Disusun Oleh :
GINA NUR MEINIA
P1337420218021
A. Latar Belakang
DHF adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk
ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Penyakit ini dapat
menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama anak serta
sering menimbulkan wabah. (Suriadi, 2006: 57).
Sampai sekarang penyakit demam berdarah dengue masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat Indonesia. Penyakit dengue hemorrhagic fever tercatat
pertama kali di Asia pada tahun di 1954, sedangkan di Indonesia penyakit demam
berdarah dengue pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya mencatat 58
kasus DHF dengan 24 kematian (CFR: 41,5%) dan sekarang
menyebar keseluruh propinsi di Indonesia. ( Soegijanto, 2006)
B. Pengertian
Demam dengue / DF dan DBD atau DHF adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik (Sudoyo, 2010).
Penyakit DBD mempunyai perjalanan penyakit yang sangat
cepat dan sering menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal
akibat penanganan yang terlambat. Demam berdarah dengue (DBD)
disebut juga dengue hemoragic fever (DHF), dengue fever (DF), demam
dengue, dan dengue shock sindrom (DDS) (Widoyono, 2008).
Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa penyakit DHF
adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn virus )
dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan
Aedes Aegepty ) nyamuk aedes aegepty.
C. Etiologi
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok
arbovirus B, yaitu arthropod-born envirus atau virus yang disebarkan oleh
artropoda. Vector utama penyakit DBD adalah nyamuk aedes aegypti
(didaerah perkotaan) dan aedes albopictus (didaerah pedesaan).
(Widoyono, 2008).
Sifat nyamuk senang tinggal pada air yang jernih dan tergenang,
telurnya dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu 20-420C. Bila
kelembaban terlalu rendah telur ini akan menetas dalam waktu 4 hari,
kemudian untuk menjadi nyamuk dewasa ini memerlukan waktu 9 hari.
Nyamuk dewasa yang sudah menghisap darah 3 hari dapat bertelur 100
butir (Murwani, 2011).
D. Manifestasi Klinik
b. Manifestasi perdarahan
c. Hepatomegali
H. Komplikasi
Lambat laun pendarahan dalam dapat menyebabkan syok akibat tekanan darah
menurun drastis dalam waktu singkat.
Jika sudah mengalami syok, berarti penyakit Anda sudah masuk kategori yang
paling parah, yaitu dengue shock syndrome (DSS).DSS dapat menyebabkan gagal
jantung dan ginjal, bahkan kematian.
I. KLASIFIKASI
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan uji torniquet (+),
trombositopenia dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat lain.
3. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah
rendah (hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari
(tanda-tanda dini renjatan).
4. Derajat IV
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat
diukur.
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ig G dengue positif
Trombositopenia
Hemoglobin meningkat > 20%
Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia,
hiponatremia, hipokloremia.
(Mansjoer, A. 2000)
K. PENATALAKSANAAN
1. Tirah baring
2. Diet makan lunak
3. Minum banyak (2 - 2,5 liter/24 jam) dapat berupa susu, teh manis, sirup dan
beri penderita oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting
bagi penderita DHF.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya Ringer Laktat, NaCl faali). Ringer
Laktat merupakan cairan intravena yang paling sering digunakan,
mengandung Na+ 130 mEg/l, K+ 4 mEg/l, korektor basa 28 mEg/l, Cl - 109
mEg/l, dan Ca++ 3 mEg/l.
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernapasan). Jika
kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
6. Periksa Hb, Ht dan Trombosit setiap hari.
7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin,
dan dipiron (kolaborasi dengan dokter).
8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
9. Pemberian antibiotika bila terdapat kekhawatiran infeksi sekunder
(kolaborasi dengan dokter).
10. monitor tanda-tanda dini renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-
tanda vital, hasil-hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
11. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).
Menurut Suriadi dan Rita Yuliani (2001), pemeriksaan yang dilakukan yaitu
:
E. Analisa Data
DO : suhu : 390C
2 DS : pasien mengatakan lemas Kekuranagn Kehilangan
volume cairan cairan aktif
DO : pasien terlihat lemah
terbaring
3 DS : pasien mengatakan sangat Gangguan rasa Gejala terkait
tidak nyaman dengan adanya nyaman penyakit
nyeri di kepala
F. Diagnosa Keperawatan
3 : sedang
4. beri banyak
4 : ringan 4. mengurangi panas
minum (1-1,5
secara konveksi
5 : tidak ada liter/hari)
(panas terbuang
bersama urine dan
keringat sekaligus
mengganti cairan
tubuh karena
penguapan)
6. penjelasan yang
6. beri penjelasan
diberikan pada
pada keluarga klien
keluarga klien bias
tentang penyebab
mengerti dan
meningkatnya suhu
kooperatif dalam
tubuh
memberikan
tindakan
keperawatan
7. dapat menurunkan
7. kolaborasi demam
pemberian obat
antipiretik
2 Setelah dilakukan tindakan Manajemen
keperawatan selama 1 x 24jam elektrolit/cairan
diharapkan kebutuhan cairan pasien (2080)
dapat terpenuhi, dengan kriteria hasil :
1. mengetahui
1. kaji KU klien dan
dengan cepat
Keseimbangan cairan (0601) : tanda-tanda vital penyimpangan dari
keadaan normalnya
awal Tujuan
Indicator
2. mengetahui
06010 Tekanan darah 1 5 2. kaji input dan
balance cairan dan
1 output cairan
06011 Hematokrit 1 5 elektrolit dalam
9 tubuh atau
06010 Keseimbangan 1 5 homeostasis
7 intake dan
output dalam 3. agar dapat segera
24 jam 3. observasi adanya dilakukan tindakan
Keterangan : tanda-tanda syok jika terjadi syok
1 : sangat terganggu
5. pasien mengerti
5. beri helath
tentang nyeri yang
education tentang
dirasakan dan
nyeri
menghindari hal-hal
yang dapat
memperparah nyeri
6. menekan susunan
saraf pusat pada
6. kolaborasi dalam
thalamus dan korteks
pemberian terapi
serebri sehingga
analgesik
dapat mengurangi
rasa sakit/nyeri
H. Evaluasi
DX 1 :
S : pasien mengatakan badannya sudah tidak panas
O : pasien terlihat lebih sehat
A : masalah sudah teratasi
P : hentikan intervensi
DX 2 :
S : pasien mengatakan lebih bergairah dan kuat
O : pasien tampak senang dan lebih sehat
A : masalah teratasi
P :hentikan intervensi
DX 3 :
S : pasien mengatakan sudah nyaman dan tidak terganggu
O : pasien terlihat leluasa bergerak
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo AW, dkk.2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta:
Interna Publishing
Suriadi, Rita Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Dalam. Edisi
1. Jakarta: Agung Setia