Anda di halaman 1dari 12

Laporan Resmi Praktikum Teknologi Sediaan Padat

PENGUJIAN TERHADAP
TABLET PARACETAMOL

Disusun Oleh :
S1 Progsus Farmasi Kelas Kudus

PROGRAM SARJANA FARMASI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2020

I. Dasar Teori
Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang banyak diproduksi dan
disukai oleh masyarakat karena tablet mempunyai beberapa keuntungan
diantaranya adalah ketepatan dosis, mudah cara pemakaiannya, relatif stabil
dalam penyimpanan, mudah dalam transportasi dan distribusi kepada konsumen,
serta harganya relatif murah. (Banker dan Anderson, 1986).
Tablet merupakan salah satu sediaan farmasi yang sangat digemari,
karena bentuknya yang padat, mudah di bawa dan dapat menghasilkan efek
yang cepat. Dalam proses pembuatan tablet, bahan aktif dapat diformulasikan
bersama dengan bahan tambahan farmasetik atau tanpa bahan tambahan. Sifat
bahan aktif yang memiliki berbagai variasi mulai dari ukuran, bentuk, berat,
kekerasan, dan ketebalan, maka memiliki waktu hancur yang berbeda juga.
Tablet konvesional saat ini dapat dicetak menggunakan cara kompresi.
Kemajuan teknologi yang berkembang pesat dibidang farmasi memberikan
banyak kemudahan dalam proses pencetakan tablet. Penggunaan teknologi alat
yang dilengkapi dengan punch dan die dalam berbagai ukuran memudahkan
dalam pencetakan tablet. Tekanan atau kompresi yang sama dan kecepatan
yang tinggi dalam produksi tablet, memudahkan memproduksi tablet yang
berukuran konstan. Pada teknologi terdahulu, pembuatan tablet dengan cara
mencetak formula kedalam cetakan, menggunakan mesin alat tangan yang
ditekan kemudian dikeluarkan dari cetakannya setelah itu tablet dibiarkan kering
(Ansel dan Ibrahim, 1989).
Berbagai jenis tablet beredar di pasaran, mulai dari tablet cetak, tablet
triturat, tablet hipodermik, tablet bukal, tablet efervesen, tablet kunyah, tablet
multilapis, tablet vaginal, tablet hancur cepat, dan tablet hisap. Tablet sebaik
apapun jika tidak mengenai sasaran target penyembuhan tidak akan berarti,
maka diperlukan sistem penghantaran obat yang baik supaya dapat mencapai
target yang sesuai. Tablet dapat dihantarkan melalui beragam cara mulai dari
formulasi yang sederhana, 2 immediate release, sediaan pelepasan diperlama
maupun pelepasan modifikasi. Dalam hal ini perlu dipikirkan sistem pelepasan
mana yang diinginkan supaya sediaan mencapai target, dengan
mempertimbangkan jumlah dan kecepatan yang akan dihantarkan dengan
stabilitas bahan aktif sediaan. Metode pembuatan tablet kompresi antara lain
adalah granulasi basah, granulasi kering dan secara kempa langsung. Pada
ketiga metode ini memiliki masing masing kelemahan dan keunggulan, pemilihan
penggunaan metode ini tergantung dari bahan aktif yang digunakan (Agoes,
2012).
Tablet konvensional memiliki kelemahan untuk aplikasi pada pasien,
tablet konvesional mengharuskan pasien untuk dapat menelan obat, sedangkan
beberapa kalangan pasien memang sukar untuk menelan obat secara oral
terlebih lagi disaat berpergian atau pasien tidak memiliki akses air minum. Untuk
pasien yang memiliki tingkat pendidikan rendah, dan memiliki keterbatasan
menelan obat, biasanya cenderung akan menggerus obat sehingga tujuan
targetnya tidak terpenuhi.
Bahan penghancur merupakan salah satu bahan tambahan yang penting
dalam pembuatan tablet, bahan penghancur berfungsi melawan aksi bahan
pengikat dari tablet dan melawan tekanan pada saat penabletan. Bahan ini akan
menghancurkan tablet bila bersentuhan dengan air atau cairan saluran
pencernaan. Tablet akan hancur menjadi granul selanjutnya pecah menjadi
partikel-partikel halus dan akhirnya obat akan hancur (Gunsel et al, 1970).
Amilum (pati) merupakan bahan penolong yang sering digunakan pada
pembuatan tablet. Salah satunya adalah sebagai bahan penghancur. Amilum
akan melepaskan kekuatannya dari bahan pengikat dan menyebabkan
pembengkakan dari beberapa komponen penyusun sehingga sebagian atau
seluruh aksinya membantu hancurnya tablet (Voigts , 1984).
Parasetamol merupakan obat yang berkhasiat sebagai analgetik,
antiperetik., efek terapi cepat dan dapat dibeli dengan harga terjangkau (Tan dan
Kirana, 2002).
Toksisitas parasetamol lebih rendah dari pada aspirin dan fenasetin pada
dosis 1 2 normal paracetamol bebas efek samping bermakna, sedangkan pada
dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal (Mycek, 2001).
Parasetamol memiliki sifat kompresibilitas dan fluiditas yang kurang baik,
sehingga menimbulkan kesulitan sewaktu pengempaan. Untuk obat dengan sifat
kompaktibilitas yang kurang baik dalam dosis besar paling tepat jika digunakan
metode granulasi basah, karena dengan metode granulasi basah tidak
memerlukan banyak bahan tambahan yang menyebabkan bobot terlalu besar,
selain itu sifat parasetamol yang tahan terhadap panas dan kelembaban selama
proses granulasi.
II. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengenal alat dan bahan baku kimia beserta kegunaan
dan keamanannya.
2. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan/mesin produksi sediaan padat.
3. Mahasiswa mampu menerapkan prinsip kerja proses pembuatan tablet dan uji
evaluasinya.
III. Alat dan Bahan
Alat :
1. Timbangan analitik
2. Hardness tester
3. Disintegrator tester
4. Friabilator tester
Bahan :
1. Tablet Paracetamol
IV. Prosedur Kerja
1) Uji Organoleptis meliputi rasa, bau, bentuk, dan ukuran

Ambil 1 tablet Paracetamol

Diamati bentuk, bau, ukuran dan rasa

2) Uji Kontrol Keseragaman Bobot

Ditimbang 10 tablet Paracetamol satu per satu


pada neraca analitik

Lalu di hitung rata-rata dan koefisien variasinya

Rumus CV = ( SD/X ) x 100 %


Ket :
CV : Koefisien variasi
SD : Simpangan baku X : Rata - rata

Syarat koefisien variasi tablet kurang dari 5 %


3) Uji Kontrol Kekerasan Tablet

Ambil satu tablet diletakkan pada ujung alat


dengan posisi vertical

Putar sekrup pada ujung alat sehingga tablet


tertekan

Pemutaran dihentikan saat tablet telah pecah

Lakukan percobaan sebanyak 5 kali, hitung


harga putarannya

Syarat kekerasan tablet tidak boleh melebihi


10 kg

4) Uji Kontrol Kerapuhan

Timbang 10 tablet pada timbangan analitik, catat


bobotnya sebagai bobot mula- mula

Masukkan dalam friabilator, pengujian dilakukan


selama 4 menit

Setelah 5 menit keluarkan tablet dari alata


kemudian timbang lagi sebagai bobot akhir

Kemudian dihitung kerapuhannya


Kerapuhan = berat tablet awal – berat tablet akhir x 100%
Berat tablet awal

Syarat kerapuhan tablet tidak boleh


kurang dari 1%
5) Uji Kontrol Waktu Hancur

5 tablet Paracetamol dimasukkan kedalam


tabung disintegration tester

Setiap tabung diisi 1 tablet,

Kemudian masukan dalam penangas air dengan


temperatur 37oC

Jalankan alat sampai semua obat terlarut,

Kemudian catat waktu yang ditunjukan sebagai


waktu hancur tablet

Syarat waktu hancur tablet yang baik adalah


kurang dari 15 menit

V. Hasil Praktikum

1) Uji Organoleptis

Tablet Paracetamol

Pengamatan Hasil Pengamatan


Bau Obat Paracetamol
Rasa Pahit
Warna Putih Merata
Bentuk Tablet bentuk utuh
Ukuran Tablet dengan diameter 1,3 cm

2) Uji Keseragam Bobot


Tablet Bobot Bobot Koefisien
Paracetamol Paracetamol Rata - rata Variasi
per tablet
1 0,6645 gram CV = (SD/X) x 100%
2 0,6745 gram CV : Koefisien Variasi
3 0,6770 gram SD : Simpangan baku
4 0,6769 gram X : rata - rata
5 0,6706 gram 0,6676 gram Diketahui :
6 0,6719 gram SD : 6,26 x 10-3
7 0,6719 gram X : 0,6676 gram
8 0,6842 gram CV = 0,00626 x 100%
9 0,6844 gram 0,6676
10 0,6700 gram = 0,937 %
Total 6,6759 gram

3) Uji Kekerasan Tablet

Tablet Kekerasan Tablet


Paracetamol
1 6,7 Kg
2 5,5 Kg
3 5,3 Kg
4 4,7 Kg
5 3,9 Kg

4) Uji Kerapuhan Tablet


Diketahui :
Berat awal 10 tablet = 6,7225 gram
Berat akhir 10 tablet = 6,6884 gram
Kerapuhan = Berat tablet awal – berat tablet akhir x 100 %
Berat tablet awal

Kerapuhan tablet paracetamol = 6,7225 gram – 6,6884 x 100%


6,7225 gram
= 0,88%

5) Uji Waktu Hancur Tablet


Tablet Kekerasan Tablet
Paracetamol
1 42 detik
2 60 detik
3 74 detik
4 74 detik
5 74 detik

VI. Pembahasan
Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang banyak diproduksi dan
disukai oleh masyarakat karena tablet mempunyai beberapa keuntungan
diantaranya adalah ketepatan dosis, mudah cara pemakaiannya, relatif stabil
dalam penyimpanan, mudah dalam transportasi dan distribusi kepada konsumen,
serta harganya relatif murah. (Banker dan Anderson, 1986).
Pengujian pertama yang dilakukan adalah uji organoleptis. Pengujian
organoleptis mempunyai peranan penting dalam penerapan mutu. Pengujian
organoleptis dapat memberikan indikasi kebusukan, kemunduran mutu dan
kerusakan lainnya dari produk. Pada uji organoleptis pertama – tama yang
dilakukan adalah mengamati tablet paracetamol yaitu meliputi bau, rasa, warna,
bentuk dan ukuran. Hasil yang di dapat pada praktikum pengujian uji oranoleptis
tablet paracetamol adalah dari bau khas obat paracetamol, rasa pahit, warna
putih merata, bentuk tablet utuh, ukuran tablet dengan diameter 1,3.
Pengujian kedua yang dilakukan adalah uji keseragaman bobot. Uji
keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui keragaman sediaan dan
memastikan bahwa setiap tablet mengandung sejumlah obat atau bahan aktif
dengan takaran yang tepat dan merata. Pertama – tama yang dilakukan pada
pengujian keseragam bobot yaitu menimbang 10 tablet paracetamol satu persatu
pada neraca analitik kemudian catat lalu dihitung rata – rata dan koefisien
variasinya menggunakan rumus CV = ( SD / X ) x 100%. Hasil yang didapat pada
pengujian keseragaman bobot adalah 0,937% artinya tablet paracetamol yang
diuji memenuhi persyaratan karena syarat koefisien variasi tablet kurang dari 5%.
Pengujian ketiga yang dilakukan adalah uji kekerasan tablet. Untuk uji
kekerasan tablet menggunakan alat atau instrument yang bernama hardness
tester. Alat ini berguna untuk menentukan tingkat kekerasan dan ketahanan
tablet terhadap tekanan yang diterima selama perjalanan distribusi. Pertama –
tama yang dilakukan pada uji ini adalah ambil 1 tablet paracetamol letakkan pada
ujung alat dengan posisi vertical lalu putar sekrup pada ujung alat sehingga
tablet tertekan. Pemutaran dihentikan saat tablet telah pecah kemudian hitung
harga putarannya dan lakukan percobaan sebanyak 5 kali. Hasil dari pengujian
kekerasan tablet paracetamol pada tablet pertama 6,7 kg, tablet kedua 5,5 kg,
tablet ketiga 5,3 kg, tablet keempat 4,7 kg dan tablet kelima 3,9 kg, dari kelima
tablet paracetamol yang diuji kekerasan memenuhi syarat tablet yang baik di
karena syarat kekerasan tablet yang baik adalah tidak boleh melebihi 10 kg.
Pengujian keempat adalah uji kontrol kerapuhan tablet, ujia kerapuhan
tablet merupakan uji ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang
dialami selama pengemasan, pengiriman dan penyimpan. Kerapuhan dapat di
evaluasi menggunakan alat friability tester. Pertama – tama yang dilakukan pada
uji ini timbang 10 tablet paracetamol pada timbangan analitik, kemudian cacat
bobotnya sebagai bobot mula-mula. Masukkan dalam friabilator, pengujian
dilakukan selama 4 menit setelah 5 menit keluarkan tablet dari alat kemudian
timbang lagi sebagai bobot akhir. Kemudian hitung kerapuhannya. Syarat
kerapuhan tablet yang baik adalah kurang dari 1%. Hasil dari pengujian
kerapuhan tablet di dapat hasil 0,88 %. Hasil tersebut memenuhi syarat tablet
yang baik karena kurang dari 1%.
Pengujian kelima yang dilakukan adalah uji kontrol waktu hancur tablet.
Pengujian ini bertujuan untuk menjamin bahwa waktu hancur pada cairan tubuh,
sehingga akan tersedia dalam bentuk molekulernya. Pada pengujian ini yang
dilakukan pertama kali adalah ambil 5 tablet paracetamol dimasukkan kedalam
tabung disintegration tester, setiap tabung diisi 1 tablet, kemudian masukkan
dalam penangas air dengan temperatur 370 C. Kemudian jalankan alat sampai
semua obat terlarut, lalu catat waktu yang ditunjukan sebagai waktu hancur
tablet. Syarat waktu hancur yang baik adalah kurang dari 15 menit. Hasil dari uji
kontrol waktu hancur tablet pertama 42 detik, tablet kedua 60 detik, tablet ketiga
74 detik, tablet keempat 74 detik dan tablet kelima 74 detik. Dari hasil kelima
tablet paracetamol pada pengujian waktu hancur memenuhi syarat semua hasil
yang didapat kurang dari 15 menit.

VII Kesimpulan
Pada praktikum pengujian terhadap tablet paracetamol dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil yang di dapat pada praktikum pengujian uji oranoleptis tablet
paracetamol adalah dari bau khas obat paracetamol, rasa pahit, warna putih
merata, bentuk tablet utuh, ukuran tablet dengan diameter 1,3.
2. Hasil yang didapat pada pengujian keseragaman bobot adalah 0,937%
artinya tablet paracetamol yang diuji memenuhi persyaratan karena syarat
koefisien variasi tablet kurang dari 5%.
3. Hasil dari pengujian kekerasan tablet paracetamol pada tablet pertama 6,7 kg,
tablet kedua 5,5 kg, tablet ketiga 5,3 kg, tablet keempat 4,7 kg dan tablet kelima
3,9 kg, dari kelima tablet paracetamol yang diuji kekerasan memenuhi syarat
tablet yang baik di karena syarat kekerasan tablet yang baik adalah tidak boleh
melebihi 10 kg.
4. Hasil dari pengujian kerapuhan tablet di dapat hasil 0,88 %. Hasil tersebut
memenuhi syarat tablet yang baik karena kurang dari 1%.
5. Hasil dari uji kontrol waktu hancur tablet pertama 42 detik, tablet kedua 60
detik, tablet ketiga 74 detik, tablet keempat 74 detik dan tablet kelima 74 detik.
Dari hasil kelima tablet paracetamol pada pengujian waktu hancur memenuhi
syarat semua hasil yang didapat kurang dari 15 menit.

VIII. Dokumentasi Praktikum


1. Uji Kekerasan Tablet

2. Uji Kerapuhan Tablet


a. Penimbangan tablet sebelum di dimasukkan ke friabilator
b. Tablet dimasukkan ke friabilator

c. Penimbangan setelah keluar dari friabilator

3. Uji Waktu Hancur

Anda mungkin juga menyukai