sekali selama persalinan berlanjut dan seperempat jam
sekali menjelang akhir kala 1.
 Posisi janin : Posisi janin dianggap benar jika : letak janin longitudinal,
sikap (habitus) adalah sikap fleksi (keseluruhan janin), presenting part
terdapat pada puncak kepala/verteks dan bagian paling rendah dari
verteks tersebut adalah oksiput, posisi oksiput dalam rongga panggul
terdapat di sebelah lateral atau anterior.
 DJJ : frekuensi jantung janin harus berkisar anatara 120-160 kali
permenit dan iramanya harus teratur. Pengamatannya dilakukan : setiap
jam sekali pada awal persalinan, setengah jam sekali ketika proses
persalinan berlanjut, dan seperempat jam sekali pada akhir kala 1.
 TFU : 12 minggu = 3 jari diatas simfisis
16 minggu = ½ antara pusat-simfisis
20 minggu = 3 jari dibawah pusat
24 minggu = setinggi pusat
28 minggu = 3 jari diatas pusat
32 minggu = ½ anatara pusat-procesus xypoideus

28
40 minggu = ½ antara procesus xypoideus-pusat
 Ekstremitas bawah : kaji adanya edema, varises, refleks patella, dan
tanda Homans’
 Penipisan dan pembukaan serviks : pembesaran atau pelebaran muara
dan saluran serviks, yang terjadi pada awal persalinan. Diameter
meningkat dari sekitar 1 cm samapi dilatasi lengkap, sekitar 10 cm,
supaya janin aterm dapat dikeluarkan. Apabila dilatasi serviks lengkap,
dan retraksi telah sempurna, serviks tidak lagi dapat diraba.
 Jumlah bloody show : observasi warna, sifat, jumlah perdarahan selama
persalinan. Spontan : 400-500 ml. Sesaria : 900-1000ml.
 Keutuhan membran : selaput ketuban dapat pecah dengan spontan
setiap saat selama persalinan. Ketuban pecah artifisial dilakukan untuk
menginduksi persalinan atau untuk memonitor janin cesara internal
karena janin sulit diperhatikan dengan tindakan eksternal.
 Jumlah ketuban : berkisar anatar 500-1200 ml.

Membedakan antara persalinan sejati dan palsu


 Persalinan sejati
a. Kontraksi
 Berlangsur teratur, semakin kuat, lama, dan semakin sering
 Intensitas meningkat saat ibu berjalan
 Dirasakan di punggung bawah, menjalar ke bagian bawah abdomen
 Terus berlangsung meskipun berbagai cara dilakukan untuk
membuat wanita nyaman
b. Serviks
 Menunjukkan perubahan yang progresif (melunak, menipis, dan
dilatasi ditandai dengan pengeluaran darah yang banyak)
 Semakin bergerak ke posisi anterior, tidak dapat ditentukan tanpa
pemeriksaan dalam

c. Janin

29
 Bagian presentasi biasanya telah masuk ke dalam pinggul, sering
disebut janin “jatuh”. Ini membuat wanita lebih mudah bernapas dan
pada saat yang sama, kandung kemih tertekan ke bawah oleh bagian
presentasi

 Persalinan palsu
a. Kontraksi
 Berlangsung tidak teratur atau menjadi teratur hanya untuk
sementara
 Seringkali berhenti saat ibu berjalan-jalan atau mengubah posisi
 Dirasakan pada bagian belakang atau pada abdomen di atas pusat
 Seringkali dapat dihentikan jika dilakukan tindakan untuk membuat
wanita merasa nyaman
b. Serviks
 Mungkin lunak, tetapi tidak ada perbahan signifikan dalam penipisan
atau dilatasi atau tidak ada bukti bloddy show
 Sering berada pada posisi posterior, tidak dapat diketahuio tanpa
pemeriksaan dalam
c. Janin
Bagian presentasi biasanya belum masuk ke dalam panggul

G. PENGKAJIAN JANIN
1. Kesejahteraan janin
Alat ukur DJJ dan gerakan janin :
 dopton / kardiotokograf (mesin perekam jantung janin)
 Funedoskop (stetoskop berbentuk terompet dari plastik atau logam)
 USG (untuk melihat gerakan bayi)

2. Usia kehamilan
TFU : 12 minggu = 3 jari diatas simfisis
16 minggu = ½ antara pusat-simfisis
20 minggu = 3 jari dibawah pusat

30
24 minggu = setinggi pusat
28 minggu = 3 jari diatas pusat
32 minggu = ½ anatara pusat-procesus xypoideus
40 minggu = ½ antara procesus xypoideus-pusat
HPHT : hari pertama haid terakhir, tanyakan bulan apa yang masi
mengalami menstruasi, tanggal berapa, saat itu baru mulai menstruasi atau
sudah mau selesai.
Quickening (gerakan janin) : tanda kemungkinan kehamilan,
seringkali dilukiskan sebagai suatu denyutan dan sulit dibedakan dari
peristaltis. Minggu terjadinya quickening merupakan petunjuk sementara
untuk menetapkan durasi gestasi. Biasanya dirasakan oleh multigravida
pada sekitar minggu ke 16 kehamilan. Primigravida mungkin belum
mampu merasakan gerakan janin sampai sekitar minggu ke 20

H. PENATALAKSANAAN PADA WANITA YANG AKAN BERSALIN


1. Monitoring ibu dan janin selama kala I dan II
 Maternal : keadaan umum, TTV, abdominal, kandung kemih,
kontraksi, ekstremitas bawah, penipisan dan pembukaan serviks, jumlah
bloody show, keutuhan membran, dan jumlah ketuban.
 Fetal : posisi janin, denyut jantung janin, gerakan janin, tinggi
fundus uteri.
2. Support : adanya pendukung kelahiran, seperti : suami, orang tua, atau
sahabat, akan membantu anda untuk relaks dan menikmati kelahiran bayi.
Para pendukung kelahiran juga akan membantu anda mempersiapkan hal-
hal yang anda butuhkan selama proses persalinan.
3. Ambulasi dan posisi : dianjurkan untuk berjalan-jalan sampai proses
persalinannya memasuki stadium dimana ibu lebih nyaman berbaring di
tempat tidur. Juga dianjurkan untuk membaca, merajut, atau melakukan
kegiatan untuk menghilangkan kebosanan atau mengalihkan perhatian.
4. Nutrisi dan cairan : makanan padat biasanya tidak boleh diberikan selama
persalinan, dapat diganti dengan makana cair atau lunak, karena
penyerapan makanan dari lambung dan usus akan mengalami perlambatan

31
yang cukup berarti. Minuman yang dianjurkan adalah cairan jernih tanpa
soda misalnya air putih atau sari buah – sekitar 75ml per jam, diberikan
sedikit-sedikit tapi sering.
5. Cairan intravena : diberikan hanya bila asupan cairan terganggu seperti
pada keadaan muntah-muntah atau haluan urinnya jelek.
6. Kandung kemih : dianjurkan mengosongkan kandung kemih setiap 2 jam
sekali, karena kandung kemih yang penuh dapat menhalangi kerja uterus
dan memenuhi rongga panggul. Urin dikumpulkan untuk pemeriksaan
aseton dan protein.

I. EVALUASI KEMAJUAN PERSALINAN


1. Cervikal dilatasi : pembesaran atau pelebaran muara dan saluran serviks,
yang terjadi pada awal persalinan. Diameter meningkat dari sekitar 1 cm
samapi dilatasi lengkap, sekitar 10 cm, supaya janin aterm dapat
dikeluarkan. Apabila dilatasi serviks lengkap, dan retraksi telah sempurna,
serviks tidak lagi dapat diraba.
2. Karakteristik, penyebab, dan treatment pada pembukaan yang abnormal
Inersia uteri : pemanjangan fase laten atau fase aktif atau kedua-duanya
dari kala pembukaan. Pemanjangan fase laten disebabkan oleh karena
cervix yang belum matang/penggunaan analgetik terlalu dini.
Pemanjangan fase deselerasi ditemukan pada Disproporsi Cephalopelvik
atau kelainan anak
Etiologi : penggunaan analgetik terlalu dini, panggul sempit, letak
deflekasi, kelainan posisi, regangan dinding rahim, perasaan takut.
Terapi : ketuban pecah artifisial, sectio cesaria, oksitosin, pemberian
morfin.
3. Fetal descent : presentasi janin.
4. Karakteristik, penyebab, dan treatment pada penurunan presentasi yang
abnormal
1) Presentasi bokong : berhubungan dengan kehamilan gemeli
(multifetal gestation), kelahiran prematur anomali fetal dan
maternal, hidramnion, dan oligohydramnion. Alternatif kelahiran

32
janin pervaginam melalui external cephalic version (ECV), dimana
janin diputar menjadi presentasi verteks sambil berusaha memberi
tekanan pada janin dari luar abdomen ibu dan melalui kelahiran
sesaria dimana janin dilahirkan melalui insisi abdomen.
2) Janin dengan presentasi bahu : letaknya melintang biasanya
dilahirkan secara sesaria, meskipun versi sefalik eksterna dapat
dilakukan setelah kehamilan 38 minggu.
3) Janin dengan presentasi muka dan dahi : tidak umum terjadi dan
berhubungan dengan anomali janin, kontraktur pelvis, dan
disproporsi fotopelvis. Kelahiran pervaginam mungkin dilakukan
jika janin melakukan fleksi ke presentasi verteks, meskipun
seringkali menggunakan forsep. Kelahiran sesaria dilakukan bila
presentasi tidak berubah, ada distres janin, atau persalinan tidak
maju.
5. Penggunaan partograf : untuk memantau kemajuan persalinan dan
membantu petugas kesehatan dalam menentuka keputusan dalam
penatalaksanaan.

Denyut jantung janin : catat setiap jam.


Air ketuban : catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan
vagina:
 U : selaput Utuh
 J : selaput pecah, air ketuban Jernih
 M : air ketuban bercampur Mekonium
 D : air ketuban bercampur Darah
Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase) :
 1 : sutura (pertemuan 2 tulang tengkorak) yang tepat/bersesuaian
 2 : sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki
 3 : sutura tumpang tindah dan tidak dapat diperbaiki
Pembukaan mulut rahim (serviks) : dinilai pada setiap pemeriksaan
pervaginan dan diberi tanda silang (x)

33
Penurunan : mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba
(pada pemeriksaan andomen/luar) diatas simfisis pubis; catat dengan tanda
lingkaran (O) pada setiap pemeriksaan dalam. Pada posisi 0/5, sinsiput (S)
atau paruh atas kepala berada di simfisis pubis.
Waktu : menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien
diterima.
Jam : catat jam sesungguhnya.
Kontraksi : catat setiap setengah jam; lakukan palpasi untuk menghitung
banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya masing-masing
kontraksi dalam hitungan detik.\
 Kurang dari 20 detik
 Antara 20-40 detik
 Lebih dari 40 detik
Oksitosin : bila memakai oksitosin, catatlah banyaknya oksitosin per
volume cairan infus dan dalam tetesan per menit.
Obat yang diberikan :catat semua obat lain yang diberikan.
Nadi : catatlah setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar (•)
Tekanan darah : catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah.
Suhu badan : catatlah setiap 2 jam.
Protein, aseton, dan volume urin : catatlah setiap kali ibu berkemih.
Bila temuan-temuan melintas ke arah kanan dari garis waspada, petugas
kesehatan harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan
segera mencari rujukan yang tepat.

34
PATOFISIOLOGI
Kala I
Faktor hormon

Faktor syaraf

Faktor kekuatan plasenta

Faktor nutrisi

Faktor partus

Laten Aktif Transisi

Estrogen dan Rahim besar Nafas Kontraksi metabolis Kepala bayi


progesteron dan mulut ↑ me↑ ↓
menegang

Iskemia alat Sirkulasi Dilatasi Kadar Menekan


rahim O2 uterus 4-8 aliran jaringan
Oksitosin ↑ maternal↓ cm darah↓

Kadar Sirkulasi Hipoksia Tekanan Aliran Hipoksia


prostaglandin uteroplasenta jaringan pada balik jaringan
↑ terganggu janin jaringan vena↓

Resti Resti
kerusakan ↓curah
Kontraksi Hipoksia pertukaran Nyeri akut jantung
uterus jaringan gas janin

Nyeri akut Resti cedera


pada janin

35
Analisa Data Kala 1

No Data fokus Etiologi Masalah

1 DS : klien mengeluh Fase laten kala1 Gangguan rasa


sakit pada perut nyaman : nyeri
Estrogen dan progesteron
DO :
Oksitosin ↑
Uterus mengeras
Kadar prostaglandin ↑
Nadi meningkat
Kontraksi uterus
Wajah ibu
meringis Nyeri akut
kesakitan

2 DS : - Fase laten kala 1 Resiko tinggi


cedera pada janin
DO : Rahim besar dan menegang

DJJ meningkat Iskemia alat rahim


>160x/menit
Sirkulasi uteroplasenta
Perut mengeras terganggu

Hipoksia jaringan

Resti cedera pada janin

3 DS : - Fase laten kala 1 Perubahan


eliminasi urin
DO : Estrogen meningkat

Distensi Dilatasi pembuluh darah ureter


kandung kemih
Produksi urine meningkat
Keluar urine
tanpa disadari Kandung kemih distensi

Menghalangi turunnya
janin/Menimbulkan trauma
karena bagian presentasi janin

Perubahan eliminasi urin

4 DS : - Fase aktif kala 1 Resti kerusakan


pertukaran gas
DO : Nafas mulut pada janin
RR ibu

36
meningkat > Sirkulasi O2 maternal↓
24x/menit
Hipoksia jaringan janin
Saturasi O2
menurun Resti kerusakan pertukaran gas
janin

6 DS : - Fase transisi kala 1 Resti penurunan


curah jantung
DO : metabolisme↑

TD ibu Kadar aliran darah↓


meningkat 10-
15 mmHg dari Aliran balik vena↓
normal Resti penurunan curah jantung
Nadi meningkat
> 100x/menit

DJJ meningkat
>160x/menit

37
38
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri akut berhubungan Nyeri dapat berkurang. 1. Kaji derajat nyeri secara verbal 1. Sikap terhadap nyheri dan
dengan kontraksi uterus maupun non verbal. Kaji reaksi terhadap nyeri adalah
Kriteria Hasil: implikasi pribadi dan budaya individual dan berdasarkan
- Menggunakan teknik untuk dari nyeri. pada pengalaman masa lalu,
mengontrol nyeri atau latar belakang budaya dan
ketidaknyamanan konsep diri.
- Nyeri berkurang 2. Kaji kebutuhan klien terhadap 2. Sentuhan dapat bertindak
- Tampak rileks dan tenang sentuhan fisiki selama sebagai distraksi,
diantara kontraksi kontraksi. memberikan dukungan untuk
tenang, dan dorongan serta
dapat membantu
mempertahankan control.
3. Pantau frekuensi, durasi, dan 3. Mendeteksi kemajuan dan
intensitas uterus. mengamati respon uterus
abnormal.
4. Anjurkan klien untuk berkemih 4. Mempertahankan kandung
setiap 1-2 jam. Palpasi diatas kemih bebas distensi, yang
simpisis pubis untuk dapat meningkatkan

39
menentukan distensi, ketidaknyamanan,
khususnya setelah blok saraf. mengakibatkan kemungkinan
trauma, mempengaruhi
penurunan janin, dan
memperlama persalinan.
Analgesia epidiral atau
paraservikal dapat
mempengaruhi sensasi penuh.
5. Memungkinkan klien
5. Berikan informasi tentang membuat pilihan persetujuan
ketersediaan analgesia, respon / tentang cara pengontrolan
efek samping (klien & janin), nyeri. Bila tindakan
dan durasi efek analgetik pada konservatif tidak efektif dan
situasi penyerta. meningkatkan tegangan otot
menghalangi kemajuan
persalian, penggunaan
medikasi yang minimal dapat
meningkatkan relaksasi,
memperpendek persalinan,

40
membatasi keletihan, dan
mencegah komplikasi.

6. Berikan analgesic seperti


alfaprodin hidroklorida
(Nisentil) atau meperidin
hidroklorida (Demerol) melalui
IM atau IV, bila diindikasikan.
2. Resiko cidera janin Resiko cedera janin tidak 1. Lakukan pemeriksaan leopold, 1. Abnormalitas seperti
berhubungan dengan terjadi. maneuver untuk menentukan presentasi wajah, dagu, dan
hipoksia jaringan, Kriteria hasil: posisi janin dan presentasi. posterior juga memerlukan
hipokapnea. - DJJ dalam batas 2. Pantau DJJ baik secara manual intervensi khusus untuk
normal. atau elektronik, perhatikan mencegah persalinan yang
- Tidak ada perubahan variasi DJJ. lama.
periodik yang 2. DJJ harus direntang 120-160
berbahaya. dengan variasi rata-rata,
percepatan dalam respon
terhadap aktivitas maternal,
gerakan janin, dan kontraksi

41
uterus.
3. Catat kemajuan persalinan. 3. Persalinan lama /
disfungsional dengan
perpanjangan fase laten dapat
menimbulkan masalah
kelelahan ibu, stress berat,
infeksi, dan hemoragik.
Karena atonia/ rupture uteri,
menempatkan janin pada
resiko lebih tinggi terhadap
hipoksia dan cidera.
4. Inspeksi perineum ibu. 4. Penyakit hubungan kelamin
dapat didapatkan janin
selama proses persalinan,
karenanya persalinan SC
dapat diindikasikan,
khususnya klien dengan virus
herpes simpleks tipe II.
5. Berikan perawatan perineal 5. Membantu mencegah

42
pada ibu sesuai protocol atau pertumbuhan bakteri,
perintah. menghilangkan kontaminasi
yang dapat menimbulkan
korioamnionitis ibu atau
sepsis janin.
6. Posisikan klien miring kiri. 6. Meningkatkan perfusi
plasenta; mencegah sindrom
hipotensi terlentang.
7. Kolaborasi pemberian oksigen. 7. Meningkatkan oksigen ibu
yang tersedia untuk ambilan
fetal.
3. Perubahan eliminasi urin Meningkatkan dan 1. Palpasi diatas simpisis pubis. 1. Mendeteksi adanya urin
berhubungan dengan memudahkan kemajuan dalam kandung kemih dan
perubahan hormonal dalam persalinan. derajat kepenuhan.
Kriteria hasil: 2. Catat dan bandingkan masukan 2. Kluaran sama dengan
- Mengosongkan dan kluaran. masukan.
kandung kemih dengan 3. Anjurkan upaya berkemih yang 3. Tekanan dari bagian
tepat sering, sedikitnya setiap 1-2 presentasi pada kendung
- Bebas dari cidera jam. kemih sering menurunkan

43
kandung kemih sensasi dan mengganggu
pengosongan komplit.
4. Posisikan klien tegak, alirkan 4. Memudahkan berkemih /
air kran, cucurkan air hangat meningkatkan pengosongan
diatas perineum klien, atau kandung kemih.
biarkan klien meniup
gelembung melalui sedotan.
5. Ukur suhu dan nadi, perhatikan 5. Memantau detajat hidrasi.
peningkatan.
6. Kateterisasi sesuai indikasi 6. Kandung kemih terlalu
distensi dapat menyebabkan
atoni, menghalangi turunnya
janin, atau menimbulkan
trauma karena bagian
presentasi janin.
4. Resiko tinggi kerusakan Resiko tinggi kerusakan 1. Kaji adanya faktor maternal / 1. Resiko tinggi yang negatif
pertukaran gas pada janin pertukaran gas tidak terjadi. kondisi yang menurunkan mempengaruhi sirkulasi
berhubungan dengan uteroplasenta. kemungkinan
perubahan suplai darah Kriteria hasil: dimanifestasikan pada

44
- Menunjukkan DJJ dan deselerasi akhir dan hipoksia
variabilitas denyut per janin.
denyut dalam batas 2. Pantau DJJ setiap 15-30 menit. 2. Takikardi atau bradikardi
normal. janin adalah indikasi dari
- Bebas dari efek-efek kemungkinan penurunan
merugikan. yang mungkin memerlukan
intervensi.
3. Periksa DJJ segera setelah 3. Mendeteksi distress janin
ketuban pecah dan periksa 5 karena prolapse tali pusat.
menit kemudian.
4. Anjurkan klien tirah baring bila 4. Menurunkan resiko prolaps
bagian tirah baring tidak tali pusat.
masuk.
5. Perhatikan dan catat warna, 5. Pada presentasi vertex,
jumlah amnion saat ketuban hipoksia yang lama
pecah. mengakibatkan cairan
amniotic warna meconium
karena vagal, yang
merilekskan spinchter anal

45
janin.
5. Resiko tinggi Resiko penumpukan curah 1. Kaji TTV diantara kontraksi. 1. Selama kontraksi tekanan
penumpukan curah jantung tidak terjadi. darah biasanya meningkat 5-
jantung berhubungan 10 mmHg, kecuali selama
dengan penurunan aliran Kriteria hasil: fase transisi, dimana tekanan
darah - TTV dalam batas darah tetap tinggi.
normal 2. Perhatikan adanya dan luasnya 2. Kelebihan retensi cairan
- DJJ dalam batas normal edema. menempatkan klien pada
resiko terhadap perubahan
sirkulasi, dengan
kemungkinan insufisiensi
uteroplasenta
dimanifestasikan sebagai
deselerasi lanjut.
3. Pantau DJJ selama dan diantara 3. Kelebihan retensi cairan
kontraksi. menempatkan klien pada
resiko terhadap perubahan
sirkulasi, dengan
kemungkinan insufisiensi

46
uteroplasenta
dimanifestasikan sebagai
deselerasi lanjut.
4. Catat masukan dan haluaran 4. Tirah baring meningkatkan
parenteral dan oral secara curah jantung dan haluaran
akurat. urin dengan penurunan berat
jenis.
5. Test urin, ukur berat jenis, dan 5. Menandakan spasme
kadar albumin. glomerulus yang menurunkan
reabsorbsi albumin.

47

Anda mungkin juga menyukai