Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PERBEDAAN KUALITAS PELAYANAN PADA

PASIEN BPJS DAN PASIEN UMUM TERHADAP KEPUASAN


PASIEN DI RAWAT JALAN RSUD KOTA SURAKARTA
Aisah Ayu Nur Pertiwi

Program Studi Magister Manajemen, Universitas Muhammadiyah Surakarta


Jl. Ahmad Yani, Pabelan Surakarta 57102
Email: aisahnurse313@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian adalah mengetahui perbedaan kualitas pelayanan berdasarkan


keselamatan pasien, efektivitas dan efisiensi, dan berorietasi pada pasien, serta kepuasan
pasien antara pasien yang menggunakan BPJS dan umum. Penelitian dilakukan sebanyak
60 responden yang terdiri dari 30 pasien BPJS dan 30 pasien umum di rawat jalan RSUD
Kota Surakarta. Analisis data yang digunakan adalah uji independent t-test kemudian
dianalisis pengaruh antara variabel independen terhadap dependen menggunakan analisis
regresi berganda. Hasil penelitian menyebutkan adanya perbedaan yang signifikan kualitas
pelayanan berdasarkan keselamatan pasien, efektivitas dan efisiensi, dan berorietasi
pada pasien, serta kepuasan pasien antara pasien yang menggunakan BPJS dan umum,
serta adanya pengaruh antara variabel keselamatan pasien, efektivitas dan efisiensi,
dan berorietasi pada pasien terhadap kepuasan pasien. Dari hasil persamaan tersebut
diketahui bahwa ketiga variabel independen yaitu keselamatan pasien, efektivitas dan
efisiensi, dan pelayanan berorientasi pada pasien berpengaruh positif terhadap kepuasan
konsumen. Artinya jika keselamatan pasien, efektivitas dan effisiensi, dan pelayanan
berorientasi pada pasien, maka kepuasan pasien semakin tinggi.

Kata kunci: BPJS, berorientasi pada pasien, keselamatan pasien, kepuasan pasien

Abstract

The purpose of this study was to determine differences in the quality of service based on
patient safety, effectiveness and efficiency, and patient centeredness, as well as patient
satisfaction between patients using BPJS and general. The study was conducted as many
as 60 respondents consisted of 30 patients BPJS and 30 general patients Rawat jalan
Hospital Surakarta. Analysis of the data used is the independent t-test and analyzed
the influence of the independent variable on the dependent using multiple regression
analysis. The study says there are significant differences of quality of service based
on patients safety, effective and efficiency, and patient centeredness, as well as patient
satisfaction between patients using BPJS and general, as well as the influence of variable
patient safety, effectiveness and efficiency, and patient centeredness to client satisfaction.
Forming that the three independent variables are patient safety, effectiveness and
efficiency, and patient centeredness have positive effect on customer satisfaction. This
means that if patient safety, effectiveness and efficiensi and patient centeredness, the
higher patient satisfaction.

Key word: BPJS, patients satisfaction, safety, patient centeredness

113
Analisis Perbedaan Kualitas Pelayanan pada Pasien BPJS dan
Pasien Umum .. (113-121)

Pendahuluan dalam menentukan keberhasilan progam


Sakit merupakan hal yang tidak pernah pelayanan. Hal ini berarti kualitas yang baik
diinginkan seseorang. Pengeluaran tidak dari suatu layanan bukan berdasar pada
terduga terkait dengan seseorang yang terkena persepsi penyedia jasa, tapi berdasarkan pada
penyakit, ataupun mengalami suatu kejadian persepsi konsumen karena konsumenlah yang
yang tak terduga seperti kecelakaan harus menikmati pelayanan yang diberikan oleh
mengeluarkan biaya untuk datang ke fasilitas perusahaan (Trisnawati, 2015).
kesehatan. Menurut Wijono (dalam Safrudin, 2012)
Tingginya biaya kesehatan semakin pelayanan kesehatan yang bermutu dengan
menyulitkan masyarakat untuk memperoleh menggunakan strategi utama persaingan
layanan kesehatan. Salah satu metode yang perusahaan yaitu berorientasi pada kepuasan
dapat digunakan dalam meringankan beban pasien akan mampu bertahan di tengah
pembiayaan kesehatan dengan menggunakan persaingan global yang semakin kuat. Baik
asuransi. Upaya telah dilakukan pemerintah secara subjektif maupun ojektif dimensi
dalam memberikan jaminan kesehatan untuk mutu diukur dengan enam dimensi yaitu
masyarakat seperti adanya Jaminan Kesehatan safety, effective, effisiency, timeliness, patient
Nasional (JKN). Berdasarkan undang-undang centeredness, dan equity (Cahyono, 2008).
nomor 24 tahun 2011, Badan Penyelenggara Penelitian hanya mengambil variabel safety,
Jaminan Sosial (BPJS) akan menggantikan effective dan effisiency menjadi satu kesatuan,
sejumlah lembaga jaminan sosial yang ada serta patient centeredness.
di Indonesia yaitu lembaga asuransi jaminan Rumah sakit dituntut terakreditasi dan
kesehatan PT. Askes Indonesia menjadi berstandar internasional, maka akreditasi
BPJS Kesehatan. Pada awal 2014, PT. Askes JCI (Joint Commision International)
menjadi BPJS Kesehatan. BPJS diharapkan memiliki standar bahwa keselamatan pasien
mampu memberikan pelayanan kesehatan dan peningkatan mutu merupakan tonggak
kepada masyarakat lebih baik lagi dari tingkat akreditasi internasional tersebut. Di samping
awal hingga pelayanan paripurna (Putri, itu menurut peraturan presiden nomor 12
2014). Tahun 2013 pasal 42 menyebutkan bahwa
Namun, masih banyak persoalan yang pelaksanaan pelayanan kesehatan pada
terjadi di rumah sakit terkait dengan pelayanan peserta JKN harus memperhatikan mutu
pasien yang menggunakan BPJS. Persoalan pelayanan dan berorientasi pada keamanan
pertama BPJS Kesehatan sudah muncul sejak pasien, efektivitas pelayanan, kesesuaian
proses aktivasi kartu. BPJS menerapkan dengan kebutuhan pasien, dan efisiensi biaya.
aturan bahwa kartu pengguna BPJS baru bisa Menurut Trisnawati (2015), terdapat
aktif sepekan setelah pendaftaran diterima. perbedaan bermakna antara harapan dan
Padahal sakit menimpa tanpa terduga dan tak persepsi responden pada masing-masing
mungkin bisa ditunda. Selanjutnya, rujukan dimensi pada masa pelaksanaan Askes dan
lembaga jasa kesehatan yang ditunjuk BPJS JKN dengan nilai sig 0,000 (CI 95%). Gap
Kesehatan juga terbatas dan tidak fleksibel terbesar pada masa Askes terdapat pada
Menurut Pratiwi et al. (2014) kepuasan dimensi reliability (keandalan) dengan skor
merupakan hasil evaluasi (penilaian) gap yaitu -0,87 dan gap terbesar pada masa
konsumen terhadap berbagai aspek kualitas JKN juga terdapat pada dimensi reliability
pelayanan. Menyatakan kualitas pelayanan (keandalan) dengan skor gap -1,49. Selain
harus dimulai dari kebutuhan konsumen dan itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
berakhir pada persepsi konsumen (Tjiptono terdapat perbedaan bermakna antara kepuasan
dan Chandra, 2011). Kepuasan pasien atau responden pada masa Askes dan JKN dengan
peserta asuransi merupakan salah satu nilai sig 0,004 (CI 95%). Perbedaan nilai gap
faktor yang dapat digunakan sebagai acuan kepuasan pada masa Askes dan JKN terbesar

114
DAYA SAING Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya
Vol. 18, No. 2, Desember 2016

pada dimensi reliability (keandalan) dengan guna meningkakan kepuasan pelanggan


skor gap 0,62. (Yuniarti, 2015).
Berbagai masalah yang dipaparkan, Pendekatan jaminan mutu layanan
seperti berlakunya rujukan berjenjang dan kesehatan yang diterapkan, memposisikan
pembatasan diagnosis tertentu terhadap kepuasan pasien menjadi bagian yang integral
pasien yang menggunakan BPJS untuk dan menyeluruh dari kegiatan jaminan mutu
berobat di RSUD Kota Surakarta, tuntutan layanan kesehatan. Artinya, pengukuran
rumah sakit meningkatkan kualitas pelayanan,tingkat kepuasan pasien menjadi tidak dapat
serta mengutamakan kepuasan pasien dalam dipisahkan dari pengukuran mutu layanan
memberikan pelayanan, maka penelitian ini kesehatan. Konsekuensi dari pola pikir yang
mengambil judul Analisis Perbedaan Kualitas demikian adalah kepuasan pasien menjadi
Pelayanan pada Pasien BPJS dan Pasien salah satu dimensi mutu layanan kesehatan
Umum Terhadap Kepuasan Pasien di Rawat yang penting (Pohan, 2007).
Jalan RSUD Kota Surakarta. Kepuasan pasien adalah tingkat
Tujuan penulisan ini adalah (1) Untuk perasaan yang timbul setelah seorang pasien
mengetahui tingkat perbedaan pelayanan mendapatkan pelayanan kesehatan dan
berdasarkan dimensi safety (keselamatan membandingkan dengan apa yang diharapkan
pasien) pada pasien yang menggunakan (Pohan, 2007). Mutu atau kualitas sering
BPJS dan umum di rawat jalan RSUD Kota disetarakan dengan kepuasan pelanggan.
Surakarta, (2) Untuk mengetahui tingkat Kepuasan merupakan hasil evaluasi
perbedaan pelayanan berdasarkan dimensi (penilaian) konsumen terhadap berbagai
effective and efficiency (efektivitas dan aspek kualitas pelayanan. Penilaian kualitas
effisiensi) pada pasien yang menggunakan dilakukan dengan membandingkan antara
BPJS dan umum di rawat jalan RSUD Kota harapan dengan kinerja nyata kualitas yang
Surakarta, (3) Untuk mengetahui tingkat dirasakan. Semakin kecil kesenjangan antara
perbedaan pelayanan berdasarkan dimensi harapan dengan kualitas yang dirasakan, maka
patient centeredness (berorientasi pada akan semakin tinggi kepuasan. Sebaliknya,
pasien) pada pasien yang menggunakan semakin lebar kesenjangan harapan dengan
BPJS dan umum di rawat jalan RSUD Kota kinerja kualitas, maka tingkat kepuasan pun
Surakarta, (4) Untuk untuk mengetahui akan semakin rendah (Kotler dan Keller,
tingkat perbedaan kepuasan pasien pada 2007). Dapat diartikan bahwa pelanggan puas
pasien yang menggunakan BPJS dan umum apabila yang diterima lebih besar daripada
di rawat jalan RSUD Kota Surakarta, dan yang diharapkan (perceived>expected)
(5) Untuk mengetahui pengaruh keselamatan (Cahyono, 2008).
pasien, efektivitas and efficiensi, pelayanan Kemauan atau keinginan pasien dan
berorientasi pada pasien terhadap kepuasan masyarakat dapat diketahui melalui survei
pasien BPJS dan umum di rawat jalan RSUD kepuasan pasien. Pengalaman membuktikan
Kota Surakarta. bahwa transformasi ekonomi pasti akan
mengubah keinginan dan kebutuhan
Tinjuan Pustaka masyarakat terhadap layanan kesehatan.
1. Kepuasan Pasien Survei kepuasan pasien menjadi penting
Kepuasan pasien merupakan sesuatu dan perlu dilakukan bersamaan dengan
yang sangat penting bagi penyedia jasa pengukuran dimensi mutu layanan kesehatan
layanan kesehatan atau rumah sakit. Jika yang lain (Pohan, 2007).
rumah sakit ingin tetap bertahan dalam
persaingan global, rumah sakit milik 2. Kualitas Pelayanan
pemerintah ataupun rumah sakit milik swasta Menurut Wijono (dalam Safrudin, 2012)
harus semakin bersaing secara kompetitif pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan

115
Analisis Perbedaan Kualitas Pelayanan pada Pasien BPJS dan
Pasien Umum .. (113-121)

menggunakan strategi utama persaingan dan mencegah cidera yang disebabkan


perusahaan yaitu berorientasi pada kepuasan oleh suatu tindakan.
pasien akan mampu bertahan di tengah Keselamatan pasien adalah bagian
persaingan global yang semakin kuat dari mutu. Fokus perbaikan pelayanan
(Trisnaeni, 2014). manajemen penanganan pengurangan
Mutu merupakan sebuah kata yang rasa sakit pada pasien merupakan suatu
penting bagi penyedia jasa yaitu suatu implikasi tindakan guna memperbaiki
tindakan yang harus dikerjakan dengan baik. kualitas pelayanan dan meningkatkan
Aplikasi mutu sebagai sifat dari penampilan kepuasan pasien (Glowacki, 2015).
produk atau kinerja merupakan bagian utama Keselamatan pasien memiliki
strategi perusahaan dalam rangka meraih dampak yang langsung dapat dirasakan
keunggulan yang berkesinambungan, baik oleh pasien akibat dari pelayanan rumah
sebagai pemimpin pasar ataupun sebagai sakit. Pelayanan yang bermutu sudah
strategi untuk terus tumbuh (Kotler, 2009). pasti tidak akan mencederai pasien dan
Menurut Zeithaml dan Bitner (dalam sudah pasti aman. Sebaliknya layanan
Pratiwi 2014), untuk mengetahui konsep dari yang aman belum tentu bermutu, belum
kualitas pelayanan menyebutkan bahwa mutu tentu bebas dari kesalahan. Menurut
pelayanan yang diterima konsumen dinyatakan IOM, keselamatan pasien didefinisikan
dalam ukuran besarnya ketidaksesuaian sebagai layanan yang tidak menciderai
antara harapan dan keinginan dengan tingkat atau merugikan pasien (safety is defined
persepsi mereka terhadap pelayanan yang akan as freedom from accidental injury)
diperoleh. Persepsi dari kualitas pelayanan (Cahyono, 2008).
selanjutnya diinterpretasikan pada perbedaan
antara persepsi mutu pelayanan dan harapan b. Effective and Efficiency atau
yang akan diterima oleh konsumen. Efektifitas dan Efisiensi (X2).
Mutu pelayanan merupakan suatu Secara teknis, definisi efektif lebih
indikator pelayanan kesehatan yang menjadi mudah dipahami bila dikaitan dengan
salah satu indikator penentu citra institusi penerapan klinis, yaitu efektivitas klinis.
pelayanan kesehatan di masyarakat. Kualitas Uji klinis randomisasi (randomized
RS dijadikan sebagai jasa kesehatan pada controlled trial, RCT) adalah kunci
kualitas pelayanan medis dan keperawatan penelitian efektivitas klinis. Jadi,
yang diberikan kepada pasien dengan pengertian efektif di sini identik dengan
menggunakan strategi kegiatan jaminan standar yang telah ditentukan atau standar
mutu. terkini. Standar yang dianggap benar
Baik secara subjektif maupun objektif dan terkini adalah hasil penelitian yang
dimensi mutu diukur dengan enam dimensi: bersifat RCT (paling baik) (Cahyono,
a. Safety atau Keselamatan Pasien (X1) 2008).
Menurut Permenkes No. 1691 Peter F. Drucker, seorang pakar dalam
tentang Keselamatan Pasien Rumah manajemen modern memberikan arti kata
Sakit menyebutkan bahwa keselamatan efisien, yakni mengerjakan pekerjaan
pasien merupakan suatu sistem di mana dengan benar (doing things right). Sistem
rumah sakit membuat asuhan pasien pelayanan kesehatan dituntut untuk lebih
dengan aman yang meliputi identifikasi, efisien. Pelayanan yang efisien berarti
assasmen risiko, dan pengelolaan segala menghindari segala pemborosan dalam
sesuatu yang berhubungan dengan pasien, penyediaan alat, mengurangi masa rawat
pelaporan dan analisis insiden, kemampan inap, serta mengurangi pemeriksaan
belajar dari insiden, dan implementasi diagnostik dan terapi yang tidak perlu
untuk meminimalkan terjadinya risiko (Cahyono, 2008).

116
DAYA SAING Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya
Vol. 18, No. 2, Desember 2016

Pasien sering dibingungkan dalam pasien dan keluarga semakin pandai dan
praktik keseharian di rumah sakit karena lebih mengerti haknya. Mereka ingin
terdapat berbagai variasi pelayanan. Di dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
rumah sakit yang sama dan kelas yang Pola hubungan ini dikenal dengan nama
sama, namun dengan dokter bedah yang partnership atau shared decision making.
berbeda, operasi apendiktomi misalnya
bisa berbeda baik dari sisi perawatan, obat Metode
yang digunakan, dan tarif jasa medis pun Penelitian ini memakai jenis rancangan
bisa berbeda. Hal ini terjadi karena tidak yang digunakan adalah survey yang bersifat
adanya standardisasi dalam pelayanan deskriptif. Jenis penelitian causal comparative
yang diberikan. research atau case control study. Sampel
responden mengambil seluruh sampel pasien
c. Patient centeredness atau umum sebanyak 30 orang yang ditemui di
Berorientasi pada Pasien (X3) rawat jalan RSUD Surakarta dan sebagian
Pelayanan yang berfokus pada pasien dari pasien BPJS di rawat jalan RSUD
bukan konsep yang baru, tetapi nilai- Surakarta sebanyak 30 orang setelah diseleksi
nilai ini telah diabaikan oleh para dokter. responden sesuai dengan tujuan dan masalah
Kecenderungan yang terjadi saat ini yang diteliti pada waktu yang telah ditentukan
berorientasi pada teknologi (technology yang diseleksi menggunakan kriteria inklusi
centered), berpusat pada dokter (doctor dan eksklusi.
centered), berpusat pada rumah sakit Variabel bebas (independen) dalam
(hospital centered), dan berpusat pada penelitian ini adalah keselamatan pasien (X1),
penyakit (disease centered). Nilai- effective and efficiency (X2), berorientasi
nilai pasien seperti harapan, perasaan, pada pasien (X3). Variabel terikat (dependen)
keinginan, dan kecemasan yang muncul dalam penelitian ini adalah kepuasan pasien
selama interaksi pasien dengan dokter (Y). Teknik analisis pada penelitian ini
sering diabaikan. Ketidakpuasan, tuntutan menggunakan uji t-test membandingkan
malpraktik, dan cedera medis terjadi perbedaan kualitas pelayanan dan kepuasan
sebagai akibat pelayanan yang tidak pasien antara pasien BPJS dan umum kemudian
berfokus pada pasien. Pelayanan yang menganalisis adanya pengaruh dimensi
berfokus pada pasien bertujuan untuk kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien
menciptakan hubungan dokter-pasien menggunakan analisis regresi linier berganda
lebih seimbang (Cahyono, 2008). dan koefisiensi regresi serta uji asumsi klasik
Perawatan yang berfokus pada Multikolinieritas, Heteroskedastisitas, dan
pasien merupakan harapan di lingkungan Normalitas dengan menggunakan SPSS versi
pelayanan pada saat ini. Pasien yang 23.
ditempatkan sebagai kelompok
pertama dalam sistem kesehatan untuk Hasil Dan Pembahasan
mengoptimalkan kualitas dan keamanan Penelitian menggunakan 60 responden
pelayanan. Prinsip-prinsip pelayanan yang terdiri atas 30 pasien BPJS dan pasien
yang berpusat pada pasien memberikan umum. Responden wanita sebanyak 34 pasien
rasa aman, efektif, efisien, tepat waktu, yang terdiri atas 16 (47,06%) pasien BPJS
dan perawatan yang adil (Ricards & dan 18 (52,94%) pasien umum. Responden
Adam, 2015). laki-laki sebanyak 26 pasien terdiri atas 14
Kesembuhan pasien tidak hanya (53,85%) pasien BPJS dan 12 (46,15%)
bergantung pada kebenaran diagnosis saja, pasien umum. Umur responden sebagian
melainkan juga tergantung pada hal lain besar antara 31-60 tahun sebanyak 28 orang
seperti kepercayaaan. Era sudah berubah, yang terdiri atas 14 (50%) pasien BPJS dan 14

117
Analisis Perbedaan Kualitas Pelayanan pada Pasien BPJS dan
Pasien Umum .. (113-121)

(50%) Umum. Distribusi pekerjaan responden antara efektivitas dan efisiensi pelayanan
yang menggunakan BPJS sebagian besar kelompok BPJS dengan kelopok umum
adalah PNS/TNI/POLRI dan swasta 61,5%. secara signifikan. Nilai mean pelayanan
Pasien umum sebagian besar adalah pelajar/ berorientasi pada pasien BPJS sebesar 16,13
mahasiswa sebanyak 10 orang (83,3%). lebih rendah dari nilai mean pasien umum
Berdasarkan uji beda, terlihat bahwa (17,87) dan mempunyai nilai (p=0.013<0.05),
variabel keselamatan pasien untuk kelompok ini menunjukkan terdapat perbedaan yang
BPJS mempunyai nilai mean sebesar 16,77 signifikan antara pasien BPJS dengan umum
lebih rendah dibanding keselamatan pasien pada pelayanan yang berorientasi pada pasien.
umum dengan nilai (p=0.045<0.05) yang Terdapat perbedaan yang signifikan antara
berarti ada perbedaan yang signifikan antara pasien BPJS dengan umum, hal ini terlihat
keselamatan pasien BPJS dengan keselamatan pada nilai mean kepuasan pasien umum lebih
pasien umum. Nilai mean efektivitas dan tinggi (20,50) dibanding pasien BPJS (17,19).
efisiensi pelayanan kelompok BPJS diperoleh Setelah diuji dengan independent t-test,
sebesar 15,90 lebih rendah dibanding umum data diolah kembali menggunakan analisis
yaitu 18,07 dengan (p=0.038<0.05) yang regresi linier berganda untuk mengetahui
berarti terdapat perbedaan yang signifikan pengaruh variabel x terhadap y.

Tabel 1. Analisis Regresi Berganda


Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 4.887 2.276 2.147 0.036
Keselamatan pasien 0.202 0.107 0.200 1.888 0.064
Efektivitas dan Efisiensi 0.406 0.094 0.467 4.318 0.000
Berorientasi pada Pasien 0.237 0.094 0.254 2.511 0.015

Sumber: Output SPSS 23, 2016.

Berdasarkan hasil analisis seperti yang Dari hasil persamaan tersebut diketahui
terlihat pada tabel 1 tersebut dapat dibuat bahwa ketiga variabel independen yaitu
persamaan regresinya sebagai berikut: keselamatan pasien, efektivitas dan efisiensi,
Y = 4,887 + 0,202 X1 + 0,406 X2 + 0,237 X3 dan pelayanan berorientasi pada pasien
1. Nilai koefisien regresi untuk variabel berpengaruh positif terhadap kepuasan
keselamatan pasien (X1) sebesar positif konsumen. Artinya jika keselamatan pasien,
0,202 berarti bahwa setiap kenaikan efektivitas dan efficiensi, dan pelayanan
variabel keselamatan pasien (X1) akan berorientasi pada pasien, maka kepuasan
menaikan kepuasan pasien. pasien semakin tinggi.
2. Nilai koefisien regresi untuk variabel
efektivitas dan efisiensi (X2) sebesar a. Perbedaan pelayanan dimensi
positif 0,406 berarti bahwa setiap keselamatan pasien pada pasien yang
kenaikan variabel efektivitas dan efisiensi menggunakan BPJS dan umum.
(X2) akan menaikkan kepuasan pasien. Berdasarkan hasil uji independen t-tes
3. Nilai koefisien regresi untuk variabel yang telah dilakukan, ada perbedaan
pelayanan berorientasi pada pasien (X3) yang signifikan antara keselamatan
sebesar positif 0,237 berarti bahwa setiap pasien pasien BPJS dengan keselamatan
kenaikan variabel berorientasi pada pasien umum. Berarti pada pasien BPJS
pasien (X3) akan menaikkan kepuasan dan umum terdapat pelayanan yang
pasien. berbeda yang berakibat pada kepuasan

118
DAYA SAING Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya
Vol. 18, No. 2, Desember 2016

pasien yang berbeda pula. Menurut pasien umum (17,87) dan mempunyai
Zeithaml dan Bitner (2000), pelayanan nilai (p=0,013<0.05), ini menunjukkan
yang bermutu sudah pasti tidak akan terdapat perbedaan yang signifikan
mencederai pasien dan sudah pasti aman. antara pasien BPJS dengan umum pada
Sebaliknya layanan yang aman belum berorientasi pada pasien. Menurut
tentu bermutu, belum tentu bebas dari Satrinegara (2014), pasien jika memasuki
kesalahan. Menurut IOM, keselamatan rumah sakit dengan serangkaian harapan
pasien didefinisikan sebagai layanan dan keinginan dan pada kenyataannya
yang tidak menciderai atau merugikan pengalamannya selama mendapatkan
pasien (safety is defined as freedom pelayanan di rumah sakit lebih baik
from accidental injury). Pendekatan seperti apa yang diharapkannya maka dia
keselamatan pasien bertumpu pada tiga akan puas. Kondisi ini rumah sakit harus
hal, yaitu mengurangi dampak cidera mengutamakan pihak yang dilayani
(mitigasi), memunculkan kesalahan (client oriented), karena pasien adalah
atau KTD (agar ada pembelajaran), dan klien yang terbanyak, maka banyak
mencegah kesalahan, selain itu harus sekali manfaat yang dapat diperoleh
efektif dan harus efisien dalam member suatu rumah sakit bila mengutamakan
pelayanan pada pasien (Cahyono, 2008). kepuasan pasien. Hasil penelitian
b. Perbedaan pelayanan dimensi efektivitas didukung dengan hasil penelitian oleh
and efisiensi pelayanan pada pasien Yuniarti (2015), yang menunjukan hasil
yang menggunakan BPJS dan umum. dimensi responsiveness atau ketanggapan
Hasil penelitian diperoleh nilai rerata terhadap pasien mayoritas responden
pada variabel pelayanan untuk BPJS yang menggunakan BPJS mengatakan
mempunyai nilai yang lebih rendah bahwa pelayanan yang diberikan baik.
dibanding dengan umum. Nilai mean Hasil analisis dapat disimpulkan ada
efektivitas dan efisiensi kelompok BPJS hubungan antara kualitas pelayanan
diperoleh sebesar 15,90 lebih rendah rumah sakit pada dimensi responsiveness
dibanding umum yaitu 18,07 yang berarti dengan tingkat kepuasan pasien BPJS
terdapat perbedaan yang signifikan antara selama menjalani perawatan di Ruang
efektivitas dan efisiensi kelompok BPJS Perawatan RSUD Sultan Syarif Mohamad
dengan kelompok umum. Hal ini berarti Alkadrie Kota Pontianak.
pelayanan BPJS kurang efektif dan d. Perbedaan kepuasan pasien pada pasien
efisien. Selain itu, dikarenakan adanya yang menggunakan BPJS dan umum.
rujukan lembaga jasa kesehatan yang Pada variabel kepuasan pasien terdapat
ditunjuk BPJS Kesehatan juga terbatas perbedaan yang signifikan antara
dan tidak fleksibel. Peserta BPJS hanya pasien BPJS dengan umum. Pasien
boleh memilih satu fasilitas kesehatan BPJS mempunyai kepuasan yang lebih
untuk memperoleh rujukan dan tidak bisa rendah dibanding yang umum. Hal ini
ke fasilitas kesehatan lain meski sama- dikarenakan adanya pelayanan yang
sama bekerja sama dengan BPJS. tidak efektif dan efisien. Menurut
c. Perbedaan pelayanan yang berorientasi Yuniati (2015) kepuasan pasien
pada pasien pada pasien yang merupakan sesuatu yang sangat penting
menggunakan BPJS dan umum. bagi penyedia jasa layanan kesehatan
Berdasarkan hasil uji independen t-tes atau rumah sakit. Jika rumah sakit
yang telah dilakukan, diketahui bahwa ingin tetap bertahan dalam persaingan
variabel berorientasi pada pasien global, rumah sakit milik pemerintah
memiliki nilai mean pada pasien BPJS ataupun rumah sakit milik swasta harus
sebesar 16,13 lebih rendah dari nilai mean semakin bersaing secara kompetitif

119
Analisis Perbedaan Kualitas Pelayanan pada Pasien BPJS dan
Pasien Umum .. (113-121)

guna meningkatkan kepuasan pelanggan. al., 2016). Baik secara subjektif maupun
Hasil penelitian ini didukung dengan ojektif dimensi mutu diukur dengan enam
hasil penelitian Trisnawati (2015), dimensi yaitu safety, effective, effisiency,
menunjukkan hasil penelitian bahwa timeliness, patient centeredness, and
terdapat perbedaan bermakna antara equity (Cahyono, 2008).
kepuasan responden pada masa Askes
dan JKN dengan nilai signifikasi 0,004 Penutup
(CI 95%). Hasil penelitian lain yang Simpulan penelitian ini adalah (1)
mendukung yang dilakukan oleh Sari terdapat perbedaan kualitas pelayanan antara
(2015), Berdasarkan nilai rata-rata pada pasien BPJS dengan umum pada dimensi
tingkat kepuasan pasien umum diperoleh keselamatan pasien, (2) terdapat perbedaan
rerata sebesar 106,14 sedangkan pasien kualitas pelayanan antara pasien BPJS dengan
BPJS diperoleh rerata sebesar 66,62 umum pada dimensi efektivitas dan efisiensi
dengan selisih keduanya sebesar 39,51. pelayanan, (3) terdapat perbedaan kualitas
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pelayanan antara pasien BPJS dengan umum
tingkat kepuasan pasien umum lebih baik pada dimensi pelayanan yang berorientasi
dibandingkan dengan tingkat kepuasan pada pasien, (4) terdapat perbedaan kepuasan
pasien BPJS. pasien antara pasien BPJS dengan umum,
e. Pengaruh keselamatan, efektivitas and (5) variabel keselamatan, efektivitas dan
efisiensi, pelayanan berorientasi pada efisiensi, dan pelayanan berorientasi pada
pasien terhadap kepuasan pasien BPJS pasien secara simultan berpengaruh positif
dan umum di rawat jalan RSUD Kota terhadap kepuasan konsumen, dan (6)
Surakarta. Pada hasil regresi berganda kepuasan pasien dipengaruhi oleh variabel
diperoleh hasil variable independen keselamatan pasien, efektivitas dan efficiensi,
mempengaruhi variabel dependen, dan dan pelayanan berorientasi pada pasien
yang paling signifikan adalah efektif sebesar 43,40% sedangkan sisanya sebesar
dan efisien, sehingga dapat disimpulkan 57,60% dipengaruhi oleh faktor lain.
bahwa pasien BPJS maupun pasien Saran yang disampaikan adalah rumah
umum beranggapan bahwa pelayanan sakit agar lebih meningkatkan pelayanan yang
yang terpenting menjadikan kepuasan diberikan baik dari segi pelayanan oleh tenaga
pasien adalah pada pelayanan kesehatan medis maupun kelengkapan sarana prasana
yaitu mengenai keefektivan dan efisiensi yang dimiliki terutama untuk meningkatkan
yang dilakukan oleh rumah sakit, karena keefektifan dan efisiensi waktu pelayanan,
kualitas rumah sakit dibangun sebagai dan bagi peneliti yang melakukan penelitian
jasa kesehatan pada kualitas pelayanan serupa diharapkan dapat melakukan penelitian
medis dan keperawatan yang diberikan yang lebih kompleks dan luas variabel maupun
kepada pasien dengan menggunakan jumlah sampelnya.
strategi kegiatan jaminan mutu (Kartini et

Daftar Pustaka

Anonim. (2015). Presentase Penduduk Miskin Maret 2016 Mencapai 10,86%. http://bps.go.id.
Diakses pada tanggal 15 April 2016.
Cahyono, J.B. Suharjo B. 2008. Membangun Budaya Keselamatan Pasien dalam Praktik
Kedokteran. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Joint Commision International. 2016. International Patient Safety Goals. USA: Foundation of
Accreditations.

120
DAYA SAING Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya
Vol. 18, No. 2, Desember 2016

Kottler & Keller, and Philip. 2009. Marketting Management Analysis, Planning,
Implementations, and Control. Prentice Hall.
Kurnia. 2008. Analisis Kepuasan. Fisip UI, Jakarta, Indonesia.
_____, Nasution. 2016. Chapter II-Analaisis Kepuasan Pasien. www. Repository.usu.ac.id.
Diakses pada tanggal 06 Oktober 2016.
Nooria, Widoningsih. 2008. Pengaruh Persepsi Kualitas Jasa Pelayanan Terhadap Kepuasan
dan Loyalitas Pelanggan di RSU Saras Husada Purworejo. Skripsi (Tidak Diterbitkan).
Fakultas Psikologi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Notoatmodjo,S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional.
Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika.
Peraturan Presiden No. 12. Tahun 2013 pasal 42. Kendali Mutu dan Biaya penyelenggaraan
Jaminan Kesehatan. Jakarta: Presiden Republik Indonesia. Hal: 35.
Pohan, Imbalo S. 2007. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta: Penerbit EGC.
Pratiwi, Kartika Gita. dkk. 2014. Analisis Mutu Pelayanan Rumah Sakit dan Pengaruhnya
Terhadap Kepuasan Pasien Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Andini di Pekan Baru,
Vol. 1 No. 2 hal. 2.
Putri, Asih Eka. 2014. Paham BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). Jakarta: CV.
Komunitas Pejaten Mediatama.
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhartanto, D. 2001. Kepuasan Pelanggan. Pengaruhnya terhadap Perilaku Konsumen di
Industri Perhotelan. Hal 42-47.
Susila & Suryanto. 2015. Metodologi Penelitian Retrospective/ Ex Post Facto Case Control
Causal Correlation. Klaten: BOSSSCRIPT.
Tjiptono, F. dan Chandra. 2011. Service, Quality, and Satisfaction, 3rd ed. Yogyakarta.
Trisnaeni, Febri. 2014. Hubungan Mutu Pelayanan dengan Tingkat Kepuasan Pasien Selama
Berkunjung di Puskesmas Sungai Durian Kecamatan Sugai Raya Kabupaten Kubu Raya.
Naskah Publikasi. Universitas Tanjungura, Pontianak, Indonesia.
Trisnawati, Komang. 2015. Analisis kepuasan pasien rawat jalan Pns Pada Masa Pelaksanaan
Askes Dan Jkn Di Rsup Dr.sardjito Yogyakarta. Tesis, Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta, Indonesia.
Yuniarti, Siti. 2015. Hubungan Antara Kualitas Pelayanan Rumah Sakit dan Tingkat Kepuasan
Pasien BPJS di Ruang Perawatan RSUD Sultan Syarif Alkadrie Kota Pontianak. Skripsi
tidak dipublikasikan. Universitas Tanjungura, Pontianak, Indonesia.

121

Anda mungkin juga menyukai