Anda di halaman 1dari 4

Nama : RIBKA MARINTAN – 1701619059

Kelas : Pendidikan Ekonomi Koperasi B


RESUME BAB VII FILSAFAT ILMU

ILMU DAN KEBUDAYAAN

} Manusia dan Kebudayaan


Dalam kehidupan manusia mempunyai banyak sekali kebutuhan maka hal inilah yang
mendorong manusia untuk melakukan berbagai tindakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
tersebut. Dalam pemenuhan kebutuhan ini manusia berbeda dengan binatang, kebudayaanlah
dalam konteks ini yang memberikan garis pemisah antara manusia dan binatang.
Maslow mengidentifikasikan lima kelompok kebutuhan manusia yakni kebutuhan
fisikologi, rasa aman, afiliasi, harga diri dan pengembangan potensi. Sementara binatang
kebutuhannya terpusat pada dua kelompok pertama dari kategori Maslow yakni kebutuhan
fisiologis dan rasa aman dan memenuhi kebutuhan ini secara instinktif. Karena manusia
tidak mempunyai kemampuan bertindak secara otomatis yang berdasarkan instink tersebut
maka manusia berpaling kepada kebudayaan yang mengajarkan tentang cara hidup.
Ketidakmampuan manusia untuk bertindak secara instinktif ini manusia diimbangi oleh
kemampuan lain yakni kemampuan untuk belajar, berkomunikasi dan menguasai objek-objek
yang bersifat fisik disamping itu manusia mempunyai budi yang merupakan pola kejiwaan
yang didalamnya terkandung dorongan-dorongan hidup yang dasar instink, perasaan,
pikiran, kemauan dan fantasi. Budi inilah yang menyebabkan manusia mengembangkan
suatu hubungan yang bermakna dengan alam sekitarnya dengan jalan memberi penilaian
terhadap objek dan kejadian. Maka pilihan inilah yang menjadi tujuan dan isi kebudayaan.
Nilai-nilai budaya ini adalah jiwa dari kebudayaan dan menjadi dasar dari segenap wujud
kebudayaan. Kebudayaan diwujudkan dalam bentuk tata hidup yang merupakan kegiatan
manusia yang mencerminkan nilai budaya yang dikandungnya, pada dasarnya tata hidup
merupakan pencerminan yangkonkrit dari nilai budaya yang bersifat abstrak. Kegiatan
manusia dapat ditangkap oleh panca indera sedangkan nilai budaya hanya tertangguk oleh
budaya manusia, maka nilai budaya dan tata hidup manusia ditopang oleh perwujudan
kebudayaan yang ketiga yang berupa sarana kebudayaan, sarana kebudayaan ini merupakan
perwujudan yang bersifat fisik yang merupakan produk dari kebudayaan atau alat yang
memberikan kemudahan dalam kehidupan.
Keseluruhan fase dari kebudayaan itu erat hubungannya dengan pendidikan sebab
semua materi yang terkandung dalam suatu kebudayaan diperoleh manusia secara sadar
lewat proses belajar. Lewat kegiatan belajar inilah kebudayaan diteruskan dari generasi yang satu
pada generasi selanjutnya. Manusia dan kebudayaan merupakan dau hal yang sangat erat
berkaitan satu sama lain. Manusia di alam dunia ini memegang peranan yang unik, dan dapat
dipandang dari berbagai segi. Dalam ilmu sosial manusia merupakan makhluk yang ingin
memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan sering disebut homo
economicus (ilmu ekonomi). Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri
sendiri (sosialofi). Makhluk yang selalu ingin mempunyai kekuasaan (politik), makhluk yang
berbudaya dan lain sebagainya. Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai
dwi tungal, maksdunya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan
satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu tercipta maka
kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya. Tampak bahwa keduanya akhirnya
merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan
antara manusia dengan peraturan-peraturan kemasyarakatan.Pada saat awalnya
peraturan itu dibuat oleh manusia setelah peraturan itu terjadi maka manusia yang
membuatnya harus patuh kepaa peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan
itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri.

} Tanggung Jawab Sosial Ilmuwan


Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan, dan pengetahuan merupakan unsur dari sebuah
kebudayaan. Kebudayaan di sini merupakan satu system nilai, tata hidup dan sarana yang ada
dalam kehidupan manusia.
Ilmu dan kebudayaan merupakan dua hal yang menempati posisi yang sangat penting,
dimana satu sama lainnya saling tergantung dan saling mempengaruhi. Pada satu sisi
perkembangan ilmu dalam suatu lingkungan masyarakat itu sangat tergantung pada kondidi
kebudayaan yang ada di lingkungan masyarakat tersebut. Sedangkan di ssi lain, perkembangan
ilmu itu juga akan berpengaruh terhadap jalannya kebudayaan. Menurut Talcot parsons ilmu dan
kebudayaan saling mendukung satu sama lain. Dalam beberapa tipe lapisan masyarakat ilmu itu
dapat berkembang sangat pesat, demikian pula sebaliknya, lingkungan masyarakat tidak akan
dapat berpungsi dengan baik jika tidak didukung oleh perkembangan yang sehat dari ilmu dan
penerapannya. Untuk mengembangkan kebudayaan nasional ilmu memiliki peranan, yakni :
1. Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung terselenggaranya pengembangan
kebudayaan nasional.
2. Ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukkan watak suatu bangsa.

Maka menurut fungsinya, ilmu bisa dibagi menjadi dua bagian, yakni :
Pertama: ilmu sebagai satu pola berpikir, dan kedua : ilmu sebagai asas moral. Dalam hal ini
kami akan sedikit menguraikan bagaimana ilmu bisa dikatakan sebagai suatu pola berpikir dan
ilmu sebagai asas moral tersebut.
 Ilmu Sebagai Suatu Cara Berpikir
Dikatakan Ilmu merupakan satu pola pikir dimana dalam menghasilkan suatu kesimpulan
yang berupa pengetahuan maka ilmu dapat diandalkan. Berpikir bukanlah satu-satunya cara
untuk menghasilkan pengetahuan, demikian pula dengan ilmu, Ilmu bukan satu-satunya hasil
dari kegiatan berpikir. Ilmu itu merupakan hasil dari proses berpikir berdasarkan pada langkah-
langkah tertentu atau sering juga kita sebut sebagai cara berpikir ilmiah.
Beberapa karakteristik ilmu dikatakan sebagai salah satu proses atau syarat berpikir
ilmiah adalah :
1. Ilmu mempunyai peranan sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan yang benar dan
bisa
dipahami oleh akal manusia .
2. Alur pola pikir yang logis dan konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada.
3. Pengujian dapat dilakukan secara empiris sebagai salah satu kriteria kebenaran yang
objektif.
Apabila sebuah pernyataan bisa dijabarkan secara logis, dan telah teruji secara empiris,
maka
barulah ilmu dapat dianggap benar secara ilmiah yang nantinya akan memperkaya khazanah

pengetahuan ilmiah.
4. Mekanisme ilmu itu bersifat terbuka terhadap koreksi atau perubahan.
 Ilmu Sebagai Asas Moral
Ilmu merupakan hasil dari kegiatan berpikir untuk mendapatkan pengetahuan yang benar.
Dalam menetapkan suatu pernyataan apakah itu benar atau salah maka seorang ilmuwan akan
menarik kesimpulannya berdasarkan kepada argumentasi yang terdapat dalam pernyataan itu dan
bukan berdasarkan pengaruh yang berbentuk dari kekuasaan kelembagaan yang mengeluarkan
pernyataan itu. Kebenaran bagi seorang ilmuwan mempunyai fungsi atau kedudukan yang
universal bagi umat manusia dalam upaya meningkatkan martabat kemanusiaannya.
Dalam perkembangannya filsafat ilmu yang mencakup 3 asfek kajian yaitu, ontologi,
epistemologi, dan aksiologi dan meletakkan kelima unsur manusia yakni cipta, rasa, karsa, nafsu,
dan nurani, yang unifersal tersebut dalam lingkungan kajian epistemiologi maka dapatlah
dibangun ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan serta cabang-cabangnya sepeti sosiologi,
psikologi, ilmu polotik, ilmu ekonomi, dan manajemen, antropologi, serta cabang-cabang
keilmuan lainnya.
} Nuklir Dan Pilihan Moral
Dua pola kebudayaan dan ilmu yang begulir di Indonesia, adalah ilmu-ilmu alam dan
ilmu-ilmu sosial. Kenapa hal ini terjadi, ini terjadi karena besarnya perbedaan antara ilmu
sosial dan ilmu alam. Contohnya, jika kita belajar ilmu alam dengan subjek batu, kira-kira saat
lain di teliti lagi maka kemungkinan besar akan berhasil dengan nilai yang sama, tetapi tidak
demikin dalam ilmu sosial, dalam ilmu sosial, ilmu sosial bergerak lebih fleksibel dan dapat
berubah sewaktu-waktu.
Namun kedua hal itu bukan merupakan masalah, kedua hal itu tidak mengubah apa
yang menjadi tujuan penelitian ilmiah. Ilmu bukan bermaksud mengumpulkan fakta tetapi
untuk mencari penjelasan dari gejala-gejala yang ada, yang memungkinkan kita mengetahui
kebenaran hakikat objek yang kita hadapi. Ada dua faktor yang menjadi landasan suatu
analisis kuantitatif ilmu sosial yaitu: sulitnya melakukan pengukuran, karena emosi dan
aspirasi merupakan unsur yang sulit dan yang kedua banyaknya variabel yang
mempengaruhi tingkah laku manusia.
Hal seperti inilah yang menyebabkan ilmu alam lebih maju dari pada ilmu sosial. Itu
dikarenakan ilmu sosial lebih terpaku pada tahap kualitatif, dan untuk mengubah ini ilmu
sosial harus lebih masuk ketahap kuantitatif. Di Indonesia hal seperti ini masih berlaku,
tebukti adanya dua penjurusan dalam bidang kajian ilmu, yaitu ilmu sosial dan ilmu alam, dan
dalam pelaksanaannya ilmu alam selalu dianggap lebih bergengsi di banding ilmu sosial. Itu
membuat sebagian masyarakat kita terobsesi untuk masuk jurusan ilmu alam meski mungkin
lebih berbakat dalam bidang sosial, sehingga secara tidak langsung menghambat
perkembangan ilmu sosial.
Pada akhirnya harus kita sadari bahwa adanya dua jurusan dalam bidang ilmu ini
memerlukan suatu usaha yang fundamental dan sistematis dalam menghadapinya. Perlu
dicari titik temu diantara kedua bidang ini sehingga satu sama lain akan saling
melengkapi, bukan saling terpisah. Karena bagaimanapun ilmu sosial tidak dapat terpisah
dan berdiri sendiri dan begitupun ilmu alam tetap terikat secara sosial.

Anda mungkin juga menyukai