Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagal jantung dapat dialami setiap orang, penyakit gagal jantung meningkat sesuai
dengan usia, berkisar kurang dari 1 % pada usia kurang dari 50 tahun hingga 5 % pada
usia 50-70 tahun dan 10 % pada usia 70 tahun ke atas. Penyakit gagal jantung sangatlah
buruk jika penyebab yang mendasarinya tidak segera ditangani, hampir 50 % penderita
gagal jantung meninggal dalam kurun waktu 4 tahun. 50 % penderita stadium akhir
meninggal dalam kurun waktu 1 tahun.
( www.scribd.com/doc/Gagal jantung, di unduh tanggal 14 maret 2017 )
Dengan terganggunya salah satu organ yang sangat penting dalam tubuh, maka
akan berdampak buruk bagi tubuh secara fisik psikologis, dan juga spiritual. Dampak
fisik yang dapat ditimbulkan dari penyakit gagal jantung kongestif yaitu : kesulitan dalam
bernafas/sesak nafas, batuk dan mudah lelah. Sedangkan dampak psikologis dari penyakit
gagal jantung kongestif adalah klien merasa tidak menerima keadaan bahwa klien
mengalami penyakit jantung. Klien mudah tersinggung karena keadaan klien yang tidak
stabil, klien tidak dapat berinteraksi dengan orang-orang terdekat atau orang-orang
disekitarnya seperti keluarga, tetangga, dan masyarakat setempat dikarenakan
keterbatasan aktifitas.
Dilihat dari banyaknya kasus gagal janutng kongestif yang terus meningkat karena
pola hidup yang tidak sehat, seperti kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kebiasaan
mengkomsumsi alkohol, jarang olahraga dan sebagainya, maka peran perawat sangat
dibutuhkan untuk penanggulangan penyakit gagal jantung kongestif, agar tidak
menimbulkan komplikasi yang lebih berat lagi yang dapat memperburuk keadaan
penderita gagal jantung kongestif ini, adapun peran perawat sebagai berikut : Advocate
(pembela klien): bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan
informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan ( inform concern ) atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Mempertahankan dan melindungi hak-
hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan
berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan. Selain itu sebagai pembela perawat juga
berperan sebagai Conselor yaitu proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi
tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun  hubungan interpersonal yang
baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan dukungan

1
emosional dan intelektual dan juga edukator inti dari perubahan perilaku selalu didapat
dari pengetahuan baru atau keterampilan secara teknis.
Masalah kesehatan dengan gangguan system kardiovaskuler masih menduduki
peringkat yang tinggi, menurut data WHO di laporkan bahwa sekitar 3000 penduduk
Amerika menderita gagal jantung kongestif. Prevalensi gagal jantung di Negara
berkembang cukup tinggi dan makin meningkat. Oleh karena itu gagal jantung
merupakan masalah kesehatan yang utama. Walaupun angka-angka yang pasti belum ada
untuk Indonesia secara nasional, sebagai gambaran di RSUD Bangkinang penyakit CHF
termasuk 10 penyakit terbanyak yaitu pada urutan 4 terdapat 875 angka kejadian
gangguan system kardiovaskuler dan terdapat 665 gagal jantung kongestif, dilihat dari
presentase angka kejadian gangguan system kardiovaskuler di RSUD Bangkinang, gagal
jantung kongestif menempati urutan tertinggi bila dibandingkan dengan gangguan system
kardiovaskuler lainnya.
Melihat begitu banyak angka kejadian gagal jantung baik itu di Dunia, Asia,
Indonesia, bahkan di Rumah Sakit Daerah Bangkinang, mengungkapkan suatu fakta
bahwa begitu pentingnya peran perawat dalam suatu proses keperawatan pada pasien
gagal jantung. Peran perawat terhadap  pasien dengan gagal jantung yang meliputi peran
preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitative sangat diperlukan. Terutama peran
promotif melalui edukasi dapat merubah klien dalam mengubah gaya hidup dan
mengontrol kebiasaan pribadi untuk menghindari faktor resiko. Dengan edukasi semakin
banyak klien yang mengerti bagaimana harus mengubah perilaku sehingga mereka
mampu melakukan pengobatan dan perawatan secara mandiri. Perawatan yang baik
hanya dapat tercapai apabila ada kerjasama antara perawat dan klien serta adanya minat
klien untuk mengatasi masalah tersebut. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa
tertarik untuk mengambil karya tulis ilmiah dengan judul Analisa kasus pada pasien
dengan penyakit Congestif Heart Failure.

B. Tujuan  
1. Tujuan Umum
Perawat diharapkan mampu untuk mengerti dan memahami Asuhan
Keperawatan pada pasien yang mengalami Congestif Heart Failure dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan pada penulisan ini, perawat mampu :
a. Menjelaskan konsep dasar medis pada pasien dengan penyakit Congestif Heart
Failure mulai dari defenisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi, pemeriksaan
diagnostik, dan penatalaksanaan medis.
b. Mengkaji klien dengan masalah utama pada pasien Congestif Heart Failure

2
c. Merumuskan diagnosa keperawatan klien dengan masalah pada pasien Congestif
Heart Failure
d. Melaksanakan tindakan keperawatan klien dengan masalah pada pasien
Congestif Heart Failur.
e. Mengimplementasikan rencana keperawatan klien dengan masalah utama pada
pasien Congestif Heart Failure.
f. Mengevaluasi tindakan keperawatan klien dengan masalah utama pada pasien
Congestif Heart Failure.

C. Manfaat
Dengan adanya Makalah ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi perawat peminatan
ICU (Intensif Care Unit) juga sebagai acuan atau kerangka dan pedoman kerja di rumah
sakit nantinya, dengan adanya makalah ini juga, pasien memperoleh perawatan dengan
penuh perhatian dan dilaksanakan secara berkesinambungan.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Definisi
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel
tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan
ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke
seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya
mampu memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang
melemah tidak mampu memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering
merespon dengan menahan air dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan
cairan dalam beberapa organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya
sehingga tubuh klien menjadi bengkak (congestive) (Udjianti, 2010).
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/ kemampuannya hanya ada kalau
disertai peninggian volume diastolik secara abnormal (Mansjoer dan Triyanti, 2009).
Gagal jantung adalah sindrom klinik dengan abnormalitas dari struktur atau
fungsi jantung sehingga mengakibatkan ketidakmampuan jantung untuk memompa
darah ke jaringan dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Darmojo, 2004
cit Ardini 2014).

4
2. Etiologi
a. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung.  Kondisi yang mendasari penyebab
kelainan fungsi otot mencakup ateriosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan
penyakit degeneratif atau inflamasi
b. Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung.  Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). 
Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya
gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif, berhubungan
dengan gagal jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut
jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.

c. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)


Meningkatkan  beban kerja jantung dan pada gilirannya  mengakibatkan 
hipertrofi serabut otot jantung.
d. Peradangan dan penyakit   myocardium  degeneratif
Berhubungan dengan  gagal jantung  karena kondisi  ini secara langsung 
merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
e. Penyakit jantung lain.
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya,
yang secara langsung mempengaruhi jantung.  Mekanisme biasanya terlibat
mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katup
semiluner), ketidak mampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade,
perikardium, perikarditif konstriktif, atau stenosis AV), peningkatan mendadak
after load.

5
f. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan
beratnya gagal jantung.  Meningkatnya laju metabolisme(misal : demam,
tirotoksikosis ), hipoksia dan anemia memerlukan peningkatan curah jantung
untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik.  Hipoksia dan anemia juga dapat
menurunkan suplai oksigen ke jantung.  Asidosis respiratorik atau metabolik
dan abnormalitas elekttronik dapat menurunkan kontraktilitas jantung.

3. Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan
kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari normal.
Dapat dijelaskan dengan persamaan CO = HR x SV.
di mana curah jantung (CO: Cardiac output) adalah fungsi frekuensi jantung (HR:
Heart Rate) x Volume Sekuncup (SV: Stroke Volume).
 Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah jantung
berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk
mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk
mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah
yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi,
yang tergantung pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu sinonim dengan Hukum
Starling pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah yang mengisi jantung
berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan
serabut jantung); (2) Kontraktilitas (mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang
terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung
dan kadar kalsium); (3) Afterload (mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang
harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan
oleh tekanan arteriole).
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang terjadi baik
pada jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua ventrikel berkurang
akibat penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat, maka volume
dan tekanan pada akhir diastolik di dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Hal
ini akan meningkatkan panjang serabut miokardium pada akhir diastolik dan
menyebabkan waktu sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, maka
akan terjadi dilatasi ventrikel. Cardiac output pada saat istirahat masih bisa berfungsi
dengan baik tapi peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama (kronik) akan
dijalarkan ke kedua atrium, sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sistemik. Akhirnya

6
tekanan kapiler akan meningkat yang akan menyebabkan transudasi cairan dan timbul
edema paru atau edema sistemik.
Penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan tekanan
arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem saraf dan
humoral. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu kontraksi
miokardium, frekuensi denyut jantung dan vena; yang akan meningkatkan volume
darah sentral yang selanjutnya meningkatkan preload. Meskipun adaptasi-adaptasi ini
dirancang untuk meningkatkan cardiac output, adaptasi itu sendiri dapat mengganggu
tubuh. Oleh karena itu, takikardi dan peningkatan kontraktilitas miokardium dapat
memacu terjadinya iskemia pada pasien dengan penyakit arteri koroner sebelumnya
dan peningkatan preload dapat memperburuk kongesti pulmoner.
Aktivasi sistem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer.
Adaptasi ini dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ-organ vital, tetapi jika
aktivasi ini sangat meningkat malah akan menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan.
Salah satu efek penting penurunan cardiac output adalah penurunan aliran darah ginjal
dan penurunan kecepatan filtrasi glomerolus, yang akan menimbulkan retensi sodium
dan cairan. Sitem rennin-angiotensin-aldosteron juga akan teraktivasi, menimbulkan
peningkatan resistensi vaskuler perifer selanjutnya dan penigkatan afterload ventrikel
kiri sebagaimana retensi sodium dan cairan.
Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin vasopresin dalam
sirkulasi, yang juga bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi cairan. Pada
gagal jantung terjadi peningkatan peptida natriuretik atrial akibat peningkatan tekanan
atrium, yang menunjukan bahwa disini terjadi resistensi terhadap efek natriuretik dan
vasodilat

7
Bagan 2.1
Pathway CHF

Gambar 1. Patofisiologi Decompensatio Cordis Sinistra

Sumber : (Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Kardiovaskuler, hal. 110, Patofisiologi edisi keempat
hal. 581).

8
4. Klasifikasi
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4 kelas:
(Mansjoer dan Triyanti, 2007)
a. kelas 1    
Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tampa keluhan.
b. kelas 2    
Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari aktivitas sehari-hari tanpa
keluhan.
c.   kelas 3    
Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan
d. kelas 4    
Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan harus tirah baring.

5.   Manifestasi klinik
         Gejala yang muncul sesuai dengan gejala gagal jantung kiri diikuti gagal jantung
kanan dapat terjadinya di paru-paru karena peningkatan kebutuhan oksigen. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda gejala gagal jantung kongestif biasanya terdapat
bunyi derap dan bising akibat regurgitasi mitral (Masjoer, Arif dkk,2011)
         Tanda dominan Meningkatnya volume intravaskuler. Kongestif jaringan  akibat
tekanan arteri dan vena  meningkat akibat penurunan curah jantung. Manifestasi kongesti
dapat berbeda  tergantung  pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi .
a.  Gagal jantung kiri : Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel
kiri tak mampu  memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi 
yaitu:
1) Dispneu
Terjadi akibat penimbunan cairan  dalam alveoli dan mengganggu pertukaran gas. 
Beberapa pasien dapat mengalami ortopnu pada malam hari yang dinamakan
Paroksimal Nokturnal Dispnea ( PND)
2) Batuk
3) Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung yang kurang  yang menghambat  jaringan  dari
sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya  pembuangan sisa  hasil
metabolisme. Juga terjadi karena  meningkatnya  energi  yang digunakan  untuk
bernafas dan insomnia yang terjadi karena  distress pernafasan dan batuk.
4)      Kegelisahan dan kecemasan
Terjadi akibat  gangguan oksigenasi  jaringan, stress akibat kesakitan  bernafas
dan pengetahuan bahwa jantung  tidak berfungsi dengan baik.

9
b. Gagal jantung kanan:
1. Kongestif jaringan perifer dan viseral.
2. Edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema pitting,
penambahan berat badan.
3. Hepatomegali. Dan nyeri tekan  pada kuadran  kanan atas abdomen  terjadi
akibat  pembesaran  vena di  hepar.
4. Anorexia dan mual. Terjadi akibat  pembesaran  vena  dan statis  vena dalam
rongga abdomen.
5. Nokturia (kencing dimalam hari)
6. Kelemahan

6. Pemeriksaan Diagnostik
a. EKG; mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis, iskemia dan
kerusakan pola,.mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium,
ventrikel hipertrofi, disfungsi penyakit katub jantung. Meskipun memberiakn
informasi yang berkaitan dengan penyebab, EKG tidak dapat menunjukan gambaran
yang spesifik. EKG normal menimbulkan kecurigaan akan adanya diagnostik yang
salah. Pada pemeriksaan EKG untuk pasien dengan gagal jantung dapat ditentukan
kelainan EKG seperti berikut :
1) Kelainan ST/T menunjukan disfungsi ventrikel kiri kronis.
2) Jika pemeriksaan gelombang Q menunjukan infark sebelumnya dan kelainan
pada segmen ST, maka ini merupakan indikasi penyakit jantung iskemik.
3) Hipertrofi ventrikel kiri dan gelombang T terbaik menunjukan stenosis aorta dan
penyakit jantung hipertensi.
4) Aritmia : devisiasi aksis ke kanan, dan hipertrofi ventrikel kanan menunjukan
adanya disfungsi venikel kanan. (Muhammad Ardiansyah, 2012)

b. Rontgen dada; Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan dilatasi


atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau peningkatan tekanan
pulmonal.
c. Scan Jantung; Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan jantung.
d. Kateterisasi jantung; Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub atau insufisiensi serta
mengkaji potensi arteri koroner.
e. Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal,
terapi diuretic.
f. Oksimetri nadi; Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF memperburuk
PPOM.

10
g. AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia
dengan peningkatan tekanan karbondioksida.
h. Enzim jantung; meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan jantung,missal
infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan Dehidrogenase
Laktat/LDH, isoenzim LDH).

7. Penatalaksanaan klinis
a. Non Farmakologis
1) CHF Kronik
a) Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan
konsumsi oksigen melalui istirahat atau pembatasan aktivitas.
b) Diet pembatasan natrium
c) Menghentikan obat-obatan yang memperparah seperti NSAIDs karena efek
prostaglandin pada ginjal menyebabkan retensi air dan natrium
d) Pembatasan cairan (kurang lebih 1200-1500 cc/hari)
e) Olah raga secara teratur
2) CHF Akut
a) Oksigenasi (ventilasi mekanik)
b) Pembatasan cairan

b. Farmakologis
       Tujuan: untuk mengurangi afterload dan preload
1) First line drugs; diuretic
Tujuan:
mengurangi afterload pada disfungsi sistolik dan mengurangi kongesti pulmonal
pada disfungsi diastolic.
Obatnya adalah:
thiazide diuretics untuk CHF sedang, loop diuretic, metolazon (kombinasi dari
loop diuretic untuk meningkatkan pengeluaran cairan), Kalium-Sparing diuretic
2) Second Line drugs; ACE inhibitor
Tujuan :
 membantu meningkatkan COP dan menurunkan kerja jantung.
Obatnya adalah:
a) Digoxin; meningkatkan kontraktilitas. Obat ini tidak digunakan untuk
kegagalan diastolic yang mana dibutuhkan pengembangan ventrikel untuk
relaksasi
b) Hidralazin; menurunkan afterload pada disfungsi sistolik.

11
c) Isobarbide dinitrat; mengurangi preload dan afterload untuk disfungsi
sistolik, hindari vasodilator pada disfungsi sistolik.
d) Calsium Channel Blocker; untuk kegagalan diastolic, meningkatkan relaksasi
dan pengisian dan pengisian ventrikel (jangan dipakai pada CHF kronik).
e) Beta Blocker; sering dikontraindikasikan karena menekan respon miokard.
Digunakan pada disfungsi diastolic untuk mengurangi HR, mencegah iskemi
miocard, menurunkan TD, hipertrofi ventrikel kiri.

c. Pendidikan Kesehatan
1) Informasikan pada klien, keluarga dan pemberi perawatan tentang penyakit dan
penanganannya.
2) Informasi difokuskan pada: monitoring BB setiap hari dan intake natrium.
3) Diet yang sesuai untuk lansia CHF: pemberian makanan tambahan yang banyak
mengandung kalium seperti; pisang, jeruk, dll.
4) Teknik konservasi energi dan latihan aktivitas yang dapat ditoleransi dengan
bantuan terapis.

d. Terapi Lain
1) Koreksi penyebab-penyebab utama yang dapat diperbaiki antara lain: lesi katup
jantung, iskemia miokard, aritmia, depresi miokardium diinduksi alkohol, pirau
intrakrdial, dan keadaan output tinggi.
2) Posisi setengah duduk.
3) Diet: pembatasan natrium (2 gr natrium atau 5 gr garam) ditujukan untuk
mencegah, mengatur, dan mengurangi edema, seperti pada hipertensi dan gagal
jantung. Rendah garam 2 gr disarankan pada gagal jantung ringan dan 1 gr pada
gagal jantung berat. Jumlah cairan 1 liter pada gagal jantung berat dan 1,5 liter
pada gagal jantung ringan.
4) Aktivitas fisik: pada gagal jantung berat dengan pembatasan aktivitas, tetapi bila
pasien stabil dianjurkan peningkatan aktivitas secara teratur. Latihan jasmani
dapat berupa jalan kaki 3-5 kali/minggu selama 20-30 menit atau sepeda statis 5
kali/minggu selama 20 menit dengan beban 70-80% denyut jantung maksimal
pada gagal jantung ringan atau sedang.
5) Hentikan rokok dan alkohol
6) Revaskularisasi koroner
7) Transplantasi jantung

12
e. Komplikasi
Menurut patric davay (2010), komplikasi gagal jantung kongestif adalah sebagai
berikut :
a. Efusi pleura : di hasilkan dari peningkatan tekanan kapiler. Transudasi cairan
terjadi dari kapiler masuk ke dalam ruang pleura. Efusi pleura biasanya terjadi
pada lobus bawah darah.
b.  Aritmia : pasien dengan gagal jntung kongestif mempunyai risiko untuk
mengalami aritmia, biasanya disebabkan karena tachiaritmias ventrikuler yang
akhirnya menyebabkan kematian mendadak
c. Trombus ventrikuler kiri : pada gagal jntung kongestif akut dan kronik,
pembesaran ventrikel kiri dan penurunan kardiac output beradaptasi terhadap
adanya pembentukan thrombus pada ventrikel kiri. Ketika thrombus terbentuk,
maka mengurangi kontraktilitas dari ventrikel kiri, penurunan suplai oksigen dan
lebih jauh gangguan perfusi. Pembentukan emboli dari thrombus dapat terjadi dan
dapat disebabkan dari Cerebrivaskular accident (CVA)
d. Hepatomegali : karena lobus hati mengalami kongestif dengan darah vena
sehingga menyebabkan perubahan fungsi hati. Kematian sel hati, terjadi fibrosis
dan akhirnya sirosis.

13
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
Gagal serambi kiri/kanan dari jantung mengakibtkan ketidakmampuan
memberikan keluaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan menyebabkan
terjadinya kongesti pulmonal dan sistemik.GJK selanjutnya dihubungkan dengan
morbiditas dan mortalitas.
a.       Aktivitas/istirahat
Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada
dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat.
Tanda : Gelisah, perubahan status mental misalnya : letargi,  tanda vital berubah
pada aktivitas.
b.      Sirkulasi
Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit jantung ,
bedah jantung , endokarditis, anemia, syok septic, bengkak pada kaki, telapak kaki,
abdomen
Tanda : 
o   TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).
o     Irama Jantung ; Disritmia.
o   Frekuensi jantung ; Takikardia.
o   Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah
o   posisi secara inferior ke kiri.
o   Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat
o    terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah.
o   Murmur sistolik dan diastolic.
o   Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik
o    Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian
o   kapiler lambat
o    Hepar ; pembesaran/dapat teraba.
o   Bunyi napas ; krekels, ronkhi.
o   Edema ; mungkin dependen, umum atau pitting 
c.       Integritas ego
Gejala : Ansietas,kuatir dan takut. Stres yang berhubungan dengan
penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)
Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, misalnya : ansietas, marah, ketakutan dan
mudah tersinggung
d.      Eliminasi
Gejala  : Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari
(nokturia), diare/konstipasi.

14
e.       Makanan/cairan
Gejala      : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambhan berat badan
signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak,
diet tinggi garam/makanan yang telah diproses dan penggunaan diuretic.
Tanda      : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites) serta
edema (umum, dependen, tekanan dn pitting).
f.       Higiene
 Gejala  : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas Perawatan diri.
Tanda   : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
g.      Neurosensori
Gejala : Kelemahan, pusing, episode pingsan.
 Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan mudah
tersinggung.
h.     Nyeri/Kenyamanan
 Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas dan sakit
pada otot.
Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku melindungi diri.
i.       Pernapasan
Gejala      : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal,
batuk dengn/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis, penggunaan
bantuan pernapasan Tanda      :
1)      Pernapasan :takipnea,napas dangkal, penggunaan otot asesori pernpasan.
2)      Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus menerus
dengan/tanpa pemebentukan sputum.
3)      Sputum : Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema pulmonal)
4)      Bunyi napas ; Mungkin tidak terdengar.
5)      Fungsi mental; Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.
6)       Warna kulit ; Pucat dan sianosis.
j.        Keamanan
Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangankekuatan/tonus otot, kulit
lecet.
k.      Interaksi sosial
Gejala  : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
l.       Pembelajaran/pengajaran
Gejala  : menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misalnya : penyekat
saluran kalsium.
Tanda  : Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan

15
2.      Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan Perubahan kontraktilitas
miokardial/perubahan inotropik, Perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik,
Perubahan struktural, ditandai dengan :
1) Peningkatan frekuensi jantung (takikardia) : disritmia, perubahan gambaran
pola EKG
2) Perubahan tekanan darah (hipotensi/hipertensi).
3) Bunyi ekstra (S3 & S4)
4) Penurunan keluaran urine
5) Nadi perifer tidak teraba
6) Kulit dingin kusam
7) Ortopnea,krakles, pembesaran hepar, edema dan nyeri dada.
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antar suplai oksigen.
Kelemahan umum, Tirah baring lama/immobilisasi. Ditandai dengan : Kelemahan,
kelelahan,  Perubahan tanda vital, adanya disritmia, Dispnea, pucat, berkeringat.
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus
(menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air.
Ditandai dengan : Ortopnea, bunyi jantung S3,  Oliguria, edema,  Peningkatan berat
badan, hipertensi,  Distres pernapasan, bunyi jantung abnormal.
d. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
kapiler-alveolus.
e. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring
lama, edema dan penurunan perfusi jaringan.

3.      Intervensi Keperawatan


a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ; Perubahan kontraktilitas
miokardial/perubahan inotropik,  Perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik, 
Perubahan struktural, ditandai dengan:
1) Peningkatan frekuensi jantung (takikardia) : disritmia, perubahan gambaran pola
EKG
2) Perubahan tekanan darah (hipotensi/hipertensi).
3) Bunyi ekstra (S3 & S4)
4) Penurunan keluaran urine
5) Nadi perifer tidak teraba
6) Kulit dingin kusam
7) Ortopnea,krakles, pembesaran hepar, edema dan nyeri dada.

16
Tujuan  :
Klien akan :  Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia
terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung , Melaporkan penurunan episode
dispnea, angina, Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.
TABEL 2. I
INTERVENSI PENURUNAN CURAH JANTUNG
Intervesi Rasional

Auskultasi nadi apical ; kaji Biasanya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat)
frekuensi, irama jantung untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas
ventrikel.
Palpasi nadi perifer Penurunan curah jantung dapat menunjukkan
menurunnya nadi radial, popliteal, dorsalis, pedis dan
posttibial. Nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur
untuk dipalpasi dan pulse alternan
Pantau TD Pada GJK dini, sedng atu kronis tekanan drah dapat
meningkat. Pada HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi
mengkompensasi dan hipotensi tidak dapat normal lagi.
Kaji kulit terhadap pucat dan
Pu Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer sekunder
sianosis terhadap tidak dekutnya curh jantung; vasokontriksi dan
anemia. Sianosis dapt terjadi sebagai refrakstori GJK.
Area yang sakit sering berwarna biru atu belang karena
peningkatan kongesti vena
Kolaborasi : Berikan oksigen
M Peningkatakan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard
tambahan dengan kanula untuk melawan efek hipoksia/iskemia. Banyak obat dapat
nasal/masker dan obat  sesuai digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup,
indikasi  (kolaborasi) memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan kongestif.
Berikan obat sesuai indikasi Meningkatkan volum sekuncup, memperbaiki
(diuretic, vasodilator, ACE kontraktilitas, menurunkan kongesti dan meningkatkan
inhibitor , sedative ) istirahat .

b. Aktivitas intoleran berhubungan dengan : Ketidak seimbangan antar suplai okigen.


Kelemahan umum, Tirah baring lama/immobilisasi. Ditandai dengan : Kelemahan,
kelelahan,  Perubahan tanda vital, adanya disrirmia, Dispnea, pucat, berkeringat
Tujuan /kriteria :
Klien akan : Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri sendiri, 
Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oleh menurunnya
kelemahan dan kelelahan.

17
TABEL 2.2
INTERVENSI AKTIVITAS INTOLERANSI

Intervensi Rasional

Periksa tanda vital sebelum dan Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena
segera setelah aktivitas, efek obat (vasodilasi), perpindahan cairan (diuretic) atau
khususnya bila klien pengaruh fungsi jantung.
menggunakan vasodilator,diuretic
dan penyekat beta.

Catat respons kardiopulmonal


PePenurunan / ketidak mampuan miokardium untuk
terhadap aktivitas, catat takikardi,Mmeningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dapat
diritmia, dispnea berkeringat dan menyebabkan peningkatan segera frekuensi jantung dan
pucat. kebutuhan oksigen juga peningkatan kelelahan dan
kelemahan.
Evaluasi peningkatan intoleran Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung 
aktivitas daripada kelebihan aktivitas.

Kolaborasi: Lakukan  program Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja


rehabilitasi jantung/aktivitas jantung/konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan
(kolaborasi) perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila fungsi
jantung tidak dapat membaik kembali.

c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan : menurunnya laju filtrasi glomerulus


(menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air.
ditandai dengan : Ortopnea, bunyi jantung S3,  Oliguria, edema,  Peningkatan berat badan,
hipertensi,  Distres pernapasan, bunyi jantung abnormal.

Tujuan /kriteria  :
Klien akan : Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan dan
pengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas, tanda vital dalam rentang yang dapat diterima, berat
badan stabil dan tidak ada edema, Menyatakan pemahaman tentang pembatasan cairan
individual.

18
TABEL 2.3
Kelebihan Volume Cairan

Intervensi Rasional

Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat
warna saat dimana diuresis terjadi. karena penurunan perfusi ginjal.

Pertahakan duduk atau tirah baring dengan pekat karena penurunan perfusi ginjal. Posisi
posisi semifowler selama fase akut. terlentang membantu diuresis sehingga
pengeluaran urine dapat ditingkatkan selama
tirah baring.
posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal
dan menurunkan produksi ADH sehingga
meningkatkan diuresis.

Pantau TD dan CVP (bila ada) Hipertensi dan peningkatan CVP


menunjukkan kelebihan cairan dan dapat
menunjukkan terjadinya peningkatan
kongesti paru, gagal jantung.

Kaji bising usus. Catat keluhan anoreksia, mual, Menunjukkan kelebihan cairan dan dapat
distensi abdomen dan konstipasi. menunjukkan terjadinya peningkatan
kongesti paru, gagal jantung.

Pertahankan cairan/pembatasan natrium Menurunkan air total tubuh/mencegah


sesuai indikasi reakumulasi cairan.

d. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan menbran kapiler-
alveolus.

Tujuan /kriteria  :
Klien akan : Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenisasi dekuat pada jaringan ditunjukkan
oleh oksimetri dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan., Berpartisipasi
dalam program pengobatan dalam btas kemampuan/situasi.

19
TABEL 2.4
RESIKO TINGGI GANGGUAN PERTUKARAN GAS

Intervensi Rasional

Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif, nafas Membersihkan jalan nafas dan memudahkan
dalam. aliran oksigen.

Dorong perubahan posisi. Membantu mencegah atelektasis dan


pneumonia

Berikan obat (bronkodilator, Lasix) sesuai Meningkatkan aliran oksigen dengan


indikasi mendilatasi jalan nafas, menurunkan kongesti
alveolar dan meningkatkan pertukaran
oksigen

e. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama,
edema dan penurunan perfusi jaringan.
Tujuan/kriteria  :
Klien akan : Mempertahankan integritas kulit,  Mendemonstrasikan perilaku/teknik
mencegah kerusakan kulit.

TABEL2. 5
RESIKO TINGGI TERHADAP KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT

Intervensi Rasional

Pantau kulit, catat penonjolan tulang, Kulit beresiko karena gangguan sirkulasi
adanya edema, area sirkulasinya perifer, imobilisasi fisik dan gangguan status
terganggu/pigmentasi atau nutrisi.
kegemukan/kurus.

Pijat area kemerahan atau yang memutih Memperbaiki sirkulasi waktu satu area yang
mengganggu aliran darah.

Ubah posisi sering ditempat tidur/kursi, Meningkatkan aliran darah, meminimalkan


bantu latihan rentang gerak pasif/aktif. hipoksia jaringan.

Berikan perawtan kulit, minimalkan Terlalu kering atau lembab merusak


dengan kelembaban/ekskresi. kulit/mempercepat  kerusakan.

20
BAB III
LAPORAN ANALISA KASUS
CONGESTIF HEART FAILURE (CHF)

A.    IDENTITAS DIRI KLIEN


Nama : Ny ” N ” Tgl masuk RS      : 11 April  2017
TTL : 31 /12/1947 NO RM.                  : 001525
Umur : 70 Tahun
Alamat : Pulau seberang BKN
Status Perkawian : Menikah
Agama : Islam
Alamat : jl.A.Rahman Saleh Bkn
Suku : Melayu                                
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Sumber Informasi: Pasien, keluarga, RM
Keluarga yg dapat dihubungi : Ny.”M”
Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT

B.     RIWAYAT KESEHATAN


1. Keluhan utama : sesak nafas
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien masuk rumah sakit pada tanggal 11 April 2017 dengan keluhan sesak nafas, perut
membesar yang dialami sejak 4 minggu terakhir,perut dirasakan semakin hari semakin
membesar.
3. Keluhan saat dikaji :
Pada saat pengkajian tanggal 12 April 2017 klien masih mengeluh sesak nafas, batuk,
tampak asites,  aktifitas klien dibantu keluarga, klien mengatakan merasa lemas, tampak
udem pada ekstremitas bawah, terpasang IVFD NaCl 0,9 % 20 tpm, terpasang kateter 500
cc.
4. Terapi yang dijalani :
Saat ini klien hanya minum obat sesuai dengan instruksi dokter.

21
C.    RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
1. Riwayat penyakit sebelumnya
Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di Rumah Sakit Karena sakit yang sama
2. Riwayat kesehatan keluarga.
Klien mengatakan mengalami sakit yang sama dengan dirinya, dan ibu klien meninggal
karena faktor usia.

DIAGRAM 1
GENOGRAM SILSILAH KELUARGA

 GI     : Kakek dan nenek dari ayah dan ibu klien meninggal karena faktot usia

22
  G II   : Ayah klien meninggal karena penyakit yang sama dengannya dan Ibunya meninggal
karena faktor usia
G III :  klien sendiri tlah mengalami penyakit CHF  ± 2 Tahun yang lalu dan memberat 1
bulan yang lalu.
D. ASPEK PSIKOSOSIAL
1.      Persepsi klien saat ini :
a. Hal yang dipikirkan saat ini :
Klien memikirikan tentang kesehatannya, dia hanya ingin cepat sembuh .
b. Harapan setelah menjalani perawatan :
Klien hanya berharap bisa sembuh dan segera pulang ke rumah.
2.      Social/ interaksi
a. Hubungan klien dengan keluarga :
Klien dapat berinteraksi baik dengan keluarga, dan selama sakit banyak keluarga yang
dating mengunjunginya.
a. Hubungan klien dengan tetangga :
Klien mengatakan di wilayah tempat tinggalnya, klien dapat berinteraksi dengan
tetangga di  sekitarnya.
b. Dukungan keluarga :
Klien mengatakan semua keluarga selalu memberikan dukungan dan support selama
sakit.
c. Reaksi saat interaksi :
Klien tampak ramah dan bisa bersosialisasi dengan orang-orang sekitar .
3.      Spiritual / kepercayaan
a. Kegiatan yang dilakukan selama sakit :
Selama sakit klien hanya bisa berdoa agar dirinya cepat sembuh
b. Tanggapan mengenai kondisi saat ini terkait dengan kepercayaan klien :
Klien hanya mengganggap ini adalah cobaan dari Tuhan.

E. AKTIVITAS SEHARI-HARI
1. Pola Nutrisi :
TABEL 3.1
POLA NUTRISI

Sebelum Sakit Selama Sakit

23
Frekuensi  3X/hari Frekuensi : 3x sehari
 Jenis makanan : Nasi, sayur,lauk.  Jenis makanan : bubur
 Makanan yang disukai: semua jenis  Porsi makan tidak dihabiskan
makanan.  Buburnya tidak di habiskan
 Porsi makan di habiskan  Nafsu makan kurang
 Nafsu makan baik.  Klien hanya makan 3 – 4 sendok
 Makanan pantangan tidak ada makan.

1. Pola Eliminasi BAB


TABEL 3.2
POLA ELIMINASI BAB
Sebelum Sakit Selama Sakit
-    Frekuensi 1x/hari -  Frekuensi 1x/ 2-3 hari
-    Waktu : pagi -  Waktu : tidak menentu.
-    Konsistensi : Padat pasta -  Konsistensi : lunak

2. Pola Eliminasi BAK


TABEL 3.3
POLA ELIMINASI BAK
Sebelum sakit Selama sakit
-    Frekuensi 4-5 x/hari -    1300 ml /24 jam
-    Warna : kuning -    Warna : kuning keruh
-    Bau : amoniak -    menggunakan kateter
-    Tanpa kateter -    Bau : amoniak

3. Pola Tidur dan Istirahat


TABEL 3.4
POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT
Sebelum Sakit Selama Sakit
-       Frekuensi  2 x /hari -        Frekuensi : tidak menentu
-       Waktu : siang dan malam -        Kebiasaan pengantar tidur tidak ada.
-       Jam tidur : 14:00 pada siang hari dan
jam 21:00 pada malam hari
-       Kebiasaan pengantar tidur tidak ada

4. Pola Aktifitas Dan Latihan


TABEL 3.5
POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
Sebelum Sakit Selama Sakit
-    Olahraga : klien jarang olahraga -       Klien tidak melakukan pekerjaannya,

24
- Kegiatan di waktu luang : kumpul sama klien hanya beristrahat di tempat tidur.
keluarga -        Klien mengatakan aktivitasnya di
bantu
-       Semua kebutuhan klien di bantu oleh
keluarga

5. Pola Pekerjaan
TABEL 3.6
POLA PEKERJAAN
Sebelum sakit Selama sakit
-   Jenis pekerjaan : petani -     Klien tidak melaksanakan aktivitas
-   Jumlah Jam Kerja:  tidak menentu sehari-hari pada saat sakit hanya
berbaring di tempat tidur

F. PEMERIKSAAN  FISIK
1. Kesadaran  :  Composmentis (GCS :15)     Keadaan umum : lemah
2. Tanda-tandaVital :
TD : 160/110 mmHg         N : 100 x/i
P   : 28 x/i                        S : 36,5 º C
3. Antropometri :
BB : 70 kg
TB : 170 kg
4. System pernapasan
a. Hidung : tidak ada pernapasan cuping hidung
b. Leher : tak ada pembesarn tiroid
c. Dada : bentuk dada normal chest
d. Saturasi o2 : 99%
5. Sister cardiovaskuler :
a. Congjungtiva : tidak tampak anemis
b. CRT : kurang dari 3 detik
c. Pulsasi nadi perifer ; nadi teraba kuat :100x/menit
6. Sistem pencernaan :
a. Bibir, mukosa :tampak lembab
b. Keadaan mulut : tampak baik
c. Inspeksi abdomen : tampak asites
7. System indera
a. Mata
o Inspeksi
1) Konjungtiva               : Tidak anemis

25
2) Ukuran pupil              : Mengecil bila terkena cahaya     
b. Hidung
o Inspeksi :
Bentuk hidung simetris kanan dan kiri
o   Palpasi :
Sinus baik, tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri tekan
c. Telinga
o Keadaan daun telinga : baik
o Fungsi pendengaran : baik
8. System syaraf
a. Fungsi cerebral :
o Status mental : baik
o Tingkat kesadaran : composmentis
b. Fungsi motorik
o Kekuatan otot
5     5
5     5
c. Fungsi sensorik
o Suhu : 36,5 C
o Nyeri : klien mengatakan kadang-kadang nyeri pada bagian abdomen
9. Ekstremitas
Ekstremitas atas          :
a. klien dapat menggerakkan kedua tangannya
b. Ekstremitas bawah      : tampak udem pada kedua kakinya.
10. Genetalia
Terpasang kateter

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
         Pemeriksaan labolatorium tanggal 11/04/2017

TABEL 3.7
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksan Hasil Nilai normal
Analisa Gas Darah
PH 7.49 7.35-7.45
pCO2 29.4 mmHg
SO2 99.0 %
PO2 120.4 80.0-100.0mmHg

26
HCO3 22.6 22-26 mmol/l
ctO2 15.3 Vol%
ctCO2 23.5 Mmol/l
BE -1.0 -2 s/d +2
        Kesan : alkalosis respiratorik
12/11/2017 Pemeriksaan USG

HASIL  :
o Hepar : ukuran membesar, ujung permukaan regular,ujung tajam, tidak tampak SOL,
tampak dibatasi vena-vena hepatica
o : Dinding tidak menebal, tidak tampak echo batu didalamnya.
o Pankreas : bentuk, ukuran dan echoparenkim dalam batas normal, tidak tampak
massa/ cyst/lesi patologik lainnya.
o Lien : bentuk, ukuran dan echopaenkim dalam batas normal, tidak tampak nodul-
nodul
o Kedua ginjal : bentuk ukuran dan echoparenkim dalam batas normal,tidak tampak
echo batu maupun mass/cyst/lesi patologik lainnya
o Vesica urinaria : dinding tidak menebal, mukosa regular, tidak tampak batu echo
didalamnya.

      Kesan  : hepatomegaly dengan tanda-tanda  Congestive Liver

H. TERAPI MEDIS
      Tanggal  11/04/ 2017
TABEL 3.8
TABEL TERAPI MEDIS

Obat Dosis Rute Indikasi Kontraindikasi


furosemide 40 mg/12 IV Furosemida adalah suatu          Pasien dengan
jam derivat asam antranilat yang gangguan defisiensi
efektif sebagai diuretik. kalium, glomerolunefritis
Mekanisme kerja akut, insufisiensi ginjal
furosemida adalah akut, wanita hamil dan
menghambat penyerapan pasien yang hipersensitif
kembali natrium oleh sel terhadap furosemida.
tubuli ginjal. Furosemida          Anuria.
meningkatkan pengeluaran          Ibu menyusui.

27
Obat Dosis Rute Indikasi Kontraindikasi
air, natrium, klorida, kalium
dan tidak mempengaruhi
tekanan darah yang normal.
Furosemida efektif untuk
pengobatan berbagai edema
seperti: Edema karena
gangguan jantung, Edema
yang berhubungan dengan
ganguan ginjal dan sirosis
hati, Supportive measures
pada edema otak, Edema
yang disebabkan luka bakar,
Untuk pengobatan
hipertensi ringan dan
sedang, Pendukung diuresis
yang dipaksakan pada
keracunan.
Amludipine 10 Oral Amlodipin adalah obat Amlodipin relatif aman
mg/24jm tekanan darah tinggi dan tidak ada
(hipertensi). Obat ini adalah kontraindikasi khusus.
obat hipertensi yang paling Satu-satunya kondisi yang
sering diresepkan di tidak boleh obat ini
Indonesia setelah captopril. diberikan ialah alergi
Terdapat banyak golongan (hipersensitivitas) terhadap
obat antihipertensi. amlodipin. Namun
Amlodipin termasuk ke amlodipin perlu
dalam golongan obat pengawasan dokter bila
penghambat kanal kalsium. diberikan pada kondisi
berikut:
Selain untuk hipertensi,          Gagal jantung akut
amlodipin juga          Hipotensi yang
diindikasikan untuk disertai gejala seperti
penyakit berikut: pingsan;
         Bengkak pada kaki
1. Penyakit jantung
yang semakin bertambah;
koroner, dan
         Kelainan fungsi
2. Nyeri dada (angina)
jantung (kardiomiopati

28
Obat Dosis Rute Indikasi Kontraindikasi
hipertrofi);
         Kelainan fungsi hati
Diovan 80 Oral Pengobatan hipertensi, Hamil, laktasi, kerusakan
mg/24jm terapi gagal jantung pada hati yang berat, sirosis,
pasien yang intoleransi obstruksi bilier.
terhadap ACE inhibitor.
Pasca infark miokard.
Aspilet 80 mg/24 Oral Untuk menurunkan demam, Penderita hipersensitif
jam meringankan sakit kepala, (termasuk asma). Penderita
sakit gigi dan nyeri otot. tukak lambung (maag),
pernah atau sering
mengalami perdarahan di
bawah kulit (konsultasikan
dengan dokter). Penderita
hemofilia dan
trombositopenia, karena
dapat meningkatkan risiko
7terjadinya perdarahan.
Penderita yang sedang
terapi dengan antikoagulan
(konsultasikan dengan
dokter).

TABEL 3.9
ANALISA DATA
NO DATA MASALAH ETIOLOGI

1. Data Subjektif : Pola nafas tidak Ketidak adekuatan


Klien mengatakan sesak nafas efektif ventilasi
Data Objektif :
1.      RR : 28x/i
2.      Klien tampak gelisah

2 Data Subjektif  : Kelebihan volume adanya oedem


           Klien mengatakan perutnya cairan
membesar
          Klien mengatakan bengkak pada
kedua kaki

29
Data Objektif  :
1.      Lingkar perut : 90 cm
2.      Nampak oedema pada kedua
ekstremitas bawah
3.      Hasil USG abdomen : hepatomegaly
dengan tanda-tanda  Congestive Liver
3 Data Subjektif  : Intoleransi aktifitas ketidakseimbangan
1.      Klien mengatakan selama sakit aktifitas antara suplai O2
klien dibantu keluarga dengan kebutuhan
2.      Klien mengatakan merasa lemas dan kelemahan
Data Objektif  : fisik
1.      Keadaan Umum  Lemah

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Pola Napas tidak Efektif b/d ketidakadekuatan ventilasi
2.      Kelebihan Volume cairan b/d adanya oedem
3.      Intolenrasi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2 dengan
kebutuhan dan kelemahan fisik

30
TABEL 3.10
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama pasien  : Ny “N ”                                                                 


No.RM           : 001525

NO  Data Tujuan Intervensi Rasional


1.1.      Pola Napas tidak Efektif b/d Tujuan : 1.      Auskultasi bunyi napas, catat krekels
1.     Menyatakan adanya kongesti paru/pengumpulan
ketidakadekuatan ventilasi Setelah dilakukan intervensi sekret,menunjukan kebutuhan untuk intervensi lanjut
Data Subjektif : keperawatan diharapkan klien 2.      Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia
Klien mengatakan sesak nafas tidak mengeluh sesak napas 2.      Dorong perubahan posisi Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan dan
Data Objektif : kriteria hasil : 3.      Pertahankan duduk dikursi/tirah meningkatkan ekspansi paru maksimal
1.      RR : 28x/i 1.      Ventilasi dan oksigenasi baring dengan kepala tempat tidur 4.     
2.      Klien tampak gelisah adekuat tinggi 20-30 derajat, posisi semi
3.      Terapi : terpasang O2 5 2.      Bebas gejala distres pernapasan fowler
Liter 3.      Berpartisipasi dalam program 4.      Berikan oksigen sesuai indikasi Meningkatkan konsentrasi oksigen  alveolar yang dapat
2.        pengobatan dlam batas 5.      Motoring tanda-tanda vital memperbaiki/ menurunkan hipoksemia jarigan  Indikator
kemampuan/situasi keadekutan perfusi sistemi

2. Kelebihan Volume cairan b/d Tujuan : 1.      Kaji kebutuhan cairan 1.      Tergantung pada situasi, cairan dibatasi atau diberikan
adanya oedem Setelah dilakukan intervensi terus. Pemberian informai melibatkan pasien dan

31
NO  Data Tujuan Intervensi Rasional
Data Subjektif  : keperawatan diharapkan, dengan meningkatkan rasa terkontrol dan kerjasama dalam
          Klien mengatakan kriteria hasil : program
perutnya membesar 1.      Volume cairan stabil dengan 2.      Pantau tanda- tanda  vital
          Klien mengatakan kesimbangan masukan/haluaran 2.      Kekurangan cairan mungkin dimanifestasikan oleh
bengkak pada kedua kaki 2.      Tidak ada edema hipotensi dan takikardi karena jantung mencoba untuk
Data Objektif  : mempertahankan curah jantung
          Tampak asites 3.      Evaluasi turgor kulit pada edema
          Nampak udem pada kedua 3.      Indikator langsung status cairan/perbaikan
ekstremitas bawah ketidakseimbangan
          Hasil USG abdomen : 4.      Berikan cairan IV melalui alat
hepatomegaly dengan tanda- kontrol 4.      Cairan dapat dibutuhkan untuk  mencegah dehidrasi,
tanda  Congestive Liver meskipun pembatasan cairan mungkin diperlukan bila
          pasien GJK
TTV :  
TD : 160/110 mmHg
P    : 22x/i
N   : 100X/i  
S   : 36,7 C
3. Intolenrasi aktifitas Tujuan : 1.  Catat respons kardiopulmonal 1.      Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk
berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi terhadap aktivitas, catat takikardi meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dapat
ketidakseimbangan antara keperawatan diharapkan klien menyebabkan peningkatan segera frekuensi jantung dan

32
NO  Data Tujuan Intervensi Rasional
suplai O2 dengan kebutuhan dapat memenuhi kebutuhn diri kebutuhan oksigen juga peningkatan kelelahan dan
dan kelemahan fisik sendiri kelemahan.
Data Subjektif  : Kriteria  hasil : 2.  Kaji penyebab kelemahan 2.      Kelemahan adalah efek samping beberapa obat. Nyeri
1.      Klien mengatakan selama 1.      Berpartisipasi pada aktivitas dan program penuh stres menyebabkan kelemahan
sakit aktifitas klien dibantu yang diinginkan 3.      Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung
keluarga 2.      Mencapai peningkatan toleransi 3.Evaluasi peningkatan intoleransi daripada kelebihan aktivitas
2.      Klien mengatakan lemah aktivitas yang dapat diukur, aktivitas 4.      Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa
Data Objektif  : menurunnya kelemahan dan mempengaruhi stres miokard/kebutuhan oksigen
1.      Keadaan Umum  Lemah kelelahan 4.Berikan bantuan dalam aktivitas berlebihan
2.      TTV :TD : 160 / 110 perawatan diri sesuai indikasi.
mmHg
  N   : 100 x/menit
P    : 22x/menit S : 36,5 ◦c
3.      ADL dibantu

33
BAB IV
PEMBAHASAN

                Setelah melakukan pengkajian dan memberikan asuhan keperawatan pada Ny.”N”
dengan gangguan system kardiovaskluer : Congestif Heart Failure di ruang perawatan
SAHABAT RSUD Bangkinang tanggal 11 April 2017 kemudian akan diperbandingkan
adanya kesenjangan antara teori dan praktek dalam ruang lingkup asuhan keperawatan dan
pengkajian sampai evaluasi.

A.    Pengkajian
              Merupakan tahap awal dalam mengumpulkan data pada klien. Pada tahap pengkajian
pada Ny.”N”  yang menjadi sumber informasi dalam pengumpulan data adalah klien, dan
keluarganya di ruang perawatan SAHABAT RSUD Bangkinang.

B.     Diagnosa Keperawatan


              Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus dengan gangguan yaitu : pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan ventilasi, kelebihan volume cairan
berhubungan dengan udem, dan intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai O2 dengan kebutuhan dan kelemahan fisik.

C.    Rencana Asuhan Keperawatan


             Rencana keperawatan disusun berdasarkan landasan teori yang disesuaikan dengan
kondisi klien berdasarkan masalah yang ditemukan pada saat pengkajian.

D.    Implementasi
               Pelaksanaan implementasi dilakukan selama 2 hari dan sesuai dengan intervensi
yang ada. Adapun dalam pelaksanaan implementasi ada diagnosa keperawatan yang belum
berhasil maka akan ditindak lanjuti sesuai dengan perkembangan klien.

E.     Evaluasi
             Langkah akhir dan proses keperawatan adalah evaluasi untuk menilai sejauh mana
keberhasilan asuhan keperawatan yang telah diberikan pada klien. Berdasarkan hasil evaluasi
yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 13 April 2017 dapat disimpulkan bahwa 3 diagnosa
keperawatan yang diangkat semua masalah teratasi.

BAB V
34
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
             Setelah melaksanakan Pengkajian Keperawatan peminatan terhadap klien dengan
gangguan kardiovaskuler khususnya pada Ny.”N” di ruang perawatan SAHABAT RSUD
Bangkinang, saya menyimpulkan sebagai berikut :
1.      Dalam penerapan asuhan keperawatan secara sistematis dari pengkajian sampai evaluasi
pada Ny.”N” dengan gangguan system kardiovaskuler ditemukan 3 diagnosa, yaitu :  pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan ventilasi, kelebihan volume cairan
berhubungan dengan udem, dan intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai O2 dengan kebutuhan dan kelemahan fisik.
2.      Setelah dilakukan implementasi terhadap masalah-masalah keperawatan diatas dan
dilakukan evaluasi kurang lebih 1 jam, 3 masalah yang diangkat semua belum teratasi.

B.     Saran
1.      Pelaksanaan asuhan keperawatan akan berhasil apabila ada kerjasama yang baik antara
sesama perawat, tim medis dan tenaga kesehatan lainnya karena itu hendaknya kerjasama
yang baik senantiasa dipelihara dan terus dipertahankan.
2.      Dalam peningkatan kualitas Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan, disarankan
kepada tim profesi keperawatan baik yang ada pada institusi maupun yang ada di lahan agar
bimbingan skill secara nyata dan langsung serta berkesinambungan dilahan praktek agar lebih
ditingkatkan lagi untuk pencapaian target seperti yang diharapkan. Dengan demikian akan
meningkatkan profesionalitas Perawat dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

35
https://evilprincekyu.wordpress.com (internet) (di unduh tanggal 21 Juni 2017)

Badan Libangkes Kementrian Kesehatan RI 2013 (internet) (di unduh tanggal


21 Juni 2016)

http://ac.ui.co.id (internet) (di unduh pada tanggal 21 Juni 2017)

http://www.Keperawatan-Medikal-Bedah.com (internet) (di unduh tanggal 21 Juni

2017)

Wajan Juni. (2011). Keperawatan Kardiovaskuler. Cetakan Kedua. Jakarta :


Salemba Medika

Udjianti (2010) Buku Ajar Penyakit Dalam (Jilid II V). Jakarta : Interna
Publising

Muttaqin, Arif. (2014) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan


Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika

Ardiansyah, Muhammad. (2012). Medikal Bedah. Cetakan Pertama.


Yogyakarta : Diva Pres

Nursalam. (2008). Proses dan Dokumentasi Keperawatan, Konsep dasar dan


Praktek. Edisi 2. Salemba Medika

Guyton. (2007) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, (alih bahasa : Irawatie.ai,edisi


11). Jakarta : EKG

Rohmah dan Walid S,. (2009). Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta : Ar- Ruzz Media

36
Robert, Prihajo. (2006). Pengkajian Fisik Keperawatan (Edisi Kedua). Jakarta : EGC

Adli, M. (2011). Urban Stress And Mental Health. City Health And Well Being.

London: London School Of Economics

Agustin, I. M., Keliat B.A., Mustikasari. (2015). Penerapan


tindakan keperawatan: terapi generalis terhadap
ketidakberdayaan pada lansia. Jurnal Ners. 10(2)

American Hearth Association. (2011). Cardiovascular Conditions.Diagnosis


And

Management In Chronic Heart Failure.National Heart Foundation Of Australia


Juni,16 2017

Heart-Failure-Qrg-2011.Pdf.

Arnold, E., & Boggs, K. U. (2011). Interpersonal Relationships: Professional


Communication Skills For Nurses (6th Ed.). St. Louis: Mosby
Arouri M.E.H, Youssef A.B, Nguyen-Viet C, Soucat A. (2014). Effects of urbanization
Demography Of Aging Harvard University

Aujoulat, Luminet & Deccache. (2007). The perspective of patient on their


experience of powerlessness. Quality Health Research, 17 (6), doi
10.117/1049732307302665

Bhatta, B. (2010). Analysis of urban growth and sprawl from remote sensing data.
Berlin:Springer.Juni,122016

Black, J.M. & Hawks, J.H. (2014). Medical surgical nursing, clinical management

for positive outcomes (8 th. Edition). Philadelpia: Wb.


Saunders Company Canadian Diabetes Association Clinical
Practise Guidelines. (2013). High Blood

Pressure & Diabetes. Juni 19, 2016. Http://Guidelines.Diabetes.Ca

Carpenito, L. J & Moyet. (2008). Nursing diagnosis


application to clinical practise. Lippincott: Wlliams
& Wilkins
Chest Heart And Stroke Scotland. (2014). Heart Series H4:
Living With High Blood Pressure. Glassgow: CHSS

Craven, R. F & Hirnle, C. J. (2003). Fundamental Of Nursing


Human Health And Function(4th Ed). Philadelphia
Lippincott Wiliams & Wilkins

Damanik, F., H., S. (2012). Membentang fakta dunia sosial:


Sosiologi. Jakarta: Bumi Aksara
Haruyama, S. (2011). The miracle of endorphine : Sehat
mudah dan praktis dengan hormon kebahagiaan.
Bandung : Penerbit Kaifa

Haworth, et al. (2005). Prevalance and predicators of anxiety


and depression in a sample of chronic heart failure with
lesft ventricular systolic dysfunction. The European
Journal Of Heart Failure. Doi:
10.1016/J.Ejheart.2005.03.001
Hayes, S., Jason, B. L., Frank W.B., Akohito. (2007). Act
Model, Processes, Outcomes. Journal Behavioral,
Research & Therapy.

Jeun, Y.H., et al. (2010). The experience of living with chronic


heart disease: a narrative review of qualitative studies.
Sydney: Biomedical Center Health Service Research.

Kanine, E., Helena N., Nuraini T. (2011). Pengaruh


terapigeneralis dan logoterapi individu tehadap respon
ketidakberdayaan klien diabetes melitus di rumah sakit
provinsi Sulawesi Utara. Tesis Fik Ui. Tidak
Dipublikasikan.

Kelley, D. (2014). Heart disease: Causes, prevention, and


current research. Jcc Honors Journals, 5(2)

Kivimaki, Et Al. (2005). Optimism & pesimis as predicators of


change in health after death or onset of severe illness in
family.Health Psychology, 24(4), 413-421
Legg, M. J. (2010). What is psychosocial care and how can
nurses better provide it to adult oncology patients.
Australian Journal Of Advanced Nursing, 28(3)

Lubkin & Larson.(2009). Chronic illness impact and


interventions. University Of Illinois Chicago Lll

Nanda International. (2015). Nursing diagnoses: Definitions


and classification 2012-2014. Made Sumarwati, Et Al
(Penerjemah). Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai