PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
wilayah di Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit ini, sebab baik
ditemukan di Surabaya pada tahun 1968, akan tetapi konfirmasi virologis baru
didapat pada tahun 1972. Sejak itu penyakit tersebut menyebar ke berbagai daerah,
sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia kecuali Timor-Timur telah
kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit
Kejadian Luar Biasa (KLB). KLB DHF terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan
Incidence Rate (IR) = 35,19 per 100.000 penduduk dan case fatality rate (CFR) 2%.
Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar 10,17%, namun tahun-tahun berikutnya
IR cenderung meningkat yaitu 15,99 (tahun 2000); 21,66 (tahun 2001); 19,24 (tahun
Di Provinsi Riau, berdasarkan jumlah kasus DHF tahun 2002 s.d. September
Data yang diperoleh dari ruang Anak RSUD Bangkinang, didapatkan data
DHF menempati urutan kedua dari sepuluh penyakit terbesar pada bulan Januari-
Desember 2015.
1
Berdasarkan data di atas, saya tertarik untuk mengangkat kasus tersebut
sebagai makalah pribadi, dengan judul ” Asuhan keperawatan pada An. A dengan
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada An. A dengan DHF di ruang Anak RSUD
Bangkinang.
keperawatan yang ada pada An. A dengan DHF di ruang Anak RSUD
Bangkinang.
klien.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Defenisi
virus) akut, ditularkan oleh nyamuk spesies Aedes Aeghepty (Nelson, 2000).
Demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (Nursalam dkk, 2005).
B. Etiologi
Penyebab utama demam berdarah dengue adalah virus dengue yang tergolong
jenis arbovirus melalui vektor utama aedes aegypti. Adanya vektor berhubungan erat
sanitasi lingkungan yang kurang baik, dan penyediaan air bersih yang langka.
C. Patofisiologi
Virus merupakan mikrooganisme yang hanya dapat hidup di dalam sel hidup.
Maka demi kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel manusia sebagai
tersebut sangat tergantung pada daya tahan pejamu, bila daya tahan baik maka akan
terjadi penyembuhan dan timbul antibodi, namun bila daya tahan rendah maka
perjalanan penyakit menjadi makin berat dan bahkan dapat menimbulkan kematian.
Individu yang mengalami infeksi yang kedua kalinya dengan serotipe virus dengue
yang heterolog mempunyai risiko berat yang lebih besar untuk menderita
DBD/Berat.
Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenai virus lain yang
kemudian berikatan dengan faktor reseptor dari membran sel leukosit terutama
makrofag. Oleh karena antibodi heterolog maka virus tidak dinetralisasikan oleh
3
Antibody Dependent Enhancement (ADE), suatu proses yang akan
meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel mononuklear. Sebagai
mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok. Replikasi virus dengue terjadi juga
dalam limfosit yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah
banyak.
demam dengue perjalanannya khas yang sangat sakit. Fase pertama yang relatif
ringan dengan demam mulai mendadak, malaise, muntah, nyeri kepala, anoreksia
dan batuk disertai sesudah 2–5 hari oleh deteriosasi klinis cepat dan kolaps.
badan panas, muka merah, keringat banyak, gelisah, iritabel, dan nyeri mid-
epigastrik. Seringkali ada petekie tersebar pada dahi dan tungkai; ekimosis spontan
mungkin tampak, dan mudah memar serta berdarah pada tempat pungsi vena adalah
lazim ruam makular atau makulopapular mungkin muncul dan mungkin ada sianosis
sekeliling mulut dan perifer. Pernafasan cepat dan sering berat. Nadi lemah, cepat
dan kecil dan suara jantung halus. Hal ini mungkin membesar sampai 4–6 cm
dibawah tepi kosta dan biasanya keras dan agak nyeri. Kurang dari 10% penderita
menderita ekimosis atau perdarahan saluran cerna yang nyata, biasanya pasca masa
Sesudah 24–36 jam masa kritis, konvalesen cukup cepat pada orang yang
sembuh. Suhu dapat kembali normal sebelum atau selama fase syok. Bradikardi dan
ekstrasistol ventrikel lazim selama konvaselen. Jarang, ada cedera otak sisa yang
Strain virus dengue 3 yang besirkulasi di daerah utama Asia Tenggara sejak tahun
1983 disertai dengan terutama sindrom klinis berat, yang ditandai oleh enselopati,
4
Berbeda dengan pola yang sangat khas pada anak yang sakit berat, infeksi
dengue sekunder relatif ringan pada sebagian besar keadaan, berkisar dari infeksi
yang tidak jelas sampai penyakit saluran pernapasan atas yang tidak terdiferensiasi
atau penyakit seperti dengue sampai penyakit serupa dengna penyakit yang diuraikan
5
D. Perjalanan Penyakit (Web Of Caution-WOC)
DHF/DBD
viremia
Vaskulitis Reaksi
imunologis
Permeabilitas vaskular
meningkat (dinding kapiler)
Hemokonsentrasi (peningkatan
Kebocoran plasma HCT >20 %), Hipoproteinemia,
Hiponatremia dan Efusi
serosa.
hipovolume
Peningkatan reabsorbsi air dan Na
oleh ginjal dan penurunan eksresi
Na urine serta peningkatan
syok osmolalitas
Hipoksia
jaringan
DIC Asidosis
metabolik
Perdarahan
6
E. Tanda dan Gejala
yaitu:
4. Limfadenopatia, ruam makulopapular dan mialgia bersifat lebih ringan pada DHF.
Sebaliknya Halstead dkk. (1970) berpendapat istilah itu harus dibatasi hanya
normal dan dengue yang berubah sifatnya (altered dengue). Dengan demikian,
berikut:
satu bentuk lain (petekie, purpura, ekimosis, epistaksis dan perdarahan gusi),
3. Perbesaran hati.
7
4. Renjatan yang ditandai oleh nadi lemah, cepat disertai nadi menurun (menjadi 20
mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistole menurun sampai 80
mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada
ujung hidung, jari dan kaki, penderita menjadi gelisah, timbul sianosis di sekitar
mulut.
Derajat II: Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan
lain.
Derajat III: Ditemukannya kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lembut,
tekanan nadi menurun (kurang dari 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit
Derajat IV: Renjatan berat dengan nadi yang tidak dapat diraba dan tekanan
F. Pemeriksaan Fisik
Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dari ujung rambut sampai
ujung kaki. berdasarkan tingkatan DHF, keadaan fisik adalah sebagai berikut:
2) Tingkatan II: Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan
spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak
teratur.
3) Tingkatan III: Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,
4) Tingkatan IV: Kesadaran koma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat dan kulit tampak
biru.
8
1. Kepala dan leher.
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam, mata anemis,
hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada Tingkatan II, III, IV.
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi
2. Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat
adanya cairan yang tertimbun pada paru-paru sebelah kanan (efusi pleura),
rales (+), ronchi (+) yang biasanya terdapat pada Tingkatan III dan IV.
3. Abdomen
4. Ekstremitas
5. Sistem Integumen:
Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Leukosit: Dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui
9
e. Protein atau albumin: dapat terjadinya hhipoproteinemia akibat kebocoran
plasma.
i. Golongan darah dan crossmatch: bila akan diberikan transfusi darah atau
komponen darah.
dengue.
2. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya
dalam posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur pada posisi badan sebelah
kanan).
3. Pemeriksaan USG
Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG.
(Sudoyo, 2007).
G. Diagnosa Keperawatan
kebocoran plasma
(viremia)
4. Gangguan rasa nyaman: nyeri otot dan persendian berhubungan dengan proses
10
H. Intervensi Keperawatan
Rasional
No Intervensi Keperawatan
1 Kaji adanya riwayat perdarahan.. Menentukan tingkat perdarahan
sebagai pedoman intervensi.
2 Jika ada perdarahan, catat: jumlah, Merupakan data untuk mengetahui
frekuensi dan jenis perdarahan. langkah selanjutnya.
3 Arahkan keluarga untuk membantu Cedera dapat menyebabkan
aktivitas fisik yang dapat perdarahan.
membahayakan klien.
4 Pantau adanya perubahan hasil Sebagai acuan tingkat keberhasilan
laboratorium: Hemoglobin, Hematokrit, pemberian asuhan keperawatan.
Trombosit, leukosit.
5 Batasi pergerakan, anjurkan klien Mengurangi beratnya kerja hepar.
bedrest total.
6 Jelaskan pada keluarga alasan klien Meningkatkan pengetahuan
dilakukan bedrest total. keluarga.
7 Kaji adanya perasaan pusing atau Sebagai pencegahan cidera, dan
oyong saat berjalan. adanya syok hipovolemik.
8 Hindari klien dari lingkungan yang Kejadian cidera dapat
menyebabkan klien terjatuh. menyebabkan perdarahan baru
yang jauh lebih membahayakan.
(viremia)
1 Mandiri:
Kaji saat terjadinya demam serta DBD di dahului oleh demam tinggi,
karakteristik maupun pola demam. terus-menerus berlangsung 2–7
hari.
2 Observasi tanda-tanda vital secara Tanda vital sebagai acuan keadaan
teratur dan laporkan segera bila disertai umum pasien.
kejang.
Rasional
Selanjutnya;
No Intervensi Keperawatan
11
3 Kompres hangat bila suhu lebih dari 38º Membantu menurunkan suhu tubuh
C dan bila lebih dari 39º C lakukan melalui proses evaporasi atau
“tepid water sponge”. penguapan panas tubuh.
4 Berikan cairan oral bila pasien masih Mengimbangi pengeluaran cairan
bisa minum. akibat peningkatan suhu tubuh.
3 Gangguan rasa nyaman: nyeri otot dan persendian berhubungan dengan proses
12
4. Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding
1 Mandiri:
Palpasi nadi perifer, perhatikan Kekuraangan cairan menyebabkan
pengisian kapiler, warna, atau suhu kulit gangguan perfusi dan kolaps
dan observasi tanda-tanda vital setiap sirkulasi
15 menit.
2 Pantau pengeluaran urin, ukur atau Sebagai dasar pemenuhan
perkirakan kehilangan cairan dari semua kebutuhan pengganti cairan yang
sumber, missal muntah dan diaphoresis. hilang.
3 Catat balance cairan tiap 8 jam, Intake Menentukan deficit atau overload
dan output. cairan.
4 Penuhi kebutuhan cairan (sesuai Cairan kristaloid memberikan
program terapi) kristaloid atau koloid. perbaikan sirkulasi segera, koloid
mengembalikan cairan-cairan ke
dalam vaskuler.
5 Pantau peningkatan Tekanan darah tiba- Perbaikan kekurangan cairan terlalu
tiba atau nyata, gelisah, batuk, despneu, cepat dapat menurunkan system
sputum banyak. kardiopulmonal.
6 Waspada terhadap keamanan pasien, Kekurangan cairan menyebabkan
pasang restrain tempat tidur, observasi penurunan perfusi serebral terjadi
sering. penurunan kesadaran, resiko
terjatuh.
7 Kolaborasi:
Siapkan pemberian obat-obatan Meningkatkan sirkulasi.
inotropik atau vasoaktif sesuai program
terapi.
8 Bila diperlukan berikan trombosit atau Mengganti kehilangan komponen
PRC atau FFP sesuai program terapi. darah.
9 Awasi reaksi tranfusi. Meminimalkan efek rekasi tranfusi.
13
5. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
1 Mandiri:
Kaji keluhan mual, nyeri menelan dan Sebagai dasar untuk menetapkan
muntah. metode pemberian nutrisi.
2 Berikan makanan yang mudah ditelan Meningkatkan asupan makanan
(lunak) dan hidangkan selagi hangat. karena mudah ditelan.
3 Berikan makanan dalam porsi kecil dan Menghindari mual dan muntah
sering. akibat porsi makan yang besar.
4 Catat intake nutrisi dan cairan per 24 Mengetahui asupan nutrisi dan
jam. cairan pasien.
5 Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian antiemetik dan Meningkatkan asupan nutrisi jika
nutrisi serta cairan perparenteral (sesuai intake peroral tidak mencukupi.
program medik).
14
BAB III
GAMBARAN KASUS
A. Pengkajian
B. Keluhan Utama
1. Alasan Masuk RS
Sebelum masuk RS, pasien demam tinggi, tidak menggigil. Pasien mengeluh
mual, tidak ada muntah, sakit kepala, sakit sendi, mencret 1 kali dengan warna
feses kuning, tidak ada lendir, tidak ada darah, kurang nafsu makan.
3. Diagnosa Medis
DHF
1. Masa Prenatal
Usia gestasi: cukup bulan (9 bulan 10 hari)
Usia ibu hamil: 28 tahun
Tidak ada riwayat infeksi, DM, hipertensi, pemeriksaaan ANC tidak teratur
2. Masa Intranatal
Persalinan normal, waktu persalinan ± 1 jam, tempat bersalin di rumah bidan.
3. Masa Postnatal
BB Lahir: 2900 gr
Panjang badan lahir: 49 cm
Tidak ada kelainan fisik
15
D. Riwayat Kesehatan Masa Lampau
1. Penyakit yang pernah diderita: Klien pernah menderita sakit demam, batuk dan
pilek
dan biasa berobat ke puskesmas terdekat.
Klien tinggal serumah dengan kedua orang tua dan satu orang saudara perempuan.
Dalam keluarga klien tidak ada anggota keluarga lain yang juga menderita DHF
KETERANGAN
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
X : Meninggal
16
F. Riwayat Sosial
1. Yang Mengasuh
Orang tua
5. Lingkungan rumah
Lingkungan tempat tinggal klien merupakan pemukiman padat, lingkungan
kurang bersih, di selokan banyak sampah menumpuk dan menyebabkan air
tergenang.
Kebutuhan Dasar
1. Makanan
Makanan yang disukai : Ayam, mie instan
Makanan yang tidak di sukai : Ikan
Selera makan : Nafsu makan klien kurang, klien mengeluh
mual, klien mengatakan hanya
menghabiskan ½ porsi makanannya
Alat makan yang digunakan : Piring dan sendok
Pola makan/jam : 3 x sehari, jenis diit makanan lunak
Kebiasaan waktu makan (jika ada) : Tidak ada
2. Pola tidur/jam : 3–7 jam sehari, tidak ada masalah
gangguan tidur
3. Mandi : Mandi 1x sehari
4. Aktivitas bermain : Tidak ada melakukan aktivitas bermain
selama di RS, namun banyak teman yang
berkunjung ke RS
5. Eliminasi : BAK: 5–6 x sehari, warna kuning jernih
BAB: 1 x sehari, warna kuning, konsistensi
tidak keras, tidak ada darah, tidak
berlendir.
Keadaan Kesehatan
1. Status Nutrisi
BB : 34 Kg
BB dahulu : 36 Kg (3 hari yang lalu)
TB : 149 cm
LILA : 18,5 cm
IMT : 15,31 (Kurus, Normal: 19-25 %)
2. Status Cairan
Pasien minum air putih jumlah ± 2,5 botol aqua ukuran sedang (± 1500 ml)
Pasien terpasang IVFD RL (40 tetes per menit)
3. Medikasi
Paracetamol tablet 3 x 1
Cefotaxim IV 2 x 500 mg
Vitamin B kompleks 3 x 1
17
4. Pemeriksaan penunjang
Hasil laboratorium
Tanggal 03-02-2016:
-
Leukosit : 1.600/mm3 N: 4.500–13.500 mm3
-
Trombosit : 45.000/mm3 N: 150.000–450.000/mm3
-
Hemoglobin : 12,3 gr/dl N: 11.500–15.500 mm3
-
Hematokrit : 32,8% N: 35–45%
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Tingkat kesadaran pasien kompos mentis, ekspresi baik, pasien kooperatif
Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 102 x permenit
Pernapasan : 20 x permenit
Suhu : 38,8 ° C
Integumen
Mata
Simetrisitas : Simetris
Alis & kelopak mata : Jarak Intercantus mata ± 2 cm, alis simetris, tidak ada
edema palpebra
Konjungtiva & sklera : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Refleks pupil : Respon cepat terhadap cahaya
Refleks kornea : Berkedip
Telinga
18
Muka, Hidung & Rongga mulut
Sistem Kardiovaskuler
Abdomen
Kontur abdomen
Abdomen datar
Bising usus
Positif pada keempat kuadran abdomen
19
Sistem Reproduksi
Perempuan
Payudara: puting susu simetris, areola merah muda
Genitalia: tidak ada nyeri, tidak ada perdarahan, tidak ada edema, tidak terpasang
kateter, belum mengalami menarche
Sistem Limfatik
Sistem Muskuloskletal
Cara berjalan
Normal, tidak ada kelainan
ROM ekstremitas
Klien mampu menggerakkan ekstremitas secara bebas
Clubfoot
Tidak ada
Iritasi meningeal
Tanda Kernig (-), klien tidak ada merasa nyeri pada saat lutut ditekuk dan diluruskan
Sistem Persarafan
Status Mental
Tenang, kooperatif
Fungsi Motorik
Mampu menggerakkan ekstremitas secara bebas, anak mampu duduk dan berdiri,
Kekuatan otot:
555 555
555 555
Uji Romberg
Hasil uji Romberg negatif
20
21
G. Analisa Data
DO:
-
Kulit tubuh teraba hangat
-
Suhu 38,8 ° C
-
Nadi 102 x permenit
-
Faring hiperemis
-
Leukosit: 1.600/mm3
DO:
-
Rumple leed test positif, terdapat ptekie
pada tangan.
-
Trombosit 45.000/mm3
3 DS:
Pasien mengatakan: Gangguan pemenuhan
-
nafsu makan berkurang, masih merasa mual nutrisi kurang dari
-
hanya menghabiskan ½ porsi makanan kebutuhan tubuh
-
Ibu klien mengatakan anak juga jarang
memakan makanan yang dibelikan oleh
keluarga dari luar RS (misal biskuit, roti,
bubur)
DO:
-
Tampak masih tersisa makanan ½ porsi pada
piring makan klien
-
BB sekarang 34 Kg
-
BB dahulu 36 Kg (3 hari yang lalu)
-
LILA 19 cm
-
IMT 15,31 (Kurus)
-
Hb: 12,3 gr/dl
H. Prioritas Keperawatan
22
I. Asuhan keperawatan
No Data Tujuan dan KH Intervensi Rasional
DX
1 Peningkatan suhu tubuh Tujuan : 1. Kaji saat timbulnya 1. Untuk mengidentifikasi
(hipertermia) b/d proses Hipertemia dapat demam pola demam pasien.
infeksi teratasi 2. Observasi tanda-tanda 2. Tanda-tanda vital
Objektif: Kriteria Hasil : vital: suhu, nadi, tensi, merupakan acuan untuk
Pasien mengatakan - Suhu tubuh pernafasan setiap 6 jam mengetahui keadaan
-
- Badan terasa panas dalam batas atau lebih sering. umum klien.
dan lemah. normal(36– 3. Anjurkan klien untuk 3. Peningkatan suhu tubuh
- Selama demam tidak 370C). banyak minum ± 2,5 mengakibatkan penguapan
ada menggigil, tidak - Mukosa lembab liter/24 jam dan tubuh meningkat sehingga
ada berkeringat tidak ada sianosis jelaskan manfaatnya perlu diimbangi dengan
malam. atau purpura bagi klien. asupan cairan.
Sabjektif: 4. Lakukan kompres 4. Dapat menurunkan
-
Kulit tubuh teraba hangat penguapan dan penurunan
hangat suhu tubuh.
-
- Suhu 38,8 ° C 5. Anjurkan untuk tidak 5. Pakaian yang tipis akan
-
- Nadi 102 x permenit memakai selimut dan membantu mengurangi
-
Faring hiperemis pakaian yang tebal panas dalam tubuh.
-
Leukosit: 1.600/mm3 6. Kolaborasi : 6. Pemberian cairan dan obat
Berikan terapi cairan antipiretik sangat penting
IVFD dan obat bagi klien dengan suhu
antipiretik. tinggi yaitu untuk
menurunkan suhu
tubuhnya.
9. Kolaborasi : 9.Kolaborasi :
- Berikan obat-obatan - Dengan pembarian obat
antasida (anti emetik) tersebut diharapkan intake
sesuai nutrisi klien meningkat
program/instruksi karena mengurangi rasa
dokter. mual dan muntah.
-
- Kolaborasi dengan ahli - Membantu proses
gizi dalam pemberian penyembuhan klien.
diit yang tepat.
24
Tgl / Jam DX Implementasi Evaluasi
05-02-2016 1 1. Mengkaji saat timbulnya demam 05-02-2016
Jam 09.30 wib 2. Mengobservasi tanda-tanda vital S : Os mengatakan demam naik
3. Menganjurkan klien untuk banyak turun
minum ± 2,5 liter/24 jam dan jelaskan O:
-
manfaatnya bagi klien. Kulit tubuh teraba hangat
-
4. Melakukan kompres hangat jika badan Suhu 38,8 ° C
-
panas Nadi 102 x permenit
-
5. Menganjurkan untuk memakai Leukosit: 1.600/mm3
pakaian tipis menyerap keringat - IVFD RL 40 tts/i
6. Kolaborasi : - Cefotaxim IV 2 x 500 mg
Memberikan terapi cairan IVFD dan obat - Paracetamol tab 3x250 mg
antipiretik. - Vitamin B kompleks 3 x 1
A : Peningkatan suhu tubuh
P : Tindakan dilanjutkan
06-02-2016 1 06-02-2016
Jam 10.00 wib S : Os mengatakan deman masih naik
turun
O:
-
Suhu : 37,3ºC
-
Leukosit: 1.600/mm3
-
IVFD RL 40 tts/i
-
Cefotaxim IV 2 x 500 mg
-
Paracetamol tab 3x250 mg
-
Vitamin B kompleks 3 x 1
A : Peningkatan suhu tubuh teratasi
sebagian
P : Tindakan dilanjutkan
07-02-2016 1 07-02-2016
Jam 09.15 wib S: Os mengatakan deman (-)
O:
-
Suhu : 36,3ºC
-
Leukosit: 1.600/mm3
-
IVFD RL 40 tts/i
-
Cefotaxim IV 2 x 500 mg
-
Paracetamol tab 3x250 mg
-
Vitamin B kompleks 3 x 1
A : Peningkatan suhu tubuh teratasi
P : Tindakan dihentikan
25
05-02-2016 2 1. Memonitor tanda-tanda perdarahan dan 05-02-2016
Jam 09.40 wib trombosit yang disertai dengan tanda- S : Pasien mengatakan:
-
tanda klinis. tidak ada perdarahan di gusi,
2. Menganjurkan klien untuk banyak hidung, telinga, mata.
istirahat. - BAB tidak hitam
3. Memberikan penyelasan pada keluerga - Urine tidak berdarah
untuk segera melaporkan jika ada tanda- O:
tanda perdarahan. - Rumple leed test positif, terdapat
4. Mengantisipasi terjadinya perdarahan ptekie pada tangan.
dengan menggunakan sikat gigi lunak, - Trombosit 75.000/mm3
memberikan tekanan pada area tubuh - Perdarahan (-)
setiap kali selesai pengambilan darah. - IVFD RL 40 tts/i
- Cefotaxim IV 2 x 500 mg
- Paracetamol tab 3x250 mg
- Vitamin B kompleks 3 x 1 tab
A : Resiko tinggi perdarahan lanjutan
P : Tindakan dilanjutkan
06-02-2016 2 06-02-2016
Jam 09.20 wib S : Pasien mengatakan:
-
tidak ada perdarahan di gusi,
hidung, telinga, mata.
-
BAB tidak hitam
-
Urine tidak berdarah
O:
- Rumple leed test positif.
-
Trombosit 95.000/mm3
-
Perdarahan (-)
-
IVFD RL 40 tts/i
-
Cefotaxim IV 2 x 500 mg
- Paracetamol tab 3x250 mg
- Vitamin B kompleks 3 x 1 tab
A : Resiko tinggi perdarahan lanjutan
teratasi sebagian
P : Tindakan dilanjutkan
07-02-2016 2 07-02-2016
Jam 09.40 wib S : Pasien mengatakan:
-
Tidak ada perdarahan di gusi,
hidung, telinga, mata.
-
BAB tidak hitam
-
Urine tidak berdarah
O:
- Rumple leed test positif.
- Trombosit 125.000/mm3
- Perdarahan (-)
- IVFD RL 40 tts/i
- Cefotaxim IV 2 x 500 mg
Tgl / Jam DX Implementasi Evaluasi
26
- Paracetamol tab 3x250 mg
- Vitamin B kompleks 3 x 1 tab
A : Resiko tinggi perdarahan lanjutan
teratasi
P : Tindakan dihentikan
06-02-2016 3
Jam 10.00 wib 06-02-2016
S : Pasien mengatakan:
-
nafsu makan sudah mulai normal,
mual, muntah tidak ada lagi
-
Sudah menghabiskan 1 porsi
makanan yang disediakan
O:
-
OS Tampak menghabiskan 1 porsi
makan yang disediakan.
-
BB sekarang 35 Kg
-
BB dahulu 36 Kg (3 hari yang lalu)
-
LILA 120 cm
Tgl / Jam DX Implementasi Evaluasi
27
-
IMT 15,35 (Kurus)
-
Hemoglobin: 13,3 gr/dl
-
IVFD RL 40 tts/i
-
Cefotaxim IV 2 x 500 mg
-
Paracetamol tab 3x250 mg
-
Vitamin B kompleks 3 x 1 tab
A : Perubahan nutrisi kurang dari
kebetuhan tubuh teratasi
P : Tindakan dihentikan
BAB IV
28
PEMBAHASAN
Pada BAB ini, saya akan membahas kesenjangan anatara tinjauan teoritis dan
tinjauan kasus pada klien dengan DHF di ruang Anak RSUD Bangkinang. Pembahasan
ini dibuat sesuai dengan proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,
1. Pengkajian
Ini merupakan tahap awal yang saya dilakukan dalam menerapkan asuhan
berarti karena adanya kerjasama yang baik anatara saya, pasien, keluarga pasien dan
2. Diagnosa keperawatan
Dalam menegakkan diagnosa saya mengacu kepada prioritas masalah. Pada teoritis
kasus yang telah saya dilakukan hanya ditemukan 3 diagnosa keperawatan yaitu
3. Intervensi
Perencanaan dirumuskan mengacu pada tinjauan teoritis yang ada , pada dasarnya
saya tidak menemukan kesenjangan yang berarti. Saya dapat melakukan sebagian
4. Implementasi
implementasi, saya bekerja sama dengan perawat dan tim medis lainnya agar tercapai
5. Evaluasi
29
Pada tahap ini dilakukan penilaian keberhasilan asuhan keperawatan dengan
membandingkan hasil yang telah dicapai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan
pada ke 3 diagnosa pada anak A. Hasil yang ditemukan pada kasus diagnosa
30
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Haemorragic Fever (DHF) di ruang Anak RSUD Bangkinang, maka saya dapat
dan teoritis.
untuk menentukan dan mengatasi masalah lain yang muncul pada pasien tersebut
B. Saran
1. Bagi perawat
Pada pengkajian diharapkan perawat dapat melaksanakan secara tepat dan benar,
sehingga dapat lebih akurat dalam menegakkan diagnosa dan dapat melakukan
2. Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan perawat sehingga perawat lebih
peka terhadap kebutuhan anak maupun orang tua dalam merawat anak sakit.
31
DAFTAR PUSTAKA
Aru, W. S., dkk. (2007). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta:FKUI.
Behrman. E. Richard, Kliegman. M. Robert, Arvin. M. Ann. (1999). Ilmu kesehatan anak
Medika
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Universitas Indonesia. (1986). Buku kuliah
32