Anda di halaman 1dari 11

111 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 111-121

ANALISIS YURIDIS TINDAK KEKERASAN SEKSUAL


TERHADAP PEREMPUAN

A. Tenripadang Chairan

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare


Email: andi_tenri@yahoo.co.id

Abstract: This article unearths the sexual abuse to women. Using legal approach, this study
reveals that the goal of law in criminal punishment is essentially to protect the victim from crime,
especially raping. The criminal punishment to the person who commits crime is the right of the
victim who has suffered from psychological and physical aspects. Although the goal of the law is
very ideal, the implementation of the law is still far from ideal, since the rights of the victims of
raping are often abandoned. This is evident if we refer to the regulations in the Criminal
Punishment Law that QRUPDWLYHO\ QHJOHFWV WKH SURWHFWLRQ RI WKH YLFWLP¶V EDVLF ULJKWV ,Q DGGLWLRQ
the goal of the law in its juridical (normative) substance has not been in harmony with the
substance of Islamic law.

Kata Kunci: Yuridis, kekerasan, seks, perempuan

I. PENDAHULUAN kan tetapi diupayakan seminimal mungkin


kualitas dan kuantitasnya.
Negara Republik Indonesia adalah Kejahatan, khususnya kejahatan
Negara Hukum, hal ini sesuai yang kekerasan akhir-akhir ini dirasakan makin
digariskan dalam Undang-undang Dasar meningkat. Kejahatan kekerasan sebagai
1945, karenanya hukum adalah sangat suatu fenomena yang ada dalam
penting bagi kita semua untuk diketahui, masyarakat merupakan kejahatan tradi-
hayati, dipakai dan diamalkan sebagai sional, yang ada sejak dulu, hanya saja
pedoman bertingkah laku. Hukum pada saat ini telah mengalami per-
mengatur kehidupan kita supaya kita kembangan, baik dalam hal motifnya,
hidup tertib dan tenteram. Hukum sifat, bentuk, intensitas maupun modus
mengatur dan melindungi hak-hak dan operandinya. Terlepas dari hal tersebut,
NHZDMLEDQ VHWLDS RUDQJ VHODNX ³6XE\HN yang jelas kejahatan kekerasan dewasa ini
+XNXP´ SHPDQJNX KDN GDQ NHZDMLEDQ telah meresahkan masyarakat.
Interaksi yang terjadi dimasyarakat Pada dasarnya setiap individu
sebagai komponen suatu negara dapat berpeluang untuk menjadi korban kejaha-
menimbulkan sesuatu yang bersifat positif tan kekerasan tetapi dalam keadaan-
maupun negatif. Interaksi negatif yang keadaan tertentu, wanita dan anak-anak
mungkin ditimbulkan adalah terjadinya lebih cenderung menjadi korban. Yang
kejahatan. Kejahatan merupakan per- perlu untuk mendapatkan perhatian
soalan yang dialami dari waktu ke waktu, khusus dalam kejahatan kekerasan ini
sebagai suatu kenyataan bahwa kejahatan- adalah kekerasan seksual yang dalam hal
kejahatan itu tidak dapat dihindari dan ini sering kita dengar adalah tindakan
memang selalau ada, tidak dapat dihilang- perkosaan, pencabulan, serta pelecehan
seksual.
112 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 111-121

Kekerasan seksual terhadap wanita perempuan adalah sama. Hal ini dapat
bukan hanya merupakan masalah domes- GLOLKDW GDODP 6XUDW $Q 1LVDD¶ $\DW
tik atau pribadi, tetapi telah menjadi
masalah kemasyarakatan. Saat ini keke- 8-V \O SÉ:\È× VÙ X.®M©@ØoW V V °‰ Ô2È)Ùݦ\ ØD¯ XT
rasan terhadap seksual terhadap wanita
bisa saja terjadi dimana saja, dalam \ic-mÄc D¯ \I¯ ØFU ÕC°K% 8-V \OXT ž° ¯ ØFU ÕC°K%
bentuk pelecehan seksual, perkosaan
disertai penganiayaan dan pembunuhan
dan lain sebagainya. WD [ ‹ ‰D¯ \-ÆMV@ÙjW Œ © °LÙXSÄc =U›Q Õ™¯
Berdasarkan uraian latar belakang
yang telah dipaparkan maka yang menjadi
permasalahan adalah bagaimakah upaya
<nm¯ \\ ™-j¯ WÃ
perlindungan hukum terhadap perempuan Terjemahannya:
khusunya dalam penanggulangan tindak Dan jika kamu khawatirkan ada
kekerasan seksual terhadap perempuan? persengketaan antara keduanya,
Maka kirimlah seorang hakam dari
II. PEMBAHASAN keluarga laki-laki dan seorang hakam
dari keluarga perempuan. jika kedua
A. Perempuan dalam alquran
orang hakam itu bermaksud menga-
Dalam sejarah perkembangan Islam dakan perbaikan, niscaya Allah
kedudukan perempuan dalam struktur memberi taufik kepada suami-isteri
sosial kehidupan pada masyarakat Arab itu. Sesungguhnya Allah Maha
sangatlah memprihatinkan. Kedudukan mengetahui lagi Maha Mengenal.
perempuan dalam segala aspek kehidupan Merujuk pada ayat tersebut diatas,
sosial tidak diberi ruang oleh kaum laki- maka dapat disimpulkan bahwa Islam
laki. Perempuan dipandang hanyalah menganjurkan untuk mengangkat hakim
sebagai alat untuk pemuasaan nafsu seks dalam menyelesaikan perselisihan tersebut
kaum laki-laki. dengan semangan untuk mengurangi
Deskripsi mengenai perempuan kekerasan terhadap perempuan, dan bukan
yang cukup menonjol pada saat itu adalah kedudukan laki-laki yang lebih tinggi atas
apabila suami meninggal dunia, maka kedudukan perempuan.
saudara tertua laki-laki atau saudara laki- Sehingga, sangatlah diperlukan
laki lainnya mendapat waris jandanya. suatu kajian kritis guna menciptakan suatu
Bahkan kebiasaan mengubur bayi perem- kesadaran kritis mengenai pemahaman
puan hidup-hidup adalah suatu tindakan yang bersifat global tentang kedudukan
yang sangat merendahkan kaum perem- perempuan laki-laki adalah sederajat
puan, hal ini merupakan tindakan yang menuju transformasi gender dalam seluruh
sangat mudah dilakukan pada zaman Pra- aspek kehidupan.
Islam. Demikian pula pada lapangan
perkawinan yang mempunyai sifat B. Perempuan dalam Penegakan
posesif, yaitu tidak terjadinya pembatasan Hukum
mengenai jumlah perempuan yang boleh Masyarakat kita dewasa ini
dikawini oleh laki-laki pada masa hkususnya perempuan sedang dalam
tersebut. keresahan yang sangat mendalam,
Alquran merupakan rujukan prinsip sehingga para perempuan diharapkan
masyarakat Islam, pada dasarnya menga- berbuat sesuatu untuk mengurangi keresa-
kui bahwa kedudukan laki-laki dan han tersebut.
113 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 111-121

Harus diakui, dalam masyarakat ada seperti ke-adilan dan kebenaran saja,
suara-suara yang menyatakan bahwa tetapi juga untuk mencapai ketertiban dan
sebagian masyarakat kita kurang atau keamanan dalam masyarakat. Sebab
tidak peka terhadap hukum, dan bahwa ketertiban dan ke-amanan inilah yang
karena sudah terlalu biasa terjadi sangat dibutuhkan, apabila kita benar-
pelanggaran hukum maka orang sudah benar hendak mulai dengan tugas
acuh tak acuh terhadap pelaksanaan pembangunan di negara kita untuk
hukum. menuju kemakmuran dan keadilan sosial.
Namun demikian, para penegak Seringkalikali terdengar keluhan
hukum perempuan dalam bidangnya dalam masyarakat bahwa hukum yang
masing-masing dan bahkan diluar tugas kita tegakkan kurang dinamis, masih
formal sehari-hari telah ikut berusaha berbau kolonial dan sebagainya. Keluhan
menegakkan hukum yang adil di negara tersebut mencerminkan gejala perubahan
kita. Apakah mereka selalu berhasil dalam proses yang cepat dalam
adalah soal lain, karena untuk itu masyarakat.
tergantung pula dari faktor-faktor lain Tidak dapat dipungkiri bahwa
baik faktor intrern maupun faktor ekstern, proses lawmaking masih mengalami
ditambah dengan kenyataan bahwa masih kesulitan untuk mengimbangi semua
sedikit penegak hukum wanita pada proses perubahan dalam masyarakat,
dewasa ini yang mempunyai wewenang tetapi kita harus berpegang pada prinsip
menentukan policy dalam bidang peker- bahwa hukum hanya dapat ditegakkan
jaannya. Pada umum-nya mereka hanya apabila mendapat dukungan masyarakat
pelaksana saja. Sedangkan bagi hakim luas. Bagaimana hukum dapat kita
perempuan hanya terbatas pada perkara- tegakkan dengan baik, yang terpenting
perkara yang diserahkan kepadanya. ialah apakah para penegak hukum adalah
Memang perjuangan menuju ke- pejabat yang baik. Kekuasaan memrlukan
adilan merupakan perjuangan yang lama, kedewasaan jiwa, karena tanpa kede-
berat serta tidak glamorous. Selain itu wasaan jiwa lebih besar kemungkinan
per-juangan tersebut juga membutuhkan akan terjadi penyalahgunaan kekuasaan.
sarjana hukum yang mau bekerja keras Ditangan orang yang memiliki kede-
dan teliti serta membutuhkan kekuatan wasaan jiwa, kekuasaan memancarkan
jiwa dan raga yang besar. Namun yang nilai-nilai moral. Ini perlu karena tanpa
paling penting ialah membutuhkan nilai-nilai moral tak mungkin seorang
keberanian moral untuk menyatakan penegak hukum mendidik masyarakat
keyakinan apabila diperlukan dalam agar taat kepada hukum.
situasi tertentu. Dan disinilah terutama Pada umumnya penegak hukum
yang banyak dapat dilakukan oleh wanita bukanlah pencari nafkah utama
penegak hukum perempuan. bagi keluarganya, tetapi pada umumnya
Hal ini perlu kita hayati, sebab dari hanya berfungsi sebagai penambah nafkah
keluhan-keluhan masyarakat yang dapat saja atau bekerja untuk mengabdi kepada
kita baca dalam surat-surat kabar, masyarakat sebagai ungkapan terima
majalah-majalah dan media-media lainnya kasih dan tanggungjawabnya kepada
tampak gejala bahwa the rule ofl law masyarakat yang telah memberi kesem-
makin mundur lagi dinegara kita. Padahal patan untuk dapat menyelesaikan studinya
penega-kan the rule of law merupakan dengan baik. Karena itu, terutama para
syarat mutlak untuk mencapai kesejah- penegak hukum perempuan diharapkan
teraan dan kemakmuran rakyat. Bukan dapat menjadi para pejabat tang baik,
hanya demi tercapainya nilai-nilai luhur
114 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 111-121

yang mempunyai kedewasaan dan kemer- atau perkosaan, penganiayaan, pem-


dekaan jiwa dalam menjalankan tugasnya. bunuhan dan lain-lain.
Dari aspek sosiologi hukum, Perkosaan diatur dalam KUH-
kekerasan seksual dalam hal ini perkosaan Pidana pasal 285, yang berbunyi: ³%DUDQJ
merupakan suatu fenomena sosial yang siapa dengan kekerasan atau ancaman
sangat mendasar dan dapat merusak kekerasan memaksa seseorang wanita
tatanan kehidupan masyarakat. Oleh bersetubuh dengan dia diluar perkawinan,
karena itu sosiolog hukum Soerjono diancam karena melakukam perkosaan
Soekanto, mencoba mempersoalkan per- dengan pidana penjara paling lama dua
kosaan dari sudut pandang sosiologi EHODV WDKXQ´
hukum, sebagai berikut: ³.HSHQFLQJDQ- Perkosaan adalah perbuatan yang
kepincangan mana yang dianggap sebagai dilakukan oleh seseorang atau beberapa
problem oleh masyarakat, tergantung dari orang laki-laki memaksa seorang perem-
sistem nilai-nilai sosial masyarakat ter- puan yang bukan istrinya untuk
sebut. Akan tetapi, ada beberapa per- melakukan persetubuhan
soalan yang sama yang dihadapi masya- Wirjono Prodjodikoro, mengemuka-
rakat pada umumnya, yaitu perkosaan kan bahwa perkosaan adalah suatu
yang mempunyai pengaruh besar tindakan berupa dengan kekerasan atau
WHUKDGDDS PRUDOLWDV´ 1 ancaman kekerasan memaksa seorang
Jika pandangan tersebut dihubung- perempuan bersetubuh dengan dia di luar
kan dengan faktor penyebab terjadinya perkawinan.2
per-kosaan yang merupakan salah satu Berdasarkan pasal 285 KUH-Pidana
objek kajian sosiologi hukum. Memahami maka dapat diketahui unsur-unsur dari
kajian sosiologi hukum atas terjadinya tindak pidana perkosaan adalah sebagai
pemer-kosaan dapat membantu pelak- berikut:
sanaan hukum baik dalam melakukan 1. Barang siapa, hal ini berarti siapa saja
pencegahan maupun penindakan sesuai tanpa kecuali.
dengan harapan masyarakat. 2. Dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan.
C. Aspek Hukum Kekerasan Seksual
3. Memaksa bersetubuh dengan dia.
Pandangan hukum Indonesia ter- 4. Perempuan yang bukan istrinya.
hadap kekerasan yang dilakukan terhadap Menurut pasal 285 KUH-Pidana
perempuan berpusat pada tidak adanya yang secara tegas mengatur tentang tindak
hukum yang secara khusus memberikan pidana perkosaan, juga terkait secara
perlindungan terhadap perempuan yang langsung dengan unsur tindak pidana ini
menjadi korban kekerasan tersebut. adalah pasal 284, pasal 286 serta pasal
%DKNDQ LVWLODK ³NHNHUDVDQ WHUKDGDS 287 KUH-Pidana.
SHUHPSXDQ´ WLGDN GLNHQDO GDODP KXNXP
Indonesia, walaupun fakta kasus ini marak D. Jenis, Karakteristik dan Modus
terungkap di Indonesia. Dalam Kitab Operandi Perkosaan
Undang-undang Hukum Pidana (KUH- 1. Jenis Perkosaan
Pidana) yang ada pada saat ini, sebagian
kasusnya tergolong kekerasan terhadap ,VWLODK ³SHUNRVDDQ´ FXNXS VHULQJ GL-
perempuan memang dapat dijaring dengan gunakan untuk suatu tindakan-tindakan
pasal-pasal ke-jahatan, namun terbatas atau perbuatan-perbuatan tertentu yang
pada tindak pidana umum (korban laki- modusnya merugikan orang dan melang-
laki atau perempuan) seperti kesusilaan gar hak-KDN DVDVL PDQXVLD VHSHUWL ³SHU-
NRVDDQ´ KDN-KDN VLSLO ³3HUNRVDDQ´
115 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 111-121

HNRORJLV OLQJNXQJDQ KLGXS ³SHUNRVDDQ´ nafkah batin (seks) pada isterinya dengan
terhadap harkat kemanusiaan dan lainnya. cara mempergaulinya dengan baik (tidak
Jika ditelusuri, perkosaan memiliki peerlu dilakukan dengan kekerasan),
makna yang tidak harus dipahami secara sedangkan isteri (perempuan) ber-
sempit, sebagai istilah khusus dalam kewajiban melayani kebutuhan seksual
hubungan seks, tetapi menggambarkan tatkala suaminya membutuhkan.
bentuk budaya perampasan hak yang Kalaupun ada kekerasan seksual yang
berlangsung dalam kehidupan manusia. dilakukan suami pada isterinya, maka
Perkosaan menurut Kamus Besar selain hal itu merupakan bentuk pelang-
Bahasa Indonesia diartikan dengan garan etika berhubungan seksual juga bisa
1) paksa, kekerasan, 2) gagah, kuat, jadi suaminya sedang mengidap kelainan
perkasa. Sedangkan memeperkosa berarti yang membutuhkan kehadiran ahli medis
menundukkan dengan kekerasan, mengga- untuk memberikan terapi.
gahi, melanggar dengan kekerasan. Tinda- Demikian itu sejalan dengan
kan ini dianggap melanggar hukum yang pendapat Wirdjono Prodjodikoro yang
berlaku. mengungkap-kan, bahwa perkosaan
Menurut R. sugandhi, yang dimaksud DGDODK ³VHRUDQJ ODNL-laki yang memaksa
GHQJDQ SHUNRVDDQ DGDODK ³VHRUDQJ SULD seorang perempuan yang bukan isterinya
yang memaksa pada seorang wanita untuk bersetubuh dengan dia, sehingga
bukan isterinya untuk melakukan per- sedemikian rupa ia tidak dapat melawan,
setubuhan dengannya dengan ancaman maka dengan terpaksa ia mau melakukan
kekerasan, yang mana diharuskan SHUVHWXEXKDQ LWX´5. Pendapat Wirdjono itu
kemaluan pria telah masuk ke dalam juga menekankan mengenai pemaksaan
lubang kemaluan seorang wanita yang hubungan seksual (bersetubuh) pada
NHPXGLDQ PHQJHOXDUNDQ DLU PDQL´3 seorang perempuan yang bukan isterinya.
Oleh PAF lamintang dan Djisman Pemaksaan yang dilakukan laki-laki
6DPRVLU EHUSHQGDSDW ³SHUNRVDDQ DGDODK membuat atau mengakibatkan perempuan
perbuatan seseorang yang dengan kekera- terpaksa melayani persetubuhan.
san atau ancaman kekerasan memaksa Meskipun rumusan mengenai per-
seorang waanita untuk melakukan per- kosaan itu cukup jelas, namun seiring
setubuhan di luar ikatan perkawinan perkembangan zaman dan munculnya ber-
GHQJDQ GLULQ\D´4 bagai macam bentuk penyimpangan
Selain itu, kekerasan atau ancaman seksual atau kejahatan kesusilaan, seperti
kekerasan itu hanya berlaku di luar ikatan pemaksaan seksual dengan melalui
perkawinan. Dengan kata lain, kekerasan dubur(anus), mulut dan lainnya, maka
atau ancaman kekerasan sehubungan beberapa pakar cenderung memperluas
dengan persetubuhan (pemaksaan hubu- pengertian perkosaan.
ngan seksual) dalam ikatan per-kawinan Misalnya perumusan demikian itu
tidak disebut sebagai kejahatan perkosaan. dianggap oleh Steven Box sulit diterap-
Artinya rumusan itu tidak memasukkan kan, sebab perkosaan tidak hanya
LVWLODK ³PDULWDO UDDSH´ SHUNRVDDQ GDODP menyangkut perbuatan bersetubuh yang
ikatan perkawinan) di dalamnya. dilakukan dengan kekerasan tanpa adanya
Dalam hukum Islam pun, tidak persetujuan dari salah satu pihak, sebagai-
dikenal istilah perkosaan dalam per- mana paparannya, ³UDSH FRQVWLWXH D
kawinan. Soal hubungan biologis particular act sexual acces, namely the
(seksual) antara suami isteri diatur penis penetration the vagina, gained
mengenai etikanya, seperti tentang ZLWKRXW FRQFHQW RI WKH IHPDOH FRQFHUQHG´6
keharusan (kewajiban) suami memberikan
116 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 111-121

Pengertian perkosaan seperti itu kekuasaan dan superioritas terhadap


meru-pakan pengertian yang mencakup korban. Tujuannya adalah untuk penak-
hubungan seksual secara luas yang dilaku- lukan seksual, pelaku menyakiti kor-
kan secara paksa (dengan kekerasan), ban, namun tetap memiliki keinginan
yang tidak semata-mata menekankan pada berhubungan seksual.
soal penetrasi ke dalam vagina, namun d. Seduktive Rape;
juga dapat melalui anus (dubur), mulut
dan lainnya, yang bisa jadi akibatnya jauh Suatu perkosaan yang terjadi pada
lebih fatal dibandingkan melalui vagina. situasi-situasi yang merangsang, yang
Perkosaan pada visi ini sudah men- tercipta oleh kedua belah pihak. Pada
jangkau pengertian hubungan seksual mulanya korban memutuskan bahwa
tidak hanya pada soal pemaksaan ber- keintiman persoalan harus dibatasi
setubuh, namun juga pemaksaan ber- tidak sampai sejauh kesenggamaan.
hubungan seks dengan organ-organ lain, Pelaku pada umumnya mempunyai
yang menurut pelaku dapat memberikan keyakinan membutuhkan paksaan, oleh
(mendatangkan) kepuasaan. Selain itu, karena tanpa itu tak mempunyai rasa
alat-alat berhubungan seksual tidak hanya bersalah yang menyangkut seks.
terkait dengan alat kelamin laki-laki, e. Victim Precipitatied Rape;
namun juga barang-barang yang diguna- Yakni perkosaan yang terjadi
kan oleh pemerkosa guna mendatangkan (berlangsung) dengan menempatkan
kepuasaan. korban sebagai pencetusnya.
Sedangkan mengenai jenis-jenis per-
f. Exploitation Rape;
kosaan, menurut Mulyana W. Kusuma
menyebutkan: Perkosaan yang menunjukkan
bahwa pada setiap kesempatan melaku-
a. Sadistic Rape;
kan hubungan seksual yang diperoleh
Perkosaan sadistis, artinya, pada tipe oleh laki-laki dengan mengambil
ini seksualitas dan agresif berpadu keuntungan yang berlawanan dengan
dalam bentuk yang merusak. Pelaku posisi wanita yang bergantung padanya
perkosaan telah nampak menikmati secara ekonomis dan sosial. Misalnya,
kesenangan erotik bukan melalui isteri yang diperkosa majikannya,
hubungan seksnya, melainkan melalui sedangkan pembantunya tidak mem-
serangan yang mengerikan atas alat persoalkan (mengadukan) kasusnya
kelamin dan tubuh korbannya. kepada pihak yang berwajib.7
b. Anggea Rape; ³6DGLVWLF UDSH´ GHQJDQ ³victim
Yakni penganiayaan seksual yang pre-FLSLWDWLRQ UDSH´ merupakan jenis
bercirikan seksualitas menjadi sarana perkosaan yang mendapatkan perhatian
untuk menyatakan dan melampiaskan yang serius belakangan ini. Keterlibatan,
perasaan geranm dan maraah yang peranan, andil dan pengaruh korban yang
etrtahan. Di sini tubuh korban seakan- secara langsung maupun tidak langsung
akan merupakan objek terhadap siapa sebagai ³SHQFHWXV´ timbulnya perkosaan
pelaku yang memproyeksikan peme- menjadi pembicaraan yang serius
cahan atas frustasi-frustasi, kelemahan, mengenai faktor penyebab terjadinya
kesulitan dan kekecawaan hidupnya. perkosaan. ³9LFWLP SUHFLSLWDWLRQ UDSH´
menjadi catatan mengenai jenis perkosaan
c. Dononation Rape; yang melibatkan komponen, yang menem-
Yakni suatu perkosaan yang etrjadi patkan perempuan sebagai pihak yang
ketika pelaku mencoba untuk gigih atas
117 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 111-121

dianggap turut bersalah dalam melahirkan Diantara karakteristik perkosaan itu,


kejahatan kesusilaan. ciri kekerasan dan sulitnya dilakukan
³VDGLVWLF UDSH´ menjadi salah satu pembuktian tampaknya perlu mendapat-
jenis kejahatan yang juga mendepatkan kan perhatian utama. Kekerasan yang
sorotan sehubungan dengan tidak sedikit- menimpa korban bukan hanya berdampak
nya kasus perkosaan yang dilakukan merugikan ketahanan fisiknya, namun
secara sadis. juga ketahanan psikologisnya. Kondisi
2. Karakteristik Perkosaan. buruk yang membuat korban tidak
berdaya ini dapat berdampak buruk lebih
Karakteristik utama (khusus) tindak lanjut pada persoalan penegakan hukum-
pidana perkosaan menurut Kadish yaitu nya.
bukan ekspresi agresivitas seksual (the Bukan tidak mungkin, korban akan
aggressive expression of sexuality) tapi menjadi takut melaporkan (mengadukan)
ekspresi seksual agresivitas (sexual kasus yang menimpanya karena khawatir
expression of aggression)8. Artinya, per- catat fisik maupun psikologisnya diketa-
wujudan keinginan seks yang dilakukan hui oleh publik (masyarakat). Hal ini akan
secara agresif, bersifat menyerang atau menjadikan data resmi yang dilaporkan
memaksa lawan jenis (pihak) lain yang pihak berwajib kurang lengkap, sebab
dapat dianggap mampu memenuhi ke- tidak adanya partisipasi korban untuk
pentingan nafsunya. mengungkap kasus yang dialaminya
Adapun karakteristik umum tindak sendiri.
pidana perkosaan yaitu: Begitupun terhadap masalah pem-
a. Agresivitas, merupakan sifat yang me- buktian, pihak penegak hukum dapat
lekat pada setiap tindak pidana mengalami kesulitan mencari bukti-bukti
perkosaan; untuk mengungkap kasus perkosaan ynag
b. Motivasi kekerasan lebih menonjol sudah cukup populer di tengah masya-
dibandingkan dengan motivasi seksual rakat, namun tidak ada dukungan dari
semata-mata; pihak korban. Disamping korban tidak
c. Secara psikologis, tindak pidana per- mau mengadukan, juga korban enggan
kosaan lebih banyak mengandung segera (secepatnya) mengadukan, padahal
masalah kontrol dan kebencian diban- dalam mengungkap kasus kejahatan
dingkan dengan hawa nafsu. kesusilaan, peranan korban sangat menen-
d. Tindak pidana perkosaan dapat dibeda- tukan.
kan kedalam tiga jenis bentuk, yaitu:
anger rape, power rape dan sadistis 3. Modus operandi Perkosaan.
rape. Dan ini direduksi dari anger and Setiap kejahatan yang terjadi atau
violition, control and domination, dilakukan secara individual maupun
erotis;. kelompok, terutama yang direncanakan,
e. Ciri pelaku perkosaan: mispersepsi tentulah dida-hului oleh suatu modus
pelaku atas korban, mengalami penga- operandi.
laman buruk khususnyaa dalam Modus operandi perkosaan dapat
hubungan personal (cinta), terasing terdiri antara lain yaitu: a) Diancam dan
dalam pergaulan sosial, rendah diri, ada dipaksa; b) Dirayu; c) Dibunuh; d) Diberi
ketidakseimbangan emosional. obat bius; e) Diberi obat peransang;
f. Korban perkosaan adalah partisipatif. f) Dibohongi atau diperdaya dan lainnya.
g. Tindak pidana perkosaan secara yuridis Modus operandi seperti yang disebut-
sulit dibuktikan. kan diatas sangat mungkin dikemudian
hari dapat berkembang dan dapat ber-
118 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 111-121

modus operandi lain lagi. Karena, modus atau perampasan kemerdekaan secara
operandi kejahatan itu, selain terkait sewenang-wenang, baik yang terjadi di
dengan posisi korban atau objek yang depan umum atau dalam kehidupan
menjadi sasarannya, juga terkait dengan pribadi. Sedangkan perkosaan (menurut
perkembangan sosial, budaya, ekonomi Pasal 2 deklarasi tersebut) dikategorikan
dan politik yang terjadi dan bergolak di sebagai salah satu bentuk tindak kekera-
tengah masyarakat. Hal ini sama dengan san terhadap perempuan.
DGDJLXP \DQJ PHQ\HEXWNDQ ³VHPDNLQ Jelas sekali bahwa berdasarkan dek-
maju suatu masyarakat sejalan dengan larasi itu, perempuan seharusnya dijauh-
perkembangan yang ada. kan dari tindakan-tindakan yang bermodus
penganiayaan, perampasan hak-haknya
E. Perkosaan Sebagai Pelecehan Hak
dan penodaan martabat kemanusiaannya.
Asasi Perempuan
Perkosaan termasuk salah satu perbuatan
Perkosaan tidak bisa dipandang jahat dan keji yang selain melanggar
sebagai kejahatan yang hanya menjadi HAM, juga mengakibatkan derita fisik,
urusan privat (individu korban), namun sosial maupun psikologis terhadap
harus dijadikan sebagai problem publik, perempuan. Artinya ada derita ganda yang
karena kejahatan ini jelas-jelas merupakan ditanggung oleh pihak korban akibat
bentuk perilaku primitif yang menonjol- perkosaan itu.
kan nafsu, dendam dan superioritas, yakni Perkosaan menjadi salah satu tolok
siapa yang kuat itulah yang berhak ukur pelanggaran HAM yang cukup parah
mengor-bankan orang lain. terhadap perempuan. Apa yang diperbuat
Perkosaan adalah salah satu bentuk pelaku merupakan bukti kesewenangan-
kekerasan terhadap perempuan yang ter- kesewenangan dan kekejian yang ber-
berat. Dalam Konvensi PBB tentang peng- tentangan dengan watak diri manusia yang
hapusan Kekerasan terhadap Perempuan seharusnya dihormati hak-hak sesamanya,
bahkan sudah menjangkau perlindungan apalagi terhadap perempuan yang seharus-
perempuan sampai ke dalam urusan nya dilindungi. Potensi dalam dirinya
UXPDK WDQJJD VHSHUWL NDVXV ³PDULWDO UDSH´ yang seharusnya ditujukan untuk untuk
(per-kosaan dalam perkawinan), tidak menga-sihi dan menyayangi sesama ter-
sebatas hak perempuan di luar atau rumah nyata dikalahkan oleh potensi yang
atau sektor publik. Meskipun dalam kasus cenderung mengajak pada perbuatan
seperti perkosaan oleh suami kepada isteri menindas dan menganiaya sesamanya.
ini tidak dikenal dalam KUHAP kita dan Potensi dalam dirinya yang seharusnya
masih menjadi suatu objek diskursus oleh difungsikan untuk melindungi dan mem-
pakar-pakar hukum Islam, tetapi setidak- bela perempuan dari perbuatan-perbuatan
tidaknya hal itu dapat dijadikan tolak ukur tidak terpuji, justru dikalahkan oleh
mengenai peningkatan kepedulian potensi yang menghancurkan.
terhadap HAM perempuan. Pelanggaran HAM yang pertama
Menurut Pasal 1 Deklarasi Peng- kali atau bermula terjadi pada saat per-
hapusan Kekerasan terhadap Perempuan kosaan tidak hanya berhenti saat itu saja,
sudah disebutkan, bahwa kekerasan ter- namun dapat berlangsung dalam kehi-
hadap perempuan adalah setiap tindakan dupan berikutnya. Pihak korban tidak
berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang mendapatkan perlakuan yang manusiawi,
berakibat, atau mungkin berakibat keseng- namun diperlakukan sebaliknya yaitu
saraan atau penderitaan perempuan secara diposisikan sebagai objek seperti sebuah
fisik, seksual atau psikologis, termasuk barang bekas yang tidak bisa dimanfaat-
ancaman tindakan tertentu, pemaksaan
119 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 111-121

kan atau ditem-patkan sederajat dalam memungkinkan pelaku dapat leluasa


strata kemanusiaan. memanjalankan aksi-aksi jahatnya.
Di tangan laki-laki yang kehilangan Perempuan yang bepergian sendiri
integritas moral dan dikuasai nafsu itulah di malam hari (situasi), tanpa didampingu
nasib perempuan terasa tidak bermakna suami, orang tua atau unsur keluarga
akibat diperlakukan secara tidak dekatnya, sementara bepergiannya terkait
manusiawi, sewenang-wenang dan biadab. dengan kepentingan yang menyita waktu
Perempuan dijadikan sebagai barang mati, dan banyak berhubungan dengan lawan
yang sekadar alat pemuas kepentingan. jenisnya merupakan sosok perempuan
yang berada dalam ancaman bahaya.
F. Faktor-faktor Terjadinya Perkosaan
Dimensi atau waktu prodktif yang digarap
Perkosaan merupakan kejahatan ke- perem-puan tanpa pendamping akhirnya
susilaan yang bisa disebabkan oleh GLSRVLVLNDQ VHEDJDL ³VDDW UHQWDQ´ DWDX
berbagai faktor. Kejahatan ini cukup kondisi yang rawan terjadinya kriminalitas
kompleks penyebabnya dan tidak berdiri bagi perempuan.
sendiri penyebabnya dapat dipengaruhi Jika perempuan itu menjadi perem-
oleh kondisi yang mendukung, keber- puan karier, maka karier yang dilakukan-
adaan korban yang secara tidak langsung nya juga mudah dihadapkan dengan ber-
mendorong pelakunya dan bisa jadi bagai macam tantangan yang dapat mem-
karena ada unsur-unsur lain yang mem- bahayakan harkaatnya, misalnya pele-
pengaruhinya. cehan dan kekerasan seksual. Banyaknya
Berbagai faktor itu terkait dengan perem-puan yang terlibat dengan kegia-
posisi korban dalam hubungannya dengan tan-kegiatan produktif di luar rumah
pelakunya. Artinya, sudah ada relasi lebih adalah dapat membuka kesempatan atau
dahulu (dalam ukuran intensitas tertentu) mensimulasi iklim kriminogen terhadap
antara korban dengan pelakunya. Kalau- terjadinya tindak kejahatan sekusal,
pun ada diantara korban yang tidak pernah bilamana aktifitasnya itu lepas dari
terkait dengan pelakunya, maka pro- perlindungan yang menjamin keselama-
sentasinya cukup kecil. Hubungan tannya.
horison-tal (laki-laki dan perempuan) Kedekatan hubungan antara lawan
telah dimanfaatkan oleh pihak laki-laki jenis (laki-laki dengan perempuan yang
untuk bereksperimen melakukan dan bukan isterinya atau bukan mahramnya)
membenarkan perbuatan kontra produktif merupakan faktor yang cukup ber-
dan tidak manusiawi. pengaruh terhadap terjadinya perkosaan.
Selain itu, terjadinya perkosaan juga Pihak pelaku memang bersalah, namun
didukung oleh pelaku, posisi korban , dan kesalahan yang diperbuat itu disebabkan
pengaruh lingkungan. Pelaku menjadi oleh kesalahan-kesalahan yang secara
gambaran sosok manusia yang gagal tidak langsung diperbuat oleh korban.
mengendalikan emosi dan naluri Dari uraian diatas, maka dapat
seksualnya yang wajar sementara korban dikatakan bahwa faktor-faktor penyebab
(dalam kasus-kasus tertentu) juga terjadinya perkosaan setidak-tidaknya
memerankan dirinya sebagai faktor adalah sebagai berikut:
kriminogen, artinya sebagai pendorong 1. Pengaruh perkembangan budaya yang
langsung maupun tidak langsung terhadap semakin tidak menghargai etika ber-
terjadinya perkosaan. Posisi pelaku pakaian yang menutup aurat, yang
dengan korban ini pun didukung oleh dapat merangsang pihak lain untuk
peran lingkungan (seperti jauh dari berbuat tidak senonoh dan jahat.
keramaian, sepi dan ruang tertutup) yang
120 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 111-121

2. Gaya hidup atau mode pergaulan kejahatan, baik secara menakut-nakuti


diantara laki-laki dengan perempuan orang banyak (generale prevebtie),
yang semakin bebas, tidak atau kurang maupun secara menakut-nakuti/membuat
bisa lagi membedakan antara yang jera orang tertentu yang sudah menjalan-
seharusnya boleh dikerjakan dengan kan kejahatan sehingga menjadi orang
yang dilarang dalam hubungannya yang baik tabiatnya serta bermabfaat bagi
dengan kaedah akhlak mengenai masyarakat.
hubungan laki-laki dengan perempuan. Berdasarkan Kitab Undang-undang
3. Rendahnya pengamalan dan penghaya- Hukum Pidana (KUHP), maka tujuan
tan terhadap norma-norma keagamaan pemidaan adalah sebagai berikut:
yang terjadi di tengah masyarakat. 1. Mencegah dilakukannya tindak pidana
Nilia-nilai keagamaan yang semakin dengan menegakkan norma hukum
terkikis di masyarakat atau pola relasi demi pengayoman masyarakat.
horisontal yang cenderung makin 2. Memasyarakatkan terpidana dengan
meniadakan peran agama adalah sangat mengadakan pembinaan sehingga
potensial untuk mendorong seseorang men-jadikannya orang yang baik dan
berbuat jahat dan merugikan orang lain. ber-guna.
4. Tingkat kontrol masyarakat (social 3. Menyelesaikan konflik yang ditimbul-
control) yang rendah, artinya berbagai kan oleh tindak pidana memulihkan
perilaku yang diduga sebagai penyim- keseimbangan dan mendatangkan rasa
pangan, melanggar hukum dan norma damai dalam masyarakat.
keagamaan kurang mendapatkan res- 4. Membebaskan rasa bersalah pada ter-
ponsi dan pengawasan dari unsur-unsur pidana.
masyarakat. Berbagai tujuan hukum pidana yang
5. Putusan hakim yang terasa tidak adil, dikemukakan oleh para ahli hukum pidana
seperti putusan yang cukup ringan yang serta yang dirumuskan dalam Kitab
dijatuhkan kepada pelaku. Hal ini di- Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
mungkinkan dapat mendorong anggota- lebih mendeskripsikan mengenai tujuan
anggota masyarakat lainnya untuk yang bersifat pengayoman pada masya-
berbuat keji dan jahat. Artinya mereka rakat dan mengembalikan (menyembuh-
yang hendak berbuat jahat tidak merasa kan) pelaku (pelanggara atau penjahat)
takut lagi dengan sanksi hukum yang pada jalan yang benar (tidak bertentangan
diterimanya. dengan hukum yang berlaku).
6. Ketidakmampuan pelaku untuk Artinya, tujuan hukum pidana di
mengen-dalikan emosi dan nafsu Indonesia juga melindungi korban suatu
seksualnya. Nafsu seksualnya dibiarkan tindak kejahatan seperti perkosaan, ter-
mengembara dan menuntutnya untuk utama dalam bentuk pemidanaan terhadap
dicarikan kom-pensasi pemuasnya. pihak yang dinyatakan bersalah sebagai
7. Keinginan pelaku untuk melakukan pelaku tindak pidana. Penghukuman yang
(melampiaskan) balas dendan terhadap dijatuhkan terhadap pelaku ini merupakan
sikap, ucapan (keputusan) dan perilaku salah satu hak yang dituntut oleh pihak
korban yang dianggap menyakiti dan korban. Korban yang sudah dirugikan
merugikannya. secara fisik dan psikologis menuntut para
penegak hukum untuk memberikan
III. KESIMPULAN hukuman yang setimpal dengan perbuatan
Tujuan hukum pidana ialah untuk pelaku.
memenuhi rasa keadilan, untuk menakut- Meskipin terlihat cukup ideal bagi
nakuti orang jangan samapi melakukan kehidupan masyarakat dan bangsa, namun
121 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 111-121

tujuan itu masih lebih memihak pada Soekanto, Soerjono dan Sri Sumadji,
kepentingan pelaku (pelanggar/penjahat), Penelitian Hukum Normatif,
sedangkan kepentingan (hak asasi) masya- Suatu Tinjauan Singkat, Raja
rakat, seperti pihak-pihak yang menjadi Grafindo Persada, Jakarta, 1955.
korban kejahatan perkosaan kurang
Wiratmo Soekito, Sri Widoyati, Anak dan
mendapatkana perhatian yang nyata.
Wanita dalam Hukum, Lembaga
Hal ini dapat terbaca melalui pasal-
Penelitian, Pendidikan dan
pasal yang terumus dalam Kitab Undang-
Penerangan Ekonomi dan Sosial,
undang Hukum Pidana, yang secara
Jakarta, 1983.
normatif kurang memberikan perlin-
dungan terhadap kepentingan atau hak- Prodjodikoro, Wirjono, Tindak-tindak
hak asasi korban. Pidana Tertentu di Indonesia,
Selain itu, tujuan tersebut masih Eresco, Bandung, 1986.
mengalami kendala pada masalah sub- Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
stansial (normatif) yuridisnya, yang belum
sesuai dan sinkron dengan aspek
substansial sebagaimana yang dirumuskan Catatan Akhir:
dalam hukum Islam seperti yang diwah- 1
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum
yukan oleh Allah swt. Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, h. 349.
DAFTAR PUSTAKA 2
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak
Pidana Tertentu di Indonesia, Eresco, Bandung, h.
Wahid, Abdul dan Muhammad Irfan, 117.
Korban Kekerasan Seksual, PT. 3
R. Sugandhi, Kitab Undang-undang
Refika Aditama, Bandung, 2001. Hukum Pidana dengan Penjelsannya, Usaha
Nasional, Surabaya. h. 302.
Weda, Made Darma, Kriminologi, Raja
4
Grafindo Persada, Jakarta. h. 71. PAF. Lamintang dan Djasman Samosir,
Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru, Jakarta, h.
PAF. Lamintang dan Djasman Samosir, 122.
Hukum Pidana Indonesia, Sinar 5
Wirdjono Prodjodikoro, op.cit. h. 117
Baru, Jakarta, 1983. 6
Made Darma Weda, Kriminologi, Raja
R. Sugandhi, Kitab Undang-undang Grafindo Persada, Jakarta. h. 71.
Hukum Pidana dengan 7
Abdul Wahid dan Muhammad Irfan,
Penjelsannya, Usaha Nasional, Korban Kekerasan Seksual, PT. Refika Aditama,
Surabaya, 1980. Bandung, h. 46.
8
Atmasasmita 1995:108

Anda mungkin juga menyukai