Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


INTOKSIKASI

Oleh:
YULI NASWATI (14.401.18.069)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMIKESEHATANRUSTIDA
KRIKILAN – GLENMORE - BANYUWANGI
2020
LEMBAR PENGESAHAN
MAKALAHASUHANKEPERAWATAN
KLIEN DENGAN INTOKSIKASI

Telah di koreksi dan disetujui pada tanggal …………………….. oleh:

Pembimbing

SISWOTO HADI PRAYITNO, Amd.,S.pd., M.Si


NIK. 200603.08

Mengetahui,
Kaprodi D III Keperawatan

HENDRIKPROBOSASONGKO, S.Kep., Ns, M.M


NIK. 201404.48

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karuniaNya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Asuhan keperawatan klien dengan “INTOKSIKASI” . Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai salah satu
metode pembelajaran bagi mahasiswa-mahasiswi Sekolah Tinggi D-III Keperawatan
Rustida Krikilan.

Adapun makalah ini saya susun berdasarkan pengamatan kami dari buku.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari adanya bantuan pihak tertentu.
Oleh karena itu, saya tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah membantu saya menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan


kelemahannya serta jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, harapan saya agar
tulisan ini dapat diterima dan dapat berguna bagi semua pihak. Untuk itu saya
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Krikilan, 08 Desember 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit yang disebabkan oleh pangan merupakan salah satu penyebab


kesakitan dan kematian di Indonesia. makanan merupakan salah satu penyebab
kesakitan dan utama penyebaran pathogen dan toksin yang di produksi oleh
mikroba pathogen. Setiap makanan selalu mengalami proses
penyediaan,pemilihan bahan mentah ,pengolahan ,penyimpanan,pengangkutan
sampai penyajian di meja makan pada rumah tangga.[ CITATION Kem15 \l 1033 ]
Kejadian keracunan pangan cukup sering terjadi pada tahun 2011, kejadian
luar biasa( KLB ) keracunan pangan di Indonesia mencapai 128 kasus dari 25
provensi .jumlah orang yang terpapar dalam KLB keracunan pangan mencapai
18.144 orang dimana attack rate mencapai 38,10% ( 6.901 kasus ) ( BPOM
RI ,2012 )
Keracunan yang disebabkan oleh toksin ini disebut foodborne
botulism.toksin botulinum dihasilkan oleh clostridium botulinum selama
tumbuh didalam makanan. Bahan-bahan makanan yang terkontaminasi oleh
spora organisme ini dapat menjadi sumber keracunan makanan. Foodborne
botulism terjadi apabila spora mempunyai kesempatan untuk bergerminasi
didalam makanan menjadi bentuk vegetative dari clostridium botulinum dan
menghasilkan toksin . toksin botulinum yang tertelan bersama makanan akan
diabsorbsi melalui usus , kemudian mengikuti aliran darah. Akibat kerja toksin
ini , penderita dapat mengalami flaccid paralysis dan kematian terjadi karena
paralisis otot pernafasan [ CITATION Iri14 \l 1033 ]
Tingginya angka kejadian intoksikasi berbanding lurus dengan tingkat
pengetahuan masyarakat mengenai penyakit intoksikasi . seringkali penyebab
keracunan tidak menyadari gejala awal dari intoksikasi sehingga
mengakibatkan kurang mengerti tentang keracunan [ CITATION Nur13 \l 1033 ]
rendahnya tingkat pengetahuan klien tentang intoksikasi menyebabkan
perlunya edukasi mengenai intoksikasi, faktor, penyebab , tanda dan gejala
manifestasi dari intoksikasi . untuk itu diperlukan peran perawat sebagai
educator untuk mengubah perilaku pasien demi mencegah intoksikasi.
Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis hubungan tingkat
pengetahuan tentang intoksikasi dengan upaya pencegahan intoksikasi yang
dilakukan oleh klien yang mengalami intoksikasi.[ CITATION moh13 \l 1033 ]

B. Tujuan
Tujuan umum
Melakukan asuhan keperawatan pada klien yang yang mengalami
intoksikasi
Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami
intoksikasi
2. Menetapkan diagnose keperawatan pada klien yang mengalami
intoksikasi
3. Menyususun intervensi keperawatan pada klien yang mengalami
intoksikasi
4. Menyususun implementasi keperawatan pada klien yang mengalami
intoksikasi
5. Menyususun evaluasi keperawatan pada klien yang mengalami
intoksikasi
BAB II

TINJAUAN TEORI

I. Konsep penyakit
A. Definisi
Inttoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh obat , serum ,
alcohol , bahan , serta senyawa kimia toksik. [ CITATION sar12 \l 1033 ] , yang
bila masuk kedalam tubuh melalui mulut , hidung , suntikan yang dapat
menyebabkan gangguan pada tubuh [ CITATION Nur13 \l 1033 ] , dan dapat
menyebabkan penyakit dan kematian [ CITATION LBr \p 2012 \y \l 1033 ]
B. Klasifikasi
Klasifikasi terjadinya keracunan menurut [ CITATION WHO12 \l 1033 ] ada dua
jenis, yaitu:
a) Keracunan maupun keracunan secara sengaja ( occupational poisoning ).
Sangat erat hubungannya dengan usaha bunuh diri ataupun
penyalahgunaan obat-obatan
b) Keracunan secara tidak sengaja (accindental poisoning)
Erat hubunganya dengan kecelakaan kerja, atau ketidaksadaran maupun
ketidaktahuan seseorang terhadap suatu produk tertentu yang dapat
menimbulkan keracunan
C. Etiologi
Keracunan dapat diklasifikasikan berdasarkan lima bahan penyebabnya
menurut [ CITATION Ari12 \l 1033 ] yaitu:
1. Makanan : singkong, jengkol , bongkrek
2. Gas toksin : karbon monoksida, gas toksin iritan
3. Zat kimia industry : asam sianida , kaustik , hidrokarbon
4. Zat kimia rumah tangga : detergen , sabun cuci , parfum , insektisida,
desinfektan
5. Zat kimia pertanian : insektisida , pestisida
6. Hewan berbisa : contoh bisa ular
7. Obat-obatan : salisilat , asetaminofen , digitalis , aminofilin .

D. Faktor resiko
Individu yang beresiko keracunan menurut [ CITATION Sas14 \l 1033 ]adalah :
1. Individu yang menyimpan dan menggunakan bahan-bahan kimia rumah
2. Pada anak terdapat faktor-faktor yang mempermudah terjadinya keracunan
, yaitu:
a. Perkembangan kepribadian anak usia 0-5 tahun masih dalam fase oral
sehingga kecenderungan untuk memasukkan gejala yang dipegang
kedalam mulutnya.
b. Anak-anak masih belum mengetahui apa yang berbahaya bagi
dirinya( termasuk dirinya disini anak dengan retardasi mental)
c. Anak-anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar
d. Anak-anak pada usia mempunyai sifat negativistic yaitu selalu
menentang perintah atau melanggar larangan.
Oleh karena sifat-sifat tersebut maka keracunan pada anak lebih
sering karena kecelakaan ( accidental poisoning) sedang pada dewasa
keracunan lebih sering karena pekerjaannya ( occupational poisoning )
dan pembunuhan atau usaha bunuh diri
E. Mekanisme kerja racun dalam tubuh
Menurut [ CITATION als \l 1033 ]
1. Bekerja secara local atau setempat, contoh:
a. Zat-zat korosif : lisol, asam dan basa kuat
b. Yang bersifat iritan : arsen , HgCI2
c. Yang bersifat anestetik : kokain , asam karbol
2. Bekerja secara sistemik , contoh:
a. Narkotika , barbiturate , dan alcohol terutama berpengaruh terhadap
susunan saraf pusat
b. Asam oksalat, terutama berpengaruh terhadap jantung
c. Sianida , berpengaruh terhadap system enzim pernafasan dalam sel
d. Insektisida dan golongan fosfor organic , berpengaruh terhadap hati
e. HgCI2 , berpengaruh terhadap ginjal
3. Bekerja secara local dan sistemik , contoh:
Asam oksalat , asam karbol , arsen , garam timbale ( Pb )
F. Patofisiologi
Intoksikasi dapat menyebabkan makanan yang terkontaminasi
mengandung mikroba hidup yang menghasilkan racun disaluran pencernaan
yang rentan atau terbentuk racun kimiawi [ CITATION Ari12 \l 1033 ] ,
menyebabkan mual muntah dan gangguan menelan sehingga faktor tersebut
menyebabkan Resiko Aspirasi [ CITATION PPN16 \l 1033 ]
Intoksikasi pada bahan kimia dan obat-obatan dapat memberikan pengaruh
pada saluran pernafasan yang menyebabkan korosi trachea dan menyebabkan
odema pada laring [ CITATION Han13 \l 1033 ] sehingga menghambat jalan nafas
dan terjadi pola nafas tidak efektif [ CITATION PPN16 \l 1033 ]
Intoksikasi pada gigitan binatang dapat menyebabkan syok seperti gigitan
ular dapat menyebabkan bengkak pada ekremitas ( tungkai dan lengan )
[ CITATION din17 \l 1033 ] yang menyebabkan nyeri dan kemerahan yang sangat
hebat sehingga terjadi resiko gangguan sirkulasi spontan [ CITATION PPN16 \l
1033 ]
PHATWAY

MAKANAN (BAKTERI & NON BAHAN KIMIA & OBAT- GIGITAN BINATANG BERBISA
BAKTERI) OBATAN

PENURUNAN REFLEK SAL. PERNAFASAN TOKSIN


MUNTAH DAN BATUK

GANGGUAN MENELAN KOROSI TRACHEA NYERI & KEMERAHAN

RESIKO ASPIRASI EDEMA LARING RESIKO GANGGUAN


SIRKULASI SPONTAN

OBSTRUKSI SALURAN NAFAS

POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF


Sumber : [ CITATION Als13 \l 1033 ]
G. Komplikasi
a.        Kejang
b.        Koma
c.         Henti jantung
d.         Henti napas           
e.        Syok [ CITATION Din13 \l 1033 ]

H. Penatalaksanaan
1.    Tindakan Emergenci
Airway: Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi.
Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas spontan
atau prrnafasan tidak adekuat
Circulation : Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki perfusi
jaringan.[ CITATION Ari12 \l 1033 ]
2.    Identifikasi Penyebab Keracunan
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha
mencari penyebab keracunan ini tidak sampai menunda usaha-usaha
penyelamatan penderita yang harus segera dilakukan.[ CITATION LBr \p 2012
\y \l 1033 ]
3.    Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau
dengan pemberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit
bila tidak berhasil. Katarsis, ( intestinal lavage ), dengan pemberian laksan
bila diduga racun telah sampai diusus halus dan besar. Kumbah lambung atau
gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya menurun,atau pada
penderita yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif bila kumbah lambung
dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan.
       Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun.
Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila
keracunan terjadi kurang dari 4 – 6 jam. Pada koma derajat sedang hingga
berat tindakankumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan
pemasangan pipa endotrakeal berbalon untuk mencegah aspirasi pnemonia.
[ CITATION Han13 \l 1033 ]

4.    Anti dotum (Penawar Racun)


Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh pada
tempat penumpukan.
a.    Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
b.    Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsamapi timbulk
gejala- gejala atropinisasi ( muka merah,mulut
kering,takikardi,midriasis,febris dan
       psikosis).
c.    Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya
setiap 2    – 4 –6 – 8 dan 12 jam.
d.   Pemberian SA dihentikan minimal setelaj 2 x 24 jam. Penghentian yang
     mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan
     kegagalan pernafasan akut yang sering fatal [ CITATION Suz11 \l 1033 ]

I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap ( urin, gula darah,
cairan lambung, analisa gas darah, darah lengkap, osmolalitas serum, elektrolit,
urea N, kreatinin, glukosa, transaminase hati ), EKG, Foto toraks/ abdomen,
Skrining toksikologi untuk kelebihan dosis obat, Tes toksikologi kuantitatif.
[ CITATION Iri14 \l 1033 ]
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a.Identitas pasien
nama, usia (bisa terjadi pada semua usia), jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan
Pekerjaan yang berhubungan dengan (sering terjadi pada orang renang, penyelam),
pendidikan.
b. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan Utama
Pada umunya keluhan utama pada intoksikasi adalah penurunan kesadaran
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Mual, muntah, nyeri, dehisrasi dan perdarahan saluran pencernaan
3) Alasan masuk rumah sakit
Pada hasil pengkajian dan survei umum terlihat lemah, tingkat kesadaran
menurun, RR meningkat, mual muntah dan nyeri.
c.Riwayat kesehatan terdahulu
1) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama diketahui setelah
keracunan, ada masalah lain pencetus keracunan dan sindroma toksis yang
ditimbulkan dan kapan terjadinya.
2) Riwayat penyakit keluarga
Mengobservasi tentang adakah keluarga yang pernah mengalamikeluhan sama.
3). Riwayat pengobatan
Perawat menanyakan pola hidup, penggunaan alkohol dan obat – obatan lainnya

I. Pengkajian Primer
a.Airway
Yang dinilai :
Look : ada gerak napas (ada, pernapasan 28x/menit)
Listen : suara tambahan yang terdengar dapat berupa
Gurgling : sumbatan oleh cairan
Stridor : sumbatan pada plika vokalis
Snoring : sumbatan akibat jatuhnya pangkal lidah ke belakang

Feel :ada atau tidaknya ekshalasi

b. Breathing
Penilaian :
Look : terlihat penggunanan otot bantu pernapasan
Listen : suara napas pada paru-paru
Feel : merasakan udara keluar masuk dari mulut dan hidung
c.Circulatio
1) Penilaian sirkulasi tanda klinis syok :
2) Kulit telapak tangan dingin, pucat basah
3) Capillary refill time > 2 detik
4) Nafas cepat
5) Nadi cepat > 100
6) Tekanan darah sistol < 90-100
7) Kesadaran : gelisah s/d koma penanganan sirkulasi
d. Disability penilaian disabiliti pemeriksaan neurologis singkat
AVPU Penilaian sederhana ini dapat digunakan secara cepat
A = Alert : sadar penuh
V = Verbal stimulation : ada reaksi terhadap perintah
P = Pain stimulation : ada reaksi terhadap nyeri
U = Unresponive :t idak ada reaksi
2. Secondary Survey
Anamnesis :
A : Alergi
M : Medikasi (obat-obat yang biasa digunakan)
P : Past illnes (penyakit penyerta, pregnancy)
L : Last meal
E : Event/Environment
a. Pemeriksaan Fisik
1). Keadaan umum
a) Kesadaran
Mengalami penurunan kesadaran (gelisah s/d koma)
b). Tanda-tanda vital
Distress pernapasan
Sianosis
Takipnoe, dispnea
Hipoksia
c). Body System
a) Sistem pernafasan
Napas pendek, depresi napas, hipoksia, takipnea, dipsnea,
peningkatan frekuensi, batuk produktif
b) Sistem kardiovaskuler
Nadi lemah, taki kardi, hipotensi(pada kasus berat), arutmia
jantung, pucat, sionosis, keringat banyak.
c) Sistem persarafan
Sakit kepala, penglihatan kabur, midriasis, misis, pupil mengecil,
kram otot/kejang, kehilangan memori, penurunan tingkat kesadaran
(azotemia), koma, syok.
d) Sistem perkemihan
Perubahan pola berkemih, distensi vesika urinaria, bising usu
menurun, kerusakan ginjal, perubahan warna urin contoh kuning
pekat, merah, coklat.
e) Sistem pencernaan
Dehidrasi, mual, muntah, anoreksia, nyeri uluhati, perubahan
turgor kulit/ kelembaban, berkeringat banyak
f) Sistem integument
Pada pasien intoksikasi biasanya mudah berkeringat, Kulit telapak
tangan dingin, pucat basahCapillary refill time > 2 detik

g) Sistem muskuloskeletal
Pada pasien intoksikasi biasanya muncul gejala kelelahan,
kelemahan, malaise, hiporefleksi
h) Sistem endokrin
Biasanya terdapat gangguan metabolisme karbohidrat : ekskresi
asam organic dalam jumlah besar, hipoglikemi atau hiperglikemi
dan ketosis

i) Sistem reproduksi
Biasanya pada pasien intoksikasi tidak terdapat gangguan pada
system reproduksi
j) Sistem penglihatan
Mata mengecil/membesar, pupil miosis
k) Sistem imun
Biasanya terdapat gangguan aggregasi trombosit dan
trombositopenia
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut [ CITATION PPN16 \l 1033 ] diagnose yang muncul dalam intoksikasi yaitu :
a. Pola napas tidak efektif b/d ekpansi paru yang tidakmaksimal karena trauma,
hipoventilasi.
b. Gangguan sirkulasi spontan b/d kelelahan otot pernafasan.
c. Risiko aspirasi b/d penurunan tingkat kesadaran.

C. Perencanaan Dan Implementasi

1. Pola napas tidak efektif

Definisi : Inspirasi dan/ ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat

[ CITATION SDK17 \l 1033 ]

Penyebab :

1. Depresi pusat pernapasan, 2Hambatan upaya napas (mis, nyeri saat bernapas,
kelemahan otot pernapasan),3. Diformitas dinding dada, 4.Gangguan
neuromuskular, 5.Gangguan neurologis (mis. elektroensefalogram [EEG] positif,
cedera kepala, gangguan kejang), 6.Imaturitas neurologis, 7. Penurunan energi, 8.
Obesitas, 9.Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru, 10.Sindrom
hipoventilasi, 11. Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 keatas),12.
Cedera pada medula spinalis, 13. Efek agen farmakologis,14. Kecemasan.
Gejala dan tanda

Mayor
Subjektif

Dispnea,

Objektif

1. Penggunaan otot bantu pernapasan, 2.Fase ekspirasi memanjang, 3.Pola napas


abnormal (mis. takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes)

Minor

Subjektif

Ortopnea,

Objektif

1. Pernapasan pursed-lip,2. Pernapasan cuping hidung, 3. Diameter toraks arterior-


posterior meningkat, 4.Ventilasi semenit menurun, 5.Kapasitas vital menurun,
6.Tekanan ekspirasi menurun,7. Tekanan inspirasi menurun, 8.Ekskursi dada
berubah.

Kondisi klinis terkait :

1. Depresi sistem saraf pusat,2.Cedera kepala, 3. Trauma toraks,4.Gullian barre


syndrome, 5.Mutiple sclerosis, 6.Myasthenia gravis, 7.Stroke,
8.Kuadriplegia,9Intoksikasi alkohol.

2. Gangguan sirkulasi spontan.

Definisi : Ketidakmampuan untuk mempertahankan sirkulasi yang adekuat untuk


menunjang kehidupan [ CITATION SDK17 \l 1033 ]

Penyebab :

1. Abnormalitas kelistrikan jantung.

2. Abnormalitas struktur jantung.

3. Penurunan fungsi ventrikel.


Gejalan dan Tanda Mayor – Subyektif :

1. Tidak berespon.

Gejalan dan Tanda Mayor – Objektif :

1. Frekuensi nadi <50 kali / menit atau >150kali / menit.

2. Tekanan darah sistolik <60 mmHg atau >200 mmHg.

3. Frekuensi nasa <6 kali/menit atau >30 kali/menit.

4. Kesadaran menurun atau tidak sadar.

Gejala dan Tanda Minor – Subjektif :

(tidak tersedia)

Gejala dan Tanda Minor – Objektif :

1. Suhu tubuh <34,5 derajat Celcius.

2. Tidak ada produksi urin dalan 6 jam.

3. Saturasi oksigen <85%.

4. Gambaran EKG menunjukkan aritmia letal (mis. Ventricular Tachycardia [VT],


Ventricular Fibrillatio [VF], Asistol, Pulseless Electrical Activity [PEA] ).

5. Gambaran EKG menunjukkan aritmia mayor ( mis. AV block derajat 2 tipe 2, AV


block total, takiaritmia / bradiaritmia, Supraventricular Tachycardia [SVT],
Ventricular Extrasystole [VES], Ventricular Extrasystole [VES], simptomatik ).

6. ETCO2 <35 mmHg.

Kondisi Klinis Terkait.

1. Henti Jantung. 2. Bradikardia. 3. Takikardia. 4. Sindrom koroner akut.

5. Gagal Jantung.6. Kardiomiopati.7. Miokarditis.8. Disritmia.9. Trauma.

10. Perdarahan (mis. perdarahan gastrointestinal, ruptur aorta, perdarahan


intrakranial).11. Keracunan.12. Overdosis.13. Tenggelam.14. Emboli paru.
3. Risiko aspirasi

Definisi : Resiko mengalami masuknya sekresi gastrointestonal, sekresi orofaring,


benda cair atau padat ke dalam saluran trakeobronkhial akibat disfungsi mekanisme
protektif saluran napas.[ CITATION SDK17 \l 1033 ]

Faktor Risiko :

1. Penurunan tingkat kesadaran. 2.Penurunan refleks muntah dan / atau


batuk.3.Ganggunan menelan.4.Disfagia5..Kerusakan mobilitas
fisik.6.Peningkatan residu lambung7..Peningkatan tekanan intragastrik.
8.Penurunan motilitas gastrointestinal.9.Sfingter esofagus bawah
inkompeten10.Perlambatan pengosongan lambung.11.Terpasang selang
nasogastrik.12.Terpasang trakeostomi atau endotracheal tube.13.Trauma /
pembedahan leher, mulut, dan / atau wajah.14.Efek agen farmakologis.

2. Ketidakmatangan koordinasi menghisap, menelan dan bernafas.

Kondisi Klinis Terkait :

1. Cedera Kepala.2.Stroke. 3.Cedera medula sipinalis 4.Guillain barre


syndrome.5.Penyakit Parkinson. 6.Keracunan obat dan alkohol. 7.Pembesaran
uterus. 8.Miestenia gravis. 9. Fistula trakeoesofagus. 10.Strikura
esofagus.11.Sklrerosis multiple.12.Labiopalatoskizis. 13.Atresia
esofagus14.Laringomalasia. 15.Prematureritas

C. Intervensi
1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang
tidakmaksimal karena trauma, hipoventilasi.

Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur.
Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
Rasional : Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi paru dan
ventilasi pada sisi yang tidak sakit.
Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan
tanda-tanda vital.
Rasional : Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi
sebgai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock
sehubungan dengan hipoksia.

Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin


keamanan.
Rasional : Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan
mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan
menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.
Rasional : Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat
dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.
Perhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1 – 2 jam
Rasional : Mempertahankan tekanannegatif intrapleural sesuai yang diberikan,
yang meningkatkan ekspansi paru optimum/drainase cairan
2. Gangguan sirkulasi spontan berhubungan dengan kelelahan otot pernafasan.
a. Indentifikasi adanya otot bantu nafas
b. Indentifikasi efek perubahan posisi terhadap status pernafasan
c. Monitor status respirasi dan oksigenasi ( missal: frekuensi kedalaman
nafas,penggunaan otot bantu nafas, bunyi nafas tambahan, saturasi oksigen
3. Risiko aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran
a. sekunder akibat pembedahan
b. Tujuan setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam diharapkan pasien
c. tidak mengalami aspirasi yang dibuktikan oleh Pencegahan Aspirasi
d. dengan kriteria pasien mampu menoleransi asupan oral tanpa aspirasi.
e. Intervensi yang dilakukan untuk mencapai tujuan adalah sebagai berikut:

Standard Comfort :
a. Pantau tingkat kesadaran, refleks batuk, muntah dan kemampuan menelan
b. Pantau tanda-tanda aspirasi selama proses pemberian makan (batuk, tersedak,
meneteskan air liur/ salivasi, sianosis, mengi/ demam)
Coaching :
a. Anjurkan kepada orang tua untuk mengikuti aturan tentang teknik pemberian
makan dan menelan
b. Tinjau bersama pasien dan orang tua tentang tanda dan gejala aspirasi dan
tindakan pencegahannya

Comfort food for the soul :


Bantu orang tua untuk membuat rencana kedaruratan bila pasien mengalami
aspirasi
D. Implementasi
Menurut [ CITATION din17 \l 1033 ] implementasi keperawatan yaitu tahap
pelaksanaan yang berisi tentang tindakan yang telah diberikan kepada pasien untuk
mengatasi masalahnya dan untuk mengatasi masalahnya dan untuk meningkatkan atau
mempertahankan kesehatannya
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan
yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang dilakukan telah tercapai
atau perlu pendekatan lain dengan mengukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi SOAP ( subjektif , objektif , analisa , planning ).
[ CITATION din17 \l 1033 ]
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam
tubuh manusia yang menimblkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang
masuk ke dalam tubuh dapat langsung menganggu organ tubuh tertentu, seperti
paru-paru , hati , ginjal dan lainnya.
B. Saran
Pemahaman dan keahlian dalam aplikasi asuhan keperawatan gadar pada
pasien intoksikasi merupakan salah satu cabang ilmu keperawatan yang dimiliki
oleh tenaga kesehatan khususnya perawat agar dapat mengaplikasikannya serta
berinovasi dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien. Hal ini akan
mendukung profesionalisme dalam wewenang dan tanggung jawab perawat
sebagai bagian dari tenaga medis yang memberikan pelayanan asuhan
keperawatan secara komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA

Alsuhendra & Ridawati. (2013). bahan toksik dalam makanan. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

black, m. d. (2014). keperawatan medikal bedah manajemen klinis untuk hasil yang diharapkan.
jakarta: cv pentasada media edukasi.

Blantan, K. I. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Keracunan Insektisida. jakarta:
( Online ://id.scribd.com/doc/94941402/ASKEP-Intoksikasi-Baygon).

BPOM RI . (2013). Laporan tahunan 2013 Badan Pengawas Obat Dan Makanan RI. Jakarta:
BPOM RI.

BPOM RI. (2012). Laporan tahunan 2012 Bahan Pengawas Obat Dan Makanan RI. Jakarta: BPOM
RI.

Dinkes Boyolali. (2013). Data Surveilans Keracunan Makanan Pangan DI boyolali. Kabupaten
Boyolali.

Farmashinta AR. (2013). Faktor Resiko Keracunan Makanan Dari Analisa Kasus Yang Dirawat Di
RSUD Cibinong. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Handayani N. (2013). Faktor Resiko Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan Di Desa
Bantargadung . Sukabumi.

Indrati R Dan Gardjito M. (2014). Pendidikan Konsumsi Pangan, Aspek Pengolahan Dan
Keamanan . Jakarta : Kencana.

Irianto K . (2014). Epidemiologi Penyakit Menular & Tidak Menular Panduan Klinis . Bandung:
Alfabeta.

Irianto K. (2014). Bakteriologis Medis, Mikologi Medis, Dan Virologi Medis. Bandung Alfabeta.

Kemenkes RI. (2012). Pedoman epidemilogi penyakit. Jakarta: Kemenkes RI: buku pedoman
penyelidikan dan penanggulangan kejadian luar biasa penyakit mrenular dan keracunan pangan.

Notoatmodjo S. (2012). promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta :PT.Rineka Cipta.

Pemenkes RI. (2013). tentang kejadian luar biasa keracunan pangan. JAKARTA : KEMENKES ri:
pentaraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 2 tahun 2013 .

Solopos. (2014). keracunan massal: santap hidangan hajatan,seratus warga mual-mual. jakarta:
http://www.solopos.cpm/2014/05/13/keracunan-massal-santap-hidangan-hajatan-seratusan-
warga-mual-mual-507540.

Anda mungkin juga menyukai