Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Chronic Kidney Disease (CKD) atau biasa disebut gagal ginjal
kronik adalah penyakit yang bersifat progresif dan biasanya berjalan dengan
lambat. Tanda dan gejala biasanya tidak disadari oleh penderitanya. (Price
& Wilson, 2006)
Dalam tubuh manusia terdiri atas 60-70% air. Cairan dan elektrolit
adalah komponen penting dalam tubuh manusia. Apabila terjadi
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia maka tubuh
akan mengalami gangguan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
( Tarwoto dan Wartonah, 2010)
Penyakit gagal ginjal merupakan masalah kesehatan yang sering
ditemui, dengan jumlah penderita yang terus meningkat dan biaya
pengobatan yang cukup tinggi, seiring dengan meningkatnya jumlah
penderita diabetes melitus dan hipertensi. CKD merupakan penyebab
kematian yang cukup tinggi di dunia. Hal ini didukung dengan data hasil
systematic review dan meta-analysis yang dilakukan oleh Hill et al pada
tahun 2016. Mendapatkan prevalensi global sebanyak 13,4%. Sedangkan
menurut hasil Global burden of disease tahun 2010 gagal ginjal menjadi
penyebab kematian peringkat ke-27 di dunia kemudian meningkat menjadi
peringkat ke-18 pada tahun 2010.
Hasil riset Riskesdas pada tahun 2013 mengatakan bahwa penderita
penyakit ginjal kronis akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur,
dan biasanya terjadi pada kelompok umur 35-44 tahun. Dan pederita laki-
laki (0,3%) lebih banyak daripada penderita perempuan (0,2%). Sedangkan
provinsi yang memiliki prevalensi yang tinggi adalah Sulawesi Tengah
sebesar (0,5%), diikuti Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi Utara, masing-
masing (0,4%). Penyebab awal penyakit ginjal adalah dehidrasi (kurang

1
2

minum) sehingga membuat tubuh rawan terkena infeksi saluran kemih dan
kemudian berkembang menjadi infeksi ginjal. (Graves, 2008).
Salah satu fungsi ginjal adalah mengonservasi cairan atau mencegah
pengeluaran cairan yang berlebihan. Dan jika salah satu atau kedua ginjal
mengalami kerusakan yang berat pada saat yang bersamaan maka akan
terjadi oliguri atau anuria. Jika oliguri terjadi dan penderita gagal ginjal
kronik terus mengonsumsi cairan seperti biasa maka jumlah cairan yang ada
di dalam tubuh akan terus bertambah, akibatnya akan terjadi edema yang
biasanya tidak terjadi hanya di tungkai bawah saja, biasanya pada pagi hari
saat penderita GGK bangun tidur akan terlihat kelopak matanya
membengkak karena terjadi penumpukan cairan.
Selain edema, penimbunan cairan yang berlebih akan sangat
berbahaya karena mungkin akan timbul edema paru dengan dispnea yang
berat, kecemasan dan sianosis. edema paru yang disertai dahak berbuih jika
tidak segera diobati akan menyebabkan kematian. (Herdin, Marulam,
Gultom, Ilmu Penyakit Dalam 2009)
Oleh sebab itu pada penderita penyakit ginjal kronik harus dibatasi
dalam pemenuhan kebutuhan cairannya, dimana kebutuhan cairan pada
penderita gagal ginjal kronik harus sesuai antara intake (masukan) dan
outputnya (haluaran). Salah satu akibat dari tidak terkontrolnya intake dan
output cairan dan elektrolit pada penderita gagal ginjal kronik yaitu
hypervolemia atau kelebihan cairan.
Berdasarkan latar belakang dan data diatas dapat penulis simpulkan
pentingnya pengaturan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada
penderita penyakit ginjal kronik. Sehingga penulis mengambil laporan tugas
akhir jengan judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Cairan
Pada Klien CKD di Ruang Kenanga RSUD H.Abdoel Moeloek Provinsi
Lampung Tahun 2019”
3

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan dengan gangguan kebutuhan
cairan pada klien CKD di ruang Kenanga RSUD H. Abdoel Moeloek
Provinsi Lampung?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan dengan gangguan kebutuhan
cairan pada klien CKD di ruang Kenanga RSUD H. Abdoel Moeloek
Provinsi Lampung.

2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan pengkajian keperawatan gangguan kebutuhan
cairan pada klien CKD.
b. Menggambarkan rumusan masalah keperawatan gangguan
kebutuhan cairan pada klien CKD.
c. Menggambarkan rencana asuhan keperawatan gangguan kebutuhan
cairan pada klien CKD.
d. Menggambarkan implementasi tindakan keperawatan gangguan
kebutuhan cairan pada klien CKD.
e. Menggambarkan evaluasi asuhan keperawatan gangguan kebutuhan
cairan pada klien CKD.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang asuhan
keperwatan gangguan kebutuhan cairan pada klien CKD sebagai
tugas akhir pada program pendidikan D III Keperawatan.
4

b. Sebagai referensi mahasiswa, perawat, dan masyarakat yang


membutuhkan untuk melakukan asuhan keperawatan gangguan
kebutuhan cairan pada klien CKD

2. Manfaat Praktis
a. Laporan tugas akhir ini diharapkan dapat dijadikan informasi dasar
untuk melakukan asuhan keperawatan lebih lanjut.
b. Laporan tugas akhir ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
institusi pendidikan sebagai bahan referensi dan bahan bacaan di
perpustakaan.

E. Ruang Lingkup
Asuhan keperawatan yang dilaporkan fokus kepada kebutuhan dasar
dibatasi hanya melakukan asuhan keperawatan pada individu dengan
metode pengkajian, analisa masalah, merumuskan masalah, melakukan
intervensi, implementasi dan evaluasi.
Kebutuhan dasar manusia dalam hal ini dibatasi hanya pada
kebutuhan dasar kebutuhan cairan yang berfokus pada diagnosa medis
CKD. Subjek pada kasus ini dilakukan pada dua klien.

Anda mungkin juga menyukai