Penantalaksanaan farmakologik :
1. Entonoks : menghirup gas melalui masker karet yang dipasang
pada wajah atau melalui alat yang dimasukkan ke dalam mulut diantara
bibir dan dipegangi dengan gigitan gigi. Anda bernapas melalui masker
karet atau alat yang dipasang di mulut. Entonoks terdiri dari 50% oksigen
dan 50% oksida nitrat. Efeknya berjangka pendek, diantara waktu
kontraksi perasaan ringan akan menghilang.
2. TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation) : adalah
perangsangan saraf secara elektris melalui kulit. Dua pasang elektroda
yang berperekat dipasang pada punggung anda, di kedua sisi pada tulang
punggung. Elektroda ini dihubungkan dengan kabel ke sebuah kotak
kecil yang mempunyai tombol-tombol putar dan tekan. Tombol putar
mengendalikan kekuatan dan frekuensi denyut listrik yang dihasilkan
oleh mesin. Denyut ini menghambat pesan nyeri yang dikirim ke otak
20
dari rahim dan leher rahim serta merangsang tubuh untuk melepaskan
bahan pereda nyeri alaminya yaitu endorfin.
3. Pethidine : adalah obat yang berhubungan dengan morfin,
cenderung membuat anda mengantuk dan disorientasi. Diberikan melalui
suntikan umumnya pada paha atau bokong. Tidak dianjurkan jika diduga
akan melahirkan dalam beberapa jam. Obat sejenis pethidine yang lain
:diamorfin (heroin) dan meptid.
4. Epidural : memberikan peredaan total dari nyeri persalinan, dapat
membuat calon ibu merasa “mengendalikan” kembali persalinannya
setelah ia merasa diluar kendali ketika mengalami nyeri kontraksi yang
kuat. Epidural tidak dapat dilakukan untuk kelahiran di rumah karena
epidural dilakukan oleh seorang ahli anastesi di rumah sakit.
5. Spinal : adalah sebuah suntikan bius (anastesi) yang diberikan ke
bagian bawah punggung ibu. Hanya dapat diberikan satu kali agar
peredaan nyerinya berjangka pendek. Bius spinal dapat diberikan lebih
cepat daripada epidural dan efeknya hampir bersifat langsung dan resiko
penurunan tekanan darah ibu yang lebih besar dari epidural.
21
6) Berjongkok sambil menopang diri dengan menyandar ke depan
menggunakan dukungan tangan atau ke lutut pendukung kelahiran
sementara ia berada dalam posisi duduk.
2. Mengeluarkan suara : adalah cara yang efektif untuk meredakan
nyeri (lihatlah reaksi anak kecil ketika mereka terluka). Persalinan adalah
pengalaman yang hiruk pikuk, jika erangan atau jeritan membantu anda,
lakukanlah.
3. Pijat : adalah bentuk yang lebih canggih dari menggosok.
Penggosokan menyebabkan tubuh melepaskan bahan pereda nyeri alami
yang disebut endorfin. Boleh juga dengan menggunakan minyak untuk
mencegah luka gesek ketika penggosokan.
4. Pernapasan : calon ibu bernapas dengan berbagai cara, beberapa
menarik napas panjang dan lama untuk membantu mereka melewati
kontraksi, ada yang bernapas dangkal dan pendek untuk mengatasi
kontraksi, ada juga yang bernapas bertahap yaitu menarik napas pendek
dan menarik napas pendek sekali lagi lalu menghembuskan napas pendek
dan menghembuskan napas pendek sekali lagi. Anda boleh melakukan
yang manapun sejauh pernapasan anda teratur dan tidak menjadi panik
sehingga anda mulai terengah-engah dan akhirnya menjadi pusing, mual,
dan kesemutan.
5. Penggunaan air : air dapat menenangkan otot yang nyeri. Begitu
pula di dalam persalinan, berendam di dalam air hangat atau mandi
pancur akan sangat membantu calon ibu untuk relaks dan lebih dapat
menhadapi nyeri kontraksi.
6. Relaksasi : melepaskan ketegangan dengan cara menghembuskan nafas
dan memikirkan konsep “keluar”, membina hubungan yang baik dengan
tenaga kesehatan, didampingi oleh pendukung kelahiran, nmengikuti
kursus persiapan kelahiran sebelumnya sehingga anda dapat belajar
mengenali kapan anda menjadi tegang dan memahami cara
mengatasinya.
22
B. PENYEDIAAN SUPPORT PADA IBU BERSALIN
1. Persepsi makna
Konsep busdaya dan pengalaman pribadi tentang nyeri, contoh :
23
- nyeri melahirkan tidak dapat dihindari, sesuatu yang harus dialami
- nyeri melahirkan dapat dihindari sepenuhnya
- nyeri melahirkan merupakan hukuman terhadap dosa
- nyeri melahirkan dapat dikendalikan
2. Mekanisme koping
Wanita dapat menunjukan perilaku berikut :
- Bersikap vokal atau non vokal : berteriak atau mengeluh dapat
merupakan respon ritual terhadap nyeri
- Melakukan stimulasi untuk mengurangi nyeri seperti menggosok,
mengompres dengan air hangat atau memberi tekanan
- Melakukan teknik relaksasi, mengalihkan perhatian, autosugesti sebagai
teknik untuk mengatasi nyeri
- Menolak penggunaan “suntikan” sebagai cara meredakan nyeri
3. Harapan pihak lain
- Perawat dipandang sebagai individu yang akan menerima ungkapan
nyeri dan bertindak sebagai penasihat
- Personel medis diharapkan dapat membebaskan wanita dari segala rasa
nyeri
- Perawat diharapkan bersikap menaruh perhatian, lembut, ramah, dan
menerima perilaku yang muncul
24
f. Meksiko : biasanya tabah dalam menahan nyeri sampai tahap kedua, pada
tahap selanjutnya meminta pereda nyeri, ayah dan sanak saudara wanita
dapat hadir.
g. Laos : posisi jongkok untuk melahirkan, ayah mungkion hadir mungkin
tidak, lebih menyukai pada persalinan wanita.
Indikasi Kontraindikasi
25
2. bahaya pada janin yang dicurigai 1. disproporsi sefalopelvis
3. kebutuhan untuk menstimulasi 2. denyut jantung janin
uterus meragukan
4. ketuban pecah dini 3. plasenta previa
5. kehamilan pasca partum 4. riwayat insisi uterus
6. masalah medis pada ibu klasik atau bedah uterus
7. kehamilan yang berhubungan 5. infeksi herpes genital
dengan hipertensi aktif
8. wanita multipara dengan riwayat
partus presipitatus
26
(pemecahan artifisial). Dengan mengurangi Biasanya digunakan bentuk
tekanan dalam uterus, pemecahan artifisial sintetik ergometrin yang
ketuban dianggap membantu memicu disebut Syntocinon dan
kontraksi. Biasanya bagian yang dipecah pemberian preparat ini
adalah tonjolan ketuban yang ada di dalam dilakukan lewat infus.
serviks (forewater).
27
o tekanan darah diastolik yang 20mmHg lebih dari tekanan sistolik
sebelum persalinan atau tekanan diastolik yang 10mmHg lebih dari
tekanan diastolik sebelum persalinan (demikian juga jika diastol
diatas 90mmHg).
Abdominal : untuk memastikan bahwa posisi janin sudah benar untuk
persalinan yang normal dan untuk menilai penurunan presentasi bagian
janin.
Kandung kemih : harus dikosongkan tiap 2 jam sekali. Perhatiakn hasil
urinalisis yang memperlihatkan protein atau aseton dan haluan urin
yang rendah.
Kontraksi : perhatikan peningkatan frekuensi, kekuatan, dan durasi
yang berangsur-angsur. Frekuensi diukur dari saat mulainya kontraksi
yang satu hingga dimulainya kontraksi yang berikutnya dan durasi
diukur mulai dari saat mengencangnya perut hingga kekencangan
tersebut menghilang. Kontraksi diamati tiap jam selama persalinan dini,
setengah jam sekali selama persalinan berlanjut dan seperempat jam
sekali menjelang akhir kala 1.
Posisi janin : Posisi janin dianggap benar jika : letak janin longitudinal,
sikap (habitus) adalah sikap fleksi (keseluruhan janin), presenting part
terdapat pada puncak kepala/verteks dan bagian paling rendah dari
verteks tersebut adalah oksiput, posisi oksiput dalam rongga panggul
terdapat di sebelah lateral atau anterior.
DJJ : frekuensi jantung janin harus berkisar anatara 120-160 kali
permenit dan iramanya harus teratur. Pengamatannya dilakukan : setiap
jam sekali pada awal persalinan, setengah jam sekali ketika proses
persalinan berlanjut, dan seperempat jam sekali pada akhir kala 1.
TFU : 12 minggu = 3 jari diatas simfisis
16 minggu = ½ antara pusat-simfisis
20 minggu = 3 jari dibawah pusat
24 minggu = setinggi pusat
28 minggu = 3 jari diatas pusat
32 minggu = ½ anatara pusat-procesus xypoideus
28
40 minggu = ½ antara procesus xypoideus-pusat
Ekstremitas bawah : kaji adanya edema, varises, refleks patella, dan
tanda Homans’
Penipisan dan pembukaan serviks : pembesaran atau pelebaran muara
dan saluran serviks, yang terjadi pada awal persalinan. Diameter
meningkat dari sekitar 1 cm samapi dilatasi lengkap, sekitar 10 cm,
supaya janin aterm dapat dikeluarkan. Apabila dilatasi serviks lengkap,
dan retraksi telah sempurna, serviks tidak lagi dapat diraba.
Jumlah bloody show : observasi warna, sifat, jumlah perdarahan selama
persalinan. Spontan : 400-500 ml. Sesaria : 900-1000ml.
Keutuhan membran : selaput ketuban dapat pecah dengan spontan
setiap saat selama persalinan. Ketuban pecah artifisial dilakukan untuk
menginduksi persalinan atau untuk memonitor janin cesara internal
karena janin sulit diperhatikan dengan tindakan eksternal.
Jumlah ketuban : berkisar anatar 500-1200 ml.
c. Janin
29
Bagian presentasi biasanya telah masuk ke dalam pinggul, sering
disebut janin “jatuh”. Ini membuat wanita lebih mudah bernapas dan
pada saat yang sama, kandung kemih tertekan ke bawah oleh bagian
presentasi
Persalinan palsu
a. Kontraksi
Berlangsung tidak teratur atau menjadi teratur hanya untuk
sementara
Seringkali berhenti saat ibu berjalan-jalan atau mengubah posisi
Dirasakan pada bagian belakang atau pada abdomen di atas pusat
Seringkali dapat dihentikan jika dilakukan tindakan untuk membuat
wanita merasa nyaman
b. Serviks
Mungkin lunak, tetapi tidak ada perbahan signifikan dalam penipisan
atau dilatasi atau tidak ada bukti bloddy show
Sering berada pada posisi posterior, tidak dapat diketahuio tanpa
pemeriksaan dalam
c. Janin
Bagian presentasi biasanya belum masuk ke dalam panggul
G. PENGKAJIAN JANIN
1. Kesejahteraan janin
Alat ukur DJJ dan gerakan janin :
dopton / kardiotokograf (mesin perekam jantung janin)
Funedoskop (stetoskop berbentuk terompet dari plastik atau logam)
USG (untuk melihat gerakan bayi)
2. Usia kehamilan
TFU : 12 minggu = 3 jari diatas simfisis
16 minggu = ½ antara pusat-simfisis
20 minggu = 3 jari dibawah pusat
30
24 minggu = setinggi pusat
28 minggu = 3 jari diatas pusat
32 minggu = ½ anatara pusat-procesus xypoideus
40 minggu = ½ antara procesus xypoideus-pusat
HPHT : hari pertama haid terakhir, tanyakan bulan apa yang masi
mengalami menstruasi, tanggal berapa, saat itu baru mulai menstruasi atau
sudah mau selesai.
Quickening (gerakan janin) : tanda kemungkinan kehamilan,
seringkali dilukiskan sebagai suatu denyutan dan sulit dibedakan dari
peristaltis. Minggu terjadinya quickening merupakan petunjuk sementara
untuk menetapkan durasi gestasi. Biasanya dirasakan oleh multigravida
pada sekitar minggu ke 16 kehamilan. Primigravida mungkin belum
mampu merasakan gerakan janin sampai sekitar minggu ke 20
31
yang cukup berarti. Minuman yang dianjurkan adalah cairan jernih tanpa
soda misalnya air putih atau sari buah – sekitar 75ml per jam, diberikan
sedikit-sedikit tapi sering.
5. Cairan intravena : diberikan hanya bila asupan cairan terganggu seperti
pada keadaan muntah-muntah atau haluan urinnya jelek.
6. Kandung kemih : dianjurkan mengosongkan kandung kemih setiap 2 jam
sekali, karena kandung kemih yang penuh dapat menhalangi kerja uterus
dan memenuhi rongga panggul. Urin dikumpulkan untuk pemeriksaan
aseton dan protein.
32
janin pervaginam melalui external cephalic version (ECV), dimana
janin diputar menjadi presentasi verteks sambil berusaha memberi
tekanan pada janin dari luar abdomen ibu dan melalui kelahiran
sesaria dimana janin dilahirkan melalui insisi abdomen.
2) Janin dengan presentasi bahu : letaknya melintang biasanya
dilahirkan secara sesaria, meskipun versi sefalik eksterna dapat
dilakukan setelah kehamilan 38 minggu.
3) Janin dengan presentasi muka dan dahi : tidak umum terjadi dan
berhubungan dengan anomali janin, kontraktur pelvis, dan
disproporsi fotopelvis. Kelahiran pervaginam mungkin dilakukan
jika janin melakukan fleksi ke presentasi verteks, meskipun
seringkali menggunakan forsep. Kelahiran sesaria dilakukan bila
presentasi tidak berubah, ada distres janin, atau persalinan tidak
maju.
5. Penggunaan partograf : untuk memantau kemajuan persalinan dan
membantu petugas kesehatan dalam menentuka keputusan dalam
penatalaksanaan.
33
Penurunan : mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba
(pada pemeriksaan andomen/luar) diatas simfisis pubis; catat dengan tanda
lingkaran (O) pada setiap pemeriksaan dalam. Pada posisi 0/5, sinsiput (S)
atau paruh atas kepala berada di simfisis pubis.
Waktu : menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien
diterima.
Jam : catat jam sesungguhnya.
Kontraksi : catat setiap setengah jam; lakukan palpasi untuk menghitung
banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya masing-masing
kontraksi dalam hitungan detik.\
Kurang dari 20 detik
Antara 20-40 detik
Lebih dari 40 detik
Oksitosin : bila memakai oksitosin, catatlah banyaknya oksitosin per
volume cairan infus dan dalam tetesan per menit.
Obat yang diberikan :catat semua obat lain yang diberikan.
Nadi : catatlah setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar (•)
Tekanan darah : catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah.
Suhu badan : catatlah setiap 2 jam.
Protein, aseton, dan volume urin : catatlah setiap kali ibu berkemih.
Bila temuan-temuan melintas ke arah kanan dari garis waspada, petugas
kesehatan harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan
segera mencari rujukan yang tepat.
34
PATOFISIOLOGI
Kala I
Faktor hormon
Faktor syaraf
Faktor nutrisi
Faktor partus
Resti Resti
kerusakan ↓curah
Kontraksi Hipoksia pertukaran Nyeri akut jantung
uterus jaringan gas janin
35
Analisa Data Kala 1
Hipoksia jaringan
Menghalangi turunnya
janin/Menimbulkan trauma
karena bagian presentasi janin
36
meningkat > Sirkulasi O2 maternal↓
24x/menit
Hipoksia jaringan janin
Saturasi O2
menurun Resti kerusakan pertukaran gas
janin
DJJ meningkat
>160x/menit
37
38
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri akut berhubungan Nyeri dapat berkurang. 1. Kaji derajat nyeri secara verbal 1. Sikap terhadap nyheri dan
dengan kontraksi uterus maupun non verbal. Kaji reaksi terhadap nyeri adalah
Kriteria Hasil: implikasi pribadi dan budaya individual dan berdasarkan
- Menggunakan teknik untuk dari nyeri. pada pengalaman masa lalu,
mengontrol nyeri atau latar belakang budaya dan
ketidaknyamanan konsep diri.
- Nyeri berkurang 2. Kaji kebutuhan klien terhadap 2. Sentuhan dapat bertindak
- Tampak rileks dan tenang sentuhan fisiki selama sebagai distraksi,
diantara kontraksi kontraksi. memberikan dukungan untuk
tenang, dan dorongan serta
dapat membantu
mempertahankan control.
3. Pantau frekuensi, durasi, dan 3. Mendeteksi kemajuan dan
intensitas uterus. mengamati respon uterus
abnormal.
4. Anjurkan klien untuk berkemih 4. Mempertahankan kandung
setiap 1-2 jam. Palpasi diatas kemih bebas distensi, yang
simpisis pubis untuk dapat meningkatkan
39
menentukan distensi, ketidaknyamanan,
khususnya setelah blok saraf. mengakibatkan kemungkinan
trauma, mempengaruhi
penurunan janin, dan
memperlama persalinan.
Analgesia epidiral atau
paraservikal dapat
mempengaruhi sensasi penuh.
5. Memungkinkan klien
5. Berikan informasi tentang membuat pilihan persetujuan
ketersediaan analgesia, respon / tentang cara pengontrolan
efek samping (klien & janin), nyeri. Bila tindakan
dan durasi efek analgetik pada konservatif tidak efektif dan
situasi penyerta. meningkatkan tegangan otot
menghalangi kemajuan
persalian, penggunaan
medikasi yang minimal dapat
meningkatkan relaksasi,
memperpendek persalinan,
40
membatasi keletihan, dan
mencegah komplikasi.
41
uterus.
3. Catat kemajuan persalinan. 3. Persalinan lama /
disfungsional dengan
perpanjangan fase laten dapat
menimbulkan masalah
kelelahan ibu, stress berat,
infeksi, dan hemoragik.
Karena atonia/ rupture uteri,
menempatkan janin pada
resiko lebih tinggi terhadap
hipoksia dan cidera.
4. Inspeksi perineum ibu. 4. Penyakit hubungan kelamin
dapat didapatkan janin
selama proses persalinan,
karenanya persalinan SC
dapat diindikasikan,
khususnya klien dengan virus
herpes simpleks tipe II.
5. Berikan perawatan perineal 5. Membantu mencegah
42
pada ibu sesuai protocol atau pertumbuhan bakteri,
perintah. menghilangkan kontaminasi
yang dapat menimbulkan
korioamnionitis ibu atau
sepsis janin.
6. Posisikan klien miring kiri. 6. Meningkatkan perfusi
plasenta; mencegah sindrom
hipotensi terlentang.
7. Kolaborasi pemberian oksigen. 7. Meningkatkan oksigen ibu
yang tersedia untuk ambilan
fetal.
3. Perubahan eliminasi urin Meningkatkan dan 1. Palpasi diatas simpisis pubis. 1. Mendeteksi adanya urin
berhubungan dengan memudahkan kemajuan dalam kandung kemih dan
perubahan hormonal dalam persalinan. derajat kepenuhan.
Kriteria hasil: 2. Catat dan bandingkan masukan 2. Kluaran sama dengan
- Mengosongkan dan kluaran. masukan.
kandung kemih dengan 3. Anjurkan upaya berkemih yang 3. Tekanan dari bagian
tepat sering, sedikitnya setiap 1-2 presentasi pada kendung
- Bebas dari cidera jam. kemih sering menurunkan
43
kandung kemih sensasi dan mengganggu
pengosongan komplit.
4. Posisikan klien tegak, alirkan 4. Memudahkan berkemih /
air kran, cucurkan air hangat meningkatkan pengosongan
diatas perineum klien, atau kandung kemih.
biarkan klien meniup
gelembung melalui sedotan.
5. Ukur suhu dan nadi, perhatikan 5. Memantau detajat hidrasi.
peningkatan.
6. Kateterisasi sesuai indikasi 6. Kandung kemih terlalu
distensi dapat menyebabkan
atoni, menghalangi turunnya
janin, atau menimbulkan
trauma karena bagian
presentasi janin.
4. Resiko tinggi kerusakan Resiko tinggi kerusakan 1. Kaji adanya faktor maternal / 1. Resiko tinggi yang negatif
pertukaran gas pada janin pertukaran gas tidak terjadi. kondisi yang menurunkan mempengaruhi sirkulasi
berhubungan dengan uteroplasenta. kemungkinan
perubahan suplai darah Kriteria hasil: dimanifestasikan pada
44
- Menunjukkan DJJ dan deselerasi akhir dan hipoksia
variabilitas denyut per janin.
denyut dalam batas 2. Pantau DJJ setiap 15-30 menit. 2. Takikardi atau bradikardi
normal. janin adalah indikasi dari
- Bebas dari efek-efek kemungkinan penurunan
merugikan. yang mungkin memerlukan
intervensi.
3. Periksa DJJ segera setelah 3. Mendeteksi distress janin
ketuban pecah dan periksa 5 karena prolapse tali pusat.
menit kemudian.
4. Anjurkan klien tirah baring bila 4. Menurunkan resiko prolaps
bagian tirah baring tidak tali pusat.
masuk.
5. Perhatikan dan catat warna, 5. Pada presentasi vertex,
jumlah amnion saat ketuban hipoksia yang lama
pecah. mengakibatkan cairan
amniotic warna meconium
karena vagal, yang
merilekskan spinchter anal
45
janin.
5. Resiko tinggi Resiko penumpukan curah 1. Kaji TTV diantara kontraksi. 1. Selama kontraksi tekanan
penumpukan curah jantung tidak terjadi. darah biasanya meningkat 5-
jantung berhubungan 10 mmHg, kecuali selama
dengan penurunan aliran Kriteria hasil: fase transisi, dimana tekanan
darah - TTV dalam batas darah tetap tinggi.
normal 2. Perhatikan adanya dan luasnya 2. Kelebihan retensi cairan
- DJJ dalam batas normal edema. menempatkan klien pada
resiko terhadap perubahan
sirkulasi, dengan
kemungkinan insufisiensi
uteroplasenta
dimanifestasikan sebagai
deselerasi lanjut.
3. Pantau DJJ selama dan diantara 3. Kelebihan retensi cairan
kontraksi. menempatkan klien pada
resiko terhadap perubahan
sirkulasi, dengan
kemungkinan insufisiensi
46
uteroplasenta
dimanifestasikan sebagai
deselerasi lanjut.
4. Catat masukan dan haluaran 4. Tirah baring meningkatkan
parenteral dan oral secara curah jantung dan haluaran
akurat. urin dengan penurunan berat
jenis.
5. Test urin, ukur berat jenis, dan 5. Menandakan spasme
kadar albumin. glomerulus yang menurunkan
reabsorbsi albumin.
47