Anda di halaman 1dari 19

BAB II Jadi makna Undang Dasar 1945 adalah suatu hukum dasar tertulis atau konstitusi

negara yang mejadi dasar dan sumber dari peraturan-peraturan lain atau
KEDUDUKAN DAN FUNGSI UUD RI TAHUN 1945 DALAM SISTEM
perundang-udangan lain yang berlaku di wilayah negara kesatuan Republik
HUKUM NASIONAL
Indonesia.
A. MAKNA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Undang- Undang Dasar 1945 yang ditetapkan PPKI tanggal 18 Agutus 1945
TAHUN 1945
merupakan sebuah naskah yang meliputi : pembukaan, yang terdiri dari 4 alinea;
Masih ingatkah kamu hasil sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. batang tubuh, ya ng terdiri atas 16 Bab, 37 pasal, 4 pasal Aturan Peralihan dan 2
Sebagaimana yang telah kita pelajari, PPKI melaksanakan sidang pada tanggal 18 ayat Aturan Tambahan.
Agustus 1945 yang menghasilkan keputusan: 1) Menetapkan UUD 1945; 2)
Dinamakan Undang-Undang Dasar 1945 karena Undang-undang Dasar tersebut
Memilih Presiden dan Wakil Presiden, yaitu Ir. Soekarno dan Mohammad
disusun dan ditetapkan pada tahun 1945. Undang-Undang Dasar lain yang pernah
Hatta; dan 3. Membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat.
dimiliki dan digunakan oleh bangsa Indonesia adalah: 1) Undang-Undang Dasar
Salah satu keputusan sidang PPKI adalah mengesahkan Undang-Undang Dasar 1949 Konstitusi RIS 1949); 2) Undang-Undang Dasar 1950 (UUDS 1950).
1945. Lalu apa yang dimaksud Undang-Undang Dasar 1945? Para ahli menyebut
UUD 1945 bukanlah hukum biasa, malainkan hukum dasar. Sebagai hukum dasar
UUD dengan istilah konstitusi. Konstitusi berasal berasal dari bahasa Inggris
maka UUD merupakan sumber hukum. Setiap produk hukum seperti Undang-
Contitution, atau bahasa Belanda Contitute, yang artinya undang-undang dasar
undang, peraturan atau keputusan pemerintah, dan setiap tindakan kebijakan
atau hukum dasar. Orang Jerman dan Belanda dalam percakapan sehari-hari
pemerintah haruslah berlandaskan dan bersumberkan pada peraturan yang lebih
menggunakan kata Grondwet yang berasal dari suku kata grond = dasar dan wet =
tinggi yang pada akhirnya dapat dipertanggungjawabkan pada ketentuan-ketentuan
undang-undang, yang kedua-duanya menunjuk pada naskah tertulis.
UUD 1945.
Konstitusi terbagi menjadi dua, yaitu konstitusi tertulis dan konstitusi tidak
B. KEDUDUKAN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK
tertulis. Konstitusi tertulis adalah aturan-aturan pokok dasar negara, bangunan
INDONESIA TAHUN 1945
negara dan tata negara yang mengatur perikehidupan satu bangsa di dalam
persekutuan hukum negara. Konstitusi tidak tertulis disebut juga konvensi, yaitu Undang-Undang Dasar 1945 di dalamnya terdiri dari tiga bagian, yaitu Bagian
kebiasaan ketatanegaraan yang sering timbul dalam sebuah negara. Contoh Pembukaan, Bagian Batang Tubuh (16 Bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan dan
konvensi dalam ketatanegaraaan Indonesia antara lain pengambilan keputusan di 2 ayat aturan tambahan), serta Penjelasan yang terdiri dari penjelasan umum
MPR berdasarkan musyawarah untuk mufakat, pidato Presiden setiap tanggal dan pasal demi pasal. Terkait Penjelasan UUD 1945 sekalipun bukan hasil kerja
16 Agustus 1945 di depan sidang paripurnaDPR, dan sebelum MPR badan yang menyusun dan menetapkan UUD 1945 (BPUPKI dan PPKI),
bersidang, Presiden telah menyiapkan rancangan bahan-bahan untuk sidang melainkan hasil kerja pribadi Supomo tetap merupakan bagian dari UUD 1945
umum MPR yang akan datang itu. karena sudah dimasukkan bagian dari UUD dalam Berita Republik Tahun 1946
dan dalam Lembaran Negara RI Tahun 1959 (Dekrit).
Di Indonesia Undang-Undang Dasar pada dasarnya adalah suatu hukum dasar
tertulis (konstitusi negara). Pengertian hukum dasar adalah aturan-aturan dasar Sedangkan Undang-Undang Dasar 1945 berdasarkan hasil Amademen terdiri dari
yang dipakai sebagai landasan dasar dan sumber bagi berlakunya seluruh hukum (a) Pembukaan, terdiri dari 4 alinea. (b) Pasal-pasal, terdiri dari 21 bab, 73 pasal,
atau peraturan perundang-udangan dan penyelenggaraan pemerintahan negara pada 3 pasal aturan peralihan, 2 ayat aturan tambahan.
suatu negara.
1) Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

1
Bagian Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan suasana kebatinan TAHUN 1945
dari Undang-Undang Dasar 1945 (Konstitusi Pertama), dikarenakan di dalamnya
terkandung Empat Pokok Pikiran yang pada hakikatnya merupakan penjelmaan
PEMBUKAAN
asas kerohanian negara yaitu Pancasila.
(Preambule)
1. Pokok Pikiran Pertama, yaitu: “Negara melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Hal ini berarti bahwa maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-
negara menghendaki persatuan dengan menghilangkan faham golongan, mengatasi kemanusiaan dan peri-keadilan.
segala faham perseorangan. Dengan demikian Pokok Pikiran Pertama merupakan
penjelmaan Sila Ketiga Pancasila.
2. Pokok Pikiran Kedua yaitu: “Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat
seluruh rakyat Indonesia”. Hal ini merupakan pokok pikiran keadilan sosial yang yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan
didasarkan pada kesadaran bahwa manusia mempunyai hak dan kewajiban yang pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat,
sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat. Dengan adil dan makmur.
demikian Pokok Pikiran Kedua merupakan penjelamaan Sla Klima Pancasila;
3. Pokok Pikiran Ketiga yaitu: “Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasar atas Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan”. Hal ini menunjukkan bahwa sistem keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
negara yang terbentuk dalam Undang-Undang Dasar haruslah berdasarkan atas Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
kedaulatan rakyat dan berdasar permusyawaratan/perwakilan. Pokok Pikiran
Ketiga merupakan penjelmaan Sila Keempat Pancasila;
4. Pokok Pikiran Keempat yaitu: “Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”. Hal ini melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
menunjukkan konsekuensi logis bahwa Undang-Undang Dasar harus mengandung untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur, dan memegang teguh cita-cita dan keadilan social, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu
moral rakyat yang luhur. dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 memuat prinsip-prinsip pokok kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
kenegaraan, yaitu tentang tujuan negara, ketentuan diadakannya Undang-Undang Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
Dasar Negara, bentuk negara dan dasar filsafat negara. Hal tersebut dapat dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan
dicermati dari isi Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat. sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

UNDANG-UNDANG DASAR Tujuan negara yang tersurat di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
NEGARA REPUBLIK INDONESIA alinea keempat merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia
2
setelah memilki Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tujuan negara tersebut Pemerintah dalam melaksanakan tugasnya tidak sesuai dengan kehendak rakyat,
merupakan tujuan nasional yang secara rinci dapat diurai sebagai berikut: (1) maka rakyat akan bertindak mengganti Pemerintah.
membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; (2) memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan (3) ikut melaksanakan ketertiban Kehendak rakyat menurut JJ Rousseau ada dua, yaitu kehendak rakyat seluruhnya
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social. yang dinamakan Volente de Tous dan kehendak rakyat dari sebagian rakyat yakni
rakyat dengan suara terbanyak, yang dinamakan Volente Generale. Dalam praktek
Ketentuan diadakannya Undang-Undang Dasar Negara itu sendiri juga dapat
bilamana jumlah rakyat sudah terlalu banyak, maka pengambilan keputusan
dicermati dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang
berdasar kehendak seluruh rakyat akan mengalami kendala berlarut-larutnya
menyatakan:”…maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam
penentuan keputusan tersebut yang dapat menyebabkan negara tidak berjalan
suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia…”. Ketentuan ini menunjukkan
sebagaimana mestinya, sehingga sistem suara terbanyak lebih banyak digunakan
bahwa negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. Ketentuan
terutama oleh negara-negara demokrasi Barat.
diadakannya Undang-Undang Dasar merupakan ketentuan keharusan bagi suatu
negara untuk adanya Hukum dasar yang melandasi segala kegiatan kehidupna
kenegaraan. Segala penyelenggaraan negara dan segala tindakan penyelenggara
negara harus didasarkan pada ketentuan hukum dasar. Pengungkapan dasar filsafat negara dari Negara Republik Indonesia yang
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 dapat dicermati dari kalimat yang
Demikian pula setiap pelaksanaan kehidupan kenegaraan yang dilakukan oleh ada dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang
Pemerintah maupun rakyat atau warganegara haruslah berdasarkan pada segala menyatakan: “…dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan
ketentuan yang ada dalam hukum dasar negara, yaitu Undang-Undang Dasar yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh
negara. Dengan hukum dasar negara penyelenggaraan kehidupan bernegara dapat hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan
berjalan dengan tertib dan teratur. mewujudkan suatu Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia…”
Mengenai Bentuk Negara dapat dicermati dari kalimat yang ada dalam Pembukaan Dasar filsafat negara diperlukan agar negara tersebut memiliki pedoman atau
Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang menyatakan: “…yang terbentuk patokan untuk suatu kehidupan bernegara yang tertib, terarah dan terencana,
dalam susunan Negara Reoublik Indonesia yang berkedaulatan rakyat…”. Kalimat sehingga menjadi suatu negara yang bermartabat di mata bangsa-bangsa lain di
ini menunjukkan bahwa bentuk negara Indonesia adalah negara Republik yang dunia. Dari ketentuan tersebut tersurat adanya Pancasila sebagai dasar filsafat
berkedaulatan rakyat. Republik yang berasal dari kata “res publika” yang artinya negara yang mengandung makna bahwa segala aspek kehidupan kebangsaan,
organisasi kenegaraan yang mengurus kepentingan bersama. kemasyarakatan dan kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan.
Di dalam negara yang berbentuk Republik, kehendak negara adalah hasil dari suatu
peristiwa hukum, dan terdapat suatu badan yang mewakili sejumlah orang sebagai
pemegang kekuasaan. Keputusan-keputusan badan ini merupakan hasil proses
hukum yang sesuai dengan Konstitusi negara, dan sebagai wujud kehendak negara. Sebagai dasar filsafat negara, Pancasila merupakan dasar nilai serta norma untuk
Sedangkan kedaulatan secara yuridis diartikan sebagai kekuasaan. Menurut Jean mengatur penyelenggaraan negara. Pancasila menjadi asas kerokhanian yang
Bodin, kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi terhadap warganegara dan rakyat menjadi sumber nilai, norma serta kaidah moral maupun hukum negara. Oleh
tanpa suatu pembatasan undang-undang. Oleh karena itu, kedaulatan rakyat karenanya sebagai dasar filsafat negara, Pancasila sering disebut pula sebagai
mempunyai arti bahwa kekuasaan tertinggi ada pada rakyat. Rakyatlah yang ideologi negara (Staatsidee) yang mengandung konsekuensi bahwa seluruh
berdaulat, dan mewakilkan kekuasaannya pada suatu badan yaitu Pemerintah. Bila pelaksanaan dan penyelenggaraan negara serta segala peraturan perundang-
3
undangan yang ada dijabarkan dari nilai-nilai Pancasila, dan Pancasila merupakan 9. BAB IX: Kekuasaan Kehakiman (Pasal 24 dan Pasal 25).
sumber tertib hukum Indonesia.
10. BAB X: Warganegara (Pasal 26,27 dan 28).
11. BAB XI: Agama (Pasal 29
2) Pasal-pasal UUD 1945 atau Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945
12. BAB XII: Pertahanan Negara (Pasal Pasal 30).
Bagian Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945 memuat pasal-pasal yang
13. BAB XIII: Pendidikan (Pasal 31 dan 32).
menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945. Pokok-pokok pikiran sebagaimana telah diuraikan di atas 14. BAB XIV: Kesejahteraan Sosial (Pasal 33 dan 34).
meliputi suasana kebathinan dari Undang-Undang Dasar Negara Indonesia. Pokok-
pokok pikiran tersebut mewujudkan cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar 15. BAB XV: Bendera dan Bahasa (Pasal 35 dan 36).
negara, baik hukum yang tertulis maupun hukum yang tidak tertulis. Undang- 16. BAB XV: Perubahan Undang-Undang Dasar (Pasal 37).
Undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran ini dalam pasal-pasalnya.
Setelah Amandemen atau Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 batang tubuh
Bagian Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945 sebelum amandemen terdiri terdiri dari dari 21 bab, 73 pasal, 3 pasal aturan peralihan, 2 ayat aturan tambahan.
dari 16 Bab, masing-masing Bab tersebut dibagi lagi menjadi pasal-pasal yang
seluruhnya ada 37 pasal yang terbagi menjadi 5 bagian (Bentuk dan Kedaulatan Nilai-nilai yang terkandung dalam pasal-pasal pada Batang Tubuh Undang-
Negara, Lembaga Tertinggi Negara, Lembaga Tinggi Negara, Unsur-unsur Undang Dasar 1945 antara lain adalah bahwa negara Indonesia adalah suatu negara
Kesejahteraan Negara dan Unsur-unsur Pemerintahan Negara), 4 pasal aturan demokrasi, sehingga nilai-nilai dasar demokrasi mewarnai isi pasal-pasal dalam
Peralihan dan 2 ayat Aturan Tambahan. Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945. Nilai dasar demokrasi yang terpenting
adalah bahwa pemerintahan dilakukan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Jadi kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat. Nilai-nilai dasar demokrasi tersebut
16 BAB tersebut yaitu: antara lain:

1. BAB I: Bentuk dan Kedaulatan (Pasal 1). 1. keterlibatan warganegara dalam pengambilan keputusan politik;

2. BAB II: Majelis Permusyawaratan Rakyat (Pasal 2 dan Pasal 3). 2. perlakuan dan kedudukan yang sama

3. BAB III: Kekuasaan Pemerintahan Negara (Pasal 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 3. kebebasan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia
14 dan 15). 4. system perwakilan
4. BAB IV: Dewan Pertimbangan Agung (Pasal 16). 5. pemerintahan berdasarkan hukum
5. BAB V: Kementerian Negara (Pasal 17). 6. system pemilihan yang menjamin pemerintahan oleh mayoritas;
6. BAB VI: Pemerintah Daerah (Pasal 18). 7. pendidikan rakyat yang memadai.
7. BAB VII: Dewan Perwakilan Rakyat (Pasal 19,20,21 dan 22). 8. Penerapan nilai-nilai demokrasi diperlukan lembaga penopang demokrasi,
8. BAB VIII: Hal Keuangan (Pasal 23). dan hal ini telah ada dan diatur didalam bagian Batang Tubuh Undang-Undang
Dasar 1945. Lembaga penopang demokrasi tersebut antara lain:
4
9. Pemerintahan yang bertanggungjwab; d) Di bawah Majelis Permusyawaratan Rakyat, Presiden ialah penyelenggara
pemerintah Negara yang tertinggi. Dalam menjalankan pemerintahan negara
10. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang dipilih dengan pemilu yang jujur dan
kekuasaan dan tanggung jawab adalah di tangan Presiden. Hal ini menunjukkan
adil;
bahwa meskipun kedaulatan ada di tangan rakyat namun jalannya Pemerintahan
11. Sistem dwi-partai atau lebih atau multi partai dilakukan berdasarkan atas hukum.

12. Pers yang bebas 3. Pasal 1 ayat (2) dinyatakan bahwa kedaulatan adalah di tangan rakyat dan
dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
13. Sistem peradilan yang bebas dan mandiri.
4. Majelis Permusyawaratan Rakyat ialah penyelenggara negara yang tertinggi.
Majelis ini dianggap sebagai penjelmaan rakyat yang memegang kedaulatan
Beberapa nilai demokrasi yang mewarnai isi dari Batang tubuh Undang-Undang negara.
Dasar 1945 (Konstitusi pertama) dapat dikaji dari beberapa pasal dan Penjelasan 5. Pasal 4 ayat (1) dinyatakan bahwa Presiden Republik Indonesia memegang
Undang-Undang Dasar 1945 (Penjelasan Konstitusi pertama), antara lain: kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.
1. Dalam Penjelasan Umum tentang Pokok-pokok Pikiran dalam “Pembukaan” 6. Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 19 ayat (1) dinyatakan bahwa Majelis
dinyatakan bahwa Pokok Pikiran yang ketiga yang terkandung dalam Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
“Pembukaan” ialah Negara yang berkedaulatan rakyat berdasar atas kerakyatan ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan,
dan permusyawaratan perwakilan. Oleh karena itu system negara yang terbentuk menurut aturan yang ditetapkan dengan undang-undang. Susunan Dewan
dalam Undang-Undang Dasar harus berdasar kedaulatan rakyat dan berdasar atas Perwakilan Rakyat ditetapkan dengan undang-undang.
permusyawaratan perwakilan. Hal ini menunjukkan bahwa negara Republik
Indonesia adalah negara yang kekuasaan tertingginya ada pada rakyat. Rakyatlah 7. Undang-undang yang ditetapkan adalah undang-undang tentang Pemilihan
yang berkuasa. Umum anggota DPR dan MPR. Di sinilah wujud nilai-nilai demokrasi tentang
system perwakilan dan system pemilihan yang menjamin pemerintahan oleh
2. Dalam Penjelasan Umum tentang Sistem Pemerintahan Negara ditegaskan mayoritas.
bahwa:
8. Pasal 23 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) dinyatakan bahwa segala pajak untuk
a) Negara Indonesia berdasar atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasar atas keperluan negara berdasarkan undang-undang. Macam dan harga mata uang
kekuasaan belaka (machtsstaat). ditetapkan dengan undang-undang, serta hal keuangan negara selanjutnya diatur
b) Pemerintahan berdasar atas system konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat dengan undang-undang.
absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas) 9. Pasal 27 dinyatakan bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya di
c) Kedaulatan rakyat dipegang oleh suatu badan bernama “Majelis dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan
Permusyawaratan Rakyat” sebagai penjelmaan seluruh Rakyat Indonesia. Majelis itu dengan tidak ada kecualinya. Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
inilah yang memegang kekuasaan negara yang tertinggi, sedang Presiden penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Inilah wujud nilai demokrasi tentang
menjalankan haluan negara menurut garis-garis besar yang ditetapkan oleh perlakuan dan kedudukan yang sama serta bentuk partisipasi warganegara dalam
Majelis. pengambilan keputusan politik.

5
10. Pasal 28 dinyatakan bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul, Dengan adanya Undang-Undang Dasar 1945 dapat dikatakan sebagai wujud untuk
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan mengisi kemerdekaan, karena sudah menyatakan diri sebagai negara baru yang
undang-undang. merdeka dengan tata hukumnya sendiri. Adanya Undang-Undang Dasar 1945 juga
merupakan upaya mempertahankan kemerdekaan melalui ketentuan normatif yang
11. Pasal 29 ayat (2) dinyatakan bahwa negara menjamin kemerdekaan tidap-tiap
mengikat seluruh rakyat dan para penyelenggara negara maupun seluruh bangsa-
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
bangsa di dunia untuk menghormati dan menghargai kemerdekaan bangsa
agamanya dan kepercayaannya itu.
Indonesia.
12. Pasal 30 ayat (1) dinyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan wajib
Sebagaimana diketahui Undang-Undang Dasar pada umumnya berisi hal-hal
ikut serta dalam usaha pembelaan negara. Hal ini juga menunjukkan nilai
sebagai berikut:
demokrasi terutama bentuk keterlibatan warga negara dalam pengambilan
keputusan politik. 1) Organisasi negara, artinya mengatur lembaga-lembaga apa saja yang ada
dalam suatu negara dengan pembagian kekuasaan masing-masing serta prosedur
13. Pasal 31 dinyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapat
penyelesaian masalah yang timbul diantara lembaga tersebut.
pengajaran, dan Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system
pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. 2) Hak-hak asasi manusia
Lalu bagaimana kedudukan UUD 1945 dalam sistem hukum nasional? Undang- 3) Prosedur mengubah Undang-Undang Dasar,
Undang Dasar 1945 merupakan Hukum Dasar tertulis Negara Kesatuan Republik
4) Ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari undang-
Indonesia dan berfungsi sebagai sumber hukum tertinggi. Menurut L.J. van
undang dasar, seperti tidak dikehendaki terulangnya kembali munculnya seorang
Apeldoorn, Undang-Undang Dasar adalah bagian tertulis dari suatu konstitusi.
dictator atau kembalinya pemerintahan kerajaan yang kejam misalnya.
Sementara itu E.C.S. Wade menyatakan, bahwa Undang-Undang Dasar adalah
naskah yang memaparkan rangka dan tugas-tugas pokok dan badan-badan 5) Adapula yang memuat cita-cita rakyat dan asas-asas ideology negara.
pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan-badan
tersebut. Sementara itu, Miriam Budiardjo, menyatakan bahwa Undang-Undang
Dasar memuat ketentuan-ketentuan mengenai organisasi negara, hak-hak asasi Dalam tata peraturan perundang-undangan di negara Indonesia, menurut Miriam
manusia, prosedur mengubah UUD, dan memuat larangan untuk mengubah sifat Budiardjo (1981:106-107) Undang-Undang Dasar 1945 mempunyai kedudukan
tertentu dari Undang-Undang Dasar. yang istimewa dibandingkan dengan undang-undang lainnya, hal ini dikarenakan:
Dengan ditetapkannya Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Konstitusi negara 1) UUD dibentuk menurut suatu cara istimewa yang berbeda dengan
Republik Indonesia yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 pembentukan UU biasa,
merupakan suatu bentuk konsekuensi dikumandangkannya kemerdekaan yang
menandai berdirinya suatu negara baru. 2) UUD dibuat secara istimewa untuk itu dianggap sesuatu yang luhur,

Ditetapkannya Undang-Undang Dasar 1945 juga merupakan suatu uwjud untuk 3) UUD adalah piagam yang menyatakan cita-cita bangsa Indonesia dan
memenuhi keharusan kemandirian suatu negara yang tertib dan teratur. Disamping merupakan dasar organisasi kenegaraan suatu bangsa
itu dapat dikatakan pula suatu tindakan pemenuhan guna mengisi dan
4) UUD memuat garis besar tentang dasar dan tujuan negara
mempertahankan kemerdekaan.

6
Berdasarkan penjelasan di atas kedudukan Undang-Undang Dasar 1945 dalam kewenangan uji materi dimilki oleh dua lembaga yaitu Mahamah Konstitusi dan
sistem hukum nasional Mahkamah Agung, letak perbedaannya ialah :
a. Undang-Undang Dasar 1945 merupakan sumber hukum tertulis (tertinggi) 1) Apabila ada Undang-undang yang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar
dalam pengertian setiap produk hukum (seperti UU, PP, Perpres, Perda) dan setiap maka yang berwenang menguji ialah Mahkamah Konstitusi/MK.
kebijaksanaan Pemerintah harus berlandaskan UUD 1945.
2) Apabila ada peraturan perundang-undang di bawah undang-undang yang
b. Undang-Undang Dasar 1945 menempati urutan tertinggi dalam hierarki bertentangan dengan Undang-Undang maka yang berwenang menguji ialah
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Ini berarti UUD 1945 Mahkamah Agung/MA.
dijadikan sebagai sumber hukum dari semua peraturan-perundangan yang berlaku
di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagaimana di jelaskan dimuka, Undang-undang Dasar 1945 bukanlah hukum
C. FUNGSI UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA
biasa, melainkan hukum dasar, yaitu hukum dasar yang tertulis. Dengan demikian
TAHUN 1945
setiap produk hukum seperti undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan
Dalam hierarki Peraturan Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia sesuai presiden, ataupun bahkan setiap tindakan atau kebijakan pemerintah haruslah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan berlandaskan dan bersumber pada peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya
Peraturan Perundang-Undangan yang akan dibahas secara mendalam pada Bab kesemuanya peraturan perundang-undangan tersebut harus dapat
berikutnya, UUD 1945 menempati urutan tertinggi. dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan UUD 1945, dan muaranya adalah
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara. Dalam kedudukan
yang demikian itu, UUD 1945 dalam kerangka tata urutan perundangan atau
Hans Kelsen mengemukakan teorinya tentang jenjang norma hukum/stufentheorie, hierarki peraturan perundangan di Indonesia menempati kedudukan yang tertinggi.
dimana norma-norma hukum itu berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam suatu
hierarki tata susunan dimana norma yang lebih rendah berlaku, bersumber,
berdasar pada norma yang lebih tinggi lagi sampai pada suatu norma yang tidak Berdasarkan uarain tersebut, Undang-undang Dasar 1945 memiliki fungsi sebagai
dapat ditelusuri lebih lanjut dan bersifat hipotesis dan fiktif, yaitu norma
1) Pedoman atau acuan dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan
dasar/groundnorms (Alwi Wahyudi, 2012 : 305).
bernegara.
2) Pedoman atau acuan dalam penyusunan peraturan perundang-undangan
Jadi Peraturan yang lebih rendah tingkatannya tidak boleh bertentangan dengan
3) Alat kontrol apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai atau tidak dengan
peraturan yang lebih tinggi tingkatannya. Maksudnya Peraturan Menteri tidak
norma hukum yang lebih tinggi, dan pada akhirnya apakah norma-norma hukum
boleh bertentangan dengan Peraturan Presiden. Peraturan Presiden tidak boleh
tersebut bertentangan atau tidak dengan ketentuan UUD 1945.
bertentangan dengan Undang-Undang. Undang-Undang tidak boleh bertentangan
dengan Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini berdasarkan asas “Undang-undang D. MAKNA, KEDUDUKAN DAN FUNGSI KETETAPAN MPR
yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi mempunyai kedudukan yang lebih
tinggi pula”. Apabila terdapat pertentangan antara peraturan yang lebih rendah Kedudukan Ketetapan MPR tidak bisa dipisahkan dengan kedudukan dan
terhadap peraturan yang lebih tinggi, maka dapat diajukan uji materi. Adapun kewenangan MPR dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Pasal 1 Ayat (2) UUD
1945 sebelum perubahan menyatakan “Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan
dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.” Ketentuan tersebut
7
berubah menjadi “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan 2. Tap MPR Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam Rangka
menurut Undang-Undang Dasar”. Selanjutnya dalam Pasal 3 UUD 1945 MPR Demokrasi Ekonomi;
diberikan kewenangan untuk menetapkan Garis-Garis Besar daripada Haluan
Berdasarkan Uraian di atas, makna Ketetapan MPR adalah ketetapan yang
Negara (GBHN). Konsekuensi dari kedudukan dan kewenangan MPR untuk
dikeluarkan MPR sebagai konsekuensi dari tugas, kedudukan dan kewenangan
menetapkan Garis-Garis Besar daripada Haluan Negara (GBHN), mengakibatkan
MPR sesuai UUD 1945. Adapun Kedudukan Ketetapan MPR dalam sistem hukum
keberadaan Ketetapan MPR(Sementara) manjadi salah satu salah satu sumber
nasional adalah sebagai salah satu sumber hukum nasional. Sedangkan fungsi
hukum. Hal ini kemudian semakin dipertegas dengan adanya Ketetapan MPRS
Ketetapan MPR adalah sebagai landasan hukum bagi produk hukum yang ada di
Nomor XX/MPRS/1966 yang menempatkan TAP MPR sebagai salah satu sumber
bawahnya, selama ketetapan MPR itu masih dinyatakan berlaku.
hukum yang memiliki derajat di bawah UUD 1945.
E. MAKNA, KEDUDUKAN DAN FUNGSI UNDANG-UNDANG
Amandemen UUD 1945 pasca reformasi membawa konsekuensi terhadap
kedudukan serta kewenangan yang melekat kepada MPR. Setelah Amandemen Pengertian undang-undang dalam kajian hukum sebenarnya dibedakan ke dalam
UUD 1945 kewenangan MPR untuk menetapkan Garis-Garis Besar daripada dua pengertian yaitu undang-undang dalam arti material dan undang-undang dalam
Haluan Negara (GBHN) tersebut sudah tidak diberikan lagi. Sehingga setelah arti formal. Menurut Paul Laband, undang-undang dalam arti material adalah
Amandemen UUD 1945, Ketetapan MPR sifatnya terbatas hanya terbatas pada penetapan kaidah hukum yang tegas sehingga hukum itu menurut sifatnya dapat
penetapan yang bersifat beschikking (kongret dan individual) seperti Ketetapan mengikat. Sedangkan menurut Buys undang-undang dalam arti material adalah
MPR tentang pengangkatan Presiden, Ketetapan MPR tentang pemberhentian setiap keputusan pemerintah yang menurut isinya mengikat langsung setiap
Presiden dan sebagainya. penduduk suatu daerah.
Namun karena sampai saat ini masih terdapat Ketetapan MPR Sementara dan Adapun pengertian Undang-undang dalam arti formal menurut N.E Algra, et al.
Ketetapan MPR yang masih berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan (1991:28), adalah undang-undang resmi atau undang-undang yang dibuat oleh
Pasal 4 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia pembuat undang-undang formal. Undang-undang dalam arti formil didefinisikan
Nomor: I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum pula sebagai keputusan pemerintah atau penguasa yang berwenang yang karena
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis prosedur terjadinya atau pembentukannya dan bentuknya dinamakan “undang-
Permusyawaratan Rakyat Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002, tanggal 7 undang”.
Agustus 2003. Maka, Ketetapan MPR masih tetap dijadikan sumber hukum
nasional. Itulah sebabnya dalam hierarki Peraturan Perundang-undangan sesuai Adapun makna Undang-undang dalam Tata Urutan Perundang-undangan
pasal 7 UU No 12 Tahun 2011, Ketetapan MPR masuk dalam urutan kedua Jenis Indoneisa adalah Peraturan Perundang-undangan untuk melaksanakan UUD 1945
dan hierarki Peraturan Perundang-undangan di bawah UUD 1945. yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama
Presiden. Hal ini sesuai Pasal 20 ayat 2, 3, 4, dan 5 UUD 1945.
Berikut ini Ketetapan-Ketetapan MPR yang masih tetap berlaku dan tidak
dapat dicabut atau diganti dengan undang-undang adalah: Dalam pasal 20 ayat 2 UUD 1945 dinyatakan bahwa setiap rancangan undang-
undang harus dibahas oleh presiden dan DPR untuk mendapat persetujuan
1. Tap MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai bersama. Pasal 20 ayat 3 UUD 1945 dinyatakan Jika rancangan undang-undang
KomunisIndonesia, Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh itu tidak mendapat persetujuan bersama, maka maka rancangan undang-undang itu
Wilayah Negara Republik Indonesia bagi Partai Komunis Indonesia dan tidak dapat diajukan lagi pada masa persidangan itu. Pada pasal 20 ayat 4 UUD
Larangan Setiap Kegiatan untuk Menyebarkan atau Mengembangkan Faharn 1945 dinyatakan Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah
atau Ajaran Komunis/MarxismeLeninisme; dan disetujui bersama. Sedangkan 20 ayat 5 UUD 1945 dinyatakan apabila presiden

8
dalam waktu 30 hari setelah rancangan undang-undang itu disetujui bersama, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) adalah Peraturan
undang-undang itu sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan. Dengan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan
demikian, untuk terbentuknya undang-undang maka harus disetujui bersama antara yang memaksa. Hal ini sejalan Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945
presiden dengan DPR. Walaupun seluruh anggota DPR setuju tapi presiden tidak, dinyatakan bahwa dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak
atau sebaliknya, maka rancangan undang-undang itu tidak dapat diundangkan menetapkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang.
Adapun kriteria agar suatu masalah/materi diatur dengan UU antara lain : Kedudukan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) dalam
sistem hukum nasional adalah sederajat dengan Undang-undang. Namun, Perppu
a. pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan Undang-Undang Dasar Negara
ini jangka waktunya terbatas (sementara) sebab secepat mungkin harus dimintakan
Republik Indonesia Tahun 1945;
persetujuan pada DPR, yaitu pada persidangan berikutnya. Apabila Perppu itu
b. perintah suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-Undang; disetujui oleh DPR, akan dijadikan UU. Sedangkan,apabila Perppu itu tidak
disetujui oleh DPR, akan dicabut
c. pengesahan perjanjian internasional tertentu;
Adapun Fungsi Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
d. tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi; dan/atau Undang (Perppu) sebagaimana halnya Undang-Undang adalah:
e. pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat. 1. Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Undang-Undang
Kedudukan Undang-Undang dalam sistem hukum nasional adalah sebagai salah Dasar 1945
satu sumber hukum nasional yang kedudukan berada di bawah Ketetapan MPR. 2. Pengaturan lebih lanjut secara umum aturan dasar lainnya dalam Batang Tubuh
Adapun Fungsi Undang-Undang adalah: UUD 1945

1. Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Undang-Undang 3. Pengaturan lebih lanjut dalam ketetapan MPR yang tegas-tegas menyebutnya.
Dasar 1945
2. Pengaturan lebih lanjut secara umum aturan dasar lainnya dalam Batang BAB III
Tubuh UUD 1945 TATA URUTAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DALAM
3. Pengaturan lebih lanjut dalam ketetapan MPR yang tegas-tegas menyebutnya SISTEM HUKUM NASIONAL DI INDONESIA

F. MAKNA, KEDUDUKAN DAN FUNGSI PERATURAN PEMERINTAH


PENGGANTI UNDANG-UNDANG (PERPPU)
A. Makna Peraturan Perundang-undangan Nasional Menurut Undang-Undang No 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan, dinyatakan bahwa Peraturan Perundang-undangan adalah
Peraturan perundangan-undangan berbeda dengan Undang-Undang, karena peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum
Undang-Undang hanya merupakan salah satu bagian dari peraturan perundang- dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang
undangan. Peraturan Peundang-Undangan itu sendiri adalah semua pertauran melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.
tertulis yang dibentuk dengan cara-cara tertentu oleh pejabat yang berwenang dan
dituangkan dalam bentuk tertulis. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, fungsi peraturan perundang-undangan,
antara lain sebagai berikut:
9
a) sebagai norma hukum bagi warga negara karena beisi ¬peraturan untuk f) Peraturan yang mengatur materi yang lebih khusus harus diutamakan dari
membatasi tingkah laku manusia sebagai warga negara yang harus ditaati, dipatuhi, peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
dan dilaksanakan. Bagi mereka yang melanggar diberi sanksi atau hukum ¬sesuai
Adapun azas-azas dalam pembentukan peraturan perundangan sesuai Undang-
dengan ketentuan yang berlaku, sehingga ¬terjamin rasa keadilan dan kebenaran.
undang Nomor 12 tahun 2011 adalah sebagai berikut :
b) Menentukan aturan-aturan yang menjadi pedoman dalam menjalankan
a. Kejelasan tujuan, adalah bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-
hubungan antar sesama manusia sebabagi ¬warga negara dan warga masyarakat
undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai
c) untuk mengatur kehidupan manusia sebagai warga negara agar kehidupannya
b. Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat , adalah setiap jenis peraturan
sejahtera. aman, rukun, dan harmonis;
perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga negara atau pejabat pembentuk
d) untuk menciptakan suasana aman, tertib, tenteram dan kehidupan yang peraturan perundang-undangan yang berwenang. peraturan perundang-undangan
harmonis rasa. tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum apabila dibuat oleh lembaga yang
tidak berwewenang
e) untuk memberikan rasa keadilan dan kepastian hukum bagi warga negara.
c. Kesesuaian antara jenis, hirarki, dan materi muatan, adalah bahwa dalam
f) untuk memberikan perlindungan atas hak ¬asasi manusia.
pembentukan peraturan perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan
Untuk memahami perundang-undangan yang berlaku, kita harus memahami materi muatan yang tepat sesuai dengan jenis dan hierarki peraturan perundang-
susunan tata urutan perundang-undangan. Ini disebabkan susunan tata urutan undangan
perundangan-undangan mengajar prinsip-prinsip:
d. Dapat dilaksanakan, adalah bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-
a) Peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi kedudukannya dapat undangan harus memperhitungkan efektivitas peraturan perundang-undangan
dijadikan landasan atau dasar hukum bagi peraturan perundang-undangan yang tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, sosiologis, maupun yuridis
lebih rendah atau berada di bawahnya.
e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan, adalah bahwa setiap peraturan perundang
b) Peraturan perundang-undangan tingkat lebih rendah harus bersumber atau undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam
memiliki dasar hukum dari peraturan perundangan-undangan tingkat lebih tinggi. mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

c) Isi atau muatan peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh f. Kejelasan rumusan, adalah bahwa setiap peraturan perundang-undangan harus
menyimpang atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih memenuhi persyaratan teknis penyusunan peraturan perundang-undangan,
tinggi tingkatannya. sistematika, pilihan kata atau istilah, serta bahasa hukum yang jelas dan mudah
dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam
d) Suatu peraturan perundang-undangan hanya dapat dicabut, diganti atau diubah pelaksanaannya.
dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau paling tidak dengan
yang sederajat. g. Keterbukaan, adalah bahwa dalam pembentukan peraturan perundang-undangan
mulai dari perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan
e) Peraturan perundang-undangan yang sejenis apabila mengatur materi yang pengundangan bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian, seluruh lapisan
sama, perturan yang terbaru harus diberlakukan walaupun tidak dengan secara masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan
tegas dinyatakan bahwa peraturan yang lama dicabut. masukan dalam pembentukan.

10
Terkait materi yang terdapat dalam suatu peraturan perundang-undangan menurut i. Ketertiban dan kepastian hukum adalah bahwa setiap materi muatan peraturan
Undang-undang Nomor 12 tahun 2011 juga harus mencerminkan asas : perundang-undangan harus dapat mewujudkan ketertiban dalam masyarakat
melalui jaminan kepastian hukum.
a. Pengayoman adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-
undangan harus berfungsi memberikan perlindungan untuk menciptakan j. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan adalah bahwa setiap materi muatan
ketentraman masyarakat. peraturan perundang-undangan harus mencerminkan keseimbangan, keserasian,
dan keselarasan, antara kepentingan individu, masyarakat dan kepentingan bangsa
b. Kemanusiaan adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-
dan negara
undangan harus mencerminkan pelindungan dan penghormatan hak asasi
manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia B. Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan di Indonesia
secara proporsional.
Dalam kajia hukum, tata urutan peraturan perundang-undangan disusun
c. Kebangsaan adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang- berdasarkan pandangan bahwa sistem hukum merupakan sistem hierarki dengan
undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang majemuk kaidah berjenjang dimana norma hukum yang paling rendah harus berpegangan
dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. pada norma hukum yang lebih tinggi. Hal ini sesuai Teori Stufenbau (Stufen
Theory) atau yang dipopulerkan oleh ahli ilmu hukum yang bernama Hans Kelsen
d. Kekeluargaan adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-
yang menyatakan bahwa sistem hukum merupakan sistem anak tangga dengan
undangan harus mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap
kaidah berjenjang dimana norma hukum yang paling rendah harus berpegangan
pengambilan keputusan.
pada norma hukum yang lebih tinggi, dan kaidah hukum yang tertinggi (seperti
e. Kenusantaraan adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang- konstitusi) harus berpegangan pada norma hukum yang paling mendasar
undangan senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan (grundnorm). Menurut Kelsen norma hukum yang paling dasar (grundnorm)
Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan yang dibuat di daerah merupakan bentuknya tidak kongkrit (abstrak) .Contoh norma hukum paling dasar abstrak
bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang- adalah Pancasila.
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Bagaimana susunan tata urutan perundang-undangan di Indonesia? Berdasarkan
f. Bhinneka Tunggal Ika adalah bahwa materi muatan peraturan perundang- Tap MPRS NO. XX/MPRS/1996 tentang Memorandum DPR-GR mengenai
undangan harus memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku dan golongan, sumber tertib hukum Republik Indonesia dan tata urutan perundang-undangan
kondisi khusus daerah serta budaya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, Republik Indonesia. Tata urutan peraturan perundang-undangan RI yaitu
dan bernegara.
1) UUD 1945;
g. Keadilan adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan
2) Ketetapan MPR;
harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara.
3) Undang-Undang;
h. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan adalah bahwa setiap
materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh memuat hal yang 4) Peraturan Pemerintah (PP);
bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain, agama, suku, ras,
5) Keputusan Presiden;
golongan, gender, atau status sosial.
6) Peraturan Pelaksana yang terdiri dari : Peraturan Menteri dan Instruksi Menteri.
Catatan: Ketentuan dalam Tap MPR ini sudah tidak berlaku.
11
Berdasarkan Tap MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan 3) Undang-Undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu);
Peraturan Undang-Undang, Tata urutan peraturan perundang-undangan RI yaitu :
4) Peraturan Pemerintah (PP)
1) UUD 1945;
5) Peraturan Presiden;
2) Tap MPR;
6) Peraturan Daerah Provinsi;
3) Undang-Undang
7) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
4) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu);
Lalu, aturan mana terkait Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan di Indonesia
5) Peraturan Pemerintah (PP) yang saat ini berlaku? Tentunya aturan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011.
Ketentuan ini sesuai asas dan prinsip hukum bahwa peraturan atau Undang-
6) Keppres;
Undang terbaru yang mengatur persoalan yang sama menggantikan peraturan atau
7) Peraturan Daerah; Undang-Undang yang ada sebelumnya. Hal ini dipertegas dalam Pasal 102 dimana
berbunyi : “Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang- Undang Nomor
Ketentuan dalam Tap MPR ini sudah tidak berlaku. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Peraturan Perundang-undangan., Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia Nomor 4389), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku”.
Republik Indonesia adalah sebagai berikut : Sehingga dengan adanya Undang-undang Nomor 12 tahun 2011 ini menggantikan
1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-undang yang lama yaitu Undang-undang Nomor 10 tahun 2004 dan
peraturan yang ada sebelumnya.
2) Undang-Undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu);
Penjelasan lebih lanjut mengenai urutan perundangan-undangan ini adalah sebagai
3) Peraturan Pemerintah; berikut:
4) Peraturan Presiden; 1. UUD 1945
5) Peraturan Daerah. Undang-Undang Dasar 1945 merupakan Hukum Dasar tertulis Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan berfungsi sebagai sumber hukum tertinggi. Menurut. L.J.
Catatan: Ketentuan dalam Undang-Undang ini sudah tidak berlaku.
van Apeldom, Undang-Undang Dasar adalah bagian tertulis dari suatu konstitusi.
Sementara itu E.C.S. Wade menyatakan, bahwa Undang-Undang Dasar adalah
naskah yang memaparkan rangka dan tugas-tugas pokok dan badan-badan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan-badan
Peraturan Perundang-undangan. Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan tersebut. Miriam Budiardjo, menyatakan bahwa Undang¬Undang Dasar memuat
Republik Indonesia adalah sebagai berikut: ketentuan-ketentuan mengenai organisasi negara, hak-hak asasi manusia, prosedur
1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945; mengubah UUD dan memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari Undang-
Undang Dasar.
2) Ketetapan MPR;

12
Dalam tata peraturan perundang-undangan di negara Indonesia, menurut Miriam e) UU dibentuk karena berkaitan dengan hak sasai manusia,
Budiardjo ( 1981: 106-107) Undang-Undang Dasar 1945 mempunyai kedudukan
f) UU dibentuk karena berkaitan dengan kewajiban atau kepentingan orang
yang istimewa dibandingkan dengan undang-undang lainnya, hal ini dikarenakan
banyak.
a) UUD dibentuk menurut suatu cara istimewa yang berbeda dengan
Adapun materi muatan yang harus diatur dengan Undang-Undang berisi:
pembentukan UU biasa
a. pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan Undang-Undang Dasar Negara
b) UUD dibuat secara istimewa untuk itu dianggap sesuatu yang luhur.
Republik Indonesia Tahun 1945;
c) UUD adalah piagam yang menyatakan cita-cita bangsa Indonesia dan
b. perintah suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-Undang;
merupakan dasar organisasi kenegaraan suatu bangsa
c. pengesahan perjanjian internasional tertentu;
2. Ketetapan MPR
d. tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi; dan/atau
Ketetapan MPR adalah ketetapan yang dikeluarkan MPR sebagai konsekuensi dari
tugas, kedudukan dan kewenangan MPR sesuai UUD 1945. e. pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat.
Adapun yang dimaksud Ketetapan MPR yang menjadi sumber hukum menurut
penjelasan UU No 12 tahun 2011 adalah adalah Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan 4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu)
Rakyat yang masih berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Peraturan Pemerintah pengannti Undang-Undang (PERPU) dibentuk oleh presiden
Pasal 4 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tanpa terlebih dahulu rnendapat persetujuan DPR. Hal ini dikarenakan PERPU
Nomor: I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum dibuat dalam keadaan "darurat" dalam arti persoalan yang muncul harus segera
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis ditindaklanjuti. Namun demikian pada akhirnya PERPU tersebut harus diajukan ke
Permusyawaratan Rakyat Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002, tanggal 7 DPR untuk mendapatkan persetujuan. ladi bukan berarti presiden dapat seenaknya
Agustus 2003. mengeluarkan PERPPU, karena pada akhirnya harus diajukan kepada DPR pada
3. Undang-Undang persidangan berikutnya. Sebagai lembaga legislatif DPR dapat menerima atau
menolak PERPPU yang diajukan Presiden tersebut, konsekwensinya kalau
Undang-undang merupakan peraturan perundang-undangan untuk melaksanakan PERPPU tersebut ditolak, harus dicabut, dengan kata lain harus dinyakan tidak
UUD 1945. Yang berwenang membuat UU adalah DPR bersama Presiden. Adapun berlaku lagi
kriteria agar suatu masalah diatur dengan UU antara lain :
Materi muatan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang sama dengan
a) UU dibentuk atas perintah ketentuan UUD 1945, materi muatan Undang-Undang, yakni:
b) UU dibentuk atas perintah Ketetapan MPR, a. pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
c) UU dibentuk atas perintah ketentuan UU terdahulu,
b. perintah suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-Undang;
d) UU dibentuk dalam rangka mencabut, mengubah dan menambah UU yang
sudah ada, c. pengesahan perjanjian internasional tertentu;

13
d. tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi; dan/atau Dengan demikian kalau Peraturan Daerah terse but dibuat sesuai kebutuhan
daerah, dimungkinkan Perda yang berlaku di suatu daerah KabupatenlKota belum
e. pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat.
tentu diberlakukan di daerah kabupaten/ kota lain.
5. Peraturan Pemerintah (PP)
Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Untuk melaksanakan suatu undang-undang, maka dikeluarkanlah Peraturan berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan
Pemerintah. Jadi peraturan pemerintah tersebut merupakan bentuk pelaksanaan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau
dari suatu undang-undang. Itulah sebabnya materi muatan Peraturan Pemerintah penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.
(PP) berisi materi untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya.
C. Proses Pembuatan Peraturan Perundang-undangan Indonesia
Adapun kriteria untuk dikeluarkannya Peraturan pemerintah adalah sebagai berikut
1. Proses pembentukan Undang-Undang
:
Undang-undang adalah peraturan perundangan, yang dalam pembentukannya
a) PP tidak dapat dibentuk tanpa adanya UU induknya,
Presiden harus mendapat persetujuan DPR. Ketentuan tersebut diatur dalam UUD
b) PP tidak dapat mencantumkan sanksi pidana. jika UU induknya tidak 1945 Pasal 5 Ayat 1 "Presiden berhak mengajukan Rancangan Undang-Undang
mencantumkan sanksi pidana, kepada DPR", Pasal20 Ayat 1 "DPR memegang kekuasaan membentuk UU" dan
Pasal 20 Ayat 2 "Setiap RUU dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapat
c) PP tidak dapat memperluas atau mengurangi ketentuan UU induknya. persetujuan bersama" .
d) PP dapat dibentuk meskipun UU yang bersangkutan tidak menyebut ¬secara Dalam pembentukan suatu undang-undang, sebagaimana diatur dalam undang-
tegas, asal PP tersebut untuk melaksanakan UU, undang nomor 12 tahun 2011, maka tahap-tahapnya meliputi:
6. Peraturan Presiden a. Tahap penyusunan Rancangan Undang-Undang meliputi:
Peraturan Presiden merupakan peraturan perundang-undangan yang dibentuk 1) Rancangan Undang-Undang dapat berasal dari DPR atau Presiden.
Presiden berdasarkan pasal 4 UUD 1945. Dilihat dari sifatnya Presiden dapat
membuat dua macam keputusan yaitu yang bersifat pengaturan dan yang bersifat 2) Rancangan Undang-Undang yang berasal dari DPR sebagaimana
penetapan. Yang termasuk jenis peraturan perundang-undangan adalah keputusan dimaksud pada ayat (1) dapat berasal dari DPD.
presiden yang bersfat pengaturan atau yang dikenal dengan Peraturan Presiden .
3) Rancangan Undang-Undang yang berasal dari DPR, Presiden, atau DPD
Materi muatan Peraturan Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh harus disertai Naskah Akademik. Terdapat 3 jenis RUU yang tidak harus disertai
Undang-Undang, materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah, atau Naskah Akademik namun haruss disertai dengan keterangan yang memuat
materi untuk melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan. pokok pikiran dan materi muatan yang diatur yakni: a) RUU Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara; b) penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
7. Peraturan Daerah (Perda) Undang-Undang menjadi Undang-Undang; atau c) pencabutan Undang-Undang
Peraturan Daerah adalah peraturan yang dibuat oleh Pemerintah daerah Propinsi atau pencabutan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang.
dan daerah Kabupaten dan/atau Daerah Kota. Masuknya Peraturan Daerah dibuat 4) Rancangan Undang-Undang, baik yang berasal dari DPR maupun
untuk melaksanakan peraturan perundang¬undangan yang lebuh tinggi. Selain itu Presiden serta Rancangan Undang-Undang yang diajukan DPD kepada DPR
Peraturan daerah inijuga dibuat dalam rangka melaksanakan kebutuhan daerah. disusun berdasarkan Prolegnas (Program Legislasi Nasional). Adapun Rancangan
14
Undang-Undang yang diajukan oleh DPD berkaitan dengan: a) otonomi daerah; 9) Rancangan Undang-Undang dari Presiden diajukan dengan surat Presiden
b) hubungan pusat dan daerah; c) pembentukan dan pemekaran serta kepada pimpinan DPR. Surat Presiden tersebut memuat penunjukan menteri
penggabungan daerah; d) pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya yang ditugasi mewakili Presiden dalam melakukan pembahasan Rancangan
ekonomi lainnya; dan e) perimbangan keuangan pusat dan daerah. Undang-Undang bersama DPR. DPR mulai membahas Rancangan Undang-
Undang yang diajukan presiden dalam jangka waktu paling lama 60 (enam
5) Rancangan Undang-Undang dari DPR diajukan oleh anggota DPR,
puluh) hari terhitung sejak surat Presiden diterima. Untuk keperluan
komisi, gabungan komisi, atau alat kelengkapan DPR yang khusus menangani
pembahasan Rancangan Undang-Undang di DPR, menteri atau pimpinan
bidang legislasi atau DPD. Kemudian dilakukan pengharmonisasian, pembulatan,
lembagapemrakarsa memperbanyak naskah RancanganUndang-Undang tersebut
dan pemantapan konsepsi Rancangan Undang-Undang yang berasal dari DPR
dalam jumlah yang diperlukan.
dikoordinasikan oleh alat kelengkapan DPR yang khusus menangani bidang
legislasi. 10)Apabila dalam satu masa sidang DPR dan Presiden menyampaikan
Rancangan Undang-Undang mengenai materi yang sama, yang dibahas adalah
6) Rancangan Undang-Undang yang diajukan oleh Presiden disiapkan oleh
Rancangan Undang-Undang yang disampaikan oleh DPR dan Rancangan
menteri atau pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian sesuai dengan
Undang-Undang yang disampaikan Presiden digunakan sebagai bahan untuk
lingkup tugas dan tanggung jawabnya. Dalam penyusunan Rancangan Undang-
dipersandingkan.
Undang, menteri atau pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian terkait
membentuk panitia antarkementerian dan/atau antarnonkementerian. Kemudian
dilakukan Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi
b. Tahap penyusunan Pembahasan Rancangan Undang-Undang meliputi:
Rancangan Undang-Undang yang berasal dari Presiden dikoordinasikan oleh
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum. 1) Pembahasan Rancangan Undang-Undang dilakukan oleh DPR bersama
Presiden atau menteri yang ditugasi.
7) Rancangan Undang-Undang dari DPD disampaikan secara tertulis oleh
pimpinan DPD kepada pimpinan DPR dan harus disertai Naskah Akademik. 2) Khusus Pembahasan Rancangan Undang-Undang yang berkaitan dengan: a)
Usul Rancangan Undang-Undang dari DPD disampaikan oleh pimpinan DPR otonomi daerah; b) hubungan pusat dan daerah; c) pembentukan, pemekaran, dan
kepada alat kelengkapan DPR yang khusus menangani bidang legislasi untuk penggabungan daerah; d) pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
dilakukan pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan ekonomi lainnya; dan e) perimbangan keuangan pusat dan daerah, pada
Undang-Undang. Untuk selanjutnya Alat kelengkapan DPR dalam melakukan pembicaraan tingkat I dilakukan dengan mengikutsertakan DPD yang diwakili oleh
pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan Undang- alat kelengkapan yang membidangi materi muatan Rancangan Undang-Undang
Undang dapat mengundang pimpinan alat kelengkapan DPD yang mempunyai yang dibahas.
tugas di bidang perancangan Undang-Undang untuk membahas usul
Rancangan Undang-Undang yang diajukan DPD. 3) DPD memberikan pertimbangan kepada DPR atas Rancangan Undang-
Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Rancangan
8) Rancangan Undang-Undang dari DPR disampaikan dengan surat pimpinan Undang-Undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.
DPR kepada Presiden. Presiden menugasi menteri yang mewakili untuk
membahas Rancangan Undang-Undang bersama DPR dalam jangka waktu 4) Pembahasan Rancangan Undang-Undang dilakukan melalui 2 (dua) tingkat
paling lama 60 (enam puluh) hari terhitung sejak surat pimpinan DPR diterima. pembicaraan, yaitu pembicaraan tingkat I dalam rapat komisi, rapat gabungan
Kemudian Menteri yang mendapat tugas dari Presiden mengoordinasikan komisi, rapat Badan Legislasi, rapat Badan Anggaran, atau rapat Panitia
persiapan pembahasan dengan menteri yang menyelenggarakan urusan Khusus; dan pembicaraan tingkat II dalam rapat paripurna.
pemerintahan di bidang hukum.
15
5) Pembicaraan tingkat I dilakukan dengan kegiatansebagai berikut: a) dibahas hanya dapat ditarik kembali berdasarkan persetujuan bersama DPR dan
pengantar musyawarah; b) pembahasan daftar inventarisasi masalah; dan c) Presiden.
penyampaian pendapat mini
6) Dalam pengantar musyawarah a) DPR memberikan penjelasan dan Presiden
c. Tahap Pengesahan Rancangan Undang-Undang
menyampaikan pandangan jika Rancangan Undang-Undang berasal dari DPR; b)
DPR memberikan penjelasan serta Presiden dan DPD menyampaikan Tahap Pengesahan Rancangan Undang-Undang adalah sebagai berikut:
pandangan jika Rancangan Undang-Undang yang berkaitan dengan
kewenangan DPD berasal dari DPD; c) Presiden memberikan penjelasan dan 1) Rancangan Undang-Undang yang telah disetujui bersama oleh DPR dan
fraksi memberikan pandangan jika Rancangan Undang-Undang berasal dari Presiden disampaikan oleh Pimpinan DPR kepada Presiden untuk disahkan
Presiden; atau d) Presiden memberikan penjelasan serta fraksi dan DPD menjadi Undang-Undang.
menyampaikan pandangan jika Rancangan Undang-Undang yang berkaitan 2) Penyampaian Rancangan Undang-Undang dilakukan dalam jangka waktu
dengan kewenangan DPD berasal dari Presiden. paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama.
7) Daftar inventarisasi masalah diajukan oleh: a) Presiden jika Rancangan 3) Rancangan Undang-Undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72
Undang-Undang berasal dari DPR; atau b) DPR jika Rancangan Undang-Undang disahkan oleh Presiden dengan membubuhkan tanda tangan dalam jangka
berasal dari Presiden dengan mempertimbangkan usul dari DPD sepanjang waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak Rancangan Undang-
terkait dengan kewenangan DPD Undang tersebut disetujui bersama oleh DPR dan Presiden.
8) Penyampaian pendapat mini disampaikan pada akhir pembicaraan tingkat I 4) Dalam hal Rancangan Undang-Undang tidak ditandatangani oleh Presiden
oleh: a) fraksi; b) DPD, jika Rancangan Undang-Undang berkaitan dengan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak Rancangan
kewenangan DPD; dan c. Presiden. Undang-Undang tersebut disetujui bersama, Rancangan Undang-Undang
9) Pembicaraan tingkat II merupakan pengambilan keputusan dalam rapat tersebut sah menjadi Undang-Undang dan wajib diundangkan.
paripurna dengan kegiatan: a) penyampaian laporan yang berisi proses, pendapat 5) Dalam hal sahnya Rancangan Undang-Undang kalimat pengesahannya
mini fraksi, pendapat mini DPD, dan hasil pembicaraan tingkat I; b) berbunyi: Undang-Undang ini dinyatakan sah berdasarkan ketentuan Pasal 20
pernyataan persetujuan atau penolakan dari tiap-tiap fraksi dan anggota ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
secara lisan yang diminta oleh pimpinan rapat paripurna; dan c) penyampaian
pendapat akhir Presiden yang dilakukan oleh menteri yang ditugasi. 6) Kalimat pengesahan tersebut harus dibubuhkan pada halaman terakhir
Undang-Undang sebelum pengundangan naskah Undang-Undang ke dalam
10) Dalam hal persetujuan tidak dapat dicapai secara musyawarah untuk Lembaran Negara Republik Indonesia.
mufakat, pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak.
11) Rancangan Undang-Undang tidak mendapat persetujuan bersama antara
DPR dan Presiden, Rancangan Undang-Undang tersebut tidak boleh diajukan 2. Proses Penyusunan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
lagi dalam persidangan DPR masa itu.
Peraturan Pemerintah pengannti Undang-Undang (PERPU) dibentuk oleh presiden
12) Rancangan Undang-Undang dapat ditarik kembali sebelum dibahas yang dibuat dalam keadaan "darurat" dalam arti persoalan yang muncul harus
bersama oleh DPR dan Presiden. Rancangan Undang-Undang yang sedang segera ditindaklanjuti.

16
Adapun Proses Penyusunan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang 10)Pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Penetapan Peraturan
sesuai UU nomor 11 Tahun 2012 adalah sebagai berikut: Pemerintah Pengganti Undang-Undang dilaksanakan melalui mekanisme yang
sama dengan pembahasan Rancangan Undang-Undang.
1) Peraturan Pemerintah pengannti Undang-Undang (PERPU) dibentuk oleh
presiden yang dibuat dalamkeadaan "darurat" dalam arti persoalan yang muncul 11)Pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Pencabutan Peraturan
harus segera ditindaklanjuti. Pemerintah Pengganti Undang-Undang dilaksanakan dengan tata cara: a)
Rancangan Undang-Undang tentang Pencabutan Peraturan Pemerintah
2) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang harus diajukan ke DPR
Pengganti Undang-Undang diajukan oleh DPR atau Presiden; b) Rancangan
dalam persidangan yang berikut.
Undang-Undang tentang Pencabutan diajukan pada saat Rapat Paripurna DPR
3) Pengajuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang dilakukan tidak memberikan persetujuan atas Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
dalam bentuk pengajuan Rancangan Undang-Undang tentang penetapan Undang yang diajukan oleh Presiden; dan c) Pengambilan keputusan persetujuan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang menjadi Undang-Undang. terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Pencabutan dilaksanakan dalam
Rapat Paripurna DPR yang sama dengan rapat paripurna penetapan tidak
4) DPR hanya memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan memberikan persetujuan atas Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
terhadap Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang. tersebut.
5) Dalam hal Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang mendapat 3. Proses Penyusunan Peraturan Pemerintah
persetujuan DPR dalam rapat paripurna, Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang tersebut ditetapkan menjadi Undang-Undang. Berikut ini Proses Penyusunan Peraturan Pemerintah sesuai UU nomor 11 Tahun
2012 adalah sebagai berikut:
6) Dalam hal Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tidak
mendapat persetujuan DPR dalam rapat paripurna, Peraturan Pemerintah 1) Dalam penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah, pemrakarsa
Pengganti Undang-Undang tersebut harus dicabut dan harus dinyatakan tidak membentuk panitia antarkementerian dan/atau lembaga pemerintah
berlaku. nonkementerian.

7) Dalam hal Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang harus dicabut 2) Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan
dan harus dinyatakan tidak berlaku, DPR atau Presiden mengajukan Peraturan Pemerintah dikoordinasikan oleh menteri yang menyelenggarakan
Rancangan Undang-Undang tentang Pencabutan Peraturan Pemerintah urusan pemerintahan di bidang hukum.
Pengganti Undang-Undang.
4. Proses Penyusunan Peraturan Presiden
8) Rancangan Undang-Undang tentang Pencabutan Peraturan Pemerintah
Berikut ini Proses Penyusunan Peraturan Presiden sesuai UU nomor 11 Tahun
Pengganti Undang-Undang mengatur segala akibat hukum dari pencabutan
2012 adalah sebagai berikut:
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang.
1) Dalam penyusunan Rancangan Peraturan Presiden, pemrakarsa membentuk
9) Rancangan Undang-Undang tentang Pencabutan Peraturan Pemerintah
panitia antarkementerian dan/atau antarnonkementerian,
Pengganti Undang-Undang ditetapkan menjadi Undang-Undang tentang
Pencabutan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang dalam rapat 2) Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan
paripurna. Peraturan Presiden dikoordinasikan oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang hukum.

17
5. Proses Penyusunan Peraturan Daerah Provinsi 10)Apabila dalam satu masa sidang DPRD Provinsi dan Gubernur
menyampaikan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi mengenai materi yang
a. Proses Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Proses Penyusunan
sama, yang dibahas adalah Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang
Peraturan Daerah Provinsi
disampaikan oleh DPRD Provinsi dan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
Berikut ini Proses Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi sesuai UU yang disampaikan oleh Gubernur digunakan sebagai bahan untuk
nomor 11 Tahun 2012 adalah sebagai berikut: dipersandingkan.

1) Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dapat berasal dari DPRD Provinsi b. Proses Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Proses Penyusunan
atau Gubernur. Peraturan Daerah Provinsi

2) Rancangan Peraturan Daerah Provinsi disertai dengan penjelasan atau 1) Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dilakukan oleh DPRD
keterangan dan/atau Naskah Akademik. Provinsi bersama Gubernur.

3) Dalam hal Rancangan Peraturan Daerah Provinsi mengenai a) Anggaran 2) Pembahasan bersama dilakukan melalui tingkat-tingkat pembicaraan.
Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi; b) Pencabutan Peraturan Daerah
3) Tingkat-tingkat pembicaraan dilakukan dalam rapat komisi/ panitia/ badan/
Provinsi; atau c) perubahan Peraturan Daerah Provinsi yang hanya terbatas
alat kelengkapan DPRD Provinsi yang khusus menangani bidang legislasi dan
mengubah beberapa materi, tidak disertai naskah akademik namun harus disertai
rapat paripurna.
keterangan yang memuat pokok pikiran dan materi muatan yang diatur.
4) Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dapat ditarik kembali sebelum
4) Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
dibahas bersama oleh DPRD Provinsi dan Gubernur.
dilakukan sesuai dengan teknik penyusunan Naskah Akademik.
5) Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang sedang dibahas hanya dapat
5) Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan
ditarik kembali berdasarkan persetujuan bersama DPRD Provinsi dan Gubernur.
Peraturan Daerah Provinsi yang berasal dari DPRD Provinsi dikoordinasikan
oleh alat kelengkapan DPRD Provinsi yang khusus menangani bidang legislasi. c. Proses Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Proses Penyusunan
Peraturan Daerah Provinsi
6) Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan
Peraturan Daerah Provinsi yang berasal dari Gubernur dikoordinasikan oleh 1. Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang telah disetujui bersama oleh
biro hukum dan dapat mengikutsertakan instansi vertikal dari kementerian yang DPRD Provinsi dan Gubernur disampaikan oleh pimpinan DPRD Provinsi
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum. kepada Gubernur untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah Provinsi.
7) Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dapat diajukan oleh anggota, 2. Penyampaian Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dilakukan dalam jangka
komisi, gabungan komisi, atau alat kelengkapan DPRD Provinsi yang khusus waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama.
menangani bidang legislasi.
3. Rancangan Peraturan Daerah Provinsi ditetapkan oleh Gubernur dengan
8) Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang telah disiapkan oleh DPRD membubuhkan tanda tangan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh)
Provinsi disampaikan dengan surat pimpinan DPRD Provinsi kepada Gubernur. hari sejak Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tersebut disetujui bersama oleh
DPRD Provinsi dan Gubernur.
9) Rancangan Peraturan Daerah yang telah disiapkan oleh Gubernur
disampaikan dengan surat pengantar Gubernur kepada pimpinan DPRD Provinsi. 4. Dalam hal Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tidak ditandatangani oleh
Gubernur dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak Rancangan
18
Peraturan Daerah Provinsi tersebut disetujui bersama, Rancangan Peraturan
Daerah Provinsi tersebut sah menjadi Peraturan Daerah Provinsi dan wajib
diundangkan.
5. Dalam hal sahnya Rancangan Peraturan Daerah Provinsi, kalimat
pengesahannya berbunyi: Peraturan Daerah ini dinyatakan sah.
6. Kalimat pengesahan tersebut harus dibubuhkan pada halaman terakhir
Peraturan Daerah Provinsi sebelum pengundangan naskah Peraturan Daerah
Provinsi dalam Lembaran Daerah
6. Proses Penyusunan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Pada prinsipnya proses penyusunan rancangan, pembahasan dan penetapan
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sesuai UU nomor 11 Tahun 2012 sama seperti
penyusunan, pembahasan dan peetapan rancangan Peraturan Daerah Provinsi.

19

Anda mungkin juga menyukai