Anda di halaman 1dari 13

BAB III

DASAR TEORI

3.1.Survey

Survey adalah pengamatan terhadap suatu besaran yang dilakukan dengan


menggunakan perlalatan dalam suatu lokasi dengan beberapa keterbatasan
tertentu. Didalam arti secara luas yaitu memindahkan kondisi atau kenampakan
dilapangan ke dalam gambar (topografi) dan juga memindahkan data atau
koordinat ke dalam lapangan (stake out) .
Pekerjaan survey pada tahapan kegiatan tambang dapat dikategorikan
sebagai pekerjaan Geodesi Dasar (Plane Geodesi). Pada umumnya wilayah
tambang tidak mencakup areal yang terlalu luas sehingga kelengkungan bumi
dapat diabaikan. Aspek ketelitian survey dan pemetaan pada kegiatan
penambang yang diharapkan masih dalam ketelitian fraksi meter bahkan bila
memungkinkan hingga milimeter, kecuali untuk pekerjaan yang berhubungan
dengan konstruksi infrastruktur atau bangunan dan pengukuran deformasi
lereng.(Basuki, 2006: III-1)

3.2.Pengertian Peta

Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan atau buatan
manusia, yang berada di atas maupun di bawah permukaan bumi yang
digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala tertentu. Beberapa jenis
peta secara umum dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Peta Rupa Bumi
Peta rupa bumi yaitu peta yang menampilkan sebagian unsur-unsur
buatan manusia (kota, jalan, struktur bangunan lain) serta unsur alam
(sungai, danau, gunung, dsb) pada bidang datar dengan skala dan proyeksi
tertentu. Peta rupabumi dalam istilah asingnya sering disebut sebagai
Topographic Map.
2. Peta Tematik
Peta tematik yaitu peta yang menyajikan tema tertentu dan untuk
kepentingan tertentu (land status, penduduk, transportasi dll) dengan
menggunakan peta rupabumi yang telah disederhanakan sebagai dasar untuk
meletakkan informasi tematiknya. (Anonim, 2016 ).

Ada beberapa teori yang menjelaskan definisi dari sebuah peta,


beberapa diantaranya adalah :
a. International Cartographic Association (1973)
Peta adalah suatu representasi atau gambaran unsur-unsur atau
kenampakan-kenampakan abstrak, yang dipilih dari permukaan bumi,
atau yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda
angkasa, dan umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan
diperkecil atau diskalakan.
b. Aryono Prihandito (1989)
Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi dalam skala
tertentu dan digambarkan di atas bidang datar melalui sistem proyeksi.
Karena banyaknya berbagai data yang dapat disajikan dalam suatu peta,
maka perlu dilakukan pemilihan data-data yang akan disajikan sehingga
kerumitan isi peta dapat dihindari. Dalam pemilihan data tersebut, perlu
dipertimbangkan beberapa hal. Seperti skala peta yang akan dibuat,
sumber data pemetaan, serta jenis data yang disajikan (tujuan pemetaan).

Suatu peta dapat dikelompokkan kedalam beberapa jenis peta,


yaitu:
 Berdasarkan sumber datanya, peta dikelompokkan ke dalam dua
golongan peta, yaitu :
1) Peta induk, adalah peta yang dihasilkan dari survey langsung di
lapangan dan dilakukan secara sistematis.
2) Peta turunan, adalah peta yang dibuat atau diturunkan berdasarkan
acuan peta yang sudah ada, sehingga survey langsung ke lapangan
tidak diperlukan di sini. Peta turunan ini tidak dapat digunakan
sebagai peta dasar untuk pemetaan topografi.
 Berdasarkan besarnya gambar yang disajikan, maka skala peta dapat
dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu :
1) Skala besar, merupakan skala peta yang dapat menyajikan gambar
dalam ukuran besar sehingga data-data topografi dapat
digambarkan secara rinci. Termasuk dalam skala ini adalah skala
1 : 10.000, 1 : 5.000, 1 : 1.000, 1 : 500, dan skala yang lebih besar
lagi.
2) Skala sedang, merupakan skala yang dapat menyajikan gambar
dalam ukuran yang semi rinci, sehingga sudah ada pengelompokan
data-data rinci dan sejenis ke dalam satu kelompok data. Misalnya
lebar jalan sudah mengalami penyederhanaan menjadi garis.
Termasuk ke dalam kelompok ini adalah skala 1 : 250.000, 1 :
100.000, 1 : 50.000, 1 : 25.000. Skala sedang biasanya digunakan
untuk pemetaan dasar topografi nasional oleh Bakosurtanal.
3) Skala kecil, merupakan skala peta yang hanya dapat menyajikan
data dalam ukuran kecil pula, sehingga tingkat penyederhanaan
data sudah semakin membesar. Yang termasuk skala kecil adalah
skala 1 : 500.000 dan atau skala yang lebih kecil.
(Endarto, 2009 : I-4 – I-6)

3.3.Metode Pemetaan Topografi

Peta topografi dalam artinya bukan hanya memperlihatkan letak detail


buatan dan alam melainkan memperlihatkan juga bentuk dan keadaan daerah
yang biasanya dapat kita lakukan dengan penentuan garis-garis kontur. Secara
garis besarnya, metode pemetaan topografi dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu metode teristris dan metode fotogrametris.
3.3.1.Metode teresteris
Semua pekerjaan pengukuran topografi dilaksanakan di lapangan
dengan menggunakan peralatan ukur, seperti teodolit, waterpass, alat ukur
jarak, serta peralatan ukur modern lainnya (GPS, total station, laser scanner
dan lain-lain).
Pengukuran topografi adalah pengukuran posisi dan ketinggian titik
kerangka pemetaan serta pengukuran detail topografi (semua objek yang
terdapat di permukaan bumi). Yang dimaksud dengan kerangka pemetaan
adalah jaringan titik kontrol tanah (X dan Y) dan (h) yang akan digunakan
sebagai referensi atau acuan pengukuran dan titik kontrol pengukuran.
Setelah semua data lapangan terukur secara akurat, maka data-data
tersebut kemudian diolah di kantor. Pengolahan data ini terdiri atas
perhitungan data kerangka pemetaan dan data detail topografi,
penggambaran detail topografi. Hasil akhir dari pengolahan data ini adalah
berupa peta topografi.
Secara garis besar, langkah-langkah pemetaan secara terestris adalah
sebagai berikut :
a) Persiapan, yang meliputi peralatan, perlengkapan dan personil.
b) Survey pendahuluan (reconaisance survey), maksudnya peninjauan
lapangan lebih dahulu untuk melihat kondisi medan secara menyeluruh,
sehingga dari hasil ini akan dapat ditentukan :
1) Teknik pelaksanaan pengukurannya.
2) Penentuan posisi titik-titik kerangka peta yang representatif dalam arti
distribusinya merata, intervalnya seragam, aman dari gangguan,
mudah didirikan alat ukur, mempunyai kapabilitas yang baik untuk
pengukuran detail, saling terlihat dengan titik sebelum dan setelah
detail.
c) Survei pengukuran, meliputi :
1) Pengukuran kerangka peta (misal poligon) meliputi sudut, jarak, beda
tinggi.
2) Pengukuran detail.
3) Pengukuran khusus.
d) Pengolahan data (perhitungan)
1) Perhitungan kerangka peta (X, Y, Z).
2) Perhitungan detil (X, Y, Z) atau cukup sudut arah/azimuthnya, jarak
datar, dan beda tinggi, dari titik ikat.
e) Plotting atau penggambaran, meliputi:
1) Plotting kerangka peta.
2) Plotting detil.
3) Penarikan garis kontur.
4) Editing.

3.3.2.Metode fotogrametris
Pengukuran detail topografi (disebut pengukuran situasi) selain dapat
langsung dikerjakan di lapangan, dapat pula dilakukan dengan teknik
pemotretan dari udara, sehingga dalam waktu yang singkat dapat terukur
atau terpotret daerah yang seluas mungkin.
Pada dasarnya, metode foto gramteri ini mencakup foto grametris
metrik dan interpretasi citra. Foto grametris metrik merupakan pengenalan
serta identifikasi suatu objek pada foto. Dengan metode ini, pengukuran
tidak perlu dilakukan langsung di lapangan, tetapi cukup dilaksanakan di
laboratorium melalui pengukuran pada citra foto. Untuk melaksanakan
pengukuran tersebut diperlukan beberapa titik kontrol pada setiap foto
udara. Titik kontrol ini dapat dihasilkan dari proses foto grametris
selanjutnya, yaitu proses triangulasi udara yang bertujuan memperbanyak
titik kontrol foto berdasarkan titik yang ada. (Subagio, 2003 : 63 – 64)

3.4.Kesalahan dalam Pengukuran

Kegiatan survey di tambang tidak juga terlepas dari kesalahan-kesalahan


yang mungkin terjadi, baik kesalahan random, kesalahan sistematis, dan
kesalahan human error. Kesalahan ini bisa saja terjadi saat tahap eksplorasi,
pengukuran topografi, dan pengukuran untuk pembuatan model cadangan
material, atau pada tahap eksploitasi. Pemasangan patok tambang dan
pengukuran topografi progress tambang. Kesalahan dalam kegiatan survey dan
pemetaan tidak hanya terjadi pada proses pengukuran lapangan saja, dapat juga
terjadi pada processing data, penggunaan sistem koordinat dan
transformasinya, hingga pada penyajian data dalam bentuk peta.
Kesalahan dalam melakukan pengamatan dapat digolongkan menjadi 3
jenis, yaitu :
1. Kesalahan kasar atau kesalahan besar (mistake/blunders)
Kesalahan ini terjadi karena kurang hati-hati, kurang pengalaman,
atau kurang perhatian. Dalam pengukuran, jenis kesalahan ini tidak boleh
terjadi. Sehingga dianjurkan untuk mengadakan self checking dari
pengamatan yang dilakukan. Apabila diketahui ada kesalahan kasar maka
dianjurkan untuk mengulang Seluruh atau sebagian pengukuran tersebut.
Contoh kesalahannya adalah salah baca (6 dibaca 9, 3 dibaca 8), salah
mencatat data ukuran, dan salah dengar dari si pencatat. Untuk menghindari
terjadinya kesalahan kasar, dapat dilakukan pengukuran lebih dari satu kali.
2. Kesalahan sistematik (sistematic error)
Disebabkan oleh alat-alat ukur sendiri seperti panjang pita ukur
yang tidak standar, pembagian skala yang tidak teratur pada pita ukur, dan
pembagian skala yang tidak teratur pada pita ukur dan pembagian theodolit
yang tidak seragam. Kesalahan ini juga dapat terjadi karena cara-cara
pengukuran yang tidak benar. Sifat kesalahan ini dapat dihilangkan antara
lain dengan cara berikut :
a. Sebelum digunakan untuk pengukuran, alat dikalibrasi terlebih dahulu.
b. Dengan cara-cara tertentu, misalnya pengamatan biasa dan luar biasa dan
hasilnya dirata-rata.
c. Dengan memberikan koreksi pada data ukuran yang didapat.
d. Koreksi pada pengolahan peta.
3. Kesalahan random (accidental error)
Terjadi karena hal-hal yang tak terduga. (Purmaamijaya, 2008 : 25-50).
3.5.Tahapan Survey dan Pemetaan Kemajuan Tambang

Data-data yang didapat dari pengukuran di lapangan adalah berupa


koordinat UTM easting, northing, serta elevasi (X, Y, Z). Data-data tersebut
tersimpan dalam memori alat Total Station dan di-download ke komputer
dalam format Prolink (.sdr) dengan susunan tabel easting, northing, elevasi,
dan kode string.
Pengolahan data untuk mendapatkan kemajuan tambang selama satu bulan
terakhir dilakukan dengan bantuan program Surpac 6.2. Titik – titik survey di-
import ke dalam surpac dengan format “str” atau string.
Titik – titik tersebut dihubungkan sesuai dengan kode string masing –
masing agar sesuai dengan keadaan sebenarnya di lapangan dan file string
tersebut dijadikan acuan sebagai perbandingan dengan batas sequence yang
sudah direncanakan untuk bulan itu.
Titik – titik pengukuran EoM dan titik – titik topografi original dikonversi
ke dalam bentuk surface yang dalam istilah Surpac dikenal dengan format
“.dtm.”

3.6.Langkah-langkah convert data menggunakan Prolink


a. Buka sofware prolink, setelah prolink terbuka buat lah job baru (new
project) seperti pada gambar (3.1).

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

Gambar 3.1.Tampilan Awal Prolink (New Project)


b. Buatlah project baru dengan mengclick new project pada pokok kiri atas,
kemudian beri nama project tersebut dan simpan.

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

Gambar 3.2.Membuat Project di Prolink


c. Setelah project selesai dibuat, klick import data untuk mengconversi file
dari data .sdr ke data .str klick OK dan pilih file yang ingin diubah
format nya ke .str.*

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

Gambar 3.3.Import File dari .sdr ke .str


d. Setelah data selesai terimport dan tampilan prolink seperti gambar (3.5)
maka selanjutnya klick export data untuk menyimpan data tersebut.

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

Gambar 3.4.Export Data

3.7.Langkah-langkah Pengolahan Data Survey menggunakan Surpac


a. Buka Sofware surpac 6.3.2., tarik job disk yang dibuat di Prolink tadi,
sambung point dengan kode string yang sama menjadi segment

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

Gambar 3.5.Penyambungan Titik-titik survey


b. Pembuatan Boundry
Ambil garis terluar dari data dan sambungkan satu persatu hingga
menyambungkan dari titik awal dengan akhir.
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

Gambar 3.6.Pembuatan Boundry

c. Menjadikan file*.str kebentuk surface dalam format *.dtm


Klik surface pilih creat DTM for layer

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

Gambar 3.7.Membuat format DTM


d. Format .dtm
Tampilan data .str yang telah dirubah formatnya menjadi .dtm

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

Gambar 3.8.Format .str menjadi .dtm


3.8.Peta Kemajuan (Progress)
a. Plotting data dengan tools plotting lalu klick autoplot

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

Gambar 3.9.Ploting Data


b. Pengisian Kolom Autoplot Prensentation Parameter Pilih apa saja yang
ingin dirubah lalu tekan Apply.

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

Gambar 3.10.Menu Autoplot Presentation Parameter

c. Kolom User Defeneble


Isi kolom tersebut dengan nama pembuat, setelah itu klik Apply.

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

Gambar 5.11.User Defeneble


d. Kerangka Peta
Atur kerangka peta yang berupa garis dengan menggeser garis tersebut
agar seluruh peta dapat terlihat.

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

Gambar 3.12.Kerangka Peta

e. Membuat Garis Grid


Buatlah garis grid dengan cara mengubah interval dari 500 menjadi 150
setelah itu klick Apply

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

Gambar 3.13.Membuat Garis Grid

Anda mungkin juga menyukai