Anda di halaman 1dari 6

KOMPETENSI : PERSALINAN

WAKTU : 15 MENIT
NAMA MAHASISWA :
Kompetensi
Aspek yang dinilai Ya Tdk
Tahap Preinteraksi
1. Cek catatan klien
2. Cuci tangan
3. Mempersiapkan alat:
o Partus set (dalam wadah stainless dan tutup) : 2 klem Kelly atau 2 klem cocher
gunting tali pusat, benang tali pusat atau klem plastik, kateter logam, gunting
episiotomi, klem ½ kocher, 3 pasang sarung tangan DTT atau steril, kasa steril,
kateter penghisap Dee Lee atau bola karet penghisap yang baru dan bersih atau
kateter metal, duk lubang steril, kom betadin)
o Hlecting set( dalam wadah stainless dan tutup) : 2 klem Kelly atau 2 klem sudah
ada klem plastic,gunting episiotomy,klem ½ kocher,pinset anatomi,pinset chirugis,
2 pasang sarung tangat DTT atau steril,kasa atau kain kecil,gulungan kapas
bersih,kateter penghisap Dee Lea atau bola penghisap yang baru dan
bersih,kateter metal.
o Underpad
o Oksitosin 10 UI dan metergin 10 mg
o Spuit 3 cc 2 buah
o Celemek plastik
o Bengkok 2 buah (untuk pelaksanaan dan tempat plasenta)
o Handuk bersih, kain ibu, celana dalam, pembalut, wash lap 2 buah
o Perlak
o Tensimeter
o Stetoskop
o Funduskop
o Heacting set (nelholder, jarum heacting, benang cromic, gunting, pinset sirurgis,
kom betadin) dalam kupet
o Wadah berisi air DTT
o Na Cl
o Kapas sublimat / kapas NaCl
o Wadah berisi air DTT
o Stikpan
o Tempat ari-ari
o Lampu sorot
4. Cuci tangan
Tahap Orientasi
5. Salam pembuka dan perkenalkan diri
6. Lakukan identifikasi identitas (tanyakan nama, tanggal lahir dan lihat nomer RM)
7. Jelaskan tujuan tindakan pada pasien dan keluarga
8. Jelaskan prosedur tindakan
9. Kontrak waktu
10. Tanyakan keluhan saat ini
11. Berikan kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
Tahap Kerja
12. Jaga privasi klien
13. Anjurkan klien buang air kecil
14. Persilahkan klien untuk berbaring di tempat tidur dengan satu bantal di bagian
kepala,
15. Tutup dengan alat tenun bagian tubuh klien yang tidak diperiksa
(Mengenali gejala dan tanda kala dua)
16. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua (Ibu merasa ada dorongan
kuat dan meneran, ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan vaginanya, perineum tampak menonjol, vulva-vagina dan sfingter anal
membuka).
(Menyiapkan pertolongan persalinan)
17. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong
persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk resusitasi
siapkan tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk/kain bersih dan
kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm untuk tubuh
bayi.
18. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
19. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai pada kedua tangan
20. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan
mengeringkan tangan dengan tissue dan handuk disposibel.
21. Buka partus set, buka spuit dengan tekhnik steril. Letakkan dalam partus set. Periksa
obat : label cairan suntikan, dosis dan kadaluarsa. Patahkan ampul dan taruh di atas
meja/ troli
22. Cuci tangan dengan tekhnik 6 langkah dan keringkan
23. Pakai sarung tangan steril dengan tekhnik satu tangan
24. Menghisap oksitosin 10 UI ke dalam tabung suntik/ spuit. Aspirasi untuk
mengeluarkan udara, letakkan kembali dalam partus set tanpa mengkontaminasi
spuit
(Memastikan pembukaan lengkap dengan keadaan janin baik)
25. Dekatkan bengkok, bersihkan vulva dan perineum dengan kapas sublimat
26. Lakukan pemeriksaan dalam/ VT untuk menentukan bahwa pembukaan servik sudah
lengkap ddengan menggunakan tekhnik steril
 Bila ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap lakukan amniotomi
27. Mendekontaminasi sarung tangan dengan acra mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit dan
lepaskan terbalik
28. Lakukan DJJ untuk menilai kondisi janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 kali/menit)
 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
 Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil
penilaian serta asuhan lainnya pada partograf
(Menyiapkan Ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran)
29. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu
berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
 Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman
persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan yang ada.
 Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana peran mereka untuk mendukung
dan memberi semangat kepada ibu untuk meneran secara benar.
30. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (Pada saat
his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ibu merasa nyaman)
31. Melakukan pimpinan meneran saat his (timbul kontraksi/ibu mempunyai keinginan
untuk meneran) :
 Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran
 Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran
 Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (tidak meminta ibu
untuk berbaring terlentang)
 Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
 Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu
 Menganjurkan asupan cairan per oral
 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
 Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu
120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu
multipara, merujuk segera
32. Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran
Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang aman. Jika
ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, menganjurkan ibu untuk mulai meneran
pada puncak kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi
(Persiapan pertolongan kelahiran bayi)
33. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah
membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
34. Letakkan kain yang bersih/underpad di bawah bokong ibu
35. Membuka partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
36. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan
(Menolong kelahiran bayi)
Lahirnya kepala
37. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan
satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan
lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan
kepala keluar perlahn-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau
bernapas cepat saat kepala lahir
38. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi
dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi:
 Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi
 Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan
memotongnya
39. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
Lahirnya bahu
40. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal.
Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut
menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar
untuk melahirkan bahu posterior
Lahirnya badan dan tungkai
41. Setelah kedua bahu dilahirkan, geser tangan bawah untuk kepala dan bahu.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas
42. Setelah tubuh dari lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki
dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya
(Penanganan bayi baru lahir)
43. Lakukan penilaian (selintas) :
 Apakah bayi cukup bulan ?
 Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?
 Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan ?
 Apakah bayi bergerak dengan aktif ?
Bila salah satu jawaban adalah “tidak” lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia
bayi baru lahir
Bila semua jawaban adalah “ya”, lanjut ke-27
44. Keringkan tubuh bayi
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang
kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.
45. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil
tunggal)
46. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
47. Dalam waktu 1 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan oksitosin 10 unit
IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan
oksitosin)
48. Dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm
dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali
pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
49. Pemotongan dan pengikatan tali pusat.
 Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan
lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut.
 Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pada sisi lainnya.
50. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di
dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi
lebih rendah dari puting payudara ibu.
51. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi
(Penatalaksanaan Aktif Kala III)
52. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
53. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang pubis
dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan
uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
54. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang
lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk
mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, menghentikan
penegangan tali pust dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.
a. Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk
melakukan rangsangan puting susu.
Mengeluarkan plasenta
55. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian
ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
b. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10
cm dari vulva dan lahirkan plasenta
c. Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15
menit :
o Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM
o Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
o Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan
o Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
o Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi baru lahir atau bila terjadi
perdarahan, segera lakukan plasenta manual.
d. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan
menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan
dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan
lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
e. Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan DTT atau steril dan
memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari
tangan atau klem atau forsep DTT atau steril untuk melepaskan bagian selaput
yang tertinggal.
Rangsangan taktil (masase) uterus
56. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus,
meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik
masase.
(Menilai perdarahan)
57. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun ke janin dan
selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban utuh. Meletakkan plasenta
di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
58. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila
laserasi menyebabkan perdarahan.
(Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan)
(Melakukan prosedur pasca persalinan)
59. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik. Mengevaluasi
perdarahan persalinan vagina.
60. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam
61. Setelah satu jam, lakukan pemeriksaan fisik bayu baru lahir, beri antibiotik salep mata
pencegahan dan vitamin K1 1 mg IM di paha kiri anterolateral.
62. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha
kanan anterolateral.
Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan.
Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusui di dalam satu
jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusui
(Evaluasi)
63. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan per vaginam :
1. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
2. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
3. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
4. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan yang sesuai
untuk penatalaksanaan atonia uteri. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan
penjahitan, lakukan penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik
yang sesuai.
64. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan
memeriksa kontraksi uterus.
65. Evaluasi dan estimasi kehilangan darah
66. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
67. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pasca
persalinan.
68. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
69. Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk pastikan bahwa bayi
bernapas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5ºC).
70. Jika bayi sulit bernapas, merintih atau retraksi, diresusitasi dan segera merujuk ke
rumah sakit.
71. Jika bayi bernapas terlalu cepat, segera dirujuk.
72. Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat lalu kembalikan bayi ke kulit ibunya
dan selimuti ibu dan bayi dengan satu selimut.
Kebersihan dan keamanan
73. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10
menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi.
74. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.
75. Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi tingkat tinggi (DTT).
Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai
pakaian yang bersih dan kering.
76. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikn ASI. Menganjurkan
keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
77. Mendekomentasikan daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin
0,5% dan membilas dengan air bersih.
78. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan bagian
dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
79. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
Dokumentasi
80. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)
Tahap Terminasi
Evaluasi hasil yang didapat sebagai berikut:
81. Evaluasi hasil kegiatan (subjektif dan objektif)
82. Berikan reinforcement positif pada klien
83. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
84. Buka sampiran
85. Bersihkan alat
86. Cuci tangan
Dokumentasi
Lakukan pendokumentasian : nama klien, tanggal dan waktu, hasil yang dicapai
Pencapaian (Total item)

Anda mungkin juga menyukai