KEPERAWATAN DASAR 1
Di Susun Oleh :
Nama : Siti Nur Mualifah
Kelas : S20A
NIM : S20029
Nutrisi merupakan proses total yang terlibat dalam konsumsi dan penggunaan zat
makanan yang meliputi cara pemakaian gizi oleh proses-proses dalam tubuh, seperti
pertumbuhan, penggantian jaringan dan pemeliharaan kegiatan dalam tubuh secara keseluruhan.
Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang sangat penting.
Nutrisi sangat penting bagi manusia karena nutrisi merupakan kebutuhan vital bagi semua
makhluk hidup. Nutrisi itu sendiri sangat bermanfaat bagi tubuh kita karena apabila tidak ada
nutrisi maka tidak ada gizi dalam tubuh kita. Sehingga bisa menyebabkan penyakit atau terkena
gizi buruk oleh karena itu kita harus memperbanyak nutrisi untuk tubuh kita.
Pemberian nutrisi pada orang sakit yang tidak mampu secara mandiri dapat dilakukan
dengan cara membantu memenuhinya melalui oral (mulut), enteral (pipa lambung), atau
parenteral, ketiga cara tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
2. Lemak
a) Merupakan sumber energi yang paling produktif 1 gram lemak menghasilkan 9
kalori
b) Merupakan kelengkapan makanan yang penting sebagai wahana berbagai vitamin
yang larut dalam lemak, dan pemegang andil penting yang membuat makanan terasa
enak
c) Lemak terkontribusi dalam kulit terutama pada kelenjar adiposa dan folikel rambut
d) Kandungan lemak dlm subcutis sangat membantu tubuh dlm mengatur temperatur
e) Lemak juga berfungsi untuk mencegah organ dlm injury
f) Bila tidak digunakan untuk energi, lemak terus disimpan dalam tubuh sehingga dapat
meningkatkan berat badan
g) Kebutuhan lemak untuk orang dewasa dengan aktivitas sedang 1,5 gr/kgBB/hari.
Jenis lemak :
a. Lemak tak jenuh
Dapat dengan mudah bergabung dengan molekul lain/membentuk struktur
lain HDL (High Density Lipid) mudah dimetabolisme oleh hati.
b. Lemak jenuh
o Tidak mudah bergabung dengan molekul lain LDL (Low Density Lipid) sukar
dimetabolisme menjadi zat lain
o Kolesterol merupakan satu bentuk lemak jenuh, diperlukan untuk melengkapi cairan
empedu untuk pencernaan lemak, juga sebagai bahan dasar beberapa jenis hormon
steroid.
o Makanan yang banyak mengandung lemak : daging
3. Vitamin
a) Merupakan bahan makanan pelengkap yang penting
b) Vitamin tidak menghasilkan kalori dalam jumlah yang berarti tapi memegang peranan
penting dalam berbagai proses yang diperlukan guna menjaga kesehatan
c) Vitamin bersifat organik, dan tidak dapat dihasilkan oleh tubuh
d) Vitamin larut dalam lemak : A, D, E dan K, bila kelebihan jumlah vitamin ini akan
memungkinkan terjadinya keracunan karena sulit dibuang melalui ginjal.
e) Vitamin larut dalam air : C dan B, kelebihan vitamin ini akan dibuang melalui ginjal
f) Vitamin C membantu absorpsi zat besi
Vitamin
Kebutuhan tubuh akan vitamin :
Vitamin A : 5000 iu
Vitamin B1 : 1,2 mg
Vitamin B2 : 1,5 mg
Vitamin B6 : 2 mg
Vitamin B12 : 3 mg
Vitamin C : 45 mg
Vitamin D : 400 iu
4. Mineral
a) Mineral mudah larut dalam air yang fungsi utamanya menjaga keseimbangan asam dan
basa cairan tubuh
b) Umumnya mineral terdapat cukup banyak dalam makanan bila diet normal dan
berimbang jarang kekurangan mineral
c) Kalsium dibutuhkan untuk menumbuhkan dan mempertahankan sistem kerangka tubuh,
terutama pada anak – anak, kehamilan dan menyusui
d) Kalium dapat membantu frekuensi dan kekuatan kontraksi otot jantung bila kalium pada
ekstra sel banyak penurunan frekuensi dan dilatasi pembuluh darah jantung
e) Kekurangan zat besi dapat menyebabkan penurunan Hb
Mineral
Kebutuhan mineral tubuh :
Kalsium : 800 mg
Iodium : 110 mg
Besi : 10 mg
Magnesium : 350 mg
Posphor : 800 mg
Kalium : 1959-5850 mg
5. Air
Merupakan bahan yang sangat diperlukan tubuh, walau tidak menghasilkan energi bagi
tubuh.
Kandungan air dalam tubuh 60 – 70% dan merupakan bahan terpenting untuk proses
sekresi dan ekskresi
6. Kalori
Satu kalori adalah jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu 1 kg air
sebesar 1 derajat celcius
Produksi panas oleh tubuh pada tingkat terendah kimia sel dan aktivitas tubuh
disebut angka metabolisme dasar. Angka metabolisme dasar bagi laki – laki dewasa
adalah 1700 dan bagi wanita dewasa adalah 1400.
Pengertian aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Kemampuan seseorang untuk
melakukan suatu aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja merupakan salah satu dari
tanda kesehatan individu tersebut dimana kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas
dari keadekuatan sistem persarafan dan muskuloskeletal. Aktivitas fisik yang kurang
memadai dapat menyebabkan berbagai gangguan pada sistem musculoskeletal seperti
atrofi otot, sendi menjadi kaku dan juga menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ
internal lainnya.
Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan untuk
menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh. Latihan dapat memelihara
pergerakan dan fungsi sendi sehingga kondisinya dapat setara dengan kekuatan dan
fleksibilitas otot. Selain itu, latihan fisik dapat membuat fungsi gastrointestinal dapat
bekerja lebih optimal dengan meningkatkan selera makan orang tersebut dan
melancarkan eliminasinya karena apabila seseorang tidak dapat melakukan aktifitas
fisik secara adekuat maka hal tersebut dapat membuat otot abdomen menjadi lemah
sehinga fungsi eliminasinya kuang efektif
Jenis aktivitas:
1) Aktivitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan
bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.
Aktivitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat
mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
2) Aktivitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan
jelas dan tidak mam.pu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf
motorik dan sesnsorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau
patah tulang dengan pemasangan traksi. Pada pasien paraplegi dapat mengalami aktivitas
sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik.
Aktivitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a) Aktivitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan
batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel
pada system musculoskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang.
b) Aktivitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan
yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya system saraf yang
reversibel, contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera tulang
belakang, poliomilitis karena terganggunya system saraf motorik dan sensorik.
Jenis latihan :
1) Latihan fleksibilitas seperti regang memperbaiki kisaran gerakan otot dan sendi.
2) Latihan aerobik seperti berjalan dan berlari berpusat pada penambahan daya tahan
kardiovaskular.
3) Latihan anaerobik seperti angkat besi menambah kekuatan otot jangka pendek.
Latihan bisa menjadi bagian penting terapi fisik, kehilangan berat badan atau kemampuan
olahraga. Latihan fisik yang sering dan teratur memperbaiki kinerja sistem kekebalan
tubuh, dan membantu mencegah penyakit kekayaan seperti jantung, penyakit
kardiovaskular, diabetes tipe 2 dan obesitas.
Faktor yang Mempengaruhi
a) Gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas
seseorang karena berdampak pada perilaku kebiasaan sehari-hari.
b) Proses penyakit/cedera. Proses penyakit dapat mempengaruhi kemmapuan aktivitas
karena dapat mempengaruhi fungsi system tubuh.
c) Kebudayaan. Kemampuan melakukan aktivitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan,
contohnya orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan
aktivitas yang kuat, sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan aktivitas (sakit)
karena budaya dan adat dilarang beraktivitas.
d) Tingkat energi. Energi dibutuhkan untuk melakukan aktivitas.
e) Usia dan status perkembangan. Kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan
dengan perkembangan usia. Intolerensi aktivitas/ penurunan kekuatan dan
stamina, Depresi mood dan cema
PERTEMUAN 3
KONSEP DAN PRINSIP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN
Aktivitas adalah suatu atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidup.
Fisiologi Aktivitas dan Latihan
Neuromuscular adalah system yang tida terpisahkan
Muscular: otot
a. Fungsi system muscular
1. Pengerak
2. Penompang
3. Produksi panas
b. Cirri-ciri sisem muscular
1. Kontrakstilitas
2. Ekstabilitas
3. Ekstenbilitas
4. Elastisitas
Body alignment (postur tubuh) merupakan susunan geometric bagian-bagian
tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang lain. Body alignment baik akan
meningkatkan keseimbangan yang optimal dan fungsi tubuh yang maksimal, baik dalam
posisi berdiri, duduk, maupun tidur. Body alignment yang baik: keseimbangan pada
persendian otot, tendon, ligament.
Tindakan keperawatan yang termasuk dalam body alignment diantaranya:
1. Posisi fowler
2. Posisi semi fowler
3. Posisi dorsal recumbent
4. Posisi supinasi
5. Posisi pronasi
6. Posisi lateral
7. Posisi sims
8. Posisi trendelenbrug
9. Posisi lithotomy
A. Pengertian
Menurut Potter dan Perry (2012 ), faktor-faktor yang dapatmempengaruhi seseorang untuk
melakukan personal hygine yaitu :
1. Citra tubuh Penampilan umum pasien dapat menggambarkan pentingnya higiene pada
orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan
fisiknya. Citra tubuh ini dapat seringberubah. Citra tubuh mempengaruhi cara
mempertahankan hygiene. Citra tubuh dapat berubah akibat adanya pembedahan
atau penyakit fisik maka harus membuat suatu usaha ekstra untuk meningkatkan
higiene.
2. Praktik sosial Kelompok-kelompok social wadah seorang klienberhubungan dapat
mempengaruhi praktik hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, anak-anak
mendapatkan praktik hygiene dari orang tua mereka. Kebiasaan keluarga, jumlah
orang di rumah, ketersediaan air panas dan atau air mengalir hanya merupakan
beberapa faktor yang mempengaruhi perawatan kebersihan.
3. Status sosio ekonomi Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan
tingkat praktik kebersihan yang dilakukan. Apakah dapat menyediakan
bahan-bahan yang penting seperti deodoran, sampo, pasta gigi, dan kosmestik
(alat-alat yang membantu dalam memelihara higiene dalam lingkungan rumah).
4. PengetahuanPengetahuan tentang pentingnya higiene dan implikasinya bagi
kesehatan mempengaruhi praktik higiene. Kendati demikian, pengetahuan itu
sendiri tidak cukup, harus termotivasi untukmemelihara perawatan diri
5. Variabel Kebudayaan Kepercayaan kebudayaan pasien dan nilai pribadi
mempengaruhi perawatan higiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti
praktek perawatan diri yang berbeda.
6. Pilihan pribadi Kebebasan individu untuk memilih waktu untuk perawatan diri,
memilih produk yang ingin digunakan, dan memilih bagaimana cara melakukan
higiene.Sedangkan menurut Tarwoto dan Wartonah (2004) menjalaskan faktor yang
mempengaruhi personal hygien adalah sebagai berikut:
1. Body Image Gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhikebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik,
sehinggaindividu tidak peduli terhadap kebersihannya.
2. Praktik SosialPada anak-anak yang selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene. 3.Status Sosial–Ekonomi
Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pastagigi, sampo,
alat mandi yang semuanya memerlukan uang untukmenyediakannya.
3. PengetahuanPengetahuan personal hygiene sangat penting, karena
pengetahuanyang baik dapat meningkatkan kesehatan.
4. Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh
dimandikan. 6.Kebiasaan SeseorangAda kebiasaan orang yang menggunakan
produk tertentu dalamperawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.
5. Kondisi FisikPada keadaan sakit tentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya.
E. Masalah akibat kurangnya perawtan diri
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang di derita seseorang karena tidak terpeliharannya
kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah :
Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata
dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku Dampak psikososial Masalah sosial yang
berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman,
kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan
interaksi sosial.
Dampak Psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan Personal Hygiene adalah
ganggua n kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
F. Jenis-Jenis Personal Hygiene
1. Mencuci tangan
2. Perawatan rambut
3. Perawatan kulit
4. Perawatan gigi
5. Perawatan kuku
6. Perawatan kaki
7. Perawatan mata
8. Perawatan telinga
PERTEMUAN 5
KONSEP DAN PRINSIP KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR
Istirahat merupakan keadaan relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya dalam
keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan.Kata istirahat
berarti berhenti sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri atau
melepaskan diri dari segala hal yang membosankan, menyulitkan bahkan menjengkelkan
(Hidayat, 2008).
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi individu terhadap
lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau
rangsangan yang cukup. Tidur ditandai dengan aktivitas fisik minimal, tingkat kesadaran
yang bervariasi, terjadi perubahan proses fisiologis tubuh serta penurunan respon terhadap
rangsangan dari luar (Asmadi, 2008).
B. Fisiologi Tidur
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme
serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan
bangun.Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang
merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk
pengaturan kewaspadaan dan tidur (Hidayat, 2008).
Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian
atas pons.Reticular Activating System (RAS) berlokasi pada batang otak teratas.RAS
dipercayai terdiri dari sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan tidur. Selain itu,
RAS dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat
menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam
keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin.
Demikian juga pada saat tidur, kemungkinan disebabkan adanya pelepasan serum serotonin
dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu Bulbar Synchronizing
Regional (BSR), sedangkan bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima di
pusat otak dan sistem limbic.Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur
siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Hidayat, 2008).
Ketika orang mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada dalam posisi relaks.
Stimulus ke RAS menurun.Jika ruangan gelap dan tenang, maka aktivasi RAS selanjutnya
menurun.Pada beberapa bagian BSR mengambil alih yang menyebabkan tidur (Potter&Perry,
2006).
C. Jenis Tidur
Pada hakikatnya tidur dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu tidur dengan
gerakan bola mata cepat (Rapid Eye Movement – REM), dan tidur dengan gerakan bola mata
lambat (Non-Rapid Eye Movement – NREM) (Asmadi, 2008).
1. Tidur REM
Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial.Hal tersebut
berarti tidur REM ini sifatnya nyenyak sekali, namun fisiknya yaitu gerakan kedua bola
matanya bersifat sangat aktif.Tidur REM ditandai dengan mimpi, otot – otot kendur,
tekanan darah bertambah, garakan mata cepat (mata cenderung bergerak bolak – balik),
sekresi lambung meningkat, ereksi penis pada laki – laki, gerakan otot tidak teratur,
kecepatan jantung dan pernapasan tidak teratur sering lebih cepat, serta suhu dan
metabolisme meningkat.
Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, maka akan menunjukkan gejala –
gejala sebagai berikut:
a. Cenderung Hiperaktif.
b. Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi (emosinya labil)
c. Nafsu makan bertambah.
d. Bingung dan curiga.
2. Tidur NREM
Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam.Pada tidur NREM gelombang
otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sabar atau tidak tidur.Tanda – tanda
tidur NREM antara lain : mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah turun,
kecepatan pernapasan turun, metabolisme turun, dan gerakan bola mata lambat.
Tidur NREM memiliki empat tahap yang masing – masing tahap ditandai dengan
pola perubahan aktivitas gelombang otak. Keempat tahap tersebut yaitu :
1. Tahap I
Tahap I merupakan tahap transisi dimana seseorang beralih dari sadar menjadi
tidur. Pada tahap I ini ditandai dengan seseorang merasa kabur dan rileks, seluruh
otot menjadi lemas, kelopak mata menutup mata, kedua bola mata bergerak ke
kiri dan ke kanan, kecepatan jantung dan pernapasan menurun secara jelas, pada
EEG terlihat terjadi penurunan voltasi gelombang – gelombang alfa. Seseorang
yang tidur pada tahap I ini dapat dibangunkan dengan mudah.
2. Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Tahap II ini ditandai
dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu tubuh menurun, tonus otot
berlahan – lahan berkurang, serta kecepatan jantung dan pernapasan turun dengan
jelas.Pada EEG timbul gelombang beta yang berfrekuensi 14 – 18
siklus/detik.Gelombang – gelombang ini disebut dengan gelombang tidur.Tahap
II berlangsung sekitar 10 – 15 menit.
3. Tahap III
Pada tahap ini, keadaan fisik lemah lunglai karena tonus otot lenyap secara
menyeluruh. Kecepatan jantung, pernapasan, dan proses tubuh berlanjut
mengalami penurunan akibat dominasi sistem saraf parasimpatis. Pada EEG
memperlihatkan perubahan gelombang beta menjadi 1 – 2 siklus/detik.Seseorang
yang tidur pada tahap III ini sulit untuk dibangunkan.
4. Tahap IV
Tahap IV merupakan tahap tidur dimana seseorang berada dalam keadaan rileks,
jarang bergerak karena keadaan fisik yang sudah lemah lunglai dan sulit
dibangunkan.Pada EEG tampak hanya terlihat gelombang delta yang lambat
dengan frekuensi 1 – 2 siklus/detik.Denyut jantung dan pernapasan menurun
sekitar 20 – 30%.Pada tahap ini dapat terjadi mimpi.Selain itu, tahap IV ini dapat
memulihkan keadaan tubuh.
5. Tahap V
Tahap ini merupakan tidur REM dimana setelah tahap IV seseorang masuk ke
tahap V. Hal tersebut ditandai dengan kembali bergeraknya kedua bola mata yang
berkecepatan lebih tinggi dari tahap – tahap sebelumnya.Tahap V ini berlangsung
sekitar 10 menit, dapat pula terjadi mimpi.
Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur NREM, maka akan menunjukkan
gejala – gejala sebagai berikut :
1. Menarik diri, apatis dan respons menurun
2. Merasa tidak enak badan
3. Ekspresi wajah layu
4. Malas bicara
5. Kantuk yang berlebihan
Akibat aktivitas yang dapat memerlukan lebih banyak tidur untuk menjaga
keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Hal tersebut terlihat pada seeorang
yang telah melakukan aktivitas dan mencapai kelelahan. Maka, orang tersebut akan
lebih cepat untuk dapat tidur karena tahap tidur gelombang lambatnya diperpendek.
3. Stres psikologis
Kondisi psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan jiwa. Hal
tersebut terlihat ketika seseorang yang memiliki masalah psikologis mengalami
kegelisahan sehingga sulit untuk tidur.
4. ObatObat
Dapat juga mempengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang dapat
mempengaruhi proses tidur adalah jenis golongan obat diuretik menyebabkan
seseorang insomnia, anti depresan dan menekan REM, kafein apat meningkatkan
saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan beta bloker dapat
ber efek pada timbulnya insomnia, dan golongan narkotik dapat menekan REM sehingga
mudah mengantuk.
5. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur.
Protein yang tinggi dapat mempercepat terjadinya proses tidur, karena adanya
tryptophan yang merupakan asam amino dari protein yang dicerna. Demikian
sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga mempengaruhi proses tidur,
bahkan terkadang sulit untuk tidur.
6. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat
mempercepat terjadinya proses tidur.
7. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur, yang dapat
memengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk menahan tidak tidur
dapat menimbulkan gangguan proses tidur.
PERTEMUAN 6
KONSEP DAN PRINSIP KEBUTUHAN RASA NYAMAN DAN AMAN
Definisi Keamanan
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga
keadaan aman dan tentram.Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu
mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dan berespons terhadap suatu rangsangan
yang berbahaya. Kebutuhan akan keselamatan atau keamanan adalah kebutuhan untuk
melindungi diri dari bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamatan seseorang dapat
dikategorikan sebagai ancaman mekanis,, kimiawi, retmal dan bakteriologis. Kebutuhan
akan keaman terkait dengan konteks fisiologis dan hubungan interpersonal. Keamanan
fisiologis berkaitan dengan sesuatu yang mengancam tubuh dan kehidupan seseorang.
Ancaman itu bisa nyata atau hanya imajinasi (mis, penyakit, nyeri, cemas, dan
sebaginya). Dalam konteks hubungan interpersonal bergantung pada banyak faktor,
seperti kemampuan berkomunikasi, kemampuan mengontrol masalah, kemampuan
memahami, tingkah laku yang konsisten dengan orang lain, serta kemampuan memahami
orang-orang di sekitarnya dan lingkungannya. Ketidaktahuan akan sesuatu kadang
membuat perasaan cemas dan tidak aman.
2. Keselamatan Psikologis
Untuk selamat dan aman secara psikologi, seorang manusia harus memahami apa yang
diharapkan dari orang lain, termasuk anggota keluarga dan profesionl pemberi perawatan
kesehatan. Seseorang harus mengethuai apa yang diharapkan dari prosedur, pengalaman
yang baru, dan hal-hal yang dijumpai dalam lingkungan. Setiap orang merasakan
beberapa ancaman keselamatan psikologis pada pengalaman yang baru dan yang tidak
dikenal.
Mencakup semua faktor fisik atau fisiologis dan psikososial yang mempengaruhi atau
berakibat terhadap kehidupan dan keberlangsungan hidup seseorang
Kebersihan lantau
Prosedur tindakan.
Definisi Kenyamanan
Kenyamanan mesti dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek yaitu:
Emosi
Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi keamanan dan
kenyamanan
Status Mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun memudahkan
terjadinya resiko injury
Gangguan Persepsi Sensory
Mempengaruhi adaptasi terhadaprangsangan yang berbahayaseperti gangguan penciuman
dan penglihatan
Keadaan Imunits
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah terserang
penyakit.
Tingkat Kesadaran
Pada pasien koma, respon akan enurun terhadap rangsangan, paralisis, disorientasi, dan
kurang tidur.
Informasi atau Komunikasi
Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat menimbulkan
kecelakaan.
Pengertian Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam
bentuk kerusakan tersebut
Fisiologi Nyeri
1. Transduction
Proses perubahan rangsang nyeru menjadi aktivitas listrik yang diterima ujung saraf
• Reseptor (sekelo6 sel saraf dengan sel saraf lain)
Mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar/ dalam tubuh.
• Reseptor khusus nyeri: Nocicepgor
2. Transmisi
Proses penyaluran impul6 listr6 yang dihasilkan oleh pros6 transduksi sepanjang jalur
nyeri/ transmisi
3. Modulasi
Proses modifikasi terh6 rangsangan atau stimulus di sepanjang transmisi sampai korteks
serebri, bisa ditingkatkan rangsangan/dihambat
4. Presepsi
Proses akhir saat stimulus mencapai korteks/ saraf pusat dan akan diterjemahkan serta
ditindaklanjuti.
5. Interpretation
6. Behavior (melakukan tindakan)
Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri:
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Budaya
4. Makna nyeri
5. Lokasi dan tingkat keparahan nyeri
6. Perhatian
7. Ansietas
8. Keletihan
9. Pengalaman sebelumnya
10. Dukungan keluarga dan sosial
Klasifikasi Nyeri
Berdasarkan sumbernya
• Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan. Biasanya
bersifat burning (seperti terbakar). (contoh: terkena ujung pisau atau gunting)
• Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pembuluh Darah,
tendon dan syaraf, nyeri menyebar & lebih lama daripada cutaneous. (contoh: sprain
sendi)
• Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm rongga abdomen, cranium dan
thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia, regangan jaringan
Berdasarkan penyebab:
• Fisik. Bisa terjadi karena stimulus fisik (contoh: fraktur femur)
• Psycogenic. Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah diidentifikasi, bersumber dari
emosi/psikis dan biasanya tidak disadari. (contoh: orang yang marah-marah, tiba-tiba
merasa nyeri pada dadanya) Biasanya nyeri terjadi karena perpaduan 2 sebab tersebut
Berdasarkan lama/durasinya
• Nyeri akut.
Nyeri akut biasanya awitannya tiba- tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera
spesifik.Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi.Hal ini
menarik perhatian pada kenyataan bahwa nyeri ini benar terjadi dan mengajarkan kepada
kita untuk menghindari situasi serupa yang secara potensial menimbulkan nyeri.Jika
kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistematik, nyeri akut biasanya
menurun sejalan dengan terjadi penyembuhan; nyeri ini umumnya terjadi kurang dari
enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan.Untuk tujuan definisi, nyeri akut dapat
dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga enam bulan.
• Nyeri kronik. Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang
suatu periode waktu.Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan
dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik.Reaksinya
menyebar, Respon parasimpatis, Penampilan Depresi dan menarik diri Pola serangan
tidak jelas.
Berdasarkan lokasi/letak
• Radiating pain. Nyeri menyebar dari sumber nyeri ke jaringan di dekatnya (contoh:
cardiac pain)
• Referred pain. Nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentu yg diperkirakan berasal dari
jaringan penyebab
• Intractable pain. Nyeri yg sangat susah dihilangkan (contoh: nyeri kanker maligna)
• Phantom pain. Sensasi nyeri dirasakan pada bagian. Tubuh yg hilang (contoh: bagian
tubuh yang diamputasi) atau bagian tubuh yang lumpuh karena injuri medulla spinalis
• Nyeri somatic : Nyeri yang terbatas waktu berlangsungnya kecuali bila diikuti kerusakan
jaringan diikuti rasa nyeri pada sigmen spinal lokasi tertentu. V Nyeri Viseral : Nyeri
yang sulit ditentukan lokasi nya karena lokasinya dari organ yang sakit ke seluruh tubuh.
Sentral pain/ nyeri sentral thalamik : Nyeri ini terjadi karena perangsangan system saraf
pusat,spinal cord,batang otak,dll. V Psyhcogenik pain : Nyeri yang dirasakan tanpa
penyebab mekanik, tetapi akibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik.
Biasanya disebabkan oleh ketegangan otot yang kronis yang terjadi pada klien yang
mengalami stress yang lama.
Nyeri menurut sifatnya
• Seperti diiris benda tajam
• Seperti ditusuk pisau
• Seperti terbakar
• Seperti diremas-remas
Menurut berat dan ringanya
• Nyeri ringan : Nyeri yang intensitasnya ringan
• Nyeri sedang : Nyeri yang intensitasnya menimbulkan reaksi
• Nyeri Berat : Nyeri yang intensitasnya tinggi
Pengkajian Nyeri
Pengkajian Nyeri dengan PQRST
• P : Provokatif yaitu penyebab timbulya nyeri. Contoh : luka sayatan operasi, dll
• Q: Quality/kualitas yaitu seberapa berat keluhan nyeri terasa. Contoh : tertusuk, tertekan
atau tertimpa benda berat, teriris-iris,dll
• R: Region yaitu lokasi dimana keluhan nyeri tersebut dirasakan, ada persebaran ke daerah
lain juga atau tidak ditanyakan kepada pasien. Contoh : di bagian kepala, tangan, dll
• S: Scale/skala yaitu penilaian tingkatan atua level nyeri yang dapat menggunakan
berbagai instrumen. Contoh : Skala VAS, skala 1-10, dll
• T: Timing yaitu menyangkut waktu dirasakan nyeri, seberapa sering keluhan dirasakan,
mendadak atau bertahap dan berapa lama dirasakan
Pengkajian Nyeri-Intensitas Nyeri
• Nyeri dinilai berdasarkan tingkah laku setiap orang, dimana kultur mempengaruhi
sehingga latar belakang mempengaruhi ekspresi dan pemahaman terhadap nyeri.
• Penilaian Skala nyeri terbagi berdasarkan kondisi berikut:
Pasien dengan kemampuan verbal dan dapat melaporkan sendiri rasa sakitnya (self
reported). Pasien dengan ketidakmampuan verbal baik karena terganggu kognitifnya
dalam keadaan tersedasi atau menggunakan mesin ventilator
Jenis Alat Ukur Nyeri
Skala Nyeri Verbal
Verbal Rating ScaleScal
0 :tidak ada nyeri atau perasaan tidak enak ketika ditanya
1 :nyeri yang ringan yyang dilaporkan pasien ketika ditanya
2 :nyeri sedang yang dilaporkan pasoen ketika ditanya
3 :nyeri dihubungkan dengan respon suara, tangan atau lengan tangan, wajah merintih atau
menangis.
Pada pasien dengan gangguan kognitif skala nyeri ini sulit digunakan.
PERTEMUAN 8
KONSEP DAN PRINSIP KEBUTUHAN OGSIGENASI
Pengertian Oksigenasi
Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia dalam pemenuhan oksigen
yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup
dan aktivitas berbagai organ atau sel. Tanpa oksigen dalam waktu tertentu sel tubuh
akan mengalami kerusakan yang menetap dan menimbulkan kematian. Sistem tubuh
yang berperan dalam proses oksigenasi
Ada 3 sistem tubuh yang bekerja dalam peyampaian oksigen ke jaringan tubuh
yaitu sistem respirasi, sistem kardiovaskuler dan sistem hematologi.
a. Sistem respirasi terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa
Ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernafasan, diafragma, isi
Abdomen, dinding abdomen dan pusat pernafasan di otak. Pada sistem respirasi ada
tiga langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, Perfusi paru dan difusi.
1. Ventilasi
Adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru-paru, jumlahnya sekitar 500
ml. Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara
intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana pada saat inspirasi tekanan intrapleural
lebih negatif (752 mmHg) daripada tekanan atmosfer (760 mmHg) sehingga udara
akan masuk ke alveoli. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatenan ventilasi yaitu
kebersihan jalan nafas (adanya sumbatan atau obstruksi jalan nafas akan menghalangi
masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru-paru),kuatnya sistem saraf pusat dan
pusat pernafasan, adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru, kemampuan
otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal interkosta, internal interkosta, otot
abdominal.
2. Perfusi
Perfusi paru adalah pergerakan aliran darah melalui sirkulasi paru untuk dioksigenasi
dimana pada sirkulasi paru darah yang dioksigenasi mengalir dalam arteri pulmonalis
dari ventrikel kanan jantung. Darah ini ikut serta dalam proses pertukaran oksigen
dan karbon dioksida di kapiler dan alveolus. Fungsi utama sirkulasi pulmonal adalah
mengalirkan darah yang dioksigenasi dari dan ke paruparu agar dapat terjadi
pertukaran gas. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung. Dengan demikian,
adekuatnya pertukaran gas dalam paru dipengaruhi olehh keadaan ventilasi dan
perfusi. Pada orang dewasa sehat pada saat istirahat ventilasi alveolar (volume tidal =
V) sekitar 4 lt/menit, sedangkan aliran darah kapiler pulmonal (Q) sekitar 5 lt/menit
(Tarwoto & Wartonah, 2006).
3. Difusi
Dalam difusi pernafasan, komponen yang berperan penting adalah alveoli dan darah.
Untuk memenuhi kebutuhan O2 dari jaringan, proses difusi gas pada sistem respirasi
haruslah optimal. Difusi gas adalah bergeraknya O2 dan CO2 atau partikel Lan dari
area bertekanan tinggi ke arah yang bertekanan rendah. Di dalam alveoli, O2melintasi
membran alveoli-kapiler dari alveoli berdifusi kedalam darah karena qdanya
perbedaan tekanan PO2 yang tinggi dialveolus (100 mmHg) dan tekanan pada kapiler
lebih rendah (PO2 40 mmHg), sedangkan CO2 berdifusi keluar alveoli akibat adanya
perbedaan tekanan PCO2 darah 45 mmHg dan di alveoli 40 mmHg. Poses difusi
dipengaruhi oleh faktor ketebalan membran, luas permukaan membran, komposisi
membran, koefisien difusi O2 dan CO2, serta perbedaan tekanan gas O2 dan CO2
(Muttaqin, 2010).
b. Sistem Kardiovaskuler
Kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat dipengaruhi oleh fungsi jantung untuk
memompa darah sebagai transport oksigen. Darah masuk ke atrium kiri dari vena
pulmonaris. Aliran darah keluar dari ventrikel kiri menuju aorta melalui katup aorta.
Kemudian dari aorta darah disalurkan keseluruh sirkulasi sistemik melalui arteri,
arteriol, dan kapiler serta menyatu kembali membentuk vena yang kemudian di
alirkan ke jantung melalui atrium kanan. Darah dari atrium kanan masuk dalam
ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis kemudian keluar ke arteri pulmonalis
melalui katup pulmonalis untuk kemudian di alirkan ke paru-paru kanan dan kiri
untuk berdifusi. Darah mengalir di dalam vena pulmonalis kembali ke atrium kiri dan
bersirkulasi secara sistemik. Sehingga tidak adekuatnya sirkulasi sistemik berdampak
pada kemampuan transpor gas oksigen dan karbon dioksida.
c. Sistem Hematologi
Oksigen membutuhkan transpor dari paru-paru ke jaringan dan karbon dioksida dari
jaringan ke paru-paru. Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit yang telah
berikatan dengan hemoglobin (Hb) dan 3% oksigen larut dalam plasma. Setiap sel Darah
merah mengandung 280 juta molekul Hb dan setiap molekul dari keempat Molekul besi
dalam hemoglobin berikatan dengan satu molekul oksigen membentuk Oksihemoglobin
(HbO2). Reaksi pengikatan Hb dengan O2 adalah Hb + O2 ↔ HbO2. Afinitas atau ikatan
Hb dengan O2 di pengaruhi oleh suhu, pH, konsentrasi 2,3 Difosfogliserat dalam darah
merah. Dengan demikian, besarnya Hb dan jumlah Eritrosit akan mempengaruhi
transport gas (Tarwoto & Wartonah, 2006).
3. Faktor Perilaku
• Nutrisi: Misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi
• Paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat
• Oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan Arteriosklerosis.
• Exercise: Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
• Merokok: Nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah Perifer dan koroner.
• Alkohol dan obat-obatan :
• Menyebabkan intake nutrisi/ Fe menurun mengakibatkan
• Penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi
• Pusat pernafasan.
• Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat
4. Faktor lingkungan
• Tempat kerja (polusi)
• Suhu lingkungan
• Ketinggian tempat dari permukaan laut
Pengertian Pernafasan
Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung O2 (oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak
mengandung CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh.
Organ sistem pernapasan atas
1. Hidung
Hidung adalah gerbang utama keluar masuknya udara setiap kali Anda bernapas.
Dinding dalam hidung ditumbuhi rambut-rambut halus yang berfungsi menyaring
kotoran dari udara yang Anda hirup. Selain dari hidung, udara juga bisa masuk dan
keluar dari mulut. Biasanya, bernapas lewat mulu dilakukan ketika Anda
membutuhkan udara yang lebih banyak (saat ngos-ngosan karena berolahraga) atau
saat hidung sedang mampet tersumbat karena pilek dan flu.
2. Sinus
Sinus adalah rongga udara di tulang tengkorak. Rongga ini terletak di masing-
masing kedua sisi hidung dekat tulang pipi, di belakang tulang hidung, di antara mata,
dan di tengah dahi. Dalam sistem pernapasan manusia, sinus berfungsi membantu
mengatur suhu dan kelembaban udara yang Anda hirup dari hidung.
3. Adenoid
Adenoid adalah jaringan kelenjar getah bening yang ada di tenggorokan. Di dalam
adenoid terdapat simpul sel dan pembuluh darah penghubung yang membawa cairan
ke seluruh tubuh. Adenoid membantu Anda melawan infeksi dengan menyaring
benda asing seperti kuman, dan memproduksi sel limfosit untuk membunuhnya.
4. Tonsil
Tonsil adalah nama lain dari amandel. Amandel itu sendiri adalah kelenjar getah
bening yang berada di dinding faring (tenggorokan). Amandel sebenarnya bukan
bagian penting dari sistem imun maupun pernapasan manusia. Jika amandel terinfeksi
dan meradang, dokter dapat membuang atau menghilangkannya lewat operasi.
5.Faring
Faring (tenggorokan bagian atas) adalah tabung di belakang mulut dan rongga
hidung yang menghubungkan keduanya ke saluran pernapasan lain, yaitu trakea.
Sebagai bagian dari sistem respirasi manusia, faring berfungsi menyalurkan aliran
udara dari hidung dan mulut untuk diteruskan ke trakea (batang tenggorokan).
6. Epiglotis
Epiglotis adalah lipatan tulang rawan berbentuk daun yang terletak di belakang
lidah, di atas laring (kotak suara). Selama bernapas, epiglotis akan terbuka untuk
memungkinkan udara masuk ke laring menuju paru-paru. Namun, epiglotis akan
menutup selama kita makan untuk mencegah makanan dan minuman secara tidak
sengaja terhirup dan menyebabkan tersedak.
Organ sistem pernapasan bawah
3. Tulang rusuk
Tulang rusuk adalah tulang yang menopang rongga dada dan melindungi organ
dalam dada, seperti jantung dan paru-paru dari benturan atau goncangan. Tulang rusuk
akan mengembang dan mengempis mengikuti gerak paru saat mengambil dan
mengeluarkan napas.
4. Paru-paru
Paru-paru adalah sepasang organ yang terletak di dalam tulang rusuk. Masing-
masing paru berada di kedua sisi dada.Peran utama paru-paru dalam sistem pernapasan
adalah menampung udara beroksigen yang kita hirup dari hidung dan mengalirkan
oksigen tersebut ke pembuluh darah untuk disebarkan ke seluruh tubuh.
5. Pleura
Paru-paru dilapisi oleh selaput tipis yang disebut pleura. Lapisan pleura bertindak
sebagai pelumas yang memungkinkan paru-paru untuk mengembang dan mengempis
dengan lancar setiap kali bernapas. Lapisan pleura juga memisahkan paru-paru dari
dinding dada Anda.
6. Bronkiolus
Bronkiolus adalah cabang dari bronkus yang berfungsi untuk menyalurkan udara
dari bronkus ke alveoli. Selain itu bronkiolus juga berfungsi untuk mengontrol jumlah
udara yang masuk dan keluar saat proses bernapas berlangsung.
7. Alveoli
Alveoli atau alveolus adalah kantung-kantung kecil dalam paru yang terletak di
ujung bronkiolus. Dalam sistem pernapasan, alveoli berfungsi sebagai tempat pertukaran
oksigen dan karbon dioksida.Pada alveoli juga ada kapiler pembuluh darah. Nantinya,
darah akan melewati kapiler dan dibawa oleh pembuluh darah vena dan arteri.Alveoli
kemudian menyerap oksigen dari udara yang dibawa oleh bronkiolus dan mengalirkannya
ke dalam darah. Setelah itu, karbon dioksida dari sel-sel tubuh mengalir bersama darah ke
alveoli untuk diembuskan keluar.
8. Tabung bronkial
Pada tabung bronkial paru-paru, ada sillia berupa rambut-rambut kecil yang
bergerak seperti gelombang. Gerakan gelombang sillia akan membawa mukus
(dahak/lendir/cairan) ke atas hingga ke luar tenggorokan. Silia juga ada di dalam lubang
hidung. Fungsi lendir atau dahak di tabung bronkial adalah untuk mencegah debu,
kuman, atau benda asing lain agar tidak sampai masuk ke paru-paru. Batuk juga bisa
menjadi cara sistem pernapasan manusia mencegah benda asing masuk ke paru-paru.
9. Diafragma
Diafragma adalah dinding otot kuat yang memisahkan rongga dada dari rongga
perut. Saat melakukan pernapasan perut, diafragma akan bergerak ke bawah dan
menciptakan rongga kosong untuk menarik udara. Ini juga bisa membantu
memperluas paru-paru
Tanda dan gejalanya yaitu : takikardi, napas pendek, nyeri dada menurunya
konsentrasi , disorientasi dan tinnitus
2. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi
penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup , biasanya
terjadi pada keadaan etelektasis (kolaps paru ) . tanda dan gejala pada keadaan
hiperventilasi adalah nyeri kepala , penurunan kesadaran disorientasi, ketidak
distrima,, ketidak seimbangan elektrolit, kejang dan kardiak arrest.
3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan kebutuhan O2 seluler akibat defisiensi O2 yang di
inspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat seluler . Hipoksia dapat
di sebabkan oleh :
a. Menurunya haemoglobin
b. Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung
c. Ketidak mampuan jaringan mengikat O2 seperti keracunan sianida
d. Menurunya di fusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti pada pneumonia
e. Menurunya pefusi jaringan seperti syok.
B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI oksigenasi
1. Lingkungan / Enviroment
Ketinggian, panas, dingin, dan polusi udara berpengaruh pada oksigenasi.
Tempat yang tinggi - tekanan O2 menurun - peningkatan respirasi curah jantung,
dankedalaman pernafasan.
Panas - dilatasi pembuluh darah perifer - aliran darah ke kulit meningkat sejumlah
hilangnyapanas pada permukaan tubuh. Vasodilatasi - memperbesar lumen pembuluh
darah, menurunkanresistensi aliran darah - peningkatan tekanan darah -
bertambahnya cardiac output - bertambanya rata - rata dan kedalaman pernafasan.
Lingkungan dingin - konstriksi pembuluh darah perifer, menurunkan aktifitas
jantung - berpengaruh terhadap kebutuhan oksigen.
Polusi Udara contohnya rokok - merangsang timbuknya sakit kepala, pusing, batuk,
dan perasaantercekik.
2. Latihan / Exercise
Aktifitas atau latihan fisik - meningkatkan respiratory dan heart rate , dan suplai O2
di dalam tubuh.
3. Emosi / Emotions
Percepatan heart rate mugkin juga merupakan respon dari emosi seperti pada rasa
takut, cemas danmarah - merangsang saraf simpatic untuk merespon kiondisi tersebut.
4. Gaya Hidup / Life Style
Gaya hidup klien merupakan faktor penting yang berhubngan dengan status
oksigenasi.Silicosis - pada seseorang pemecah batu.Asbestosis - pada pekerja
asbesAntracosis - pada penambang batu baraPetani - penyakit debu organicRokok
cigarret- faktor predisposisi pada penyakit paru
5. Status Kesehatan / Health Status
Dalam kondisi sehat, sistem kardiovaskuler dan pernafasan dapat memenuhi
kebutuhan oksigendalam tubuh.Hipoxemia, misalnya dikarakteristikan oleh
penurunan tekanan partial oksigen didalam darah arteri, atau penurunan saturasi dari
oksihemoglobin.
C. PENATALAKSANAAN GANGGUAN OKSIGEN
Terapi oksigen merupakan pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih besar
dibandingkan udara sekitar dengan tujuan memperbaiki atau mencegah gejala dan
manifestasi dari hipoksia.Hal ini dapat dilakukan di antaranya menggunakan nasal
kanul, masker sederhana, masker non-rebreathing. Tujuan dari terapi oksigen adalah
untuk mengobati atau mencegah hipoksemia sehingga mencegah hipoksia jaringan
yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan ataupun kematian sel. Namun,
pemberian yang tidak sesuai indikasi justru akan menyebabkan dampak sebaliknya.
1. Indikasi Dari Terapi Oksigen
a. Hipoksemia: penurunan PaO2 pada darah di bawah nilai normal. PaO2 <60 atau
SaO2 <90% pada pasien yang menghirup udara ruangan, atau dengan PaO2 dan
atau SaO2 di bawah nilai yang dinginkan pada situasi klinis spesifik
b. Terapi jangka pendek seperti pada keracunan karbon monoksida atau pemulihan
setelah anestesi
c. Absorbsi pneumothorax
d. Pasien sesak napas (laju napas di atas 20 x/menit) yang saturasi oksigennya
masih normal
e. Pasien dengan risiko hipoksia jaringan, misalnya pasien asidosis metabolik atau
sepsis
2. Indikasi Pemberian Oksigen jika Saturasi Oksigen Tidak Dapat Ditentukan
Salah satu indikasi terapi oksigen adalah keadaan akut yang dicurigai terjadi
hipoksia. Hipoksia pada umumnya dinilai dengan pulse oximetry atau analisis gas
darah. Namun bila keduanya tidak tersedia atau sulit dilakukan, maka hipoksia
dapat dicurigai dari gejala dan tanda dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.
a. Gejala dan tanda dari hipoksia:
1. Manifestasi neurologis (restlessness, ansietas, bingung, kejang atau koma)
2. Sianosis, kulit dan membran mukus berubah warna menjadi pucat atau
kebiruan
3. Takipnea dan dispnea.
D. TARGET TERAPI OKSIGEN
Pemberian oksigen perlu diberikan pada dosis yang sesuai agar tepat pada tujuannya
yaitu tata laksana hipoksemia. Saturasi oksigen pada orang normal pada umumnya
berkisar 96-98%, namun sering kali terapi oksigen tetap diberikan bahkan ketika saturasi
mencapai 100%.
Rekomendasi target saturasi oksigen menurut Thoracic Society of Australia and New
Zealand (2015) yaitu 92-96% pada pasien kondisi akut dan 88-92% pada pasien dengan
gagal napas kronis. Hal ini berbeda dengan rekomendasi menurut guideline dari British
Thoracic Society (2017) yaitu target Sa02 mencapai 94-98% pada hampir seluruh pasien
dengan penyakit akut. Namun hal ini dibantahkan oleh penelitian terbaru yang
menemukan bahwa pasien dengan SaO2 di atas 94-96% ternyata memiliki tingkat
mortalitas lebih tinggi tanpa meningkatkan outcome pasien.Pada saturasi oksigen < 92%
ternyata ditemukan peningkatan mortalitas, dengan peningkatan tertinggi pada saturasi
oksigen <90%.Kadar saturasi oksigen yang dinyatakan tidak memiliki risiko peningkatan
mortalitas yaitu >92%.
Menurut rekomendasi dari studi terbaru, maka dianjurkan target saturasi oksigen pada
yaitu 88-92% pada pasien dengan gagal napas kronis dan gagal napas hiperkapnea, dan
92-96% pada kondisi lainnya. Turunkan dosis oksigen yang diberikan bila saturasi
melebihi 96% dan hentikan bila SaO2 sudah dapat mencapai target tanpa bantuan
suplementasi oksigen.
Penggunaan target saturasi oksigen berdasarkan rekomendasi tersebut tentunya harus
disesuaikan dengan penyakit yang dialami dan kondisi pasien. Contohnya pada
bronkiolitis, target saturasi oksigen yang lebih rendah, >90%, justru menghasilkan durasi
rawat inap yang lebih singkat, waktu yang lebih singkat hingga bayi mendapatkan asupan
makanan yang adekuat, serta lebih cepat kembali ke kondisi normal.
Jadi Pemberian oksigen yang tidak sesuai indikasi justru akan menimbulkan bahaya
bagi pasien, yaitu memperpanjang lama rawat inap, memperburuk perjalanan penyakit,
hingga menyebabkan mortalitas. Indikasi pemberian oksigen adalah adanya hipoksemia,
atau kondisi khusus seperti pneumothorax dan keracunan karbon monoksida.
Oksigen diberikan sampai target terapi tercapai. Berdasarkan rekomendasi terbaru,
target terapi yang disarankan adalah saturasi oksigen 92-96%, kecuali pada kondisi gagal
napas kronis dan gagal napas hiperkapnea yang membutuhkan target terapi lebih rendah,
88-92%. Walau demikian, rekomendasi target ini juga harus disesuaikan dengan kondisi
pasien, misalnya pada bronkiolitis, target terapi yang disarankan adalah saturasi oksigen
di atas 90%. Pastikan oksigen diperlakukan sebagai obat, yang membutuhkan indikasi
dan dosis pemberian yang jelas.
PERTEMUAN 10
KONSEP DAN PRINSIP KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Kebtuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri
jarang terjadi dalam bentuk kelebihan atau kekurangan.
Sistem yang berperan dalam tubuh adalah :
1. Ginjal
2. Kulit
3. Paru
4. Gastroinstestinal.
5. ADH
suatu hormon yang membantu ginjal mengatur keseimbangan cairan dan garam di dalam
tubuh.
6. Aldosteron
Aldosteron adalah hormon steroid dari golongan mineralokortikoid yang disekresi dari
bagian terluar zona glomerulosa pada bagian korteks kelenjar adrenal oleh rangsangan
dari peningkatan angiotensin II dalam darah.
7. Prostaglandin
zat dengan struktur kimia menyerupai hormon.
8. Glukokortikoid
adalah golongan hormon steroid yang memberikan pengaruh terhadap metabolisme
nutrisi.
9. Mekanisme rasa haus
Jenis cairan :
1. Cairan nutrient
a. Karbohidrat dan air
b. Asam amino
c. Lemak
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh
total dan elektrolit kedalam seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh
padaa yang lainnya.
1. Air,senyawa utama dari tubuh manusia.Rata-rata pria dewasa hampir 60% dari berat
badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air dari berat badannya.
2. Solute (terlalut),cairan tubuh mengandung dua jenis substrat terlalut (zat terlalut)
elektrolit dan non elektrolit.
b. Non elektrolitSubstansi seperti glukosa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam
larutan.Larutan non elektrolit lainnya yang secara klinis penting mencakup
kreatinin dan bilirubun.
Factor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit
Usia
Jenis kelamin
Sel-sel lemak
Stress
Sakit
Temperature lingkungan
Diet
Pengaturan cairan
1. Ginjal : jumlah urine yang diproduksi ginjal dipengaruhi oleh Anti Diuretic
Hormon(ADH) dan aldeosterone
2. Kehilangan air tak kasat mata : kehilangan evaporasi pada kulit dan terjadi tanpa
kesadaran individu.
3. Keringat
4. Saluran gastroinsetinal(Gl Track)
5. Hormon : ADH akan menurunkan produksi urine dengan cara meningkatkan reabsorsi air
oleh tubulus ginjal sedangkan ,Aldosteron mengatur keseimbangan natrium dan kalium
dengan menyebabkan tubulus ginjal mengekskresikan kalium dan mengabsorpsi natrium.
Gangguan elektrolit
Kalium
Klorida
Kalsium
Magnesium
HOMESTATIK METABOLIK
Mekanisme utama yang bekerja bersama sama dalam mempertahankan PH homeostatis
asam dan basa yang dipengaruhi oleh system buffer, terdiri dari:
a. Bikarbonat asam karbonat
b. Hemoglobin oksi hemoglobin
c. System buffer protei
Metabolism protein
d. System prospat : dibuang melalui ginjal
Peningkatan keasaman adalah :
• Ditemukan pada ciran intiasel
• Bekerjasama dengan paru (dengan mengatur PH untuk kadar c2O)
• Memiliki kemampuan meminimalkan perubahan PH
• Merupakan kombinasi asam lemah dan bas lemah
• Merupalam struktur molekul protein
Basa : o2 lebih banyak
Asam : Co2 lebih banyak
Sistem Respitasi
a. Kadar ion H+ asam naik/turun
b. Dapat dideteksi lewat kemonreseptor porifer dan sentral
c. Pesan dikirim ke pusat pernafasan di medulla
d. Jika ada perubahan akan melakukan kopensasi jika
- Jika ion H+ lebih tinggi RR menurun
- Jika ion H+ lebih rendah RR meningkat
Bekerja sampai dengan konsentrasi H+ dan C02 pada cairan elektrasel minimal
System Renal
Ginjal mengatur eseimbangan ion h+ dengan reabsorpsi dengan ekresi berkonfemsasi
lambat namun lebih efektif disbanding paru
3 komponen yang mengeseimbangkan asam basa ph
• PCO 2 menilai komponen respirasi
• Hco 3 menilai komponen metaolik
PCO2 asam-basa : tingginya PCO2 mengidentifikasikan asam misalnya co2 yang tertahan diparu
oleh karena hipoventilasi rendahnya pco2 mengidentifikasikan basa, misalnya pasien
hoperventilasi akan mengeluarkan co2
HCO3
HCO3 tinggi-basa
HCO3 rendah-asam
Cara PH abnormal dapa kembali normal dengan cara:
a. Kompensasi : system yang tidak secara prinsip bertanggung jawab untuk
pengembalian PH ke normal , misalnya PCO2 tinggi, HCO3 ditahan untuk
mengompensasi
b. Koreksi : system yang secara prinsip dipengaruhi , diperbaiki untuk
mengembalikan ke normal misalna [CO2 tinggi, pco2 diturunkan untuk
mengoreksi abnormalitas.
GANGGUAN ASAM-BASA
Persamaan Henderson dan herselbach
Ph normal : 7,35-7,45. Apabila PH kurang dari 7,35 disebut asidosis sedangkan jika PH lebih
dari 7.45disebut alkalosis
PEMBACAAN AGD
4 parameter pokok yang penting untk diagnose keadaan akut dan me\muli terapi adalah
PH,PCD2, HCO3, dan BE
D atau gas darah bisa dibaca berasarkan criteria normal namun secara mandiri (sendiri-
sendiri) data ini tidak mempunyai anti klinis. Dara gas darah minimal harus dibaca dalam
satu paket yaitu PH,PCO2,HCO2 dan BE
Data normal :
PHO2: 80-100 mmhg
PH: 7,35-7,45
PCO2: 35-45 mmhg
BE: -2- +2
HCO3: 22-26mmol/L
Cara membaca data
Tentukan asidosis atau alkosis: baca PH
Tentukan penyebab primer dan acidosis atau alkalosis
- Baca PCO2 : jika menyimpang searah dengan PH disebut respiratonik
- Baca BE : jika menyimpang searah dengan PH disebut dengan metabolic
Tentukan apakah sudah ada kompensasi jika PCO2 atau BE sudah menyimpang kearah
yang berlawanan dengan PH berarti sudah ada kompensasi
PCO2: tinggi (asidosis), rendah (asidosis)
HCO3 : tinggi (alkalosis), rendah (acidosis)
BE : kurang (asidosis), lebih (alkalosis)
PH : kurang (asidosis), lebih (alkalosis)
Kompensasi penuh jika : kemampuan 3 asidosis dan 1 alkalosis
Kompensasi sebagian: kesimpulan 3 asidosis tengah-tengah normal
Nilai asam-basa PCO2 : respirasonik
Nilai asam-basa HCO3 : metabolik
PERTEMUAN 13
KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI (BLADDER)
3. Kandung kemih
Organ cekung yang mampu berdistensi yang disusun atas jaringan otot sebagai wadah
urine dansebagai organ ekskresi. Kandung kemih mampu menampung kurang lebih 600
ml urine. Pengeluaran urine normal yaitu sekitar 300 ml. Saat keadaan penuh, kandung
kemih akan membesar dan melebar hingga atas simfisis pubis. Dinding kandung kemih
terdapat 3 lapisan: lapisanmukosa, lapisansubmukosa, lapisanotot, danlapisanserosa.
4. Uretra
Pada pria, uretra membawa cairan semen dan urine. Panjang sekitar 20 cm, melalui
kelenjar prostat dan penis.Uretra prostatik, dikelilingi oleh kelprostat. Menerima 2 duktus
ejakulator yang terbentuk dari penyatuan duktus deferens dan duktus kelvesikel seminal
Uretra membranosa, bag terpendek (1 cm-2cm). Dikelilingi sfingteruretra eksterna.
Uretrakavernosa (berspons), bag terpanjang. Menerima duktus kelenjar bulbouretra dan
merentang sampai orifisiumuretra eksterna pada ujung penis.
Pada wanita, ukuran pendek (3,75 cm), membuka keluar tubuh mllorifisiumuretra
eksterna yg terletak antara klitoris dan mulut vagina.Wanita lebih berisiko terjadinya
infeksi kandung kemih (sistitis) dan infeksi saluran kemih (ISK).
Siklus yang terjadi ketika berkemih ialah kontraksi kandung kemih serta relaksasi otot
panggul di dasar panggul yang telah terkoordinasi. Ketika seseorang menahan untuk
berkemih, maka sfingter urinarius berkontraksi dan refleksmikturisi dihambat. Sedangkan,
apabila seseorang siap untuk berkemih, sfingter eksterna berelaksasi, otot detrusor
distimulasi oleh reflek smikturisi untuk berkontraksi mengakibatkan pengosongankan
dungkemih secara efisien.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELIMINASI
- Faktor psikologis
- Asupan cairan dan makanan
- Pertumbuhan dan perkembangan
- Aktifitas dan tonus otot
- Gaya hidup
- Kondisi patologis
- Medikasi
- Pemeriksaan fisik
- Prosedur pembedahan
Gangguan bladder dapat terjadi akibat dari kerusakan saraf yang terjadi pada
system saraf manusia. Apabila system saraf pusat atau system saraf tepi yang
merupakan jalur persarafan system perkemihan mengalami gangguan maka akan
mengganggu proses berkemih. Gejala yang dapat terjadi apabila terjadi disfungsi
kandung kemih / bladder adalah retensi inkontinensia yang berlebihan, urinasi yang
kerap kali hanya sedikit, atau kombinasi dari keduanya.
• Inkontinensi urine, yaitu ketidak sanggupan sementara atau permanen otot sfingter
eksterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih.
• Retensi, yaitu adanya penumpukan urine didalam kandung kemih dan ketidak sanggupan
kandung kemih untuk mengosongkan diri.
• Enuresis, Sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pada malam hari (nocturnal
enuresis)
Pengobatan pada gangguan eliminasi betujuan untuk memungkinkan baldder benar-benar kosong
dan secara reguler, mencegah infeksi, mengontrol inkontinensia, melindungi fungsiginjal.
TERAPI NON FARMAKOLOGIS
• Terdapat tiga macam metode bladder training, yaitu kegel exercises (latihan
pengencangan atau penguatan otot-otot dasar panggul), Delay urination (menunda
berkemih), dan scheduled bathroom trips (jadwal berkemih).
TERAPI FARMAKOLOGIS
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolism tubuh baik berupa urina tau
bowel (feses). Eliminasi bowel/ buang air besar (BAB) atau disebut juga defekasi
merupakan feses normal tubuh yang penting bagi kesehatan untuk mengeluarkan
sampah(feses) dari tubuh.
Fisiologi Defekasi
1. Refleks Defekasi Intrinsikrefleks ini berawal dari feses yang masuk rectum yang
kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus ingestikus dan terjadilah gerakan
peristaltik. Setelah fesestiba di anus secara sistematis spingter internal relaksasi maka
terjadi defekasi.
2. Refleks Defekasi Parasimpatisfeses yang masukke rectum akan merangsang saraf
rectum yang kemudian diteruskanke spinal coral dan dari sini kemudian dikembalikan
kekolon descenden, sigmoiddan rectum yang menyebabkan intensifnya peristaltic.
Relaksasi spingter maka terjadilah defekasi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Defekasi
1. Umur,pada bayi control defekasi belum berkembang, sedangkan pada lanjut usia control
defekasi menurun
2. Diet,banyaknya makanan yang dikonsumsi akan mempengaruhi defekasi dan makanan
berserat akan mempercepat produksi feses.
3. Asupan cairan, cairan mengencerkan isiusus, memudahkan bergerak melalui kolon.
Asupan cairan yang menurun memperlambat pergerakan makanan yang melalui usus.
4. Faktor psikologi, apabila individu megalami kecemasan, ketakutan, ataumarah, muncul
respon stres, yang memungkinkan tubuh membuat pertahanan.
5. Anestesi dan pembedahan,anestesi umum dapat menghalangi implus parasimpatis,
sehingga kadang-kadang dapat menyebabkan ileus usus.
6. Iritan,zat seperti makanan pedas, toxin bakteri dan racun dapat mengiritasi saluran
intestinal dan menyebabkan diare dan sering menyebabkan flatus.
Masalah Gangguan pada Eliminasi Bowel
Konstipasi
Fecel infraction/Impaksi.
Diare
Inkontinensia.
Flatuence
Hemoroid
AsuhanKeperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian eliminasi feses termasuk pengambilan suatu riwayat keperawatan yang
menetap kan pola defekasi dan termasuk pemeriksaan fisik pada abdomen, dengan
pemeriksaan fisik pada abdomen, dengan referensi khusus pada daerah saluran intestinal.
Riwayat Keperawatan
Poladefekasi
Perilakudefekasi
Deskripsifeses
Diet
Cairan
Aktivitas
Penggunaan medikasi
Stress
Pembedahan atau penyakit menetap
2. Pemeriksaan Fisik
Abdomen
Rektumdan anus
Feses
Pemeriksaan Diagnostik
Anoskopi
Progtosigmoidoskopi
Protoskopi
Rontgen dengan kontras
3. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA (2003), masalah keperawatan untuk dieliminasi meliputi; Konstipasi,
Impaksi, Diare, Flatuensi, Hemoroid dan Inkontinensi
4. Perencanaan dan Implementasi
Dalam perencanaan dan implementasiini, akan dibahas beberapa masalah dalam
beberapa masalah dalam eliminasi sebagai perwakilan dari masalah dalam eliminasi.
1. Diare di proses infeksi pada saluran pencernaan, malabsorpsi
Ditandai :
BAB lebih dari 3x sehari dengan konsistensicair
Nyeri pada abdomen dan peristaltic usus meningkat
Tujuan :Agar diarepasiendapatdiatasi
Kriteriahasil :
BAB 1-2 x sehari, dengan konsisten lembek
Tidak ada keluhan nyeri pada abdomen
Peristaltic usus kembali normal
Rencana tindakan :
Catat frekuensi jumlah konsisten feses yang keluar : untuk mengetahui jumlah, kosistensi
feses yang keluar
Monitor tanda-tanda dehidrasi (pusing, lesu, mukosabibirkering, dll) : untuk mengetahui
keadaan kebutuhan cairan klien
Support emosipasien: menberikan semangatpadaklien
Anjur kan pasien untuk menghindari makanan yang merangsang timbulnya diare : Agar
keadaan klien membaik
Kolaborasi dengantimkesehatan (pemberianobat-obatan anti diaredanantibiotik) :untuk
membantu proses penyembuhan klien
2. Konstipasib.dketidakseimbanganelektrolit, kekurangan intake cairandanserat
Tujuan :klientidak mengalami kontipasi
KriteriaHasil:Klien dapat defekasi secara spontan dan lancer tanpa menggunakan obat
dan bising usus normal ( 5- 35x/ menit )
Intervensi :
Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab kontipasi: Klien dan
keluarga akan mengerti penyebab kontipasi
Auskultasi bising usus : Bising usus menandakan sifat aktivitas peristaltic
Anjurkanpadaklienuntukmakan – makanan yang mengandungserat : Untukmerangsang
peristaltic dan eliminasi regular
Berikan intake cairan yang cukup( 2 liter/ hari ) jika tidak ada kontraindikasi : masukan
cairan adekuat membantu mempertahan kankonsistensi feses.
Lakukan mobilisasi sesuai dengan keadaanklien : Membantu eliminasi dalam
memperbaiki tonus otot abdomen dan merangsang nafsu makan dan peristaltik.
3.Gangguan inkontinensiaal vib.dkerusakan spingter rectum, akibat pembedahan pada
rectum.
Tujuan :agar pola BAB klien optimal danterkendali
Kriteria hasil :Individu akan mengeluarkan feses setiap dua atau tiga hari
Intervensi :
Kaji factor yang berperan menyebabkan inkontinensiaal vi : untuk mempertahan
kankonensia usus
Kaji status neurologis dan kemampuan fungsional individu : untuk mencapai kontinensia
Rencanakanwaktu yang tepat dan konsisten defekasi: meningkatkan motilitas pencerna
dan mempercepat fungsi usus
Buat program defekasi harian selama lima hari atau sampai terbentuk suatu pola : Agar
pola defekasi klien dapat terlatih
Berikan privacy dan lingkungan yang tidak menyebabkan stress : Menjaga privacy klien
dan memberi kenyamanan klien
Ajarkan tehnik defekasi yang efektif pada klien : dapat memfasilitasi gravitasi dan
meningkatkan tekanan intra abdomen guna mengeluarkan feses
5. Evaluasi
Tindakan asuhan keperawatan dikatakan berhasil bila:
Secara optimal klien akan mampu mengeluarkan feses
Klien akan memperoleh informasi yang dibutuhkan
Klien akan memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk menetapkan pola eliminasi
normal
Klien akan mampu melakukan defekasi secara normal dengan memanipulasi komponen-
komponen alamiah dalam kehidupan sehari-hari seperti diet, asupan cairan, dan olahraga.