Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Klinik


Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :
TITIN PURNAMA SARI
SN201218

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

A. Masalah Utama
Halusinasi

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Definisi
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana
klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.Suatu
penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu
penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa
stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2010).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan.
Klien merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap
meskipun tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera
tersebut (Izzudin, 2012).

2. Tanda dan gejala


a Subjektif
1) Pasien mengatakan mendengar suara/ kegaduhan
2) Pasien mengatakan mendengar suara yang mendorong
melakukan hal yang berbahaya
3) Pasien mengatakan melihat bayangan, sinar, hantu dan lain-lain
4) Pasienmengatakanmenciumbau-bauansepertibaudarah,
urindanlain-lain
b Objektif
1) Berbicara dan tertawa sendiri
2) Marah-marah tanpa sebab
3) Menutup telinga dan hidung
4) Sering meludah dan muntah

3. Penyebab Terjadinya Masalah


a Faktor Prediposisi
Menurut Stuart (2014), faktor predisposisi terjadinya halusinasi
adalah:
1) Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai
dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang
berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan
otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi
pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan
dengan perilaku psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin
neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah
pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya
skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal
menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak
manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia
kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks
bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan
kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-
mortem).
2) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau
keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas
adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup
klien.
3) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan,
bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
b Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi,
perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian
individu terhadap stressor dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2010).
Menurut Stuart (2014), faktor presipitasi terjadinya gangguan
halusinasi adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh
otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stressor.

4. Akibat Yang Ditimbulkan


Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori: halusinasi dapat
beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko
mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/
membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
C. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Isolasi Sosial :
menarik diri Faktor Predisposisi : Faktor Predipitasi :
- Biologis - Biologis
- Psikologis - Stres Lingkungan
- Sosial budaya - Sumber koping

(Nita, 2009)

D. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu dikaji


1. Masalah keperawatan
a. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
b. Isolasi sosial menarikdiri
2. Data yang perlu dikaji
a. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
1) Data subjektif
Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan
dengan stimulus nyata, klien mengatakan mencium bau dan
mendengar suara tanpa stimulus nyata
2) Data objektif
Klien berbicara dan tertawa sendiri, klien bersifat seperti
mendengar/ melihat sesuatu, klien berhenti bicara ditengah
kalimat untuk mendengarkan sesuatu
b. Isolasi social menarik diri
1) Data subjektif
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, klien menolak
komunikasi kadang hanya dijawab (ya/tidak)
2) Data objektif
Apatis, ekspresi sedih, menyendiri, menghindari orang lain,
kontak mata kurang dan menolak hubungan dengan orang lain

E. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi pendengaran.
2. Gangguan persepsi sensori : halusinasi berhubungan dengan menarik diri.

F. Rencana Tindakan
1. Resiko perilaku kekerasan
Tujuan Umum :
Selama perawatan diruangan, pasien tidak memperlihatkan perilaku
kekerasan
Tujuan Khusus :
a. Dapat membina hubungan saling percaya
b. Dapat mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, bentuk dan akibat
PK yang sering dilakukan
c. Dapat mendemonstrasikan cara mengontrol PK dengan cara :
Fisik
Social dan verbal
Spiritual
Minum obat teratur
d. Dapat menyebutkan dan mendemonstrasikan cara mencegah PK yang
sesuai
e. Dapat memelih cara mengontrol PK yang efektif dan sesuai
f. Dapat melakukan cara yang sudah dipilih untuk mengontrl PK
g. Memasukan cara yang sudah dipilih dalam kegitan harian
h. Mendapat dukungan dari keluarga untuk mengontrol PK
i. Dapat terlibat dalam kegiatan diruangan
Intervensi :
Tindakan Psikoterapi
Pasien :
a. BHSP
b. Ajarakan SP I :
1) Diskusikan penyebab, tanda dan gejala, bentuk dan akibat PK
yang dilakukan pasien serta akibat PK
2) Latih pasien mencegah PK dengan cara: fisik (tarik nafas dalam &
memeukul bantal)
3) Masukkan dalam jadwal harian
c. Ajarkan SP II :
1) Diskusikan jadwal harian
2) Latih pasien mengntrol PK dengan cara sosial
3) Latih pasien cara menolak dan meminta yang asertif
4) Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
d. Ajarkan SP III :
1) Diskusikan jadwal harian
2) Latih cara spiritual untuk mencegah PK
3) Masukkan dalam jadawal kegiatan harian
e. Ajarkan SP IV :
1) Diskusikan jadwal harian
2) Diskusikan tentang manfaat obat dan kerugian jika tidak minum
obat secara teratur
3) Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
f. Bantu pasien mempraktekan cara yang telah diajarkan
g. Anjurkan pasien untuk memilih cara mengontrol PK yang sesuai
h. Masukkan cara mengontrol PK yang telah dipilih dalam kegiatan
harian
i. Validasi pelaksanaan jadwal kegiatan pasien dirumah sakit

Keluarga :
a. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
PK
b. Jelaskan pengertian tanda dan gejala PK yang dialami pasien serta
proses terjadinya
c. Jelaskan dan latih cara-cara merawat pasien PK
d. Latih keluarga melakukan cara merawat pasien PK secara langsung
e. Discharge planning : jadwal aktivitas dan minum obat
Tindakan psikofarmakologi
a. Berikan obat-obatan sesuai program pasien
b. Memantau kefektifan dan efek samping obat yang diminum
c. Mengukur vital sign secara periodik

Tindakan manipulasi lingkungan


a. Singkirkan semua benda yang berbahaya dari pasien
b. Temani pasien selama dalam kondisi kegelisahan dan ketegangan
mulai meningkat
c. Lakukan pemebtasan mekanik/fisik dengan melakukan
pengikatan/restrain atau masukkan ruang isolasi bila perlu
d. Libatkan pasien dalam TAK konservasi energi, stimulasi persepsi dan
realita.
2. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
Tujuan Umum :
mampu mengontrol halusinasi
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengenal halusinasinya; jenis, isi, waktu, dan frekuensi
halusinasi, respon terhadap halusinasi, dan tindakan yang sudah
dilakukan
c. Klien dapat menyebutkan dan mempraktekan cara mengntrol
halusinasi yaitu dengan menghardik, bercakap-cakap dengan orang
lain, terlibat/ melakukan kegiatan, dan minum obat.
d. Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya
e. Klien dapat minum obat dengan bantuan minimal
f. Mengungkapkan halusinasi sudah hilang atau terkontrol
Intervensi :
Tindakan Psikoterapeutik
Klien :
a. Bina hubungan saling percaya
b. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
c. Observasi tingkah laku klien terkait halusinasinya
d. Tanyakan keluhan yang dirasakan klien
e. Jika klien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi tentang adanya
pengalaman halusinasi, diskusikan dengan klien tentang halusinasinya
meliputi :
SP I :
a. Identifikasi  jenis halusinasi Klien
b. Identifikasi isi halusinasi Klien
c. Identifikasi waktu halusinasi Klien
d. Identifikasi frekuensi halusinasi Klien
e. Identifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
f. Identifikasi  respons Klien terhadap halusinasi
g. Ajarkan Klien menghardik halusinasi
h. Anjurkan Klien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian
SP II :
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian Klien
b. Latih Klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain
c. Anjurkan Klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP III :
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian Klien
b. Latih Klien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan
(kegiatan yang biasa dilakukan Klien di rumah).
c. Anjurkan Klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP IV :
a. Evaluasijadwal kegiatan harian Klien
b. Berikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
c. Anjurkan Klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
d. Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar.
e. Menganjurkan Klien mendemonstrasikan cara kontrol yang sudah
diajarkan
f. MenganjurkanKlienmemilihsalahsatucara control halusinasi yang
sesuai

Keluarga
a. Diskusikan masalah yang dirasakn keluarga dalam merawat Klien
b. Jelaskan pengertian tanda dan gejala, dan jenis halusinasi yang
dialami Klien serta proses terjadinya
c. Jelaskan dan latih cara-cara merawat Klien halusinasi
d. Latih keluarga melakukan cara merawat Klien halusinasi secara
langsung
e. Discharge planning : jadwal aktivitas dan minum obat

Tindakan Psikofarmako
a. Berikan obat-obatan sesuai program Klien
b. Memantau kefektifan dan efek samping obat yang diminum
c. Mengukur vital sign secara periodik

Tindakan Manipulasi Lingkungan


a. Libatkan Klien dalam kegiatan di ruangan
b. Libatkan Klien dalam TAK halusinasi
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A. (2010). Proses  Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I. Jakarta : EGC.

Kusumawati & Hartono. (2010) . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta :


Salemba Medika

Nita, F. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan


Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat. Jakarta: Salemba Medika.

Rasmun. (2011). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan


Keluarga. Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses
Interaksi (API). Jakarta : fajar Interpratama.

Stuart, G.W & Sundeen, S.J .(2014) . Buku Saku Keperawatan Jiwa (5th ed) .
Jakarta : EGC .
STRATEGI KOMUNIKASI TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN MASALAH HALUSINASI
(SP 1 PASIEN)

1. ORIENTASI (PERKENALAN)
a. Salam Terapeutik
”Assalamualaikum. Selamat pagi.”
”Saya Novy, perawat di sini, Siapa nama Bapak? Senang di panggil
siapa?”
b. Evaluasi/Validasi
”Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Apa keluhan Bapak hari ini?”
c. Kontrak Waktu
”Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini
Bapak dengar tetapi tak tampak wujudnya? Dimana kita duduk? Berapa
lama? Bagaimana jika 15 menit?”

2. KERJA
”Apakah Bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya?Apa yang dikatakan
suara itu?Apakah terus menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan
yang paling sering Bapak dengar suara? Berapa kali sehari Bapak alami?
Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah waktu sendiri?”
”Apa yang Bapak rasakan saat mendengar suara itu? Apa yang Bapak
lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu
hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-
suara itu muncul?”
“Bapak, ada 4 cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama,
dengan menghardik suara itu. Kedua, dengan bercakap-cakap dengan
orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal. Keempat,
minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.
Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung Bapak
bilang, pergi saya tidak mau dengar, ... saya tidak mau dengar. Kamu suara
palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba
Bapak peragakan! Nah begitu, ... bagus! Coba lagi! Ya bagus Bapak sudah
bisa.”
3. TERMINASI
a. Evaluasi Subyektif
”Bagaimana perasaan Bapak setelah peragaan latihan tadi? Kalau
suara-suara itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut.”
b. Evaluasi Obyektif
”Ya Bapak sudah bisa memperagakan latihan tadi.”
c. Rencana Tindak Lanjut
”Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya? Mau jam berapa saja
latihannya?”
d. Kontrak
- Topik
”Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan
mengendalikan suara-suara dengan cara kedua?”
- Waktu
”Besok pagi jam9 saya akan datang kesini. Bagaimana, Bapak
bersedia?”
- Tempat
”Besok saya akan ke ruangan ini lagi. Sampai jumpa ya.”

Anda mungkin juga menyukai