Anda di halaman 1dari 7

Arsitektur Tradisional Bali (ATB)

Arsitektur tradisional adalah perwujudan ruang untuk tempat aktivitas


kehidupan dengan pengulangan pola ruang dari generasi ke generasi berukutnya
dengan sedikit atau tanpa perubahan, yang dilatarbelakangi oleh norma-norma agama
dan dilandasi oleh adat kebiasaan setempat serta dijiwai kondisi dan potensi alam
lingkungannya.

Sumber : baliinformation.com

1. Identifikasi arsitektur tradisional bali


Bali, lokasi permukiman/arsitektur desa-desa tradisional terletak antara
7ᵒ54’ dan 8ᵒ3’ lintang selatan, antara 114ᵒ25’ dan 115ᵒ43’ bujur timur.
Dengan demikian Bali terletak di daerah katulistiwa, tergolong dearah
tropis dengan temperature rata-rata 26ᵒ C. Perbedaan temperature pantai
dan pegunungan berkisar sekitar 5ᵒ C. curah hujan sekitar 1500 mm di
daerah pantai dan sekitar 2000 mm di pegunungan dalam setahun.
Arsitektur bali berfilosofi pada Kesinambungan alam/makrokosmos
(bhuwana agung) dan manusia/mikrokosmos (bhuwana alit).
Kesinambungan diatur melalui unsur-unsurnya yang disebut Panca
Mahabhuta (5 unsur alam); apah, teja, bayu, akasa, pertiwi, atau air, sinar,
angina, udara dan zat padat/tanah. Dengan begitu arsitektur tradisional
memperhatikan iklim sebaik-baiknya, penataan pekarangan, pola ruang,
struktur konstruksi dan pemilihan bahan diperhitungkan guna
keseimbangan dan pengkondisian manusia dengan lingkungan sekitarnya.

Sumber : arsitag.com
Konsepsi perancangan arsitekturnya didasarkan pada tata nilai ruang
yang dibentuk oleh 3(tiga) sumbu, yaitu ; 1) sumbu kosmos, bhur, bhwah,
swah (hidrosfir, litosfir, atmosfir); 2) sumbu ritual, kangin-kauh terbit dan
terbenamnya matahari); 3) sumbu natural, kaja-kelod (gunung-laut).
Masing-masing dengan daerah tengah yang bernilai madia.Dengan adanya
pegunungan di tengah, maka untuk Bali Selatan, kaja adalah ke arah
gunung di utara, kelod ke arah laut di selatan. Untuk Bali Utara, kaja
adalah kea rah gunung di selatan, kelod kea rah ;laut di utara. Kedua
sumbu lainnya berlaku sama. Demikian, letak dan keadaan alam Bali
memperngaruhi perwujudan arsitektur lingkungan binanya.

Sumber : kayanblog – wordpress.cpm


2. Pola desa
Pola-pola permukiman tradisional yang selanjutnya disebut Desa
Tradisional di Bali umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
tata nilai ruang dari tata nilai ritual yang menempatkan zona ‘sakral’
dibagian kangin (timur) arah terbitnya matahari sebagai arah yang
diutamakan. Berlanjut sampai pada penempatan zona ‘provan’ dibagian
kauh (barat) arah terbenamnya matahari. Faktor kondisi dan potensi alam,
nilai utama ada pada arah gunung dan kearah laut dinilai lebih rendah.
Faktor sosioekonomi juga berpengaruh, bahwa desa nelayan menghadap
ke-arah laut, desa petani menghadap kearah persawahan atau
perkebunannya. Terjadi hubungan yang erat dan seimbang antara pola
desanya dengan area tempat kerjanya.

Sumber : pesonatravel.com
Pada kondisi lain di Bali, pola permukiman ada yang berpola
Pempatan Agung yang disebut pula Nyatur Desa atau Nyatur Muka. Dua
jalan utama yang menyilang Desa, Timur – Barat dan Utara – Selatan,
membentuk silang perempatan sebagai pusat desa (cross road). Balai
Banjar sebagai pusat pelayanan sub lingkungan meneliti kearah sisi desa
dengan jalan-jalan sub lingkungan sebagai cabang-cabang jalan utama.
Beberapa desa ada yang berpola khusus, plaza di tengah (Desa
Tenganan-Karangasem), plaza dengan jalan lingkar sisi (Desa Julah-
Singaraja), plaza dengan lorong-lorong dari plaza ke-arah tepi (Desa
Bugbug- Karangasem) dan beberapa desa lainnya. Potensi dan kondisi
alam lingkungan lokasi desa banyak mempengaruhi pola-pola
perkampungan/desa di Bali.
RESEARCH PAPER

BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI DAN BERBENTANG


LEBAR

Disusun oleh :

Nama
NIM

Kelas

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

2020

Anda mungkin juga menyukai