Teks 2
Beberapa waktu lalu Dewan Kesenian Surabaya (DKS) melontarkan keinginan agar
Pemkot Surabaya memiliki Perda (Peraturan Daerah) Kesenian. Namanya juga
peraturan, dibuat pasti untuk mengatur. Tetapi peraturan belum tentu tidak ada
jeleknya. Tetap ada jeleknya. Yakni, misalnya, jika peraturan itu justru potensial
destruktif. Contohnya jika dilahirkan secara prematur. Selain itu, seniman kan banyak
ragamnya. Ada yang pinter (pandai) dan ada juga yang keminter (sok tahu). Oleh
karenanya, perten-tangan di antara mereka pun akan meruncing, misalnya, soal siapa
yang paling berhak mengusulkan dan kemudian memasukkan pasal-pasal ke dalam
rancangan Perda itu.
6. Tentukanlah mana diantara kedua teks di atas kritik dan esai dan jelaskan jawaban
Anda! Skor 10
7. Jelaskan perbedaan unsur kritik dan esai pada teks 1 dan 2 ? skor 10
8. Analisis Kebahasaan pada teks 1 ? skor 10
Bu Mus mendekati setiap orang tua murid di bangku panjang, berdialog ramah, dan
mengabsen murid. Semua telah mendapatkan teman sebangku masing-masing. Aku
duduk bersama Lintang, yang sekolah disini dan pulang pulang pergi setiap hari naik
sepeda empat puluh kilo meter dari rumahnya.
Trapani bersama Mahar karena mereka paling tanpan. Trapani memandangi
jendela,melirik kepada ibunya yang sekali-kali muncul di antara kepala orang tua
lainnya. Borek dan Kucai di dudukkan bersama karena mereka sama-sama sudah
diatur. Baru beberapa saat di kelas Borek sudah mencoreng muka Kucai dengan
penghapus papan tulis.
Tingkah Borek diikuti oleh Sahara yang sengaja menumpahkan air minum A Kiong
sehingga ia menangis sejadi-jadinya seperti orang ketakutan dengan setan. Sahara
gadis kecil yang berkerudung memang keras kepala sekali. Tangisan A Kiong merusak
acara perkenalan yang menyenangkan pagi itu.
Bagiku pagi itu adalah pagi yang tak terlupakan sampai puluhan tahun mendatang
karena aku melihat Lintang dengan canggung menggenggam sebuah pensil yang besar
belum disurut. Salah satunya ujungnya berwarna merah dan ujung lainnya biru.
Sepertinya ayahnya keliru membelikan pensil itu.
Begitu juga dengan bukunya, juga keliru. Buku bersampul biru tua bergaris tiga. Hal
yang tak akan pernah ku lupakan, bahwa pagi itu aku menyaksikan anak pesisir melarat
teman sebangku memegang pensil dan buku. (Laskar Pelangi)
9. Buatlah kritik novel Laskar Pelangi sepanjang satu paragraf dari teks di atas ?
skor 10
10. Buatlah esai novel Laskar Pelangi sepanjang satu paragraf dari teks di atas ?
skor 10