Anda di halaman 1dari 1

NAMA: SHALIHAH KHAIRUNNISA

KELAS: IX-A

persilangan monohibrid sampai fillial ke-2


Monohibrid adalah persilangan antara dua individu dari spesies yang sama dengan satu sifat beda.
Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan dengan hukum Mendel I atau yang disebut dengan hukum
segregasi. Hukum ini berbunyi “Pada pembentukan gamet, gen-gen yang berpasangan akan dipisahkan
(disegregasikan) ke dalam dua gamet (sel kelamin) yang terbentuk".

Gregor Mendel pertama kali mengetahui sifat monohibrid pada saat melakukan percobaan penyilangan
pada kacang ercis (Pisum sativum). Dari persilangan monohibrid inilah Mendel merumuskan hukum
Mendel I (hukum segregasi).

Sesungguhnya pada masa hidup Mendel belum diketahui zat yang menentukan pewarisan sifat (bahan
genetik). Mendel menyebut bahan genetik itu hanya sebagai faktor penentu (determinant) atau
disingkat dengan factor.

Hukum Mendel I berlaku pada gametogenesis F1 x F1 itu memiliki genotif heterozigot. Gen yang terletak
dalam lokus yang sama pada kromosom, pada waktu gametogenesis gen sealel akan terpisah, masing-
masing pergi ke satu gamet.

Pola pewarisan pada fenotipe yang dominan (merah) dan resesif (putih). Pada induk yang berfenotipe
dominan, salah satu alelnya adalah alel dominan ("merah"); Namun pada induk yang berfenotipe resesif,
kedua-dua alelnya mesti alel resesif ("putih"). Pada baris (1), kedua-dua induknya homozigos (berarti,
alelnya di setiap induk kembar sama), baik yang berfenotipe dominan ("merah"—"merah") maupun
yang berfenotipe resesif ("putih"—"putih"). Pada baris (2) yaitu Generasi F1, semua keturunannya
heterozigos (berarti, alelnya di setiap keturunan bersilang beda ("putih"—"merah")) dan memiliki
fenotipe dominan. Sementara, pada baris (3) yaitu Generasi F2, di sini terlihat, bahwa perbandingan
antara keturunan berfenotipe dominan dan keturunan berfenotipe resesif yaitu 3:1. Berarti,
"merah"—"merah" + "merah"—"putih" + "putih"—"merah": "putih"—"putih"

Anda mungkin juga menyukai