Disusun oleh ;
Zulfi Ali Akbar
1157060080
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
1440 H/ 2018 M
BAB I
PEMBAHASAN
Mengeluarkan zakat itu hukumnya wajib sebagai salah satu rukun Islam.
Namun demikian, tidak semua orang yang memiliki harta terkena kewajiban
zakat mal. Mengenai zakat, dapat dijumpai dalam Al-Qur’an di 82 ayat atau
tempat, serta di dalam kitab-kitab hadits. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya
pembahasan mengenai zakat ini. Orang yang menunaikannya akan mendapatkan
pahala, sedangkan yang tidak menunaikannya akan mendapat siksa. Kewajiban
zakat tersebut telah ditetapkan melalui dalil-dalil qath’i (pasti dan tegas) dalam
Al-Qur’an dan Hadits serta telah disepakati oleh para ulama. Ada beberapa syarat
yang harus dipenuhi, baik terkait dengan pemilik harta maupun harta itu sendiri.
2. Rukun Zakat
Rukun zakat adalah mengeluarkan sebagian dari nisab(harta) yang dengan
melepaskan kepemilikan terhadapnya, menjadiakannya sebagai milik orang
fakir dan menyerahkannya kepadanya atau harta tersebut diserahkan kepada
wakilnya yakni imam atau orang yang bertugas untuk memungut zakat
C. Macam-Macam Zakat
1. Zakat Jiwa (Nafsh / Fitrah)
a. Pengertian Zakat Fitrah
ُ صلَّى هَّللاَ ِ ض َرسُو ُل هَّللا َ ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َما قَا َل فَ َر ِ ع َْن اب ِْن ُع َم َر َر
ير َعلَى ٍ صاعًا ِم ْن َش ِع َ ْصاعًا ِم ْن تَ ْم ٍر أَو َ ط ِر ْ َِعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم زَ َكاةَ ْالف
الذ َك ِر َواأْل ُ ْنثَى
َّ ْال َع ْب ِد َو ْال ُح ِّر َو
“Dari Ibnu Umar ra, Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitri 1(satu) sha’
dari kurma/gandum atau budak, orang merdeka laki-laki dan perempuan, anak
kecil dan orang tua dari seluruh kaum muslimin. Dan beliau perintahkan supaya
dikeluarkan sebelum manusia keluar untuk shalat ‘ied.” (HR Bukhari, no. 1503;
Muslim, no. 984)
1) Beragama Islam.
2) Lahir dan hidup sebelum terbenam matahari pada hari penghabisan bulan
Ramadhan.
3) Mempunyai kelebihan harta dari keperluan makanan untuk dirinya sendiri
dan wajib dinafkahi, baik manusia atau binatang, pada malam hari raya
dan siang harinya. Bagi orang yang tidak mempunyai kelebihan seperti itu,
maka boleh menerima dari orang lain sehingga dia dapat membayar zakat
dan mempunyai persediaan makanan.
(1) Unta
Kewajiban zakat unta dijelaskan Nabi dalam haditsnya dari Anas ra.
Menurut riwayat Al-Bukhari yang menyampaikan sabda Nabi yang artinya
”Setiap 24 ekor unta atau kurang, maka zakatnya seekor kambing betina. Untuk
setiap 5 ekor unta, jika jumlahnya 25 sampai 35 ekor, maka zakatnya satu ekor
anak unta betina berumur 1-2 tahun atau satu ekor anak unta jantan berumur 3-4
tahun;jika jumlahnya 36 ekor sampai 45 ekor, zakatnya 46 sampai 60 ekor unta,
zakatnya adalah seekor unta betina berumur 3-4 tahun”. (HR Bukhari)
Zakat
Nisab
Jenis Umur
40-120 1 ekor domba atau kambing 1 atau 2 tahun
121-200 1 ekor kambing 2 tahun
201-300 2 ekor kambing 2 tahun
301-400 3 ekor kambing 2 tahun
Mulai 400 ekor kambing dihitung tiap-tiap 100 ekor kambing zakatnya 1 ekor
kambing atau domba umurnya seperti tersebut di atas.
“Apabila engkau mempunyai perak 200 dirham dan telah cukup satu tahun maka
zakatnya 5 dirham, dan tidak wajib atasmu zakat emas hingga engkau
mempunyai 20 dinar. Apabila engkau mempunyai 20 dinar dan telah cukup satu
tahun, maka wajib zakat adanya setengah dinar.” (H.R. Abu Daud no. 1573.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Beberapa pendapat ulama tentang harta yang wajib di zakati yaitu sebagai
berikut:
“Tidak ada zakat dalam sayuran”. (Sahih, diriwayatkan oleh al-Dzaraqutni dari
Anas dan Thalhah).
Abu Hanifah tidak mewajibkan zakat terhadap rumput, tetapi apabila
rumput itu sengaja ditanam dan menghasilkan, wajib pula dibayar zakatnya.
Apabila sayur-mayur itu diperdagangkan, maka wajib zakat dari perdagangan
sayur tersebut. Dalam hal ini sesungguhnya dapat dilihat dari segi lain yaitu dari
segi subjek hukumnya apakah sebagai produser atau sebagai pedagang atau
sebagai produser dan pedagang.
Dan juga sebagaimana Firman Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al-An’am ayat
141, yang berbunyi:
1
َرQQQْت َو َغي ٍ اQQQُوش َ ت َم ْعر ٍ أ َ َجنَّاQQQو الَّ ِذي أَ ْن َشQQQ
َ َُوه
ُهQQُا أُ ُكلQQً َّزرْ َع ُم ْختَلِفQQ َل َوالQQت َوالنَّ ْخ َ َم ْعر
ٍ اQQُوش
ۚ ابِ ٍهQ َر ُمت ََشQ ابِهًا َو َغ ْيQ ونَ َوالرُّ َّمانَ ُمت ََشQQَُوال َّز ْيت
َ ُكلُوا ِم ْن ثَ َم ِر ِه إِ َذا أَ ْث َم َر َوآتُوا َحقَّهُ يَوْ َم َح
صا ِد ِه
ِ ْرفُوا ۚ إِنَّهُ اَل يُ ِحبُّ ْال ُمس
َْرفِين ِ ۖ َواَل تُس
”Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya,
zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya).
makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan
tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir
miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang yang berlebih-lebihan”. (QS Al-An’am 141)
Ayat ini mempertegas adanya zakat untuk semua hasil bumi, kemudian
dikeluarkan zakatnya sebanyak 10% jika dialiri dengan air hujan atau sungai
dengan cara yang mudah. Tetapi zakatnya hanyalah 5% jika dialiri dengan air
yang dibeli atau mempergunakan upah.
Serta sabda Rasulallah SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Bilal
bin Al-Harits ra.
b) Nisab Zakat
Nisab zakat ma’din / harta temuan adalah 20 dinar emas (85 gram) atau
200 dirham perak. Hasil tambang apabila sampai satu nisab (sesuai dengan
nisabnya emas atau perak), wajib dikeluarkan zakatnya pada waktu itu juga
sebesar 2,5%. Waktu diwajibkannya menunaikan zakat adalah sejak barang
tambang itu dikeluarkan dan dilakukan pembersihan dan penyaringan dari tanah
dan kotoran lainnya. Sehingga berat / kadarnya dapat diukur dengan sempurna
tanpa tercampur oleh benda lain.
Apabila ma’din merupakan milik dua orang dan mencapai satu nisab,
maka mereka wajib menunaikan zakatnya. Yang menyebabkan seseorang tidak
berkewajiban menunaikan zakat harta ini adalah apabila harta tersebut hilang
maupun dicuri ataupun apabila penemu barang tambang tersebut memiliki hutang.
“Setelah itu sesungguhnya nabi saw menyuruh kami mengeluarkan zakat dari
barang-barang yang kami sediakan untuk perniagaan”
7) Zakat Profesi
َّ ا َمQQَر َوأَقQ
َاَل ةQالص ِ Qوْ ِم اآْل ِخQQَاج َد هَّللا ِ َم ْن آ َمنَ بِاهَّلل ِ َو ْالي
ِ Q ُر َم َسQا يَ ْع ُمQQإِنَّ َم
َش إِاَّل هَّللا َ ۖ فَ َع َس ٰى أُو ٰلَئِكَ أَ ْن يَ ُكونُوا ِمنَ ْال ُم ْهتَ ِدين َ َوآتَى ال َّز َكاةَ َولَ ْم يَ ْخ
Zakat bukan pajak. Zakat adalah ketaatan dan ibadah kepada Allâh Azza
wa Jalla yang dilakukan oleh seorang Mukmin demi meraih pahala dan balasan di
sisi Allâh Azza wa Jalla . Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
َّ ت َوأَقَا ُموا ال
َصاَل ةَ َوآتَ ُوا ال َّز َكاة ِ إِ َّن الَّ ِذينَ آ َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا
ٌ ْلَهُ ْم أَجْ ُرهُ ْم ِع ْن َد َربِّ ِه ْم َواَل خَ و
َف َعلَ ْي ِه ْم َواَل هُ ْم يَحْ زَ نُون
ُ ٰ
ِ Qا أ ْنQQلَ ِك ِن الرَّا ِس ُخونَ فِي ْال ِع ْل ِم ِم ْنهُ ْم َو ْال ُم ْؤ ِمنُونَ ي ُْؤ ِمنُونَ بِ َم
َ Qز َل إِلَ ْيQ
ك
َّ َو َما أُ ْن ِز َل ِم ْن قَ ْبلِكَ ۚ َو ْال ُمقِي ِمينَ ال
ِ ونَ بِاهَّللQQُاةَ َو ْال ُم ْؤ ِمنQQصاَل ةَ ۚ َو ْال ُم ْؤتُونَ ال َّز َك
َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر أُو ٰلَئِكَ َسنُ ْؤتِي ِه ْم أَجْ رًا َع ِظي ًما
َوإِ ْذ تَأ َ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَئِ ْن َش َكرْ تُ ْم أَل َ ِزي َدنَّ ُك ْم ۖ َولَئِ ْن َكفَرْ تُ ْم إِ َّن َع َذابِي لَ َش ِدي ٌد
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan doakanlah mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. Dan Allâh Maha mendengar lagi Maha mengetahui (Q,S
At-Taubah/9:103).
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka”
(Q,S At-Taubah/9:103).
Kikir adalah penyakit yang dibenci dan tercela. Sifat ini menjadikan
manusia berupaya untuk selalu mewujudkan ambisinya, egois, cinta hidup di
dunia dan suka menumpuk harta. Sifat ini akan menumbuhkan sikap monopoli
terhadap semua. Tentang hakikat ini, Allâh Azza wa Jalla berfirman dalam Al-
Quran surat Al-Isra ayat 100:
ُ َو َكانَ اإْل ِ ْن َس
ان قَتُورًا
“Dan manusia itu sangat kikir”. (Al-Isrâ`/17:100)
Allâh Azza wa Jalla berfirman dalam Al-Quran surat An-Nisa
ayat 128::
ِ ِة إِ ْن أُ ْع ِط َي َرQ ْص
َيQض َ ُد ال َخ ِميQدِّرْ ه َِم َو َع ْبQ َار َو َع ْب ُد ال
ِ س َع ْب ُد الدِّين
َ تَ ِع
َ َك فَالَ ْانَتق
ش َ س َوإِ َذا ِش ْيَ س َوا ْنتَ َك َ ط َس ِخ
َ ط ت َِع َ َوإِ ْن لَ ْم يُ ْع
6. Membersihkan Hati Orang Miskin dari Hasad dan Iri Hati terhadap
Orang Kaya
Bila orang fakir melihat orang disekitarnya hidup senang dengan
harta yang melimpah sementara dia sendiri harus memikul derita
kemiskinan, bisa jadi kondisi ini menjadi sebab timbulnya rasa hasad,
dengki, permusuhan dan kebencian dalam hati orang miskin kepada
orang kaya. Rasa-rasa ini tentu melemahkan hubungan antar sesama
Muslim, bahkan berpotensi memutus tali persaudaraan.
Hasad, dengki dan kebencian adalah penyakit berbahaya yang
mengancam masyarakat dan mengguncang pondasinya. Islam berupaya
untuk mengatasinya dengan menjelaskan bahayanya dan dengan
pensyariatan kewajiban zakat. Ini adalah metode praktis yang efektif
untuk mengatasi penyakit-penyakit tersebut dan untuk menyebarkan rasa
cinta dan belas kasih di antara anggota masyarakat.
Orang yang menunaikannya akan dilipatgandakan kebaikannya
dan ditinggikan derajatnya. Ini termasuk tujuan syar’i yang penting.
Allâh Azza wa Jalla berfirman dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat
261 :
ْب َعQQَت َس ْ ِل َحبَّ ٍة أَ ْنبَتQQَبِي ِل هَّللا ِ َك َمثQQ َوالَهُ ْم فِي َسQQونَ أَ ْمQQُ ُل الَّ ِذينَ يُ ْنفِقQQََمث
ف لِ َم ْن يَ َشا ُء ۗ َوهَّللا ُ َوا ِس ٌع َعلِي ٌم َ َسنَابِ َل فِي ُك ِّل ُس ْنبُلَ ٍة ِمائَةُ َحبَّ ٍة ۗ َوهَّللا ُ ي
ُ ُضا ِع
َ َمثَ ُل ال ُم ْؤ ِمنِينَ فِي ت ََوا ِّد ِه ْم َوتَ َرا ُح ِم ِه ْم َوتَ َعاطُفِ ِه ْم َك َمثَ ِل
الج َس ِد ال َوا ِح ِد
الج َس ِد باِل َسه ِْر َوال ُح َّمى َ إِ َذا ا ْشتَ َكى ِم ْنهُ عُضْ ٌو تَدَاعَى لَهُ َسائِ ُر
Orang yang Berhak Menerima Zakat (Mustahiq) dan yang Tidak Berhak
Menerimanya
وبُهُ ْمQQُين َو ْال َعا ِملِينَ َعلَ ْيهَا َو ْال ُمؤَلَّفَ ِة قُل
ِ ات لِ ْلفُقَ َرا ِء َو ْال َم َسا ِك َّ إِنَّ َما ال
ُ َص َدق
ُ ةً ِمنَ هَّللا ِ ۗ َوهَّللاQيض َ َار ِمينَ َوفِي َسبِي ِل هَّللا ِ َوا ْب ِن ال َّسبِي ِل ۖ فَ ِر ِ ب َو ْالغِ َوفِي ال ِّرقَا
َعلِي ٌم َح ِكي ٌم
”Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, orang-orang yang berjuang untuk Allah dan untuk mereka
yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
(QS At-Taubah 60)
Delapan golongan orang-orang yang berhak menerima zakat,
yaitu sebagai berikut:
a. Fakir
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Amr Radhiyallahu anhuma, ia
berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
bersabda:
.ي
ٍّ َس ِو ص َد قَةُ لِ َغنِ ٍّي َوالَ لِ ِذى ِم َّر ٍة
َّ الَ تَ ِحلُّ ال
ٍّ إِ ْن ِش ْئتُ َما أَ ْعطَ ْيتُ ُك َما َوالَ َحظَّ فِ ْيهَا لِ َغنِ ٍّي َو الَ لِقَ ِو
ٍ ي ُم ْكتَ ِس
ب
“Jika kalian mau aku akan berikan kalian zakat, namun tidak
ada zakat bagi orang kaya dan mereka yang masih kuat untuk
bekerja.” (Shahih: [Shahiih Sunan Abi Dawud (no. 1438)], Sunan
Abi Dawud (V/41, no. 1617), Sunan an-Nasa-i (V/99))
b. Miskin
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwasanya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
Beliau menjawab,
c. Amil
Amil adalah petugas yang mengumpulkan dan menarik zakat,
mereka berhak menerima sejumlah harta zakat sebagai ganjaran atas
kerja mereka dan tidak boleh mereka termasuk dari keluarga
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diharamkan atas
mereka memakan sedekah, sebagaimana yang diriwayatkan dalam
Shahiih Muslim dari ‘Abdul Muththalib bin Rabi’ah bin al-Harits,
bahwasanya ia dan al-Fadhl bin al-‘Abbas pergi menemui Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta agar mereka berdua
dijadikan sebagai amil zakat, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
e. Fi Sabilillah
Fi Sabilillah yaitu adalah orang berjuang di jalan Allah dalam
pengertian luas sesuai dengan yang ditetapkan oleh para ulama fikih.
Intinya adalah melindungi dan memelihara agama serta meninggikan
kalimat tauhid, seperti berperang, berdakwah, berusaha menerapkan
hukum Islam, menolak fitnah-fitnah yang ditimbulkan oleh musuh-
musuh Islam, membendung arus pemikiran-pemikiran yang
bertentangan dengan Islam. Dengan demikian, pengertian jihad tidak
terbatas pada aktivitas kemiliteran saja.
f. Mu’allaf
Mereka ada beberapa macam. Ada yang diberikan harta zakat
agar mereka masuk Islam, sebagaimana Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam telah memberikan Shafwan bin Umayyah harta dari
hasil rampasan perang Hunain, dan dia ikut berperang dalam
keadaan masih musyrik, ia bercerita, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam tidak henti-hentinya memberiku harta rampasan hingga
akhirnya beliau menjadi manusia yang paling aku cintai, padahal
sebelum itu beliau adalah manusia yang paling aku benci.” (Shahih:
[Mukhtashar Shahiih Muslim (no. 1588)], Shahiih Muslim (II/754,
no. 1072 (168)), Sunan Abi Dawud (VIII/205-208, no. 2969), Sunan
an-Nasa-i (V/ 105-106)).
Dan di antara mereka ada yang sengaja diberikan harta zakat
agar mereka semakin bagus ke Islamannya dan semakin kuat hatinya
dalam Islam, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa salla ketika perang Hunain, beliau
memberikan seratus ekor unta kepada sekelompok pemuka kaum
ath-Thulaqa’ (orang-orang kafir Quraisy yang tidak diperangi di saat
penaklukan Makkah), kemudian beliau bersabda:
ٌل تَ َح َّم َلQ َر ُج: ٍةQَ ِد ثَالَثQ لُّ إِالَّ ِألَ َحQأَلَةَ الَتَ ِحQ إِ َّن ْال َم ْس, ُةQْص
َ ا قَبِيQQَي
ُابَ ْتهQ صَ َ ٌل أQ َو َر ُج, َكQ ْيبَهَا ثُ َّم يُ ْم ِسQ ُصِ أَلَةُ َحتَّى يQ هُ ْال َم ْسQ َت ل ْ َّةً فَ َحلQ ََح َمال
b. Orang Kaya
Orang kaya adalah orang yang wajib menunaikan zakat. Oleh
karenanya dia tidak berhak menerima zakat. Rasulullah saw bersabda :
ِدQس َح َّدثَنَا ِه َشا ُم بْنُ عُرْ َوةَ ع َْن أَبِي ِه ع َْن ُعبَ ْي َ َُح َّدثَنَا ُم َس َّد ٌد َح َّدثَنَا ِعي َسى بْنُ يُون
لَّ َم فِيQQصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس َّ ِار قَا َل أَ ْخبَ َرنِي َر ُجاَل ِن أَنَّهُ َما أَتَيَا النَّب
َ ي ِ َي ْب ِن ْال ِخي ِّ هَّللا ِ ْب ِن َع ِد
َدي ِْنQا َج ْلQQَهُ فَ َرآنQض َ َع فِينَا ْالبQَ َص َدقَةَ فَ َسأَاَل هُ ِم ْنهَا فَ َرف
َ َص َر َو َخف ِ َح َّج ِة ْال َود
َّ َاع َوه َُو يُقَ ِّس ُم ال
: و داودQQ (رواه اب.ب ِ َا لِ َغنِ ٍّي َواَل لِقQQَظَّ فِيهQQ َواَل َحQ اQ ْئتُ َما أَ ْعطَ ْيتُ ُك َمQال إِ َّن ِش
ٍ Qويٍّ ُم ْكت َِسQ َ َفَق
– المكتبة الشاملة – باب من يعطى من الصدقة وحد الغنى- – سنن ابو داو1391
)439 : – صفحة4 : الجزء-
c. Orang Kafir
Ibnul Mundzir menukil adanya kesepakatan ulama bahwa orang
kafir tidak boleh menerima zakat. Beliau berkata : “Setiap ‘ulama’ yang
kami kenal sepakat bahwa orang kafir dzimmi tidak berhak diberi
pembagian zakat harta sedikitpun”. Akan tetapi mereka boleh diberi
sedekah, berdasarkan firman Allah.
ْ َوي
Qُط ِع ُمونَ الطَّ َعا َم َعلَى ُحبِّ ِه ِم ْس ِكينًا َويَتِي ًما َوأَ ِسي ًرا
: لQQز وجQQه عQQ في قول، ْج ٍ َريQ ع َْن ا ْب ِن ُج، دثني َحجَّا ُجQQ وح: ٍدQو ُعبَ ْيQQُال أَبQ َ Qَق
ْ َوي
ِ لَ ْم يَ ُك ِن ْاألَ ِس ْي ُر عَلى عَه ِد َر: ُط ِع ُمونَ الطَّ َعا َم َعلَى ُحبِّ ِه ِم ْس ِكينًا َويَتِي ًما َوأَ ِسيرًا
سول
ْد أَ ْثنَىQَ أَ َّن هللاَ قQأ َ َرىQَ ف: ٍدQْو ُعبَيQُا َل أَبQَ ق. َشر ِك ْين
ِ هللاِ صلى هللا عليه وسلم إِالَّ ِمنَ ْال ُم
انQQعب اإليمQQ – ش8855 : بيهقيQQ (رواه ال.ر ِكينQQش ِ ي ِْر ْال ُمQQنَ إِلى أَ ِسQQَعلَى َم ْن أَحْ َس
– 19 : زءQQ – الجQنائعQQأة بالصQQل فى المكافQQاب فصQQاملة – بQQة الشQQللبيهقي – المكتب
)152 : صفحة
A. Kesimpulan
Zakat menurut bahasa artinya bersih, bertambah (ziyadah), dan
terpuji. Zakat menurut istilah artinya sejumlah / kadar harta tertentu yang
diberikan kepada yang berhak menerimanya, dengan beberapa syarat dan
hukum membayar zakat adalah wajib atas tiap-tiap orang setelah telah
memenuhi syarat-syaratnya.
Zakat dibagi menjadi 2, yaitu zakat fitrah, merupakan zakat yang
dikeluarkan pada bulan Ramadhan untuk mensucikan jiwa. Sedangkan zakat
maal adalah zakat harta yang dimiliki seseorang karena sudah mencapai
nisabnya untuk membersihkan hartanya.
Syarat zakat dibagi menjadi 2 yaitu syarat wajib yaitu merdeka, islam,
baligh dan berakal, telah mencapai nishab, harta milik penuh, menurut
hitungan tahun qamariyah, bukan merupakan harta hasil utang, dan melebihi
kebutuhan pokok. Sedangkan syarat sah zakat yaitu niat dan memindahkan
kepemilikan harta kepada yang menerima.
Manfaat dan tujuan membayar zakat yaitu mensyukuri nikmat allah,
menyucikan diri dari dosa-dosa dan sifat bakhil, membersihkan diri, harta dan
hati orang miskin dari sifat hasad dan iri hati, membantu orang miskin,
mewujudkan solidaritas, dan menumbuhkan perekonomian islam.
Hikmah berzakat yaitu selalu bersyukur kepada Allah SWT,
menumbuh suburkan harta, menggapai berkah, membersihkan diri dari sifat
kikir, dengki, iri, sombong serta dosa, mensucikan harta yang dimiliki,
mewujudkan rasa solidaritas dan kasih sayang, membina dan
mengembangkan stabilitas sosial dan kesetaraan sosial.
B. Saran
Dengan adanya kenyataan-kenyataan tersebut yang telah diuraikan
sebelumnya, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
Bahwa zakat tidaklah mengurangi harta seseorang, melainkan sebuah
investasi di masa yang akan datang. Oleh karena itu, marilah kita sama-sama
realisasikan zakat sebagai sebuah amal ibadah yang akan membawa
keuntungan dan manfaat bagi diri kita dan juga orang lain. Selain itu, zakat
merupakan sebuah kewajiban bagi umat muslim yang harus dilaksanakan
dengan penuh rasa ikhlas dan untuk menyempurnakan rukum Islam kita.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Hayi Imam, Muhammad Idrus. 2016. Fiqih Zakat Al-Hayyu Teori dan
Aplikasi Masalah dan Solusi. Cirebon: Mitra Pemuda
Abu Hazim Mubarok. 2013. Fiqh Idola Terjemah Fathul Qarib. Kediri: Mukjizat.
Ali, Muhammad Daud. 1988. Sistem Ekonomi Islam : Zakat dan Wakaf. Jakarta:
UI-Press.
Al-Imam Abu Hamid Al-Ghazali. 2015. Rahasia Puasa & Zakat Mencapai
Kesempurnaan Ibadah. Jakarta Selatan: Mizan.
Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Katsir ad-Dimasyqi. 2002. Terjemah Tafsir Ibnu
Katsir. Bandung: Sinar Baru al-Gensindo
Hasan, M. Ali. 2008. Zakat dan Infak (Salah Satu Solusi Mengatasi Problema
Sosial Di Indonesia). Jakarta: Kencana.
Inoed, Amiruddin, dkk. 2005. Anatomi Fiqh Zakat (Potret & Pemahaman Badan
Amil Zakat Sumatera Selatan). Sumatera Selatan: Pustaka Pelajar
Moh. Rowi Latief & A. Shomad Robith. 1987. Tuntunan Zakat Praktis. Surabaya:
Indah
Qardhawi, Yusuf. 1996. “Hukum Zakat” (Terjemahan Salma Harub at al). PT.
Pustaka Litera Antar Nusa: Jakarta
Rasjid, Sulaiman. 2011. Fiqh Islam (Hukum Fiqh Islam). Bandung: Penerbit Sinar
Baru Algensindo
Saebani, Beni & Ahmad, Encep T. 2015. Pengantar Ilmu Fiqh. Bandung: Pustaka