Anda di halaman 1dari 9

Nama : Catur Putri Miftahul Jannah

NPM : 1806136025
KELAS : AGAMA-A

SEJARAH TURUN DAN PERKEMBANGAN AGAMA ISLAM


1. Sejarah Turun dan Perkembangan Agama Islam Pada Masa Nabi Muhammad saw
a. Geografis dan Sejarah Masyarakat Arab
Kondisi Geografis Makkah dan Madinah Batas tanah haram Makkah pertama
kali diletakkan oleh Nabi Ibrahim as. Malaikat Jibril as. yang memperlihatkan
kepadanya. Tapal batas itu tidak pernah diperbaharui hingga pada masa
Rasulullah saw. Pada saat penaklukan Kota Makkah, Rasulullah saw. mengutus
Tamim bin Asad al-Khuza‟i untuk memperbaharui batas tersebut. Batas tersebut
tidak diganggu gugat hingga pada masa Khalifah „Umar bin Khathab ra. Ia
mengutus orang-orang Quraisy untuk memperbaharu tapal batas tersebut.
Perbatasan kota Makkah dapat digambarkan sebagai berikut:
 sebelah barat: jalan Jedah-Makkah, di Asy-Syumaisi (Hudaibiah), 22 km
dari Kakbah;
 sebelah selatan, di Idha‟ah Liben, jalan Yaman-Makkah untuk yang dari
Tihamah, 12 km dari Kakbah;
 sebelah timur, di tepi Lembah „Uranah Barat, 15 km dari Kakbah;
 sebelah timur laut, jalan Ji‟ranah, dekat Kampung Syara‟i alMujahidin,
16 km dari Kakbah;
 sebelah utara, Tan‟im, 7 km dari Kakbah.
Data yang banyak ditemukan adalah kondisi geografis pada masa sebelum Islam
datang. Hal ini memberikan asumsi bahwa kondisi geografis Makkah dan
Madinah pada masa sebelum datang Islam dengan pada masa awal Islam adalah
sama. Kalau ada perubahan, maka tidak signifikan.
Kondisi Semenanjung Arab merupakan semenanjung barat daya Asia, sebuah
semenanjung terbesar dalam peta dunia. Wilayahnya seluas 1.754.900 km. Pada
masa sekarang dihuni oleh sekitar 14.000.000 jiwa. Negara yang paling banyak
mengambil wilayah ini adalah Arab Saudi dengan luas daratan sekitar 1.014.900
km. berpenduduk sekitar tujuh juta jiwa; Yaman lima juta jiwa; dan selebihnya
tinggal di Kuwait, Qatar, Emirat Arab, Oman dan Masqat, dan Aden.
b. Latar Belakang dan Tujuan Turunnya Agama Islam Kepada Nabi Muhammad
saw.
Pada pra-islam kondisi atau sifat masyarakat arab sangatlah jahiliyah.
Sebenarnya masyarakat Arab memiliki berbagai sifat dan karakter yang positif,
seperti sifat pemberani, ketahanan fisik yang prima, daya ingat yang kuat,
kesadaran akan harga diri dan martabat, cinta kebebasan, setia terhadap suku dan
pemimpinnya, pola kehidupan sederhana, ramah tamah, dan mahir dalam hal
bersyair. Namun, sifat-sifat dan karakter yang baik tersebut seakan tidak ada
artinya karena suatu kondisi yang menyelimuti kehidupan mereka, yakni
ketidakadilan, kejahatan, dan keyakinan terhadap takhayul.
Pada masa itu, kaum wanita menempati kedudukan yang terendah sepanjang
sejarah umat manusia. Masyarakat Arabia pra-Islam memandang wanita ibarat
binatang piaraan, atau bahkan lebih hina. Mereka sama sekali tidak mendapat
penghormatan sosial dan tidak memiliki hak apa pun. Kaum laki-laki dapat saja
mengawini wanita sesuka hatinya, demikian pula mereka gampang saja
menceraikan sesuka hatinya. Bilamana seorang ayah diberitahukan atas kelahiran
seorang anak perempuan, seketika wajahnya berubah pasi lantaran malu,
terkadang mereka tega menguburkan bayi perempuan secara hidup-hidup. Mereka
kebanyakan membunuh anak-anak perempuannya lantaran rasa malu dan khawatir
bahwa anak perempuan hanya akan menimbulkan kemiskinan.
Kebobrokan moral dan sosial inilah yang melatarbelakangi Tuhan
menurunkan risalah atau ajaran agama Islam. Dalam kondisi semacam inilah
Muhammad Saw dilahirkan di Negeri Arabia untuk membawa risalah. Namun,
yang perlu dicatat adalah, bahwa Arab hanyalah gambaran yang mereprestasikan
dari ketidaktertatanya masyarakat, kebiadaban, kelaliman, dan apapun bentuknya
yang tidak mencerminkan suatu tatanan masyarakat yang beradab. Oleh karena
itu, semestinya menterjemahkan Islam harus universal yang berlaku di mana pun,
bukan hanya untuk bangsa Arab saja.
c. Proses Turunnya Agama Islam Kepada Nabi Muhammad saw.
Pada tanggal 17 Ramadhan/6 Agustus 611, Nabi Muhammad melihat cahaya
terang benderang memenuhi ruang gua hira. Tiba tiba suatu makhluk berada
didepannya yang kemudian diketahui sebagai Jibril lalu memerintah “Iqra!”
(bacalah) lalu Nabi Muhammad 3 menjawab, “Saya tak pandai membaca.” Setelah
3 kali diulang nabi Muhammad menjawab serupa, lalu Jibril memeluk Nabi
Muhammad SAW erat – erat, lalu menyampaikan wahyu yang pertama yaitu QS.
96 (Al-Alaq) 1-5. Dengan turunnya wahyu pertama ini, resmilah nabi Muhammad
SAW sebagai nabi dan rasul.
d. Hubungan Agama Islam Dengan Agama Para Nabi Sebelumnya.
Jumlah Nabi dan Rasul, dari Nabi Adam a.s. sampai Nabi Muhammad SAW,
sepanjang sejarah kehidupan manusia cukup banyak. Namun tidak diketahui
jumlah pastinya. Dalam QS 40 (Ghafir):78 Allah SWT berfirman yang artinya:
“Kami telah mengutus nabi-nabi sebelummu, di antara mereka ada yang telah
Kami sampaikan kisahnya, dan ada pula yang tidak kami sampaikan kepadamu.”
Sedangkan dalam QS 4 (An-Nisa):163 Allah SWT berfirman yang artinya:
“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami
telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya‟qub dan anak
cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun, dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur
kepada Daud.” Dari kedua ayat tersebut bisa disimpulkan bahwa agama Islam
telah ada sejak dahulu dan disempurnakan pada jaman Nabi Muhammad SAW.
e. Metode Dakwah Nabi Muhammad saw.
Dengan turunnya Surah Al-Muddatstsir ayat 1-7 tersebut, mulailah Rasulullah
saw berdakwah. Pertama-tama, ia melakukannya secara diam-diam di lingkungan
rumah dan keluarganya sendiri serta di kalangan rekan-rekannya. Dengan
demikian, maka orang yang pertama kali menyambut dakwahnya adalah
Khadijah, istrinya. Dialah wanita yang pertama kali masuk Islam, menyusul
setelah itu adalah Ali bin Abi Thalib, dialah pemuda muslim pertama. Kemudian
Abu Bakar, sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak. Ia merupakan pria dewasa
yang pertama masuk Islam. Lalu menyusul Zaid bin Haritsah, bekas budak yang
telah menjadi anak angkatnya, dan Ummu Aiman, pengasuh Nabi Muhammad
saw sejak ibunya masih hidup. Abu Bakar sendiri kemudian berhasil
mengislamkan beberapa teman dekatnya, seperti Utsman bin Affan, Zubair bin
Awwam, Abdur Rahman bin „Auf, Sa‟d bin Abi Waqqas, dan Talhah bin
Ubaidillah. Mereka diajak Abu Bakar langsung menemui Nabi saw. Dengan cara
dakwah diamdiam ini, belasan orang telah masuk Islam.
Setelah beberapa lama Nabi saw menjalankan dakwah secara diam-diam,
turunlah perintah agar Nabi saw melakukan dakwah secara terang-terangan. Mula-
mula dia mengundang kerabat karibnya dalam sebuah jamuan. Ada sebagian
kerabatnya yang menolak dengan cara yang lemah-lembut dan ada pula yang
menolaknya secara kasar. Salah seorang yang menolak secara kasar adalah Abu
Lahab. Namun, usahausaha dakwahnya tetap dilanjutkan terus tanpa mengenal
lelah, sehingga hasilnya mulai nyata. Jumlah Mereka terutama terdiri dari kaum
wanita, kaum budak, pekerja, dan orangorang miskin serta lemah, namun
semangat yang mendorong mereka beriman sangat membaja. Tantangan yang
paling keras terhadap dakwah Nabi saw datang dari para penguasa dan pengusaha
Mekah, kaum feodal, dan para pemilik budak. Mereka menyusun siasat untuk
dapat melepaskan hubungan antara Abu Talib dan Nabi Muhammad saw. Mereka
meminta agar Abu Talib memilih satu di antara dua: memerintahkan Muhammad
saw agar berhenti dari dakwah atau menyerahkan keponakannya itu kepada
mereka. Abu Talib terpengaruh dengan ancaman tersebut dan dia minta agar Nabi
Muhammad saw menghentikan dakwahnya, tetapi Nabi Muhammad saw menolak
permintaan pamannya itu, Gagal dengan cara ini, mereka kemudian mengutus
Walid bin Mughirah dengan membawa seorang pemuda untuk dipertukarkan
dengan Muhammad saw. Namun tetap mengalmi kegagalan.Berikutnya mereka
menghadapi Nabi Muhammad saw secara langsung. Orang Quraisy mengutus
Utbah bin Rabi‟ah seorang ahli retorika untuk membujuk Nabi Muhammad saw.
Mereka menawarkan takhta, wanita, dan harta yang diduga diinginkan oleh Nabi
Muhammad saw asalkan Nabi Muhammad saw bersedia menghentikan
dakwahnya. Semua tawaran itu ditolak Nabi Muhammad saw.
Lalu kaum Quraisy mulai melakukan tindakan kekerasan. Mereka
mempergunakan kekerasan fisik setelah mengetahui bahwa rumah tangga mereka
sendiri, para budak mereka juga sudah banyak yang telah pemeluk agama Islam.
Setiap suku menghukum dan menyiksa anggota keluarganya yang masuk Islam
sampai dia murtad kembali. Usman bin Affan, misalnya, dikurung dalam kamar
gelap dan dipukuli sampai babak belur oleh anggota keluarganya sendiri.
Kekejaman yang dilakukan oleh penduduk Mekah terhadap kaum muslimin itu
mendorong Nabi Muhammad saw untuk mengungsikan sahabat-sahabatnya keluar
Mekah. Dengan pertimbangan yang mendalam, pada tahun kelima kerasulannya,
Nabi Muhammad saw menetapkan Abessinia atau Habasyah (Ethiopia) sebagai
negeri tempat pengungsian, karena raja negeri itu adalah seorang yang adil, lapang
hati, dan suka menerima tamu. Ia merasa pasti bahwa pengikutnya akan diterima
dengan terbuka. Berbagai usaha dilakukan orang-orang Quraisy untuk
menghalangi hijrah ke Habasyah ini, termasuk membujuk raja agar menolak
kehadiran umat Islam di sana. Namun berbagai usaha itu gagal juga. Semakin
kejam mereka memperlakukan umat Islam, semakin bertambah jumlah yang
memeluknya. Bahkan para pemberani seperti Hamzah bin Abdul Muthalib dan
Umar bin Khattab pun memeluk islam. Menguatnya posisi Nabi Muhammad saw
dan umat Islam tersebut membuat reaksi kaum Quraisy semakin keras. Karena
mereka berpendapat bahwa kekuatan Nabi Muhammad saw terletak pada
perlindungan Bani Hasyim, maka mereka berusaha melumpuhkan Bani Hasyim
secara keseluruhan dengan melaksanakan blokade atau embargo kepada Bani
Hasyim. Tindakan pemboikotan yang dimulai pada tahun ke-7 kenabian ini
berlangsung selama tiga tahun dan merupakan tindakan yang paling menyiksa.
Pemboikotan itu baru berhenti karena terdapat beberapa pemimpin Quraisy yang
menyadari bahwa tindakan pemboikotan itu sungguh suatu tindakan yang
keterlaluan. Kesadaran itulah yang kemudian mendorong mereka untuk melanggar
perjanjian yang mereka buat sendiri. Dengan demikian, Bani Hasyim seakan dapat
bernapas kembali dan pulang ke rumah masing-masing. Setelah Bani Hasyim
sudah tidak lagi diboikot, paman nabi, Abu Thalib dan istrinya Khadijah
meninggal dunia. Sehingga tahun ke-10 biasa disebut Amul Khuzn. Sepeninggal
dua pendukung itu, orang Quraisy tidak segan-segan melampiaskan kebencian
kepada Nabi Muhammad saw. Untuk menghibur nabi Muhammad, Allah
memberikan perjalanan yang dinamakan isra‟ miraj.
f. Nabi Muhammad saw Diutus Untuk Seluruh Umat Manusia
Ada sementara orientalis menduga bahwa Nabi Muhammad saw mulanya
hanya bermaksud mengajarkan agamanya kepada orang-orang Arab, tetapi setelah
beliau berhasil di Madinah, beliau memperluas dakwahnya untuk seluruh
manusia. Pendapat ini keliru, karena Allah dalam QS. 34 (Saba') : 28 telaf
berfirman yang artinya: “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada
umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi
peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS 34:28).
2. Sejarah Masuk dan Perkembangan Agama Islam di Indonesia
a. Asal Mula Islam Masuk ke Indonesia
Asal mula masuk Islam di Indonesia masih lah menjadi perdebatan para ahli.
Namun pendapat yang paling diyakini ialah Islam mulai berkembang pada abad
13 M dan terus berkembang cepat sampai abad 15-16 M. Namun perkiraan Islam
benar-benar masuk ke wilayah nusantara sebenarnya lebih lama dari perkiraan
perkembangan nya tersebut. Ini dibuktikan dengan batu nisan milik Fatimah Binti
Maimun yang berasal dari sekitar tahun 1080 M. Selain itu, catatan perjalanan
orang China dari dinasti T‟Zheng mengatakan bahwa Islam telah ada sejak abad 7
Masehi di Utara Sumatera. Sayangnya, perkiraan ini tidak bisa dibuktikan dari
catatan orang-orang Arab sendiri tentang komunitas mereka yang tinggal di Asia
Tenggara. Tidak hanya persoalan waktu, para cendikiawan juga memperdebatkan
bagaimanakah cara Islam masuk ke nusantara dan siapakah yang membawanya?
Beberapa ahli menyebutkan bahwa Islam langsung dibawa dari dataran Arab oleh
para pedagang. Tetapi hal ini bertolak belakang dengan corak budaya Islam
Indonesia yang lebih condong ke Persia ataupun India. Berkembang pesatnya
Islam juga dipengaruhi tarekat-tarekat yang di bawa oleh para sufi.
b. Kegiatan Dakwah di Indonesia
Dalam penyebarannya, Islam disebarkan oleh kegiatan dakwah dalam
masyarakat. Arti Dakwah sendiri ialah mengajak atau menyerukan orang untuk
mentaati ajaran Islam dengan berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Dakwah ini merupakan kewajiban bagi setiap muslim, sebagaimana dijelaskan
dalam QS. 16 (Al-Nahl) : 125 yang artinya: "Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan
cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk” (QS.16:125).
Allah menegur Nabi Muhammad saw agar berlaku lembut kepada setiap
orang, dan perlakuan lemah lembut itulah yang melapangkan jalan serta
membukakan hati orang untuk menerima Islam, sebagaimana dinyatakan dalam
QS. 3 (Ali Imran) : 159 yang artinya: "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah
kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu”(QS.3:159).
Berbeda dengan dakwah yang dilakukan di kawasan lain, Dakwah yang
dilakukan di Nusantara ini memiliki beberapa metode yang sangat
memperhatikan kondisi sosial-budaya masyarakat Indonesia sendiri. Beberapa
metode tersebut adalah :
 Keteladanan, para Ulama memberikan contoh baik untuk berperilaku di
masyarakat yang menonjolkan indahnya Islam dalam praktiknya dalam
kehidupan.
 Ceramah, para Ulama mengajarkan dan mengajak masyarakat dan
memberi mereka pencerahan tentang agama Islam
 Perkawinan, metode ini dinilai sangat efektif namun hanya memiliki luang
lingkup sempt, seperti dakwah di lingkungan keluarga
 Menggunakan kesenian dalam daya tarik massa, ajaran Islam dimasukan
kedalam kesenian sehingga dakwah tersebut dapat memiliki massa yang
banyak
 Pendekatan tasawuf (Mistik Islam), pendektan tasawuf ini merupakan titik
temu antara masyarakat Indonesia yang dulu menganut budaya Hindu dan
Budha. Banyak sekali ulama yang berperan di dalam penyebaran agama
islam di Indonesia.
Namun terdapat ulama‟-ulama‟ yang memang mempunyai peran yang sangat
besar dari yang lain nya. Mereka disebut sebagai Wali Songo (Sembilan orang
wali), yaitu :
 Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim
 Sunan Ampel atau Raden Rahmat
 Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim
 Sunan Drajat atau Raden Qasim
 Sunan Kusud atau Ja‟far Shadiq
 Sunan Giri atau Raden Paku
 Sunan Kalijaga atau Rades Mas Said
 Sunan Muria atau Raden Umar Said
 Sunana Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah
c. Dakwah Islam di Indonesia dari Zaman Kerajaan Sampai Zaman Penjajahan
Kerajaan Islam pertama kali didirikan di Aceh di abad 13 M dengan nama
Samudra Pasai. Berikutnya adalah Kerajaan Malaka yang berdiri pada abad ke-15
M. Sedangkan di dataran Jawa, Keraajn Demak menjadi kerajaan Islam pertama
yang didirikan oleh Raden Patah pada abad ke- 16 M. Kerajaan lain yang terkenal
ialah Kerajaan Mataram dengan Sultan yang tekenal ialah Sultan Agung.
Sedangkan di tanah Maluku, Kerajaan Islam baru berdiri di abad 8 15 dengan
Nama Ternate dan Tidore. Lalu di tanah Sulawesi berdiri sebuah kerajaan Islam
yang beranama Kerajaan Goa dengan Sultan Hassanudin sebagai raja yang
membawa kesultanan ini paling makmur saat itu.
Awal kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke nusantara adalah untuk berdagang.
Bangsa Portugis adalah bangsa Eropa yang pertama kali sampai di Asia
Tenggara. Di samping berdagang, Portugis juga menyebarkan agama Kristen
dengan seorang pendeta yang terkenal bernama Fransiscus Xaverius.Di bawah
pimpinan Fatahillah, Demak berhasil mengalahkan Portugis di Sunda Kalapa
tahun 1527 M. Portugis juga dipacu oleh semangat reconquesta, artinya semangat
menaklukkan kembali wilayah yang dianggap mereka dulunya milik kerajaan
Romawi Kristen. Bangsa Eropa berikutnya yang datang adalah Belanda dan
kemudian Inggris. Belanda dan Inggris adalah pesaing utama Portugis dan
Spanyol di lautan lepas. Persaingan itu selain dipicu oleh kepentingan ekonomi,
khususnya rempah-rempah, juga karena adanya perbedaan aliran antara Katolik
yang dianut Portugis dan Spanyol dengan Protestan yang dianut Balanda dan
Inggris.Taktik devide et impera (mengadu-domba) dilakukan Belanda di Banten
dan Mataram. Dua kerajaan besar di Jawa (H.J. De Graaf dan Th.G.Th. 1986). ini
pada akhirnya berhasil dikuasai Belanda. Di Banten, Belanda berhasil
memprovokasi Sultan Haji untuk memerangi ayahnya Sultan Ageng Tirtayasa.
Dalam peperangan itu, pasukan Sultan Haji yang didukung Belanda berhasil
mengalahkan dan memenjarakan Sultan Ageng Tirtayasa serta membuang Syekh
Yusuf, ulama besar kerajaan Banten ke Afrika Selatan, sehingga Banten
kemudian menjadi wilayah jajahan Belanda. Sementara di Mataram, Belanda
agak mengalami kesulitan karena Kerajaan Mataram adalah sebuah negara
dengan penduduk yang besar dan wilayah pedalaman yang luas. Di zaman Sultan
Agung, Mataram dua kali menyerang benteng Batavia, yaitu tahun 1627 M dari
arah laut dan 1628 M dari arah darat, walaupun tidak berhasil karena bocornya
rencana penyerangan.
Terdapat 2 bentuk perlawanan mayarakat Muslim di Indonesia terhadap
kolonialisme bangsa Barat. 2 bentuk tersebut ialah :
a. Perlawanan Awal, Sebelum Abad ke 20
Bagaimanapun, Islam menjadi inspirator munculnya perlawanan.
Setidaknya ada 5 aspek dari Islam yang mendorong munculnya semangat
perlawanan yaitu:
 izin berperang (QS, 22:39)
 ideologi Jihad 9
 cinta tanah air
 pekikan takbir
 doktrin amar ma‟ruf nahi munkar
Pada Abad ke 19, seluruh wilayah Indonesia sudah ditaklukkan dan
dikuasai Belanda, kecuali Aceh. Pada masa ini muncul pertempuran-
pertempuran besar di berbagai wilayah. Di Sumatera muncul perang Paderi
(1821-1838), Perang Aceh (1873- 1912); di Jawa timbul perang Diponegoro
(1825-1830); di Kalimantan ada perang Banjar (1859-1862); di Indonesia
Timur berkobar perang yang dipimpin Patimura (1817) Di samping perang
besar, muncul pula perlawanan dengan skala kecil seperti: pemberontakan
petani Cilegon di Banten (1888), gerakan Baujaya di Semarang (1841),
gerakan Haji Jenal Ngarip di Kudus (1847), Peristiwa Ciomas, Bogor (1886),
gerakan Cikandi Udik (1845) yang kesemuanya bertujuan melenyapkan orang-
orang Eropa. Namun, semua itu dapat dipatahkan Belanda.
Berkaitan dengan belum ditaklukkannya Aceh hingga awal abad ke 20,
maka ditugaskanlah Christian Snouck Hurgronje (Abdul Gafar) untuk
menyelidiki kekuatan dan kelemaham umat Islam.Dari hasil pengamatan
Snouck, kemudian menjadi buku berjudul De Atjehers, dia menasehatkan
Belanda jika ingin memenangkan pertempuran dengan kaum Muslim Aceh
adalah:
 dirikan sekolah sekuler sebanyak mungkin
 adu domba antara muslim abangan dengan putihan
 adu domba antara tokoh adat dengan ulama
 tindas gerakan politik Islam
 bantu umat Islam dalam melaksanakan ritual agama
Awal Pembaharuan Islam di Indonesia bermula pada abad ke 19.
Fenomena dan dampak pembaharuan Islam ini muncul pertama kali di
Minangkabau (Sumatera Barat).Di tanah Jawa juga muncul pembaharuan
Islam. Di belahan Barat Jawa terdapat Syekh Nawawi Banten. Di bawah
pengaruh dan bimbingannya makin banyak orang Sunda, Jawa dan Melayu
yang memperdalam agama Islam. Sementara itu, di Jawa Tengah ada Ahmad
Ripangi. Ia mengarang buku dalam bahasa Jawa dalam bentuk puisi yang
meliputi ushuluddin, fikih dan tasawuf. Ia sangat militan dalam mengritik
perilaku umat Islam di Jawa yang dianggapnya tidak sesuai dengan Al-Quran
dan Sunnah. Oleh 10 karena para pemimpin agama di Jawa yang diangkat
Belanda merasa terganggu dengan ajaran Ahmad Ripangi, maka kemudian
Belanda mengasingkannya ke Ambon.
b. Perlawanan Lanjutan Pada Abad ke-20
Bentuk perlawanan terhadap penjajah pada abad 20 memperlihatkan
adanya perubahan paradigma, yaitu tidak menekankan unsur militer saja,
tetapi memanfaatkan hampir semua aspek yang ada seperti partai politik,
organisasi sosial dan pendidikan, media massa untuk membentuk opini, lobi
dengan kaum oposisi di Parlemen Belanda. Unsur yang menjadi perhatian
utama gerakan Islam pada awal abad ke 20 adalah pendidikan dengan
menggunakan sistem organisasi modern. Hal lain yang menambah kemajuan
umat Islam Indonesia pada masa ini adalah adanya kajian fiqih kontemporer
yang sesuai dengan perkembangan yang ada.Di bidang ekonomi dan politik,
pada masa ini muncul Sarekat Islam tahun 1911 M. Organisasi ini awalnya
bernama Sarekat Dagang Islam yang didirikan oleh H. Samanhudi.Di bidang
sosial dan pendidikan muncul organisasi Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama
(NU), Persatuan Islam (Persis), Al Irsyad, Sumatra Thawalib, Jamiatul
Wasshliyah dan Persatuan Umat Islam (PUI).
Masa Jepang Awalnya, Kerajaan Jepang berjanji akan membantu
Indonesia bebas dari penjajahan Belanda. Hal ini yang lalu dibuktikan dengan
dibentuknya BPUPKI dan PPKI. Badan tersebut menghasilkan Konstitusi
(UUD) yang di dalamnya ada peraturan tentang “Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Peraturan ini
disepakati tanggal 22 Juni 1945 dan dikenal dengan Piagam Jakarta. Akan
tetapi, sayangnya peraturan tersebut dihapus dan diganti dengan Ketuhanan
Yang Maha Esa pada tanggal 18 Agustus 1945 atas desakan dan tekanan kaum
Nasrani. Walalupun terdapat perbedaan atara kaum tradisional dan modern
dari masalah fiqih, namun pandangan kedua kaum tersebut tetaplah sama.
Bahkan beberapa tokoh dan pendiri partai islam ikut bahu membahuberjihad
dalam mempertahankan kesatuan negara ini.
d. Dakwah di Era Kemerdekaan
Awal keterlibatan kaum muslimin dalam mengelola pemerintahan Indonesia
merdeka sebenarnya telah dimulai sejak terbentuknya Masyumi (Majelis Syuro
Muslimin Indonesia) pada bulan November 1945.Tokoh-tokoh Masyumi pada
revolusi fisik telah turut dalam pemerintahan seperti M. Natsir yang menjabat
Menteri Penerangan dan Moh. Roem yang terlibat perundingan dengan Belanda
(yang terkenal dengan perundingan Roem-Rojen).
Setelah jatuhnya kabinet Natsir akibat mosi Hadikusumo, dibentuklah kabinet
Sukiman (1951-1952). Sukiman, dokter medis, juga merupakan tokoh partai
Masyumi. Ia berhasil dalam menjalankan program untuk menempatkan eks
pejuang pada posisi non militer. Sukiman juga mengupayakan jalan damai dalam
kasus Darul Islam. Kabinet berikutnya yang dipimpin tokoh Masyumi adalah
Burhanudin Harahap (19551956) yang berhasil menjalankan sebuah revolusi
kabinet dengan mangadakan Pemilihan Umum tahun 1955.
Pada masa yang bersamaan, tahun 1956-1957, gerakan Darul Islam mencapai
puncak kekuatannya. Walaupun pada akhirnya pemimpin Darul Islam,
Kartosuwiryo ditangkap oleh Sukarno dan dijatuhi humuan mati.
Dakwah di era demokrasi terpimpin dimulai ketika dikeluarkannya Dekrit
Presiden. Beberapa partai dibubarkan oleh Soekarno, termasuk salah satunya
Masyumi. Partai Islam yang masih bertahan di masa kini dan dahulu ikut terlibat
dalam pemerintahan Soekarno ialah Nahdhatul Ulama. Kehadiran NU dibutuhkan
untuk mewujudkan konsep Nasakom (Nasionalis, Agama, dan Komunis). Zaman
ini diakhiri dengan munculnya pemberontakan PKI pada tanggal 30 September
1965.
Pada masa orde baru, terjadi deislamisasi politik terhadap partai-partai Islam
yang ada. Terutama pada tahun 1980-an, deislamisasi sangat dapat dirasakan
diiringi oleh kampanye negatif terhadap Islam yang dilakukan pemerintah secara
besar-besaran. Pancasila dianggap sebagai satu-satunya azas partai-partai yang
ada. Sebagian tokoh muslim menganggap hal tersebut merupakan sebuah
kampanye anti Islam. Pada orde baru, Islam tidak boleh menjadi label politik.
Ketika pada orde baru terdapat larangan untuk menjadikan Islam sebagai label
politik, Islam muncul dalam bentuk-bentuk yang baru sebagai manifestasinya.
Gerakan Islam muncul dalam kehidupan sehari-hari seperti mengkaji Islam dalam
bentuk grup-grup halaqoh, penerjemahan dan penerbitan buku serta majalah
Islam serta fenomena semakin banyaknya wanita berhijab. Keitka demonstrasi
besar-besaran dilakukan dalam rangka menuntut reformasi, organisasi
kepemudaan yang berjiwa Islam turut serta dalam demonstrasi tersebut. Di
antaranya ialah HMI dan KAMMI.
REFERENSI
Asghar Ali Engineer, (1999), Asal Usul dan Perkembangan Islam; Analisis Pertumbuhan
Sosio-Ekonomi, terj. Imam Baehaqi, “The Origin and Development of Islam; An Essay on Its
Socio-ekonomik Growt”, Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan Insist Press.

Tarikh Makkah al-Mukarramah, terjemah oleh Erwandi Tarmizi dengan judul Sejarah
Mekkah Al Mukarramah, (Riyadh: Darussalam, 1426 H./2005 M.), h. 19.

Phillip K. Hitty, History of the Arabs, terjemah oleh R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi
Slamet Riyadi dengan judul yang sama, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2014), h. 7.

Mubarak, Zakky. 2014. Menjadi Cendekiawan Muslim. Jakarta: Yayasan Ukhuwah Insaniah.
Djatnika, Rachmat, et al. 1991.

Hukum Islam Di Indonesia Perkembangan Dan Pembentukan. Bandung: Remaja Rosdakarya.


Kaelany, Mujilan, et al. 2017.

Buku Ajar Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Agama Islam. Depok: Universitas
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai