A. Tenripadang Chairan
Abstract: This article unearths the sexual abuse to women. Using legal approach, this study
reveals that the goal of law in criminal punishment is essentially to protect the victim from crime,
especially raping. The criminal punishment to the person who commits crime is the right of the
victim who has suffered from psychological and physical aspects. Although the goal of the law is
very ideal, the implementation of the law is still far from ideal, since the rights of the victims of
raping are often abandoned. This is evident if we refer to the regulations in the Criminal
Punishment Law that QRUPDWLYHO\ QHJOHFWV WKH SURWHFWLRQ RI WKH YLFWLP¶V EDVLF ULJKWV ,Q DGGLWLRQ
the goal of the law in its juridical (normative) substance has not been in harmony with the
substance of Islamic law.
Kekerasan seksual terhadap wanita perempuan adalah sama. Hal ini dapat
bukan hanya merupakan masalah domes- GLOLKDW GDODP 6XUDW $Q 1LVDD¶ $\DW
tik atau pribadi, tetapi telah menjadi
masalah kemasyarakatan. Saat ini keke- 8-V \O SÉ:\È× VÙ X.®M©@ØoW V V °‰ Ô2È)Ùݦ\ ØD¯ XT
rasan terhadap seksual terhadap wanita
bisa saja terjadi dimana saja, dalam \ic-mÄc D¯ \I¯ ØFU ÕC°K% 8-V \OXT ž° ¯ ØFU ÕC°K%
bentuk pelecehan seksual, perkosaan
disertai penganiayaan dan pembunuhan
dan lain sebagainya. WD [ ‹ ‰D¯ \-ÆMV@ÙjW Œ © °LÙXSÄc =U›Q Õ™¯
Berdasarkan uraian latar belakang
yang telah dipaparkan maka yang menjadi
permasalahan adalah bagaimakah upaya
<nm¯ \\ ™-j¯ WÃ
perlindungan hukum terhadap perempuan Terjemahannya:
khusunya dalam penanggulangan tindak Dan jika kamu khawatirkan ada
kekerasan seksual terhadap perempuan? persengketaan antara keduanya,
Maka kirimlah seorang hakam dari
II. PEMBAHASAN keluarga laki-laki dan seorang hakam
dari keluarga perempuan. jika kedua
A. Perempuan dalam alquran
orang hakam itu bermaksud menga-
Dalam sejarah perkembangan Islam dakan perbaikan, niscaya Allah
kedudukan perempuan dalam struktur memberi taufik kepada suami-isteri
sosial kehidupan pada masyarakat Arab itu. Sesungguhnya Allah Maha
sangatlah memprihatinkan. Kedudukan mengetahui lagi Maha Mengenal.
perempuan dalam segala aspek kehidupan Merujuk pada ayat tersebut diatas,
sosial tidak diberi ruang oleh kaum laki- maka dapat disimpulkan bahwa Islam
laki. Perempuan dipandang hanyalah menganjurkan untuk mengangkat hakim
sebagai alat untuk pemuasaan nafsu seks dalam menyelesaikan perselisihan tersebut
kaum laki-laki. dengan semangan untuk mengurangi
Deskripsi mengenai perempuan kekerasan terhadap perempuan, dan bukan
yang cukup menonjol pada saat itu adalah kedudukan laki-laki yang lebih tinggi atas
apabila suami meninggal dunia, maka kedudukan perempuan.
saudara tertua laki-laki atau saudara laki- Sehingga, sangatlah diperlukan
laki lainnya mendapat waris jandanya. suatu kajian kritis guna menciptakan suatu
Bahkan kebiasaan mengubur bayi perem- kesadaran kritis mengenai pemahaman
puan hidup-hidup adalah suatu tindakan yang bersifat global tentang kedudukan
yang sangat merendahkan kaum perem- perempuan laki-laki adalah sederajat
puan, hal ini merupakan tindakan yang menuju transformasi gender dalam seluruh
sangat mudah dilakukan pada zaman Pra- aspek kehidupan.
Islam. Demikian pula pada lapangan
perkawinan yang mempunyai sifat B. Perempuan dalam Penegakan
posesif, yaitu tidak terjadinya pembatasan Hukum
mengenai jumlah perempuan yang boleh Masyarakat kita dewasa ini
dikawini oleh laki-laki pada masa hkususnya perempuan sedang dalam
tersebut. keresahan yang sangat mendalam,
Alquran merupakan rujukan prinsip sehingga para perempuan diharapkan
masyarakat Islam, pada dasarnya menga- berbuat sesuatu untuk mengurangi keresa-
kui bahwa kedudukan laki-laki dan han tersebut.
113 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 111-121
Harus diakui, dalam masyarakat ada seperti ke-adilan dan kebenaran saja,
suara-suara yang menyatakan bahwa tetapi juga untuk mencapai ketertiban dan
sebagian masyarakat kita kurang atau keamanan dalam masyarakat. Sebab
tidak peka terhadap hukum, dan bahwa ketertiban dan ke-amanan inilah yang
karena sudah terlalu biasa terjadi sangat dibutuhkan, apabila kita benar-
pelanggaran hukum maka orang sudah benar hendak mulai dengan tugas
acuh tak acuh terhadap pelaksanaan pembangunan di negara kita untuk
hukum. menuju kemakmuran dan keadilan sosial.
Namun demikian, para penegak Seringkalikali terdengar keluhan
hukum perempuan dalam bidangnya dalam masyarakat bahwa hukum yang
masing-masing dan bahkan diluar tugas kita tegakkan kurang dinamis, masih
formal sehari-hari telah ikut berusaha berbau kolonial dan sebagainya. Keluhan
menegakkan hukum yang adil di negara tersebut mencerminkan gejala perubahan
kita. Apakah mereka selalu berhasil dalam proses yang cepat dalam
adalah soal lain, karena untuk itu masyarakat.
tergantung pula dari faktor-faktor lain Tidak dapat dipungkiri bahwa
baik faktor intrern maupun faktor ekstern, proses lawmaking masih mengalami
ditambah dengan kenyataan bahwa masih kesulitan untuk mengimbangi semua
sedikit penegak hukum wanita pada proses perubahan dalam masyarakat,
dewasa ini yang mempunyai wewenang tetapi kita harus berpegang pada prinsip
menentukan policy dalam bidang peker- bahwa hukum hanya dapat ditegakkan
jaannya. Pada umum-nya mereka hanya apabila mendapat dukungan masyarakat
pelaksana saja. Sedangkan bagi hakim luas. Bagaimana hukum dapat kita
perempuan hanya terbatas pada perkara- tegakkan dengan baik, yang terpenting
perkara yang diserahkan kepadanya. ialah apakah para penegak hukum adalah
Memang perjuangan menuju ke- pejabat yang baik. Kekuasaan memrlukan
adilan merupakan perjuangan yang lama, kedewasaan jiwa, karena tanpa kede-
berat serta tidak glamorous. Selain itu wasaan jiwa lebih besar kemungkinan
per-juangan tersebut juga membutuhkan akan terjadi penyalahgunaan kekuasaan.
sarjana hukum yang mau bekerja keras Ditangan orang yang memiliki kede-
dan teliti serta membutuhkan kekuatan wasaan jiwa, kekuasaan memancarkan
jiwa dan raga yang besar. Namun yang nilai-nilai moral. Ini perlu karena tanpa
paling penting ialah membutuhkan nilai-nilai moral tak mungkin seorang
keberanian moral untuk menyatakan penegak hukum mendidik masyarakat
keyakinan apabila diperlukan dalam agar taat kepada hukum.
situasi tertentu. Dan disinilah terutama Pada umumnya penegak hukum
yang banyak dapat dilakukan oleh wanita bukanlah pencari nafkah utama
penegak hukum perempuan. bagi keluarganya, tetapi pada umumnya
Hal ini perlu kita hayati, sebab dari hanya berfungsi sebagai penambah nafkah
keluhan-keluhan masyarakat yang dapat saja atau bekerja untuk mengabdi kepada
kita baca dalam surat-surat kabar, masyarakat sebagai ungkapan terima
majalah-majalah dan media-media lainnya kasih dan tanggungjawabnya kepada
tampak gejala bahwa the rule ofl law masyarakat yang telah memberi kesem-
makin mundur lagi dinegara kita. Padahal patan untuk dapat menyelesaikan studinya
penega-kan the rule of law merupakan dengan baik. Karena itu, terutama para
syarat mutlak untuk mencapai kesejah- penegak hukum perempuan diharapkan
teraan dan kemakmuran rakyat. Bukan dapat menjadi para pejabat tang baik,
hanya demi tercapainya nilai-nilai luhur
114 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 111-121
HNRORJLV OLQJNXQJDQ KLGXS ³SHUNRVDDQ´ nafkah batin (seks) pada isterinya dengan
terhadap harkat kemanusiaan dan lainnya. cara mempergaulinya dengan baik (tidak
Jika ditelusuri, perkosaan memiliki peerlu dilakukan dengan kekerasan),
makna yang tidak harus dipahami secara sedangkan isteri (perempuan) ber-
sempit, sebagai istilah khusus dalam kewajiban melayani kebutuhan seksual
hubungan seks, tetapi menggambarkan tatkala suaminya membutuhkan.
bentuk budaya perampasan hak yang Kalaupun ada kekerasan seksual yang
berlangsung dalam kehidupan manusia. dilakukan suami pada isterinya, maka
Perkosaan menurut Kamus Besar selain hal itu merupakan bentuk pelang-
Bahasa Indonesia diartikan dengan garan etika berhubungan seksual juga bisa
1) paksa, kekerasan, 2) gagah, kuat, jadi suaminya sedang mengidap kelainan
perkasa. Sedangkan memeperkosa berarti yang membutuhkan kehadiran ahli medis
menundukkan dengan kekerasan, mengga- untuk memberikan terapi.
gahi, melanggar dengan kekerasan. Tinda- Demikian itu sejalan dengan
kan ini dianggap melanggar hukum yang pendapat Wirdjono Prodjodikoro yang
berlaku. mengungkap-kan, bahwa perkosaan
Menurut R. sugandhi, yang dimaksud DGDODK ³VHRUDQJ ODNL-laki yang memaksa
GHQJDQ SHUNRVDDQ DGDODK ³VHRUDQJ SULD seorang perempuan yang bukan isterinya
yang memaksa pada seorang wanita untuk bersetubuh dengan dia, sehingga
bukan isterinya untuk melakukan per- sedemikian rupa ia tidak dapat melawan,
setubuhan dengannya dengan ancaman maka dengan terpaksa ia mau melakukan
kekerasan, yang mana diharuskan SHUVHWXEXKDQ LWX´5. Pendapat Wirdjono itu
kemaluan pria telah masuk ke dalam juga menekankan mengenai pemaksaan
lubang kemaluan seorang wanita yang hubungan seksual (bersetubuh) pada
NHPXGLDQ PHQJHOXDUNDQ DLU PDQL´3 seorang perempuan yang bukan isterinya.
Oleh PAF lamintang dan Djisman Pemaksaan yang dilakukan laki-laki
6DPRVLU EHUSHQGDSDW ³SHUNRVDDQ DGDODK membuat atau mengakibatkan perempuan
perbuatan seseorang yang dengan kekera- terpaksa melayani persetubuhan.
san atau ancaman kekerasan memaksa Meskipun rumusan mengenai per-
seorang waanita untuk melakukan per- kosaan itu cukup jelas, namun seiring
setubuhan di luar ikatan perkawinan perkembangan zaman dan munculnya ber-
GHQJDQ GLULQ\D´4 bagai macam bentuk penyimpangan
Selain itu, kekerasan atau ancaman seksual atau kejahatan kesusilaan, seperti
kekerasan itu hanya berlaku di luar ikatan pemaksaan seksual dengan melalui
perkawinan. Dengan kata lain, kekerasan dubur(anus), mulut dan lainnya, maka
atau ancaman kekerasan sehubungan beberapa pakar cenderung memperluas
dengan persetubuhan (pemaksaan hubu- pengertian perkosaan.
ngan seksual) dalam ikatan per-kawinan Misalnya perumusan demikian itu
tidak disebut sebagai kejahatan perkosaan. dianggap oleh Steven Box sulit diterap-
Artinya rumusan itu tidak memasukkan kan, sebab perkosaan tidak hanya
LVWLODK ³PDULWDO UDDSH´ SHUNRVDDQ GDODP menyangkut perbuatan bersetubuh yang
ikatan perkawinan) di dalamnya. dilakukan dengan kekerasan tanpa adanya
Dalam hukum Islam pun, tidak persetujuan dari salah satu pihak, sebagai-
dikenal istilah perkosaan dalam per- mana paparannya, ³UDSH FRQVWLWXH D
kawinan. Soal hubungan biologis particular act sexual acces, namely the
(seksual) antara suami isteri diatur penis penetration the vagina, gained
mengenai etikanya, seperti tentang ZLWKRXW FRQFHQW RI WKH IHPDOH FRQFHUQHG´6
keharusan (kewajiban) suami memberikan
116 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 111-121
modus operandi lain lagi. Karena, modus atau perampasan kemerdekaan secara
operandi kejahatan itu, selain terkait sewenang-wenang, baik yang terjadi di
dengan posisi korban atau objek yang depan umum atau dalam kehidupan
menjadi sasarannya, juga terkait dengan pribadi. Sedangkan perkosaan (menurut
perkembangan sosial, budaya, ekonomi Pasal 2 deklarasi tersebut) dikategorikan
dan politik yang terjadi dan bergolak di sebagai salah satu bentuk tindak kekera-
tengah masyarakat. Hal ini sama dengan san terhadap perempuan.
DGDJLXP \DQJ PHQ\HEXWNDQ ³VHPDNLQ Jelas sekali bahwa berdasarkan dek-
maju suatu masyarakat sejalan dengan larasi itu, perempuan seharusnya dijauh-
perkembangan yang ada. kan dari tindakan-tindakan yang bermodus
penganiayaan, perampasan hak-haknya
E. Perkosaan Sebagai Pelecehan Hak
dan penodaan martabat kemanusiaannya.
Asasi Perempuan
Perkosaan termasuk salah satu perbuatan
Perkosaan tidak bisa dipandang jahat dan keji yang selain melanggar
sebagai kejahatan yang hanya menjadi HAM, juga mengakibatkan derita fisik,
urusan privat (individu korban), namun sosial maupun psikologis terhadap
harus dijadikan sebagai problem publik, perempuan. Artinya ada derita ganda yang
karena kejahatan ini jelas-jelas merupakan ditanggung oleh pihak korban akibat
bentuk perilaku primitif yang menonjol- perkosaan itu.
kan nafsu, dendam dan superioritas, yakni Perkosaan menjadi salah satu tolok
siapa yang kuat itulah yang berhak ukur pelanggaran HAM yang cukup parah
mengor-bankan orang lain. terhadap perempuan. Apa yang diperbuat
Perkosaan adalah salah satu bentuk pelaku merupakan bukti kesewenangan-
kekerasan terhadap perempuan yang ter- kesewenangan dan kekejian yang ber-
berat. Dalam Konvensi PBB tentang peng- tentangan dengan watak diri manusia yang
hapusan Kekerasan terhadap Perempuan seharusnya dihormati hak-hak sesamanya,
bahkan sudah menjangkau perlindungan apalagi terhadap perempuan yang seharus-
perempuan sampai ke dalam urusan nya dilindungi. Potensi dalam dirinya
UXPDK WDQJJD VHSHUWL NDVXV ³PDULWDO UDSH´ yang seharusnya ditujukan untuk untuk
(per-kosaan dalam perkawinan), tidak menga-sihi dan menyayangi sesama ter-
sebatas hak perempuan di luar atau rumah nyata dikalahkan oleh potensi yang
atau sektor publik. Meskipun dalam kasus cenderung mengajak pada perbuatan
seperti perkosaan oleh suami kepada isteri menindas dan menganiaya sesamanya.
ini tidak dikenal dalam KUHAP kita dan Potensi dalam dirinya yang seharusnya
masih menjadi suatu objek diskursus oleh difungsikan untuk melindungi dan mem-
pakar-pakar hukum Islam, tetapi setidak- bela perempuan dari perbuatan-perbuatan
tidaknya hal itu dapat dijadikan tolak ukur tidak terpuji, justru dikalahkan oleh
mengenai peningkatan kepedulian potensi yang menghancurkan.
terhadap HAM perempuan. Pelanggaran HAM yang pertama
Menurut Pasal 1 Deklarasi Peng- kali atau bermula terjadi pada saat per-
hapusan Kekerasan terhadap Perempuan kosaan tidak hanya berhenti saat itu saja,
sudah disebutkan, bahwa kekerasan ter- namun dapat berlangsung dalam kehi-
hadap perempuan adalah setiap tindakan dupan berikutnya. Pihak korban tidak
berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang mendapatkan perlakuan yang manusiawi,
berakibat, atau mungkin berakibat keseng- namun diperlakukan sebaliknya yaitu
saraan atau penderitaan perempuan secara diposisikan sebagai objek seperti sebuah
fisik, seksual atau psikologis, termasuk barang bekas yang tidak bisa dimanfaat-
ancaman tindakan tertentu, pemaksaan
119 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 111-121
tujuan itu masih lebih memihak pada Soekanto, Soerjono dan Sri Sumadji,
kepentingan pelaku (pelanggar/penjahat), Penelitian Hukum Normatif,
sedangkan kepentingan (hak asasi) masya- Suatu Tinjauan Singkat, Raja
rakat, seperti pihak-pihak yang menjadi Grafindo Persada, Jakarta, 1955.
korban kejahatan perkosaan kurang
Wiratmo Soekito, Sri Widoyati, Anak dan
mendapatkana perhatian yang nyata.
Wanita dalam Hukum, Lembaga
Hal ini dapat terbaca melalui pasal-
Penelitian, Pendidikan dan
pasal yang terumus dalam Kitab Undang-
Penerangan Ekonomi dan Sosial,
undang Hukum Pidana, yang secara
Jakarta, 1983.
normatif kurang memberikan perlin-
dungan terhadap kepentingan atau hak- Prodjodikoro, Wirjono, Tindak-tindak
hak asasi korban. Pidana Tertentu di Indonesia,
Selain itu, tujuan tersebut masih Eresco, Bandung, 1986.
mengalami kendala pada masalah sub- Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
stansial (normatif) yuridisnya, yang belum
sesuai dan sinkron dengan aspek
substansial sebagaimana yang dirumuskan Catatan Akhir:
dalam hukum Islam seperti yang diwah- 1
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum
yukan oleh Allah swt. Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, h. 349.
DAFTAR PUSTAKA 2
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak
Pidana Tertentu di Indonesia, Eresco, Bandung, h.
Wahid, Abdul dan Muhammad Irfan, 117.
Korban Kekerasan Seksual, PT. 3
R. Sugandhi, Kitab Undang-undang
Refika Aditama, Bandung, 2001. Hukum Pidana dengan Penjelsannya, Usaha
Nasional, Surabaya. h. 302.
Weda, Made Darma, Kriminologi, Raja
4
Grafindo Persada, Jakarta. h. 71. PAF. Lamintang dan Djasman Samosir,
Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru, Jakarta, h.
PAF. Lamintang dan Djasman Samosir, 122.
Hukum Pidana Indonesia, Sinar 5
Wirdjono Prodjodikoro, op.cit. h. 117
Baru, Jakarta, 1983. 6
Made Darma Weda, Kriminologi, Raja
R. Sugandhi, Kitab Undang-undang Grafindo Persada, Jakarta. h. 71.
Hukum Pidana dengan 7
Abdul Wahid dan Muhammad Irfan,
Penjelsannya, Usaha Nasional, Korban Kekerasan Seksual, PT. Refika Aditama,
Surabaya, 1980. Bandung, h. 46.
8
Atmasasmita 1995:108