Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HEMORAGIC FEVER

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak

Disusun Oleh :
GINA NUR MEINIA
P1337420218021

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF)

A. Latar Belakang

DHF adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk
ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Penyakit ini dapat
menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama anak serta
sering menimbulkan wabah. (Suriadi, 2006: 57).
Sampai sekarang penyakit demam berdarah dengue masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat Indonesia. Penyakit dengue hemorrhagic fever tercatat
pertama kali di Asia pada tahun di 1954, sedangkan di Indonesia penyakit demam
berdarah dengue pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya mencatat 58
kasus DHF dengan 24 kematian (CFR: 41,5%) dan sekarang
menyebar keseluruh propinsi di Indonesia. ( Soegijanto, 2006)

Faktor kepadatan penduduk memicu tingginya kasus dengue hemorrhagic fever,


karena tempat hidup nyamuk hampir seluruhnya adalah buatan manusia mulai dari
kaleng bekas, ban bekas hingga bak mandi. Karena itu, 10 kota dengan tingkat
DBD paling tinggi seluruhnya merupakan ibukota provinsi yang padat
penduduknya. Data kementerian kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia
mencatat jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2009
mencapai sekitar 150 ribu. Angka ini cenderung stabil pada tahun 2010, sehingga
kasus demam berdarah dengue di Indonesia belum bisa dikatakan berkurang.
Demikian juga dengan tingkat kematiannya, tidak banyak berubah dari 0,89% pada
tahun 2009 menjadi 0,87% pada pada 2010. Ini berarti ada sekitar 1.420 korban
tewas akibat demam berdarah dengue pada 2009 dan sekitar 1.317 korban tewas
pada tahun 2010. ( Pramudiarja, 2011) Data di dinas kesehatan provinsi Jawa
Tengah menunjukan selama 2009 ada 16.858 kasus demam berdarah di Jawa
Tengah dengan pasien yang meninggal dunia 230 orang. Dari jumlah itu, yang
terjadi di kota Semarang mencapai 3.314 kasus dengan meninggal dunia 48 orang.
Sedangkan daerah lain, adalah Jepara dengan 1.395 kasus dan meninggal dunia 17
orang, Solo 535 kasus dengan meninggal dunia tiga orang, kota Magelang 236
dengan meninggal dunia satu orang. ( Rofiuddin, 2010 )

Kebanyakan orang yang menderita demam berdarah dengue pulih


dalam waktu dua minggu. Namun, untuk orang-orang tertentu dapat berlanjut
selama beberapa minggu hingga berbulan-bulan. Kasus kematian akibat DHF
(dengue hemorrhagic fever) sering terjadi pada anak-anak, hal ini disebabkan
selain karena kondisi daya tahan anak-anak tidak sebagus orang dewasa, juga
karena sistem imun anak-anak belum sempurna. Penyakit DHF (dengue
hemorrhagic fever) jika tidak mendapatkan perawatan yang memadai dan gejala
klinis yang semakin berat yang mengarahkan pada gangguan pembuluh darah
dan gangguan hati dapat mengalami perdarahan hebat, syok dan dapat
menyebabkan kematian. (Hanifah, 2011)

B. Pengertian
Demam dengue / DF dan DBD atau DHF adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik (Sudoyo, 2010).
Penyakit DBD mempunyai perjalanan penyakit yang sangat
cepat dan sering menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal
akibat penanganan yang terlambat. Demam berdarah dengue (DBD)
disebut juga dengue hemoragic fever (DHF), dengue fever (DF), demam
dengue, dan dengue shock sindrom (DDS) (Widoyono, 2008).
Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa penyakit DHF
adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn virus )
dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan
Aedes Aegepty ) nyamuk aedes aegepty.
C. Etiologi
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok
arbovirus B, yaitu arthropod-born envirus atau virus yang disebarkan oleh
artropoda. Vector utama penyakit DBD adalah nyamuk aedes aegypti
(didaerah perkotaan) dan aedes albopictus (didaerah pedesaan).
(Widoyono, 2008).

Sifat nyamuk senang tinggal pada air yang jernih dan tergenang,
telurnya dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu 20-420C. Bila
kelembaban terlalu rendah telur ini akan menetas dalam waktu 4 hari,
kemudian untuk menjadi nyamuk dewasa ini memerlukan waktu 9 hari.
Nyamuk dewasa yang sudah menghisap darah 3 hari dapat bertelur 100
butir (Murwani, 2011).

D. Manifestasi Klinik

Gejala klinis utama pada DBD adalah demam dan manifestasi


perdarahan baik yang timbul secara spontan maupun setelah uji torniquet.
a. Demam tinggi mendadak yang berlangsung selama 2-7 hari

b. Manifestasi perdarahan

1) Uji tourniquet positif

2) Perdarahan spontan berbentuk peteki, purpura, ekimosis, epitaksis,

perdarahan gusi, hematemesis, melena.

c. Hepatomegali

d. Renjatan, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun


(<20mmHg) atau nadi tak teraba, kulit dingin, dan anak gelisah
(Soegeng, 2006).
E. Patofisiologi

Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan


menimbulkan viremia. Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat
pengatur suhu di hipotalamus sehingga menyebabkan ( pelepasan zat
bradikinin, serotinin, trombin, Histamin) terjadinya: peningkatan suhu.
Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah
yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke
intersisiel yang menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi
akibat dari, penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi
melawan virus (Murwani, 2011).
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan
baik kulit seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini
mengakibatkan adanya kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan
mekanisme hemostatis

Secara normal hal itu dapat menyebabkan perdarahan dan jika


tidak tertangani maka akan menimbulkan syok. Masa virus dengue
inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari (Soegijanto, 2006).
Menurut Ngastiyah (2005) virus akan masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan nyamuk aedes aeygypty. Pertama tama yang terjadi
adalah viremia yang mengakibatkan penderita menalami demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik
bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain yang
mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
(hepatomegali).
Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah
kompleks virus antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan akan di lepas C3a dan C5a
dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan
mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding
kapiler pembuluh darah yang mengakibtkan terjadinya pembesaran
plasma ke ruang ekstraseluler. Pembesaran plasma ke ruang eksta seluler
mengakibatkan kekurangan volume plasma, terjadi hipotensi,
hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningatan hematokrit >20%) menunjukan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) sehingga nilai
hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena
(Noersalam, 2005).
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium,
pleura, dan pericardium yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang
diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah
trombosit menunjukan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian
cairan intravena harus di kurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah
terjadi edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan
yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang akan
mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika
renjatan atau hipovolemik berlangsung lam akan timbul anoksia jaringan,
metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik
(Murwani, 2011).
F. PATHWAY
G. Tanda dan Gejala

1. Gejala klinis (khas)


a. Demam akut suhu 39-42o C dan terjadi pada malam hari
b. Menggigil
c. Perdarahan pada kulit : ptekie, ekimosis, hematom
d. Perdarahan lain : epistaksis, hematemasis, hematuri, melena
e. Renjatan, nadi cepat dan lemah
f. Tekanan darah menurun (< 20 mmHg)
g. Kulit dingin dan gelisah
2. Gejala nonklinis
a. Pernafasan : batuk, pilek, sakit waktu menelan
b. Pencernaan : mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi
c. Nyeri/ sakit kepala
d. Pembengkakan sekitar mata, lakrimasi, dan photo pobia.
e. Siklus demam menyerupai pelana kuda

H. Komplikasi

Komplikasi dari penyakit ini termasuk:

1. kerusakan pembuluh darah

2. kelenjar getah bening

3. pendarahan organ dalam

Lambat laun pendarahan dalam dapat menyebabkan syok akibat tekanan darah
menurun drastis dalam waktu singkat.

Jika sudah mengalami syok, berarti penyakit Anda sudah masuk kategori yang
paling parah, yaitu dengue shock syndrome (DSS).DSS dapat menyebabkan gagal
jantung dan ginjal, bahkan kematian.
I. KLASIFIKASI

DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara


klinis dibagi menjadi (WHO, 1986) :

1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan uji torniquet (+),
trombositopenia dan hemokonsentrasi.

2. Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat lain.

3. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah
rendah (hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari
(tanda-tanda dini renjatan).

4. Derajat IV
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat
diukur.

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk menegakkan diagnosa DHF, perlu dilakukan berbagai


pemeriksaan Lab, antara lain pemeriksaan darah dan urine serta pemeriksaan
serologi. Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai:

 Ig G dengue positif
 Trombositopenia
 Hemoglobin meningkat > 20%
 Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
 Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia,
hiponatremia, hipokloremia.
(Mansjoer, A. 2000)

K. PENATALAKSANAAN

1. Tirah baring
2. Diet makan lunak
3. Minum banyak (2 - 2,5 liter/24 jam) dapat berupa susu, teh manis, sirup dan
beri penderita oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting
bagi penderita DHF.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya Ringer Laktat, NaCl faali). Ringer
Laktat merupakan cairan intravena yang paling sering digunakan,
mengandung Na+ 130 mEg/l, K+ 4 mEg/l, korektor basa 28 mEg/l, Cl - 109
mEg/l, dan Ca++ 3 mEg/l.
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernapasan). Jika
kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
6. Periksa Hb, Ht dan Trombosit setiap hari.
7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin,
dan dipiron (kolaborasi dengan dokter).
8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
9. Pemberian antibiotika bila terdapat kekhawatiran infeksi sekunder
(kolaborasi dengan dokter).
10. monitor tanda-tanda dini renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-
tanda vital, hasil-hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
11. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).

L. Data Sistem Pengkajian


1. Wawancara
a. Biodata
1. Identitas
 Umur: DHF merupakan penyakit tropik yang sering
menyebabkan kematian pada anak dan remaja.
 Jenis kelamin: secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan pada
penderita DHF. Tetapi kematian lebih sering ditemukan pada
anak perempuan daripada anak laki-laki.
 Tempat tinggal: penyakit ini semula hanya ditemukan di
beberapa kota besar saja, kemudian menyebar kehampir seluruh
kota besar di Indonesia, bahkan sampai di pedesaan dengan
jumlah penduduk yang padat dan dalam waktu relatif singkat.
biasanya nyamuk pembawa vector banyak ditemukan pada
daerah yang banyak genangan air atau didaerah yang lembab.
2. Keluhan Utama

Biasanya pasien datang dengan keluhan demam tinggi mendadak


dan terus menerus selama 2-7 hari, terdapat petechie pada seluruh
kulit, perdarahan gusi, neyri epigastrium, epistaksis, nyeri pada sendi-
sendi, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan
menurun

3. Riwayat penyakit sekarang

Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot,


pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual,
dan nafsu makan menurun.

4. Riwayat penyakit terdahulu

Ada kemungkinan anak yang telah terinfeksi penyakit DHf bisa


terulang terjangkit DHF lagi, tetapi penyakit ini tak ada hubungan
dengan penyakit yang perna diderita dahulu

5. Riwayat penyakit keluarga

Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain


sangat menentukan, Penyakit DHF dibawah oleh nyamuk jadi bila
terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit ini dalam satu
rumah besar kemungkinan tertular karena penyakit ini ditularkan
lewat gigitan nyamuk.
6. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat tinggal nyamuk


ini adalah lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari,
banyak genangan air, vas bunga yang jarang diganti airnya, kaleng
bekas tempat penampungan air, botol dan ban bekas. Tempat –tempat
seperti ini biasanya banyak dibuat sarang nyamuk Janis ini. Perlu
ditanyakan pula apakah didaerah itu ada riwayat wabah DHF karena
inipun juga dapat terulang kapan-kapan

b. Pola Fungsional Gordon

1) Pola persepsi kesehatan: adakah riwayat infeksi sebelumnya,persepsi


pasien dan keluarga mengenai pentingnya kesehatan bagi anggota
keluarganya.
2) Pola nutrisi dan cairan : pola makan dan minum sehari – hari, jumlah
makanan dan minuman yang dikonsumsi, jeni makanan dan minuman,
waktu berapa kali sehari, nafsu makan menurun / tidak, jenis makanan
yang disukai, penurunan berat badan.
3) Pola eliminasi : mengkaji pola BAB dan BAK sebelum dan selama
sakit , mencatat konsistensi,warna, bau, dan berapa kali sehari,
konstipasi, beser.
4) Pola aktivitas dan latihan : reaksi setelah beraktivitas (muncul keringat
dingin, kelelahat/ keletihan), perubahan pola nafas setelah aktifitas,
kemampuan pasien dalam aktivitas secara mandiri.
5) Pola tidur dan istirahat : berapa jam sehari, terbiasa tidur siang,
gangguan selama tidur (sering terbangun), nyenyak, nyaman.
6) Pola persepsi kognitif : konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan
mengetahui tentang penyakitnya
7) Pola persepsi dan konsep diri : adakah perasaan terisolasi diri atau
perasaan tidak percaya diri karena sakitnya.
8) Pola reproduksi dan seksual
9) Pola mekanisme dan koping : emosi, ketakutan terhadap
penyakitnya, kecemasan yang muncul tanpa alasan yang jelas.
10) Pola hubungan : hubungan antar keluarga harmonis, interaksi ,
komunikasi, car berkomunikasi
11) Pola keyakinan dan spiritual : agama pasien, gangguan
beribadah selama sakit, ketaatan dalam berdo’a dan beribadah.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : Cukup baik
2) Kesadaran         : composmetis, lemah, pucat
3) TTV                    : biasanya meningkat karena adanya proses infeksi
4) Kepala               : rambut bersih tidak ada luka
5) Mata                  : Konjungtiva anemis,skela tidak ikterik
6) Hidung        : tidak ada polip,hidung bersih
7) Leher       : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
8) Dada       :
- Inspeksi         : datar,simetris umumnya tidak ada kelainan
- Palpasi      : ictus cordis tidak tampak
- Perkusi      : sonor tidak ada kelainan
- Auskultasi       : tidak ada whezing ronchi
9) Abdomen                    :
- Inspeksi  : supel datar tidak ada distensi abdomen
- Auskultasi : bising usus normal atau tidak ada kelainan
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : tidak ada kelainan atau tympani
10) Ekstremitas bawah : tidak ada kelainan serta oedem
11) Ekstremitas atas      : tidak ada kelainan serta oedem
12) Genetalia          : tidak ada kelainan
d. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Suriadi dan Rita Yuliani (2001), pemeriksaan yang dilakukan yaitu
:

1) Darah Lengkap : Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 %


atau lebih), trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang).
2) Serologi : Uji HI ( hemoaglutination inhibition test ).
3) Rontgen thorax : effusi pleura

E. Analisa Data

NO DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI


1 DS : pasien mengatakan hipertermia Penyakit
badannya panas

DO : suhu : 390C
2 DS : pasien mengatakan lemas Kekuranagn Kehilangan
volume cairan cairan aktif
DO : pasien terlihat lemah
terbaring
3 DS : pasien mengatakan sangat Gangguan rasa Gejala terkait
tidak nyaman dengan adanya nyaman penyakit
nyeri di kepala

DO : pasien tampak meringis


menahan nyeri dan memegang
kepalanya

F. Diagnosa Keperawatan

a. Hipertermi b.d penyakit -00007

b. Kekuranagn volume cairan b.d kehilangan cairan aktif -00027

c. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit -00214


G. Intervensi

DX NOC NIC Rasional


1 Setelah dilakukan tindakan Pengaturan suhu
keperawatan selama 1 x 24jam (3900)
diharapkan panas pasien dapat teratasi,
1. kaji saat
dengan kriteria hasil :
1. untuk
timbulnya demam
mengidentifikasi
Termoregulasi (0800)
pola demam pasien
awal Tujuan
Indicator 2. observasi tanda- 2. tanda-tanda vital
08000 Peningkatan 1 5 tanda vital tiap 3 jam merupakan acuan
1 suhu kulit untuk mengetahui
08001 Hipertermia 1 5
keadaan umum
9
08000 Sakit kepala 1 5 pasien
4
08001 Dehidrasi 1 5 3. kompres hangat
3. beri kompres
4 dapat
hangat pada dahi
Keterangan : mengembalikan suhu
normal
1 : berat
memperlancar
2 : cukup berat sirkulasi

3 : sedang

4. beri banyak
4 : ringan 4. mengurangi panas
minum (1-1,5
secara konveksi
5 : tidak ada liter/hari)
(panas terbuang
bersama urine dan
keringat sekaligus
mengganti cairan
tubuh karena
penguapan)

5. pakaian yang tipis


5. ganti pakaian
menyerap keringat
klien dengan yang
dan membantu
tipis dan menyerap
mengurangi
keringat
penguapan tubuh
akibat dari
peningkatan suhu
dan dapat terjadi
konduksi

6. penjelasan yang
6. beri penjelasan
diberikan pada
pada keluarga klien
keluarga klien bias
tentang penyebab
mengerti dan
meningkatnya suhu
kooperatif dalam
tubuh
memberikan
tindakan
keperawatan

7. dapat menurunkan
7. kolaborasi demam
pemberian obat
antipiretik
2 Setelah dilakukan tindakan Manajemen
keperawatan selama 1 x 24jam elektrolit/cairan
diharapkan kebutuhan cairan pasien (2080)
dapat terpenuhi, dengan kriteria hasil :
1. mengetahui
1. kaji KU klien dan
dengan cepat
Keseimbangan cairan (0601) : tanda-tanda vital penyimpangan dari
keadaan normalnya
awal Tujuan
Indicator
2. mengetahui
06010 Tekanan darah 1 5 2. kaji input dan
balance cairan dan
1 output cairan
06011 Hematokrit 1 5 elektrolit dalam
9 tubuh atau
06010 Keseimbangan 1 5 homeostasis
7 intake dan
output dalam 3. agar dapat segera
24 jam 3. observasi adanya dilakukan tindakan
Keterangan : tanda-tanda syok jika terjadi syok

1 : sangat terganggu

2 : banyak terganggu 4. anjurkan klien 4. asupan cairan


untuk banyak minum sangat diperlukan
3 : cukup terganggu
untuk menambah
4 : sedikit terganggu volume cairan tubuh

5 : tidak terganggu 5. pemberian cairan


IV sangat penting
5. kolaborasi dengan
bagi klien yang
dokter dalam
mengalami deficit
pemberian cairan IV
volume cairan untuk
memenuhi
kebutuhan cairan
klien
3 Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
keperawatan selama 1x24 jam (1400)
1. menentukan
diharapkan kenyamanan pasien dapat
1. kaji factor sejauh mana nyeri
meningkat dengan krtiteria hasil :
penyebab, kualitas yang dirasakan dan
lokasi, frekuensi, untuk memudahkan
Tingkat Nyeri (2102) dan skala nyeri memberi intervensi
selanjutnya
Indicator Awa Tujua
l n 2. dapat
2. monitor tanda-
mengidentifikasi
21020 Nyeri yang 1 5
tanda vital,
rasa sakit dan
1 dilaporkan
perhatikan
ketidaknyamanan
21020 Panjangnya 2 5 takikardia,
4 episode hipertensi, dan
nyeri peningkatan

21021 Ekpresi 2 5 pernafasan

7 nyeri 3. membantu pasien


3. ajarkan teknik
wajah menjadi rileks,
distraksi dan
20020 Tidak biasa 2 5 menurunkan rasa
relaksasi
8 beristirahat nyeri serta mampu
mengalihkan
Keterangan :
perhatian pasien dari
1 : berat nyeri yang dirasakan

2 : cukup berat 4. beri posisi yang


4. mengurangi rasa
nyaman untuk pasien
sakit, meningkatkan
3 : sedang
sirkulasi, posisi
4 : ringan semifowler dapat
mengurangi tekanan
5 : tidak ada
dorsal

5. pasien mengerti
5. beri helath
tentang nyeri yang
education tentang
dirasakan dan
nyeri
menghindari hal-hal
yang dapat
memperparah nyeri
6. menekan susunan
saraf pusat pada
6. kolaborasi dalam
thalamus dan korteks
pemberian terapi
serebri sehingga
analgesik
dapat mengurangi
rasa sakit/nyeri

H. Evaluasi
DX 1 :
S : pasien mengatakan badannya sudah tidak panas
O : pasien terlihat lebih sehat
A : masalah sudah teratasi
P : hentikan intervensi
DX 2 :
S : pasien mengatakan lebih bergairah dan kuat
O : pasien tampak senang dan lebih sehat
A : masalah teratasi
P :hentikan intervensi
DX 3 :
S : pasien mengatakan sudah nyaman dan tidak terganggu
O : pasien terlihat leluasa bergerak
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Murwani, Arita, 2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi I.


Yogyakarta:Gosyen

Ngastiyah. 2005. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Edisi I. Jakarta: EGC.

Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak . Jakarta: Salemba


Medika.

Soegijanto Soegeng. 2006. Demam Berdarah Dengue. Edisi kedua. Surabaya :


Airlangga University Press

Sudoyo AW, dkk.2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta:
Interna Publishing

Suriadi, Rita Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Dalam. Edisi
1. Jakarta: Agung Setia

Widoyono. 2008.Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan


Pemberantasannya.Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai