Anda di halaman 1dari 9

PENYELESAIAN KONFLIK PEMBANGUNAN PABRIK SEMEN

DI PEGUNUNGAN KENDENG UTARA KABUPATEN PATI


DALAM PRESPEKTIF HUKUM LINGKUNGAN

I. PENDAHULUAN
Bumi air dan kekeyaan alam yang terkandung didalamnya, dikuasai oleh
negara dan dipergunakan sebesar besarnya bagi kemakmuran rakyat. Perekonomian
nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional. Demikian bunyi ayat (3) dan ayat (4) pasal 33 UUD 1945, tetapi kenyataanya
apakah benar – benar demikian?
Kemajuan ilmu dan teknologi telah membawa perubahan yang signifikan
terhadap perkembangan teknologi dan industri, di satu sisi akan membwa dampak
positif terhadap peningkatan kesejahteraan sebagian masyarakat, tetapi disisi lain juga
berdampak negatif terhadap kelestarian lingkungan hidup dan habitatnya.
Salah satu contohya dampak eksploitasi terhadap tambang emas ole PT
Freeport di Papua, telah merubah area perbukitan menjadi jurang yang sangat dalam,
hal ini tentu merubah ekosistem yang ada dalam wilayah tersebut.
Undang – undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UU PPLH) menegaskakan bahwa Penggunaan sumber daya alam
harus selaras, serasi, dan seimbang dengan fungsi lingkungan hidup. Sebagai
konsekuensinya, kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan harus dijiwai oleh
kewajiban melakukan pelestarian lingkungan hidup dan mewujudkan tujuan
pembangunan berkelanjutan.
Sejalan dengan ruh otonomi daerah, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
berlomba – lomba untuk meningkatkan pendapatan asli daerah dengan mengoptimalkan
potensi – potensi yang dianugerahkan Tuhan di wilayahnya, untuk dapat diekspoitasi
guna peningkatan pendapatan daerah, termasuk potensi tambang yang sangat berlimpah
dan tersebar hampir diseluruh wilayah Indonesia.
Demikian halnya Pemerintah Kabupaten Pati, yang mempunyai potensi
tambang batuan kapur yang sangan banyak yang berada di kawasan pegunungan
Kendeng Utara terbentang dari Kecamatan Sukolilo, kecamatan Tambakromo, dan
kecamatan Pucakwangi. Potensi tersebut sangan potensial untuk pembangunan pabrik
semen.
Rencana PT Semen Gresik untuk memperluas wilayah industrinya di kawasan
Kars Kendeng dari Tuban hingga ke Pati memberikan tawaran kepada pemerintah
Kabupaten Pati untuk membangun pabrik semen di Kecamatan Sukolilo, Kabupaten
Pati. Perusahaan ini akan menambang batu gamping di kawasan Kars Kendeng Utara.
Bahan baku pabrik semen tersebut adalah batu gamping/batu kapur yang berasal dari
kawasan perbukitan kars di Kecamatan Sukolilo.
Dalam prespektif ekonomi, hal ini merupakan peluang yang bagus untuk
meningkatkan pendapatan daerah, guna percepatan pembangunan dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Selain itu dengan pembangunan kawasan industri di wilayah
kecamatan Sukolilo, yang akan sangat banyak membutuhkan tenaga kerja, memiliki
multi player effek yang sangat luas terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar.
Tetapi, dampak dari eksploitasi pembangunan terrsebut pasti akan merubah
kondisi alam dan ekosistem lingkungan sekitarnya, selanjutnya dalam makalh ini yang
perlu diperjelas adalah kajian yuridis prespektif hukum lingkungan terhadap
pembangunan pabrik semen

II. RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana penerapan aturan hukum dalam proses perijinan pendirian pabrik
semen di Sukolilo Kabupaten Pati?
2. Bagaimana upaya perlindungan lingkungan yang dilakukan terkait rencana
pendirian pabrik semen di Sukolilo kabupaten Pati ?

III. PEMBAHASAN
Lahan di sekitar Gunung Kendeng di Kecamatan Sukolilo, Pati sebagian
besar memiliki potensi sebagai lahan pertanian yang selalu membuahkan hasil serta bisa
ditanami tanaman pangan dan buah setiap musim tanam, terdapat goa yang di dalamnya
terdapat mata air yang dimanfaatkan oleh sekitar 1.200 keluarga untuk keperluan sehari-
hari. Mata air itu juga untuk mengairi sekitar 1.600 ha sawah warga. Belasan mata air
itu juga dimanfaatkan warga di sembilan desa lain di Kecamatan Tawangharjo untuk
mengairi sawah mereka, serta memiliki kandungan kapur dan karst yang sangat
potensial.  Pegunungan Kendeng ini juga berfungsi sebagai daerah tangkapan, imbuhan,
dan kantong air.
Lahan pertanian di daerah Sukolilo, biasanya dimanfaatkan untuk menanam
tanaman pangan, tumbuhan palawija serta beberapa pepohonan jati milik perhutani.
Seperti ketika panen diperoleh gabah kering sekitar 12 ton per hektar, 8 ton per ha
jagung, serta tanahnya menghasilkan semangka hingga Rp 60 juta per tahun. Sumber-
sumber mata air yang ada di sekitar ±  79 sumber mata air serta terdapat 24 goa. Mata
air yang ditemukan adalah mata air karst yang bersifat permanen atau mampu
mengalirkan air sepanjang musim (perennial).
Berdasarkan rilis yang diterima Mongabay-Indonesia dari JMPPK
disebutkan, untuk wilayah Kecamatan Sukolilo dan Kayen saja, pegunungan karst
Kendeng Utara ini mampu menyuplai kebutuhan air rumah tangga dan lahan pertanian
seluas 15.873,9 ha di Kecamatan Sukolilo dan 9.063,232 ha di Kecamatan Kayen
Kabupaten Pati. Selain itu, di Kecamatan Tambakromo dan Kecamatan Kayen
Kabupaten Pati ada sekitar 2.756 hektar lahan Perhutani yang saat ini dikelola oleh
kelompok Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Sekitar 5.512 orang
menggantungkan hidup pada sumber daya hutan yang ada di pegunungan Kendeng
Utara.
Kawasan Kars Sukolilo membentang di bagian utara Propinsi Jawa Tengah
dengan luas 19.472 hektar, meliputi Kabupaten Blora (45.3 Ha), Kabupaten Grobogan
(721 Ha) dan Kabupaten Pati (11.802 Ha). Kawasan Kars Sukolilo ini berupa gugusan
perbukitan kapur yang dikenal akrab oleh masyarakat sekitar sebagai Pegunungan
Kendeng yang didominasi oleh endapan laut berumur tersier dan terkenal dengan
lapangan minyaknya yang telah beroperasi sejak abad 20.
Kawasan karst Kendeng Utara adalah kawasan karst aktif yang masih
mengalami proses karstifikasi dan memiliki sistem hidrologi yang berfungsi sebagai
pengontrol ekologi di kawasan Karst Kendeng Utara. Seperti kelelawar penghuni gua
sebagai pengontrol hama, penyebar benih tanaman dan membantu penyerbukan.
Terdapat juga biota yang masuk kategori satwa dilindungi, seperti Burung Merak,
ditemukan juga 45 jenis burung serta satwa-satwa liar yang dilindungi. Terlebih pada
Pegunungan Kendeng Utara, terdapat kawasan perbukitan batu gamping yang berfungsi
sebagai tandon air dari mata air-mata air yang digunakan untuk kebutuhan dasar lebih
dari 8.000 rumah tangga serta lebih dari 4.000 ha lahan pertaniaan sebagai sumber
penghidupan mereka.
Pegunungan Kendeng Utara memiliki cadangan batu kapur dan tanah
gamping, materi utama bahan baku semen yang sangat potensial. Berdasarkan Data
Balai Energi dan Sumber Daya Mineral Wilayah Kendeng Muria menunjukkan,
cadangan batu gamping di Grobogan, Pati, Blora, dan Rembang sebesar 9.994,5 juta
ton. Ini yang membuat Pabrik Semen Gresik tertarik untuk memperluas pabriknya.
Pegunungan Kendeng di Pati bagian Selatan berpotensi untuk pembuatan
bahan baku semen. Hal ini sangat menarik investor untuk melakukan pembangunan
pabrik semen di Desa Sokolilo. Karena cukup luas wilayah untuk didirikan sebuah
pabrik, maka pemanfaatan secara maksimal oleh investor akan menguntungkan banyak
pihak. Pada tahun 2009 sesuai dengan rencana yang ada, pendirian pabrik oleh PT.
Semen Gresik lebih lanjut dijelaskan, akan dibangun di lahan seluas 14,32 juta hektar
yang tersebar di tujuh desa, yakni Kedumulyo, Gedudero, Sukolilo, Sumbersuko,
Kasiyan, Tompegunung, dan Baturejo. Pabrik Semen Gresik akan melakukan
pembebasan lahan untuk rencana pabrik semen diKecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati,
dan mematok harga beli Rp7.000/m2 untuk tanah darat dan Rp13.500/m2 untuk tegalan.
Dan upaya ini pun gagal karena penolakan yang sangat kuat dari masyarakat sekitar.
Beberapa tahun kemudian wacana pembangunan pabrik semen di wilayah
ini kembali mencuat, dan puncaknya dengan diterbitkanya ijin Bupati Pati Nomor :
660.1/.767 tahun 2014 tentang pemberian ijin pembangunan pabrik semen dan
ekploitasi alam oleh PT. Sahabat Mulia Sejahtera (SMS) di Kabupaten Pati.
Keputusan ini membuat banyak masyarakat menjadi geram, terutama
masyarakat sekitar lokasi, dengan dalih bahwa surat ijin tersebut melanggar ketentuan :
1. Pada pasal pada Peraturan Pemerintah nomor : 26 tahun 2008 tentang rencana tata
ruang wilayah nasional pasal 51 huruf e disebutkan“salah satu kawasan yang harus di
lindungi adalah kawasan lindung geologi”.
2. Pasal 52 ayat 6 “ kawasan cagar alam geologi merupakan bagian dari kawasan
lindung geologi”.
3. Pasal 53 huruf b “ keunikan kawasan bentang alam merupakan bagian dari kawasan
bentang alam geologi “.
4. Pasal 60 ayat 2 “ bentang alam kars merupakan salah satu kriteria keunikan bentang
alam, juga bagian dari keikutsertaan warga dalam melindungi lingkungan hidup
seperti yang diamanatkan oleh Undang-undang Lingkungan Hidup”

Upaya – Upaya Yang Dilakukan Masyarakat Menolak Pendirian Pabrik Semen


Masyarakat setempat dengan didampingi beberapa LSM dan kalangan
akademis yang peduli lingkungan, seperti JM-PPK (Jaringan Masyarakat Peduli
Pegunungan Kendeng), dan WAHLI melakukan berbagai upaya, baik upaya litigasi
maupun non litigasi.
Upaya non litigasi dengan melakukan berbagai dialog, prees release di
berbagai media, bahkan sampai demontrasi kepada Pemerintah kabupaten Pati yang
telah mengeluarkan ijin pendirian pabrik semen kepada PT. Sahabat Mulia Sejahtera
(SMS).
Upaya litigasi dengan mengajukan gugatan atas keputusan Bupati Pati
tersebut ke Pengadilan Tata Usaha Negara di Semarang, yang diajukan oleh kelompok
masyarakat (class actiaon) yang bergabung dalam JM-PPK (Jaringan Masyarakat Peduli
Pegunungan Kendeng). Dengan tuntutaan agar surat ijin Bupati Pati Nomor : 660.1/.767
tahun 2014, tentang pemberian ijin pembangunan pabrik semen dan ekploitasi alam
oleh PT. Sahabat Mulia Sejahtera (SMS) di Kabupaten Pati dicabut.
Adapun landasan hukum yang menjadi dasar gugatan tersebut adalah :
Bahwa surat ijin Bupati Pati Nomor : 660.1/.767 tahun 2014, tentang pemberian ijin
pembangunan pabrik semen dan ekploitasi alam oleh PT. Sahabat Mulia Sejahtera
(SMS) di Kabupaten Pati bertentangan dengan Peraturan daerah Kabupaten Pti Nomor
05 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pati Tahun 2010-2030.
Serta beberapa peraturan perundang - undangan yang mengatur tentang lingkungan
hidup :
 Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 23/ 1997.
 Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor : 1456
K/20/Mem/2000 Tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Kars Menteri Energi
Dan Sumber Daya Mineral. Pasal 12 ayat :
(1). Kawasan Kars Kelas I merupakan kawasan yang memiliki salah satu, atau lebih
kriteria berikut ini :
a. berfungsi sebagai penyimpan air bawah tanah secara tetap (permanen) dalam
bentuk akuifer, sungai bawah tanah, telaga atau danau bawah tanah yang
keberadaannya mencukupi fungsi umum hidrologi:
b. mempunyai gua-gua dan sungai bawah tanah aktif yang kumpulannya membentuk
jaringan baik mendatar maupun tegak yang sistemnya mencukupi fungsi hidrologi
dan ilmu pengetahuan;
c. gua-guanya mempunyai speleotem aktif dan atau peninggalanpeninggalan sejarah
sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi objek wisata dan budaya;
d. mempunyai kandungan flora dan fauna khas yang memenuhi arti dan fungsi
sosial, ekonomi, budaya serta pengembangan ilmu pengetahuan.
(2). Kawasan Kars Kelas II merupakan kawasan yang memiliki salah satu atau semua
kriteria berikut ini :
a. berfungsi sebagai pengimbuh air bawah tanah, berupa daerah tangkapan air hujan
yang mempengaruhi naik-turunnya muka air bawah tanah di kawasan kars,
sehingga masih mendukung fungsi umum hidrologi;
b. mempunyai jaringan lorong-lorong bawah tanah hasil bentukan sungai dan gua
yang sudah kering, mempunyai speleotem yang sudah tidak aktif atau rusak, serta
sebagai tempat tinggal tetap fauna yang semuanya memberi nilai dan manfaat
ekonomi.
(3). Kawasan Kars Kelas III merupakan kawasan yang tidak memiliki kriteria
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2).
Pasal 13 : Kawasan Kars Kelas I merupakan kawasan lindung sumberdaya alam, yang
penetapannya mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 14 :
(1). Di dalam Kawasan Kars Kelas I tidak boleh ada kegiatan pertambangan.
(2). Di dalam Kawasanl Kars Kelas I dapat dilakukan kegiatan lain, asal tidak
berpotensi mengganggu proses karstifikasi, merusak bentukbentuk kars di bawah
dan di atas permukaan, serta merusak fungsi kawasan kars.
(3). Di dalam Kawasan Kars Kelas II dapat dilakukan kegiatan usaha pertambangan dan
kegiatan lain, yaitu seteleh kegiatan tersebut dilengkapi dengan studi lingkungan
(Amdal atau UKL dan UPL) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008, Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
Pasal 52 ayat (5) Kawasan lindung geologi terdiri atas:
a. kawasan cagar alam geologi;
b. kawasan rawan bencana alam geologi; dan
c. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah.
Pasal 53 ayat (1) Kawasan cagar alam geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
52 ayat (5) huruf a terdiri atas:
a. kawasan keunikan batuan dan fosil;
b. kawasan keunikan bentang alam; dan
c. kawasan keunikan proses geologi.
Pasal 60 Ayat (2) Kawasan keunikan bentang alam sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 53 ayat (1) huruf b ditetapkan dengan kriteria:
a.memiliki bentang alam gumuk pasir pantai;
b. memiliki bentang alam berupa kawah, kaldera, maar, leher
vulkanik, dan gumuk vulkanik;
c. memiliki bentang alam goa;
d. memiliki bentang alam ngarai/lembah;
e. memiliki bentang alam kubah; atau
f. memiliki bentang alam karst.
Hasil Keputusan PTUN semarang Nomor : 015/G/2015/PTUN.Smg
tanggal 17 Nopember 2015, mengabulkan gugatan JMPP dengan mencabut ijin nomor :
660.1/.767 tahun 2014, tentang pemberian ijin pembangunan pabrik semen dan
ekploitasi alam oleh PT. Sahabat Mulia Sejahtera (SMS) di Kabupaten Pati.

IV. PENUTUP
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. penerapan aturan hukum dalam proses perijinan pendirian pabrik semen di
Sukolilo Kabupaten Pati, tidak sesuai dengan dasar aturan yang ada, dan hal ini
menjadikan masyarakat resah dan merasa dirugikan.
2. Langkah hukum yang ditempuh olae masyarakat setempat dengan mengajukan
gugatan ke PTUN Semarang, dan Gugatan tersebut dikabulkan dengan putusan
nomor : 015/G/2015/PTUN.Smg.
DATAR PUSTAKA
AMDAL, 2008, Pembangunan Pabrik Semen PT. Semen Gresik Persero Tbk,
Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Semarang: PPLH Undip.
Asdak, Chay, 2004, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah ALiran Sungai, Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Brannen, Julia, terjemahan oleh Nuktah Arfawie Kurde dan Imam Safe’i, 2005,
Memadu Metode Penelitian : Kuantitatif dan Kualitatif, cetakan ke VI,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kebijakan
1. UU Nomor 32 tahun 2009 tentang PPLH
2. Peraturan Pemerintah Nomor : 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional
3. Peraturan Menteri ESDM Nomor 17 Tahun 2012 tentang Penetapan Bentang Alam
Karsts
4. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 128 Tahun 2008 tentang Penetapan
Kawasan Lindung Karst Sukolilo
5. Perda Kabupaten pati Nomor 5 tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Pati Tahun
2010-2030
Website
http://www.ptun-semarang.go.id/
TUGAS KELOMPOK
MAKALAH KEWIRAUSAHAAN

KEPEMIMPINAN DALAM KEWIRAUSAHAAN

DAFTAR KELOMPOK VI :

1. WARIDI : NIM. 201420088


2. KRISTIYANTI AGUSTINA C : NIM. 201420100
3. PURNOMO P : NIM. 201420099
4. OVAN NUR S : NIM.201411208
5. AMRI WILDAN : NIM. 201411199

UNIVERSITAS MURIA KUDUS


TAHUN 2016

Anda mungkin juga menyukai