ABSTRAK
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Peserta didik merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas
pembelajaran. Peserta didik atau siswa harus dilibatkan secara aktif baik fisik,
mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran. Siswa harus menunjukkan
semangat belajar yang tinggi dan percaya diri. Keberhasilan proses belajar tidak
hanya diukur dari sejauh mana materi disampaikan oleh guru, tetapi sejauh mana
siswa menguasai materi dengan cara beraktifitas mencari dan menemukan sendiri
penegetahuan yang ingin dikuasainya melalui belajar aktif. Proses belajar siswa
akan berjalan optimal jika lingkungan belajar mendukung. Disinilah peran guru
sangat penting. Guru harus menciptakan lingkungan belajar yang dapat
mengaktifan siswa belajar, dengan menggunakan suatu model pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dan sesuai dengan
tujuan pembelajaran Matematika adalah pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT).
Dalam pembelajaran kooperatif, para siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk
saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pembelajaran.
Terdapat tiga konsep penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu : penghargaan
tim, tanggung jawab individu, dan kesempatan sukses yang sama (Slavin : 2005).
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang memungkinkan
siswa belajar dalam kelompok beranggotakan 4 – 6 siswa dengan berbagai tingkat
kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang. Dalam pembelajaran ini siswa
tidak hanya duduk bersama mengerjakan tugas bersama-sama, namun siswa
saling membantu, saling mendiskusikan, dan beragumentasi dalam menyelesaikan
suatu masalah atau tugas untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2001), aktif adalah giat (bekerja,
berusaha), sedangkan keaktifan adalah sutu keadaan atau hal dimana siswa dapat
aktif. Jadi keaktifan belajar adalah suatu keadaan dimana siswa dapat aktif dalam
belajar. Keaktifan siswa dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam proses belajar
mengajar yang beraneka ragam. Merujuk pemikiran Bobby De Petter dan Mike
Hemacki tentang perbedaan antara belajar aktif dan pasif, Triyani (2009)
menyatakan bahwa seorang siswa dikatakan aktif dalam belajar jika siswa dapat
belajar apa saja dari setiap situasi, menggunakan apa yang dipelajari untuk
mendapatkan manfaat atau keuntungan sehingga apa yang dipelajarinya tidak sia-
sia. Siswa aktif dalam belajar juga melakukan berbagai usaha untuk mencapai
tujuannya dan dapat belajar banyak hal dari kehidupan. Berdasarkan dari empat
jenis interaksi dalam belajar mengajar yang dikemukan oleh HO Lingren dalam
Moh. Uzer Usman (2002), perlu diterapkan komunikasi yang optimal dalam
pembelajaran di kelas, yaitu komunikasi terjadi antara guru dan siswa, dan semua
siswa saling berinteraksi, agar siswa dapat aktif belajar.
Menurut Abu Ahmadi (2010) prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan
yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajaran pada waktu
tertentu, berupa perubahan pengetahuan (kognitif), tingkah laku (afektif), maupun
keterampilan (psikomotorik). Menurut Suhendra (2008) prestasi belajar diukur
dari dua aspek yaitu aspek kuantitatif dan aspek kualitatif. Selain prestasi belajar
diukur melalui tes, prestasi belajar juga diukur berdasarkan proses pembelajaran.
Berdasarkan hal tersebut, prestasi belajar Matematika dapat diartikan sebagai hasil
yang dicapai oleh siswa setelah melaksanakan proses pembelajaran Matematika
baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Prestasi belajar umumnya dinyatakan
dalam bentuk nilai, baik nilai tes maupun nilai proses belajar siswa.
Berdasarkan hal di atas, maka permasalahan yang akan diteliti pada penelitian
tindakan kelas ini adalah apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi
belajar Matematika siswa kelas VIIB SMP Persatuan Ponjong.
3
METODE
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Dalam penelitian ini digunakan
dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan melalui empat tahap, yaitu : perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pada siklus 1, perencanaan tindakan yang
dilakukan adalah : (1) menyusun rencana perbaikan pembelajaran (RPP) dengan
materi Aljabar, (2) menyiapkan LKS, (3) menyiapkan alat bantu pembelajaran,
(4) menyiapkan daftar kelompok, (5) menyiapkan soal tes (pre-test dan post-test),
(6) menyiapkan lembar observasi dan angket.
4
Refleksi dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam
pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan. Pada siklus 1, pembelajaran tipe
NHT sudah dapat berjalan baik sesuai prosedur yang telah direncanakan.
Keaktifan siswa dalam pembelajaran dan prestasi belajar siswa tentang materi
Aljabar mulai meningkat. Namun guru perlu selalu memtivasi siswa dan
mensosialisasikan pembelajaran NHT dengan baik.
Pada siklus 2, tahap perencanaan dan pelaksanaan yang dilakukan sama seperti
perencanaan dan pelaksanaan pada siklus 1. Perbedaannya adalah materi yang
dipelajari pada siklus 2 adalah Geometri. Selain itu, terdapat 3 hal yang
diperhatikan guru dalam perencanaan dan pelaksanaan siklus 2, yaitu :
menentukan/ mengatur tempat duduk setiap kelompok, siswa diminta telah duduk
berkelompok pada saat pembelajaran dimulai, selalu memotivasi siswa tentang
keaktifan dalam belajar berkelompok, kerja sama antar anggota kelompok dan
mengungkapkan pendapat atau bertanya. Pengamatan yang dilakukan pada
siklus 2 sama seperti pengamatan pada siklus 1. Selain itu, instrumen yang
digunakan pada siklus 2 dan cara penganalisisannya sama seperti instrumen pada
siklus 1. Perbedaannya adalah soal tes (pre-test maupun post-test) yang digunakan
berbeda materi. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus 2, secara garis besar terjadi
peningkatan keaktifan dan prestasi belajar Matematika dengan menggunakan
pembelajaran tipe NHT. Meskipun masih terdapat terdapat 3 siswa yang kurang
aktif dan perlu selalu dimotivasi. Siswa lebih bersemangat saat diberikan
penghargaan (reward) oleh guru.
Pada siklus 2, guru selalu memotivasi siswa agar lebih aktif dalam belajar dan
berdiskusi dalam kelompok. Guru juga memotivasi siswa agar tidak takut salah
dalam menjawab pertanyaan, mempresentasikan jawabannya ataupun malu untuk
bertanya kepada teman dan guru tentang materi yang belum dipahami. Motivasi
siswa untuk menjadi yang terbaik secara individu maupun kelompok cukup bagus,
karena siswa ingin mendapatkan reward. Sehingga berdasarkan hasil observasi,
keaktifan siswa dalam belajar pada siklus 2 mengalami peningkatan. Keaktifan
siswa dalam mencatat meningkat menjadi 78,26% (kriteria tinggi) dibandingkan
siklus sebelumnya. Keaktifan siswa dalam mengajukan pendapat kepada guru
maupun teman yang lain tergolong tinggi sebesar 65,21%. Sedangkan keaktifan
siswa dalam merespon pertanyaan/instruksi guru dapat dikatakan tinggi, yaitu
sebesar 82,61%. Sebagian besar siswa tidak lagi takut menjawab pertanyaan guru.
Pada tahap diskusi, partisipasi siswa dalam belajar berkelompok lebih baik dan
6
meningkat dibandingkan sebelumnya, yaitu sebesar 65,21% (kriteria tinggi).
Meskipun demikian, partisipasi siswa masih perlu ditingkatkan lagi agar suasana
diskusi lebih hidup dan siswa dapat belajar dengan maksimal. Keaktifan siswa
dalam merespon penjelasan dari siswa lain termasuk tinggi, sebesar 60,87%.
Keaktifan siswa dalam mengerjakan LKS termasuk tinggi, yaitu sebesar 78,26%.
Sebagian besar siswa langsung mengerjakan LKS yang dibagikan kepada setiap
siswa. Meskipun terkadang masih terdapat siswa yang menunggu jawaban dari
teman yang lain. Sedangkan keaktifan siswa dalam mengerjakan soal test (pre-test
dan post-test) juga lebih baik dari sebelumnya dan tergolong sangat tinggi, yaitu
sebesar 95, 65%. Sebagian besar siswa berusaha untuk mendapat nilai Matematika
yang baik dan juga ingin mendapatkan reward. Pada tahap presentasi, siswa yang
diminta untuk presentasi lebih berani dan percaya diri dalam mempresentasikan
jawabannya. Siswa dari kelompok lain juga mampu memberikan tanggapan,
masukan, ataupun sanggahan pada kelompok yang sedang presentasi. Keaktifan
siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi tergolong tinggi, yaitu sebesar
78,26%. Dan keaktifan siswa dalam memanfaatkan sumber belajar tergolong
tinggi, yaitu sebesar 73,91%. Siswa telah memanfaatkan buku atau literatur lain
sebagai pelengkap buku catatan dan LKS untuk belajar. Pada siklus 2, rata-rata
hasil dari 9 aspek yang diamati dalam observasi keaktifan belajar siswa adalah
75,36%.
Berdasarkan hasil 9 aspek keaktifan belajar yang diamati dalam observasi yang
dilakukan pada siklus 1 dan siklus 2, menunjukkan terjadi peningkatan keaktifan
belajar siswa. Keaktifan siswa dalam mencatat materi/ soal/hasil mengalami
peningkatan sebesar 17,23%. Sebagian besar siswa sudah mempunyai inisiatif
untuk mencatat materi yang telah disampaikan oleh guru maupun hasil
pembahasan soal. Keaktifan siswa dalam mengajukan pendapat guru atau teman
yang lain mengalami peningkatan sebesar 21,73%. Sebagian siswa awalnya masih
merasa takut untuk menyampaikan dan menjelaskan jawabannya, atau siswa
hanya menunggu jawaban dari teman yang lain. Dengan adanya motivasi yang
diberikan oleh guru pada siklus 1 maupun siklus 2, sebagian besar siswa lebih
percaya diri dan berani untuk menyampaikan pendapatnya. Keaktifan siswa dalam
merespon pertanyaan/instruksi guru meningkat sebesar 13,04%. Sebagian siswa
awalnya hanya diam saat guru memberikan pertanyaan atau menjawab bersama-
sama dengan teman yang lain sehingga kelas menjadi gaduh. Dengan motivasi
yang selalu dilakukan oleh guru, maka sebagian siswa tidak takut menyampaikan
jawabannya dan langsung mengerjakan tugas yang diinstruksikan oleh guru.
Keaktifan siswa dalam berkelompok/partisipasi siswa dalam kelompok meningkat
sebesar 17,38%. Namun partisipasi siswa dalam berdiskusi perlu ditingkatkan lagi
agar suasana diskusi lebih hidup dan maksimal. Keaktifan siswa dalam merespon
penjelasan dari siswa meningkat sebesar 17,39%. Keaktifan siswa dalam
mengerjakan LKS meningkat sebesar 13,05%. Sebagian besar siswa langsung
mengerjakan dan mendiskusikan LKS. Keaktifan siswa dalam mengerjakan soal
test hanya meningkat sebesar 4,35%. Hal ini terjadi karena keaktifan siswa
mengerjakan soal test pada siklus 1 sudah tergolong sangat tinggi, yaitu sebesar
91,30% dan pada siklus 2 sebesar 95,65%. Sebagian besar siswa berusaha untuk
mendapatkan nilai yang terbaik dan reward. Keaktifan siswa dalam
mempresentasikan hasil kerja kelompok meningkat sebesar 26,08%. Sebagian
besar siswa yang ditunjuk untuk presentasi sudah semakin percaya diri dan lebih
berani mempresentasikan jawabannya. Dan siswa dari kelompok lain, yang
nomornya sama dengan siswa yang presentasi di depan kelas, sudah berani
menanggapi dan memberikan penjelasan tambahan jika jawabannya sama ataupun
menyampaikan pendapatnya jika jawabannya berbeda. Keaktifan siswa dalam
7
memanfaatkan sumber belajar yang ada juga mengalami peningkatan sebesar
17,39%. Siswa tidak hanya menggunakan LKS namun menggunakan buku atau
literatur lain yang ada. Secara keseluruhan, peningkatan keaktifan belajar siswa
berdasarkan observasi yang dilakukan pada siklus 1 dan siklus 2 adalah sebesar
17,39%.
Berdasarkan hasil angket siswa tentang keaktifan belajar siswa pada siklus 1
menunjukkan bahwa siswa memberikan respon yang cukup baik terhadap
pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hal ini dapat dilihat dari hasil keempat aspek
keaktifan belajar siswa yang diamati melalui angket siswa yang tergolong tinggi.
Motivasi siswa mengikuti pembelajaran sebesar 60,14%, termasuk dalam kriteria
tinggi. Interaksi siswa dengan guru dan siswa lain juga termasuk tinggi, yaitu
sebesar 60,87%. Kerjasama antar anggota kelompok juga tergolong tinggi, yaitu
sebesar 62,32%. Dan keaktifan siswa dalam mengerjakan soal dan tugas juga
cukup tinggi, yaitu sebesar 66,67%. Rata-rata keseluruhan aspek keaktifan siswa
yang diperoleh dari angket siswa pada siklus 1 adalah 62,50%.
Berdasarkan hasil angket siswa pada siklus 2 menunjukkan bahwa keaktifan siswa
masih tergolong tinggi dan mengalami peningkatan dari sebelumnya. Motivasi
siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT mengalami peningkatan yang
cukup baik menjadi 71,47% (kriteria tinggi). Interaksi siswa dengan guru dan
siswa lain tergolong tinggi, yaitu 69,57%. Kerjasama antar anggota kelompok
juga cukup tinggi yaitu 72,46%. Sedangkan keaktifan siswa mengerjakan tugas
dan test juga mengalami peningkatan menjadi sebesar 75,36% (kriteria tinggi).
Rata-rata keseluruhan aspek keaktifan siswa yang diperoleh dari angket siswa
pada siklus 2 adalah 72,21%.
Berdasarkan dari hasil angket yang diberikan kepada siswa pada setiap akhir
siklus, menunjukkan peningkatan keaktifan siswa dari keempat aspek yang
diamati. Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat sebesar
11,33%. Interaksi siswa dengan guru maupun dengan siswa lain juga meningkat,
yaitu sebesar 8,70%. Kerjasama antar anggota kelompok meningkat sebesar
10,14%. Dan keaktifan siswa dalam mengerjakan soal dan tugas juga mengalami
peningkatan, yaitu sebesar 8,69%. Guru selalu memberikan motivasi yang cukup
baik kepada siswa dalam pembelajaran. Sebagian besar siswa mulai bertanggung
jawab terhadap keberhasilan diri sendiri maupun kelompok. Sehingga siswa
semakin aktif dalam pembelajaran. Secara keseluruhan, keaktifan siswa dalam
8
pembelajaran mengalami peningkatan sebesar 9,71%. Dari hasil angket siswa ini
menunjukkan bahwa siswa memberikan respon yang cukup baik terhadap
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Tes
Peningkatan prestasi belajar Matematika diperoleh dari perbandingan hasil
pre-test dan post-test pada setiap materi atau setiap siklus. Hasil siklus 1 tidak
dapat dibandingkan dengan hasil siklus 2. Hal ini karena materi yang dipelajari
pada siklus 1 berbeda dengan materi siklus 2 dan tingkat kesulitan dari setiap
materi juga berbeda. Hasil tes siswa pada kedua siklus ditunjukkan pada tabel 3.
Berdasarkan hasil tes (pre-test dan post-test) yang dilakukan pada setiap siklus
menunjukkan peningkatan prestasi belajar Matematika. Pada siklus 1, siswa
mempelajari materi Aljabar. Rata-rata hasil pre-test adalah 5,80. Setelah siswa
mengikuti pembelajaran kooperatif tipe NHT, rata-rata hasil post-test meningkat
menjadi 7,68. Hasil perbandingan rata-rata nilai pre-test dan post-test
menunjukkan bahwa rata-rata kelas nilai tes materi Aljabar meningkat sebesar
1,88. Persentase ketuntasan belajar Matematika adalah 76,8%. Sebagian besar
siswa telah mencapai ketuntasan belajar (nilai tes di atas KKM).
Pada siklus 2, siswa mempelajari materi Geometri. Rata-rata hasil pre-test adalah
6,18. Setelah siswa mengikuti pembelajaran kooperatif tipe NHT, rata-rata hasil
post-test meningkat menjadi 8,18. Hasil perbandingan rata-rata nilai pre-test dan
post-test menunjukkan bahwa rata-rata kelas nilai tes materi Geometri meningkat
sebesar 2,00. Persentase ketuntasan belajar Matematika adalah 81,8%. Sebagian
besar siswa telah mencapai ketuntasan belajar (nilai tes di atas KKM).
Dari hasil penelitian yang diperoleh pada siklus 1 maupun siklus 2 dengan
menggunakan lembar observasi, angket siswa maupun tes, menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan keaktifan belajar dan prestasi belajar Matematika dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT. Keaktifan belajar siswa
berdasarkan lembar observasi pada siklus 1 sebesar 57,97% meningkat menjadi
75,36% pada siklus 2. Sehingga peningkatan keaktifan belajar siswa berdasarkan
lembar observasi adalah 17,39%. Keaktifan belajar siswa berdasarkan angket
siswa pada siklus 1 adalah 62,50% meningkat menjadi 72,21%. Sehingga
peningkatan keaktifan belajar siswa berdasarkan angket siswa adalah 9,71%.
Rata-rata hasil pre-test materi Aljabar adalah 5,80. Sedangkan rata-rata hasil
post-test meningkat menjadi 7,68. Sehingga peningkatan rata-rata hasil tes materi
Aljabar adalah 1,88. Dan rata-rata hasil pre-test materi Geometri adalah 6,18.
Sedangkan hasil post-test meningkat menjadi 8,18. Peningkatan nilai rata-rata
hasil tes materi Geometri adalah 2,00. Peningkatan keaktifan belajar siswa
berdasarkan lembar observasi dan angket siswa menunjukkan bahwa penggunaan
pembelajaran kooperatif tipe NHT pada pembelajaran Matematika dapat
meningkatkan keaktifan belajar Matematika. Sedangkan peningkatan rata-rata
hasil tes baik materi Aljabar maupun Geometri menunjukkan pembelajaran
kooperatif tipe NHT juga dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika.
9
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil pengolahan data yang diperoleh dalam penelitian, dapat
disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar Matematika
siswa kelas VII B SMP Persatuan Ponjong.
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dan hasil yang diperoleh, maka
peneliti menyarankan kepada guru untuk menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT sebagai salah satu alternatif pembelajaran Matematika.
Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT, dibutuhkan perencanaan dan sosialisasi
yang baik serta pengelolaan waktu yang tepat. Selain itu, agar siswa lebih
bersemangat dalam mempelajari materi dan bekerjasama serta tidak bosan, guru
dapat memberikan penghargaan (reward) atau perlombaan tim maupun individu
pada akhir setiap materi.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. (2010). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Anwar, D. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Abditama.
Ismail, dkk. (2008). Pembaharuan dalam Pembelajaran Matematika. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Slavin, R. E. (2005). Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.
Suhendra, dkk. (2008). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran
Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.
Triyani, A. N. (2009). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-
Tournament (TGT) Sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar
Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Peluang dan Statistika di SMP
Negeri 4 Depok Yogyakarta Kelas IX C. Skripsi: Jurusan Pendidikan
Matematika FMIPA UNY.
Usman, M. U. (2002). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
10