1041 3218 1 PB
1041 3218 1 PB
Rusnani
SMKN 1 Banjarmasin Kalimantan Selatan
arusnani@yahoo.com.
Abstrak: Pelaksanaan Unit Produksi/Jasa pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis
dan Manajemen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) tingkat keefektifan pengelolaan
administrasi pada unit produksi/jasa (UP/J), (2) keefektifan pelaksanaan pembelajaran pada UP/J, (3)
pencapaian tujuan pada UP/J, (4) tindak lanjut pendampingan pada unit produksi/jasa SMKN kelompok
bisnis dan manajemen di Banjarmasin, dan (5) faktor pendukung/ penghambat Pelaksanaan Unit
Produksi sebagai sarana pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Pelaksanaan
penelitian di SMKN 1 dan SMKN 3 kelompok bisnis dan manajemen di Banjarmasin pada bulan
Nopember 2011 sampai dengan bulan Mei 2012. Subjek penelitian adalah guru, siswa dan karyawan
yang terlibat dalam pengelolaan dan pelaksanaan Unit Produksi sebanyak 90 responden. Pengumpulan
data menggunakan angket dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut (1) Pengelolaan administrasi meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pelaporan dan pengendalian dengan rerata sebesar 3,33 yang tergolong pada kategari
efektif. (2) Pelaksanaan pembelajaran UP/J meliputi persiapan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, kualifikasi guru pembimbing dan ketersediaan sarana dan prasarana dengan rerata
sebesar 3,18 yang tergolong pada kategari efektif. (3) Pencapaian tujuan menunjukkan rerata sebesar
3,09 yang tergolong pada kategari efektif. (4) Tindak lanjut program unit produksi/jasa meliputi
pencatatan administrasi pendampingan siswa, motivasi dan monitoring dan evaluasi keberhasilan siswa
dengan rerata sebesar 3,07 yang tergolong pada kategari efektif. (5) faktor-faktor pendukung
pelaksanaan UP/J sebagai sarana pembelajaran yaitu pengelola yang cukup baik, fasilitas memadai,
ketersediaan dana, partisipasi langsung dari warga sekolah, dan adanya kerjasama yang baik antara
sekolah dengan dunia usaha/industri, sedangkan faktor penghambat pelaksanaan UP/J sebagai sarana
pembelajaran yaitu persepsi orang tua yang tidak mendukung anaknya dalam pemasaran produk,
keterbatasan waktu yang dimiliki oleh guru dalam pendampingan kegiatan program UP/J di sekolah,
kurangnya koordinasi antara guru dengan karyawan, kurangnya komunikasi sesama guru, harga barang
dagangan dari produsen yang cukup tinggi, dan kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan
program UP/J di sekolah.
Kata Kunci: pelaksanaan, program unit produksi/jasa, sarana pembelajaran
Abstract: The Implementation of the Production/Service Unit in Public Vocational High Schools of
the Business and Management Cluster. This study aimed to investigate (1) the effectiveness of the
administrative management in the PSU, (2) the effectiveness of the learning implementation in the PSU,
(3) the attainment of objectives (outputs) in the PSU, (4) the follow-up of the guidance in the PSU in
public vocational high schools (VHS/SMKN) of the Business and Management Cluster in Banjarmasin,
and (5) the facilitating/ inhibiting factors in the implementation of the PSU as a learning facility. This
was a descriptive study. It was conducted in SMKN 1 and SMKN 3 of the Business and Management
Cluster in Banjarmasin from November 2011 to May 2012. The research subjects, consisting of 90
respondents, comprised teachers, students, and administrative personnel involved in the management and
implementation of the Production Unit. The data were collected through a questionnaire and interviews,
and analyzed using the quantitative descriptive technique. The results of the study are as follows. (1) The
administrative management consists of planning, actuating, reporting, and controlling, with a mean of
3.33, which is in the effective category. (2) The learning implementation of the PSU consists of learning
preparation, learning implementation, qualifications of supervising teachers, and the availability of
infrastructure facilities with a mean of 3.18, which is in the effective category. (3) The attainment of
objectives (outputs) gets a mean of 3.09, which is in the effective category. (4) The follow-up of the
program of the PSU consists of the recording of student guidance administration, motivation, and
monitoring and evaluation of students’ success with a mean of 3.07, which is in the effective category. (5)
The facilitating factors in the implementation of the PSU as a learning facility include relatively good
management, adequate facilities, direct participation of school members, and cooperation between
schools and business/industrial sectors; meanwhile, the inhibiting factors in the implementation of the
PSU as a learning facility include parents’ perception that does not support their children in the product
marketing, the limited time that teachers have to guide the activities of the PSU program at school, lack
of coordination between teachers and administrative personnel, lack of communication among teachers,
high prices of merchandise from producers, and lack of students’ motivation to join the activities of the
PSU program at school.
Keywords: implementation, production/service unit program, learning facility
di SMK memberikan bekal kepada peserta didik mendatangkan keuntungan. Pengertian tersebut
untuk bekerja guna menopang kehidupannya pada dasarnya berakar pada pengertian budaya
diperoleh melalui pembelajaran di UP/J kerja. Secara organisasi, budaya perusahaan atau
Sekolah. Namun kenyataan di lapangan, banyak industri sebagai suatu nilai yang menjadi
unit produksi/jasa SMK yang dikelola dengan pegangan bagi setiap pekerja baik sebagai atasan
manajemen sehingga gagal. Selain itu data kewajibannya dan juga perilakunya.
tidak dikelola oleh manajer yang profesional keterampilan kejuruan selama melaksanakan
tanpa pemahaman teori. Sejalan dengan Finch & secara langsung bagi siswa;(4) membantu
Crunkilton (1999:11) yang menyatakan : pendanaan untuk pemeliharaan, penambahan
fasilitas dan biaya-biaya operasional pendidikan
Learning and personal growth do not take
place strictly within the confines of lainnya;(5) menambah semangat kebersamaan,
classroom or laboratory. Student develop
karena dapat menjadi wahana peningkatan
skills and competence through a variety of
learning activities and experiences that aktivitas produktif guru dan siswa serta
may not necessarily be counted as
memberikan ‘income’ serta peningkatan
constructive credit for graduation.
kesejahteraan warga sekolah; (6)
Pernyataan tersebut dapat dimaknai,
mengembangkan sikap mandiri dan percaya diri
bahwa belajar dan pengembangan kepribadian
dalam pelaksanaan kegiatan praktik siswa.
tidak hanya terbatas di dalam kelas atau
laboratorium. Siswa dapat mengembangkan
Prinsip-prinsip Unit Produksi
keterampilan dan pengembangan
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan
kemampuannya melalui berbagai aktivitas
pada pelaksanaan unit produksi sebagai berikut:
pembelajaran dan pengalaman yang tidak
(1) UP merupakan satu alternatif yang
memerlukan hitungan kredit seperti halnya
diharapkan dapat meningkatkan mutu lulusan
lulusan lembaga pendidikan.
SMK; (2) Penyelenggaraan UP dimaksudkan
Dari beberapa uraian yang dikemukakan
untuk mendapatkan keahlian profesional;
di muka dapat disimpulkan bahwa unit produksi
(3)UP merupakan salah satu upaya dalam
adalah unit usaha yang memiliki keseimbangan
mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki
antara aspek komersial dan aspek akademik,
SMK;(4) UP dikelola secara profesional
yang diselenggarakan dalam lingkup organisasi
menganut prinsip manajemen bisnis;(5) UP
sekolah dengan memanfaatkan fasilitas yang
harus menunjang dan tidak boleh menggangu
dimiliki sekolah yang bersangkutan.
kegiatan belajar mengajar; (6) Kegiatan unit
Keuntungan itu dimanfaatkan untuk membantu
produksi yang sudah layak dapat dijadikan
pembiayaan pendidikan dan meningkatkan
sarana belajar dan bekerja (learning by doing)
kesejahteraan bagi warga sekolah, termasuk
;(7) Keuntungan UP dapat dimanfaatkan untuk
siswa dan pengelola yang bersangkutan. Unit
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di
produksi pada umumnya bekerja dalam lingkup
SMK dan peningkatan kesejahteraan warga
unit usaha sekolah, aktivitasnya tidak
SMK; (8) Pembagian keuntungan hasil kegiatan
mengganggu program intrakurikuler.
diatur sesuai keputusan manajemen secara
Berdasarkan pedoman pelaksanaan unit
profesional; (9) UP/J supaya digunakan sebagai
produksi (Dikmenjur, 2007), tujuan
salah satu ukuran keberhasilan sekolah dalam
penyelenggaraan kegiatan tersebut adalah: (1)
menjalankan fungsi menyiapkan tenaga kerja
wahana pelatihan berbasis produksi/jasa bagi
menengah.
siswa;(2) wahana menumbuhkan dan
mengembangkan jiwa wirausaha guru dan siswa
pada SMK/MAK;(3) sarana praktik produktif
Sikap Kerja Profesional dalam Pelaksanaan dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi
Unit Produksi/Jasa
kepentingan umum.
Kata profesional berasal dari kata profesi
Menurut Hadari Nawawi (2006:172),
yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin
menjelaskan bahwa profesional dalam
atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga
pekerjaan harus memenuhi tiga faktor sebagai
diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan
berikut : (a) menguasai seperangkat keahlian
tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan
yang dipersiapkan melalui program pendidikan
keterampilan khusus yang diperoleh dari
atau pelatihan keahlian sebagai spesialisasi; (b)
pendidikan akademis yang intensif. Menurut
memiliki kemampuan untuk memperbaiki/
Kunandar (2007: 45) profesi adalah suatu
meningkatkan keterampilan dan/atau keahlian
pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian
khusus yang dikuasai sesuai perkembangan dan
tertentu tidak dapat dipegang oleh sembarang
kemajuan teknologi dibidangnya; (c) dihargai
orang, tetapi memerlukan persiapan melalui
dengan penghasilan yang memadai sebagai
pendidikan dan pelatihan secara khusus.,
imbalan profesi berdasarkan keahlian khusus
sedangkan profesional diartikan memerlukan
yang dikuasai. Dari beberapa pernyataan di atas,
kepandaian khusus untuk menjalankan suatu
maka dapat disimpulkan bahwa profesionalitas
profesi. Profesionalitas diartikan sebagai mutu,
dalam pekerjaan/jabatan adalah seseorang atau
kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri
sekelompok orang yang bekerja secara
suatu profesi atau orang yang profesional.
profesional dengan menggunakan keahlian serta
Kaitan dengan profesional dikemukakan oleh
kecakapan khusus dengan imbalan profesi
Cooper (Wina Sanjaya, 2005:142) bahwa:
berdasarkan keahlian atau kecakapan yang
A Professional is a person who possesses dimilikinya.
some specialized knowledge and skills,
can weigh alternatives, and can selec from Menurut pedoman pelaksanaan kurikulum
among a number of potentially productive SMK penyelenggaraan Unit Produksi/Jasa di
actions one that is particularly appropriate
sekolah dimaksudkan untuk mendapatkan
iin a given situation.
Dengan kata lain profesional adalah keahlian profesional bagi siswa yang hanya akan
sebutan yang mengacu kepada sikap mental dapat diperoleh melalui mengerjakan pekerjaan
dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu langsung yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
memberdayakan seluruh aset dan potensi yang dikeluarkan. Berapa pun biaya yang telah
dimiliki SMK. Profil unit produksi SMK dikeluarkan suatu perusahaan jika mencapai
meliputi: (1) struktur organisasi: adanya struktur tujuannya, maka dikatakan efektif. Menurut
organisasi yang terintegrasi dengan struktur Peter Drucker (Handoko 2003:7), “ Efektivitas
organisasi sekolah; (2) sumber permodalan: adalah melakukan pekerjaan yang benar (doing
sistem permodalan melibatkan warga the right things). Lebih lanjut ditambahkannya,
sekolah/stake holder termasuk siswa; (3) bahwa efektifitas merupakan kemampuan
program: perencanaan kegiatan unit produksi memilih sumber daya dengan alat dan teknologi
dengan: (a) menerapkan konsep-konsep yang tepat dalam mencapai tujuan yang telah
manajemen produksi, manajemen SDM, ditetapkan. Sedangkan pendapat McDavid.J &
akuntansi keuangan, dan pemasaran, (b) Hawthorn. L (2006) menyatakan bahwa
kegiatan produksi terintegrasi dengan proses “effectiveness are the observed outcome
belajar mengajar, (c) kegiatan unit produksi consistent with the intended objectives”.
menjadi alternatif pelaksanaan praktik kerja Artinya efektivitas adalah hasil yang dicapai
industri dan sebagai proses pelatihan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Pendapat
kewirausahaan, (d) pemasaran produk diatas didukung oleh Gibson et al (2006:20),
melibatkan seluruh warga sekolah dan stake
what we mean by effectiveness.....is the
holder, termasuk alumni; (4) pengelolaan profit: accomplishment of recognized objectives of
cooperative effort. The degree of
profit terdistribusi dengan persentase yang
accomplishment indicates the degree of
disepakati bersama warga sekolah, mendukung effectiveness”.
dana operasional sekolah, pengembangan SDM, Keeefektifan UP/J SMK adalah
kegiatan sosial kemasyarakatan; (5) pembukuan keberhasilan pengelolaan yang dijalankan suatu
dan pertanggungjawaban keuangan dilakukan UP/J yang berada di lingkungan sekolah
mengikuti Standar Akuntansi Keuangan. Audit sehingga tercapai tujuan yang telah ditetapkan.
keuangan minimal satu kali dalam 3 bulan oleh
Kinerja Kepala Sekolah
tim audit yang dibentuk bersama warga sekolah,
Kepala Sekolah adalah pimpinan tertinggi
laporan pertanggungjawaban keuangan unit
di sekolah. Pola kepemimpinannya akan sangat
produksi dilakukan minimal setiap akhir tahun
berpengaruh bahkan sangat menentukan
akademik.
terhadap kemajuan sekolah, sehingga harus
Keefektifan Pengelolaan Unit Produksi memiliki kemampuan administrasi, memiliki
Ada beberapa pengertian mengenai komitmen tinggi, dan luwes dalam
keefektifan yang dikemukakan oleh para ahli, melaksanakan tugasnya. Kepala sekolah juga
diantaranya Serian Wijatno (2009;279) yang harus melakukan peningkatan profesionalisme
menyatakan bahwa efektivitas merupakan sesuai gaya kepemimpinannya, berangkat dari
indikator keberhasilan suatu organisasi dalam kemauan dan kesediaan, bersifat memprakarsai
mencapai tujuannya, lebih lanjut dikatakan dan didasari pertimbangan yang matang, lebih
efektivitas tidak memperhatikan biaya yang berorientasi kepada bawahan, demograsi, lebih
berfokus pada hubungan dari pada tugas, serta Imply that it is advisable to improve front-
line managers’ leadership compentencies
mempertimbangkan kematangan bawahan.
and identity, and that leadership
Kepala sekolah memiliki potensi yang development can contribute to closing the
competence gaps.
dapat dikembangkan secara optimal. Setiap
Manajer unit produksi/Jasa sebaiknya
kepala sekolah harus memiliki perhatian yang
meningkatkan kompetensi pribadi dan
cukup tinggi terhadap peningkatan kualitas
kepemimpinan yang dimilikinya.
pendidikan di sekolah. Perhatian tersebut harus
Pengembangan sikap kepemimpinan
ditunjukkan dalam kemauan dan kemampuan
memberikan kontribusi dalam menutupi
untuk mengembangkan diri dan sekolahnya
kurangnya kompetensi yang dimiliki pengelola.
secara optimal. Kepala sekolah memiliki peran
Dinas pendidikan telah menetapkan
yang kuat dalam mengkoordinasikan,
bahwa kepala sekolah harus mampu
menggerakkan dan menyerasikan semua sumber
melaksanakan pekerjaannya sebagai educator,
daya pendidikan yang tersedia disekolah.
manager, administrator, dan supervisor. Dalam
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan
perkembangan selanjutnya sesuai dengan
salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah
kebutuhan masyarakat dan perkembangan
untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan
zaman, kepala sekolah juga harus mampu
sasaran sekolahnya melalui program-program
berperan sebagai leader, innovator, dan
yang dilaksanakan secara terencana dan
motivator di sekolahnya. Mulyasa (2005:98).
bertahap. Oleh karena itu kepala sekolah
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
dituntut mempunyai kemampuan manajemen
peran kepala sekolah merupakan akumulasi
dan kepemimpinan yang memadai agar mampu
sikap, pengetahuan dan kemampuan seseorang
mengambil inisiatif dan prakarsa untuk
kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas
meningkatkan mutu sekolah. Fidler.B ( 2002:32)
pendidikan di sekolahnya secara optimal dengan
menyatakan
memberdayakan segenap sumber daya yang
“Leadership involves such roles as:
dimiliki sekolah.
Entrepreneur: identifying new
opportunities, motivator: inspiring and
motivating others to commit”,
METODE
makna dari pernyataan diatas seorang kepala
Penelitian ini merupakan penelitian
sekolah harus mampu berperan sebagai
deskriptif, yang bertujuan untuk memperoleh
wirausaha, mampu mengidentifikasi peluang
informasi dalam pelaksanaan program UP/J
baru, menginspirasi dan memotivasi orang lain
yang dilaksanakan pada SMKN Kelompok
untuk melakukan sesuatu. Kepemimpinan
bisnis dan manajemen di Banjarmasin.
kepala sekolah berperan dalam menentukan
Penelitian ini dilaksanakan pada SMKN 1
manajer yang akan mengelola UP/J di sekolah.
dan SMKN 3 kelompok bisnis dan manajemen
Hal ini perlu dipertimbangkan kepala sekolah
di Banjarmasin. Waktu penelitian dimulai pada
dan manajer UP/J demi tercapainya tujuan dan
bulan November 2011 sampai dengan bulan
efektivitas pengelolaan UP/J sekolah. Rappe &
Maret 2012.
Zwick (2007) menyatakan
Frekuensi Persentase
No Rentang Skor Kategorisasi
(F) (%)
1 X ≥ 3,72 16 17,8 Sangat Efektif
2 3,33 ≤ X < 3,72 31 34,4 Efektif
3 2,95 ≤ X < 3,33 27 30,0 Kurang Efektif
4 X < 2,95 16 17,8 Tidak Efektif
Total 90 100.0
Pengelolaan Administrasi
35 31
30 27
25
20 16 16
15
10
5
0
Sangat Efektif Efektif Kurang Efektif Tidak Efektif
Pelaksanaan Pembelajaran Program Unit standar deviasi 0,38. Rerata skor tersebut berada
Produksi/Jasa
pada interval 3,18 s.d 3,56 kategori efektif.
Pelaksaaan pembelajaran program UP/J
Tabel 4 menunjukkan bahwa pelaksanaan
terdiri dari 38 item pertanyaan yang didalamnya
pembelajaran Program UP/J dalam kategori
terdapat 4 indikator yaitu persiapan
efektif yaitu 33 responden (36,6%) Hasil
pembelajaran, inti pelaksanaan pembelajaran,
tersebut menunjukkan bahwa keefektifan
kualifikasi guru pembimbing dan ketersediaan
pelaksanaan pembelajaran Program UP/J di
sarana dan prasarana. Hasil statistik deskripsi
SMKN Kelompok Bisnis dan Manajemen di
dengan bantuan software statistik diperoleh
Banjarmasin sudah berjalan efektif.
mean sebesar 3,18; median 3,22; modus 3,01;
Frekuensi Persentase
No Rentang Skor Kategorisasi
(F) (%)
1 X ≥ 3,56 14 15,6 Sangat Efektif
2 3,18 ≤ X < 3,56 33 36,6 Efektif
3 2,81 ≤ X < 3,18 27 30,0 Kurang Efektif
4 X < 2,81 16 17,8 Tidak Efektif
Total 90 100.0
Hasil perbandingan distribusi frekuensi Banjarmasin juga dapat dilihat melalui grafik
pelaksanaan pembelajaran Program UP/J di batang berikut ini.
SMKN Kelompok Bisnis dan Manajemen di
Pelaksanaan Pembelajaran
35 33
30 27
25
20 16
14
15
10
5
0
Sangat Efektif Efektif Kurang Efektif Tidak Efektif
Pencapaian Tujuan Program Unit median 3,14; modus 3,14; standar deviasi 0,55.
Produksi/Jasa
Rerata skor tersebut berada pada interval 3,09
Hasil statistik deskripsi dengan bantuan
s.d 3,64 kategari efektif.
software statistik diperoleh mean sebesar 3,09;
Frekuensi Persentase
No Rentang Skor Kategorisasi
(F) (%)
1 X ≥ 3,64 19 21,1 Sangat Efektif
2 3,09 ≤ X < 3,64 32 35,6 Efektif
3 2,53≤ X < 3,09 29 32,2 Kurang Efektif
4 X < 2,53 10 11,1 Tidak Efektif
Total 90 100.0
Pencapaian tujuan
35 32
29
30
25
19
20
15 10
10
5
0
Sangat Efektif Efektif Kurang Efektif Tidak Efektif
Tindak Lanjut Program Unit Produksi/Jasa median 3,08; modus 3,35; standar deviasi 0,37.
Hasil statistik deskripsi dengan bantuan Rerata skor tersebut berada pada interval 3,07
software statistik diperoleh mean sebesar 3,07; s.d 3,44 kategari efektif.
Frekuensi Persentase
No Rentang Skor Kategorisasi
(F) (%)
1 X ≥ 3,44 12 13,3 Sangat Efektif
2 3,07≤ X < 3,44 35 38,9 Efektif
3 2,71 ≤ X < 3,07 31 34,5 Kurang Efektif
4 X < 2,71 12 13,3 Tidak Efektif
Total 90 100.0
4. Dukungan warga sekolah Setiap sekolah sendiri merasa bahwa mereka praktik di UP/J
memiliki pangsa pasar yang jelas yaitu hanya bertanggungjawab dan berkoordinasi
warga sekolah itu sendiri. Seluruh warga dengan pengurus/karyawan.
sekolah hendaknya menyadari dan Komunikasi sesama guru disekolah juga
mendukung sepenuhnya akan keberadaan masih menjadi faktor penghambat. Belum
UP/J. Sehingga diharapkan dapat semua guru satu persepsi dan memahami
berpartisifasi secara langsung maupun tidak program pembelajaran di UP/J. Hal ini kadang
langsung dalam kegiatan di UP/J. menyebabkan guru yang mengajar di kelas
5. Stakeholders (dunia usaha dan dunia keberatan kalau siswanya mengikuti kegiatan di
industri), dalam masalah persediaan barang UP/J.
dagangan pihak sekolah menjalin kerjasama Pihak distributor tidak bisa memberikan
dengan distributor, berapapun jumlah yang harga yang kompetitif, dengan alasan jumlah
dipesan akan segera dikirim. Tetapi yang pembelian tidak mencapai ketentuan yang
menjadi kendala adalah masalah harga yang ditetapkan. Jika hal ini terjadi otomatis harga
agak mahal jika dibandingkan dengan barang yang dijual di Bisnis Center lebih mahal
swalayan atau hyper mart, sehingga siswa dan dampaknya siswa merasa sulit untuk
merasa kesulitan dalam memasarkan memasarkan barang ke konsumen.
barang. Motivasi siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran di UP/J masih kurang, sebagian
Faktor Penghambat
besar mereka belum menyadari bahwa UP/J
Persepsi orang tua, sebagian besar orang
merupakan wahana pembelajaran praktik.
tua yang tidak mendukung jika anaknya
Kegiatan usaha yang dilaksanakan di UP/J
disuruh memasarkan produk.
seharusnya betul-betul di manfaatkan
Tingkat kesibukan yang dimiliki oleh
semaksimal mungkin.
guru dan siswa juga salah satu faktor
penghambat. Guru yang dituntut mengajar
KESIMPULAN
minimal 24 jam perminggu disertai dengan
Berdasarkan hasil penelitian dan
tuntutan pekerjaan seperti persiapan membuat
pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan
bahan ajar, koreksi dan penilaian membuat
sebagai berikut:
tugas guru sudah cukup padat.
1. Pengelolaan administrasi pada Program
Kurang koordinasi antara pengurus/
UUP/J di SMKN Kelompok isnis dan
karyawan dengan guru kewirausahaan/
manajemen di Banjarmasin sudah efektif
pembimbing menjadi salah satu faktor
(34,4%)
penghambat dalam pelakasanaan teaching
2. Pelaksanaan pembelajaran pada Program
factory. Pada umumnya guru yang diberi tugas
UP.J di SMKN Kelompok bisnis dan
membimbing siswa sebagian besar tidak terlibat
manajemen di Banjarmasin sudah termasuk
secara langsung dalam kegiatan di UP/J,
efektif (36,6%)
sehingga guru pembimbing merasa kurang
leluasa dalam mengarahkan siswa. Dan siswa
3. Pencapain tujuan pada Program UP/J di guru dengan gaji dari penghasilan UP/J
SMKN Kelompok bisnis dan manajemen sekolah itu sendiri. Hal ini bermakna
di Banjarmasin berjalan efektif (35,6%). manajer yang profesional akan
4. Tindak lanjut pendampingan Program UP/J meningkatkan produktivitas dan
di SMKN Kelompok bisnis dan manajemen pengetahuan siswa serta membantu kerja
di Banjarmasin sudah termasuk efektif guru dalam mewujudkan pelaksanaan UPJ
(38,9%). sebagai sarana pembelajaran.
5. a. Faktor pendukung pelaksanaan UP/J 3. Disarankan kepada guru baik yang terlibat
Sumber daya manusia, fasilitas yang langsung di UP/J atau guru yang tidak
memadai, dana hibah dari masuk dalam jajaran kepengurusan UP/J
pusat/daerah, partisipasi langsung dari untuk lebih meningkatkan perannya sebagai
warga sekolah, dan adanya kerjasama motivator dan pembimbing siswa dengan
yang baik antara sekolah terhadap memperjelas tujuan penyelenggaraan UP/J,
pihak distributor. memperjelas tugas yang harus dikerjakan
b. Faktor pengahambat/kendala dalam siswa. Mempersiapkan pengetahuan, sikap
pelaksanaan UP/J yaitu: dan keterampilan siswa dalam bidang
Persepsi orang tua yang tidak masing-masing sesuai dengan kurikulum
mendukung anaknya dalam pemasaran yang diberlakukan di SMK melalui
produk, keterbatasan waktu yang pembelajaran dikelas.
dimiliki oleh guru dan siswa,
kurangnya koordinasi antara guru DAFTAR PUSTAKA
dengan karyawan, kurangnya Fidler.B (2002) Strategic management school
development.London:Paul Chapman
komunikasi sesama guru, harga dari Publishing.
produsen yang cukup tinggi, dan Finch, R., Curtis. & Crunkilton, R., (1999)
kurangnya motivasi siswa. Curriculum development in vocational
and technical education: Planning,
content, and implimentation. Needham
SARAN Heights, MA: Allyn & Bacon.
1. Disarankan kepada pelaksana UP/J untuk Finch Curtis and Clinkton R John (1993),
Curriculum Development in Vocational
memperdalam pemahaman tentang prinsip
and Technical Education, Planning,
kegiatan UP/J sebagai sarana belajar dan content, implimentation Boston : Allyn
and Bacon
bekerja (learning by doing), sehingga
Gibson, James L., Ivancevich, John M., Donelly,
seluruh siswa hendaknya mendapat James H. Jr., Konopaske, obert. (2006).
kesempatan dan lebih dominan dalam Organizations: Behavior, structure,
processes. Twelfth
kegiatan praktik di UP/J.
Hani Handoko (2003). Manajemen Yogyakarta:
2. Disarankan kepada kepala sekolah lebih BPFE.
menekankan perannya pada UP/J dengan Hadari Nawawi (2006). Evaluasi dan
perencanaan tenaga kerja agar UP/J sekolah manajemen kinerja dilingkungan
perusahaan dan industri. Yogyakarta:
mempekerjakan manajer profesional bukan Gadjah Mada University Press.