Anda di halaman 1dari 3

PENGARUH WAKTU KONTAK DAN PH TERHADAP ADSORPSI METILEN BIRU OLEH

BIOSORBEN SABUT KELAPA


Anselmus Boy Baunsele1; Hildegardis Missa2
1
Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Katolik WIdya Mandira, Kupang, NTT
2Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang, NTT
1. Pendahuluan
Indonesia akhir-akhir ini menjadi Negara yang memiliki perkembangan cukup pesat
dalam semua bidang. Salah satu aspek yang cukup tinggi perkembangannya adalah bidang
industri tekstil. Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh tingginya animo masyarakat terhadap
keberagaman busana yang semakin variatif. Peningkatan tersebut berbanding lurus dengan
adanya kerusakan lingkungan akibat limbah industri tekstil yang semakin menjamur.
Pencemaran yang terjadi khususnya pada lingkungan air oleh limbah industri seperti zat warna.
Terdapat banyak zat warna yang sering digunakan untuk pewarnaan keperluan tekstil
diantaranya diantaranya rodamin B, metilen biru, metilen violet, tartrazi, sunset yellow dan
allura red. Metilen biru merupakan salah satu zat warna dasar dengan struktur senyawa kimia
aromatik heterosiklik. Pewarna kationik biasanya digunakan pada awalnya untuk mewarnai
sutra, kulit, plastik, kertas, dan dalam pembuatan cat dan tinta ukiran[1].
Metilen biru memiliki efek yang merugikan terhadap lingkungan perairan. Jika suatu
area perairan tercemar metilen biru maka akan terjadi penghambatan terhadap penitrasi sinar
matahari yang menyebabkan menurunnya tingkatan fotosintesis tumbuhan air dan
mengganggu ekosistem air karena dapat menyebabkan kurangnya kandungan oksigen terlarut.
Dalam konsentrasi tinggi metilen biru dapat menyebabkan muntah-muntah, mual, anemia dan
hipertensi[2].
Dampak negatif metilen biru dapat dicegah atau kurangi dengan berbagai metode
diantaranya secara elektrokimia yang memanfaatkan elektroda kombinasi polivinil klorida dan
karbon (C-PVC) (Riyanto, 2019); [4], metode fotokatalitik untuk mendegradasi metilen biru
memanfaatkan katalis TiO2 (Zuo, dkk., 2014); (Hardeli, dkk., 2019). Sedangkan metode lain yang
cukup efektif adalah metode adsorpsi menggunakan kitosan dan kitin, cangkang telur, limbah
daun teh, kulit pisang, kulit kemiri dan selulosa alang-alang (Fransina dan Tanasale, 2008);
(Badriyah dan Putri, 2018); [9]; (Fitriani, dkk., 2015); (Lim, dkk., 2017) dan (Huda dan
Yulitaningtyas, 2018).
Adsorpsi merupakan salah satu metode yang murah dan efektif dalam mengurangi
dampak negatif lingkungan akibat pencemaran oleh zat warna maupun logam berat. Banyak
bahan alam yang digunakan untuk mengadsorspi zat warna maupun bahan pencemar
contohnya adsorpsi senyawa fenol dari karbon aktif batok kelapa [13], adsorpsi 2-klorofenol
dan 2, 4, 6-triklorofenol menggunakan sabut kelapa (Priyanka, dkk., 2014), adsorpsi zat warna
menggunakan limbah bahan pertanian (Rangabhashiyam, dkk., 2013); (Adegoke dan Bello,
2015).
Adsorpsi zat warna dengan memanfaatkan limbah bahan alam masih di

1.1
1.2
1.3

Anda mungkin juga menyukai