Anda di halaman 1dari 5

KEMAS 8 (1) (2012) 94-98

Jurnal Kesehatan Masyarakat


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas

PARTISIPASI IBU DALAM PEMASANGAN LIVE TRAP TERHADAP JUMLAH


TANGKAPAN TIKUS DAN PINJAL

Emy Rahmawati

Apotik Graha Mukti 1, Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Penyakit pes disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia pestis yang dibawa oleh pinjal
Diterima Maret 2012 sebagai vector dan tikus sebagai reservoir. Pencegahan pes dilakukan melalui survailens
Disetujui April 2012 pada daerah fokus dengan menangkap tikus menggunakan live trap. Tujuan dari
Dipublikasikan Juli 2012
penelitian ini untuk mengetahui partisipasi Ibu dalam penangkapan tikus menggunakan
live trap jumlah pinjal penyisiran tikus di Desa Sukabumi Kecamatan Cepogo Kabupaten
Keywords: Boyolali. Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen, menggunkan metode
Bubonic plague; survei rancangan posttest only control group. Populasi dalam penelitian ini warga Desa
Trappping;
Sukabumi Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali Tahun 2011. Sampel berjumlah
Trapping success rate.
64 responden, yang terdiri dari 32 sampel eksperimen dan 32 sampel pembanding.
Instrumen yang digunakan adalah tabel hasil penangkapan tikus, pinjal dan live trap (alat
jebak tikus hidup). Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat (menggunakan
uji Wilxocon dengan α = 0,05). Simpulan penelitian ini ada beda jumlah tikus yang
tertangkap (p = 0,029), dan tidak ada beda jumlah pinjal yang tertangkap (p = 0,617)
melalui partisipasi ibu dalam memasang live trap.

Mother’s Participation in The Use of the Live Trap to the Number of Mice and Fleas

Abstract
Bubonic plague is caused by Yersinia pestis bacterial infection carried by fleas as vectors and
rodents as reservoirs. Prevention of plague through survailens on an area of focus by using
a live trap to catch mice. The purpose of the study was to determine Mother’s participation
in the capture of mice using a live trap in Sukabumi Cepogo Boyolali. This research is a
quasi experimental study, use the survey method posttest only control group design. The
population in this study Cepogo Boyolali residents Sukabumi 2012. The sample amounted
to 64 respondents. The instrument used is a table of the results of catching mice, fleas and
live trap. Data analysis was performed by univariate and bivariate (using Wilxocon test
with α = 0.05). The conclusion of this study was different from the number of mice caught
(p = 0.029), and no different from the number of fleas caught (p = 0.617) and Mother’s
participation.

© 2012 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Graha Mukti Raya Kelurahan Tlegosari Kulon Semarang
Email: syyi_ta@ymail.com
Emy Rahmawati / KEMAS 8 (1) (2012) 94-98

Pendahuluan kan kewaspadaan terulangnya Kejadian Luar


Biasa (KLB), maka perlu dilakukan pengen-
Penyakit pes merupakan penyakit yang dalian agar angka kejadian pes selalu nol dan
menular dan dapat mengakibatkan kematian tidak terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) pes.
(Marisa, 20017). Tikus merupakan reservoir Pencegahan KLB pes dilakukan dengan me-
dan pinjal merupakan vector penularnya, se- masang live trap setiap lima hari berturut-turut
hingga penularan ke manusia dapat terjadi dalam satu bulan sesuai ketentuan pedoman
melalui gigitan pinjal atau kontak langsung penanggulangan pes pada daerah fokus. Dalam
dengan tikus yang terinfeksi bakteri Yersinia survailens ini partisipasi warga sangat dibutuh-
pestis (Jawetz, 2005). Pemerintah Indonesia kan, dengan partisipasi ini masyarakat diharap-
dan dunia sepakat untuk memasukkan penyak- kan mampu berperan aktif dalam kegiatan
it pes sebagai penyakit karantina dan penyakit survailens. Partisipasi adalah keadaan dimana
re-emergensi disease. Penyakit re-emergensi di- individu, keluarga, maupun masyarakat umum
sease yaitu penyakit yang sewaktu-waktu men- ikut serta bertanggung jawab terhadap keseha-
ular dan menimbulkan kejadian luar biasa. tan diri, keluarga, maupun kesehatan lingku-
Indikator Kejadian Luar Biasa (KLB) pes ngan.
yaitu apabila terjadi peningkatan empat kali Partisipasi masyarakat dalam keikutser-
lipat pemerikasaan spesimen secara serokon- taan bertanggung jawab terhadap kesehatannya
versi, Flea Indek (FI) umum lebih besar atau sendiri sudah berhasil dibuktikan Sitti chodijah
sama dengan 2 dan Flea Indek (FI) khusus lebih dkk (2011). Partisipasi masyarakat Angka Be-
besar atau sama dengan 1, ditemukan bakteri bas Jentik (ABJ) di dua Kelurahan di Kota Palu
Yersenia pestis dari pinjal, tikus, tanah, sarang meningkat dari ABJ 68% menjadi 89% dengan
tikus, bahan organik lain, dan manusia hidup Countener Indek (CI) awal 20,81% menjadi
maupun mati. Untuk mengendalikan KLB pes 3,6%, House Indek (HI) awal 11% menjadi 32%,
ini, maka perlu dilakukan survailens pada dae- dan Bretau Indek (BI) awal 46 menjadi 1 di Ke-
rah epizootic pes. lurahan Palupi dan di Kelurahan Siranindi ABJ
Kegiatan survailens pes pada daerah awal 78% menjadi 85% dengan CI awal 19,64%
epizootic pes bertujuan untuk mengendalikan menjadi 8,4%, HI awal 22% menjadi 15% , dan
penyakit pes, yaitu untuk mempertahankan BI awal 33 menjadi 21. Dari penelitian terse-
kasusnya agar selalu nol, mencegah penularan but membuktikan tanggung jawab kesehatan
dari daerah fokus ke daerah sekitar, memantau adalah tanggung jawab bersama tidak hanya
agar tidak terjadi relaps, dan mencegah ma- tanggung jawab Dinas Kesehatan, tanpa ada-
suknya pes dari luar negeri. nya partisipasi masyarakat derajat kesehatan
Di Indonesia sendiri terdapat empat pro- masyarakat tidak dapat ditingkatkan.
pinsi yang menjadi daerah pengawasan pes, Berdasarkan keberhasilan penelitian Sitti
yaitu di Ciwidey Kabupaten Bandung (Jawa chodijah dkk, melalui partisipasi masyarakat
Barat), Cangkringan Kabupaten Sleman (Yo- diharapkan juga dapat meningkatkan jumlah
gyakarta), di Kecamatan Tutur, Tosari, Pus- tikus yang tertangkap. Dalam pemasangan alat
po, dan Pasrepan Kabupaten Pasuruan (Jawa trapping (live trap) Ibu merupakan anggota ke-
Timur), dan di Kabupaten Boyolali di Kecama- luarga yang dianggap mengerti kondisi rumah,
tan Selo dan Cepogo, (Jawa Tengah). karena ibu yang biasa membersihkan rumah,
Kecamatan Cepogo adalah salah satu sehingga mengetahui tanda keberadaan tikus
daerah pengamatan pes yang jumlah tangkapan (jejak tikus, kotoran tikus, jalan tikus, bekas
tikusnya masih sedikit. Jumlah tikus dan pinjal gigitan tikus, dan bau khas tikus) dan dapat
yang didapat pada tahun 2011 di Kecamatan meletakkan trap sesuai tempatnya (Dwi S,
Cepogo pada bulan maret sebanyak 17 tikus 2008; Ikawati, 2010).
dengan 51 pinjal, pada bulan april sebanyak 40 Berdasarkan latar belakang tersebut,
tikus dengan 79 pinjal, dan pada bulan juni ter- maka permasalahan dalam penelitian ini ada-
tangkap 20 tikus dengan 57 pinjal. lah bagaimana “Partisipasi Ibu dalam Pema-
Sedikitnya jumlah tikus yang didapat sangan Live Trapp Terhadap Jumlah Tangkapan
dengan jumlah pinjal yang banyak menjadi- Tikus dan Pinjal Di Desa Sukabumi Kecamatan

95
Emy Rahmawati / KEMAS 8 (1) (2012) 94-98

Cepogo Kabupaten Boyolali”. live trap, mengukur kebersihan rumah kelom-


pok eksperimen dan pembanding, dan mem-
Metode persiapkan umpan tikus. Tahap penelitian pada
kelompok eksperimen meliputi : penunjukan
Metode yang digunakan dalam peneli- Ibu pemasang live trap, memberi intervensi cara
tian ini adalah eksperimen semu (quasi eksperi- memasang live trap, kemudian setelah menda-
ment), menggunakan metode survei rancangan pat intervensi keesokan harinya Ibu memasang
(posttest only control group). Sampel dalam pe- live trap sesuai dengan hasil intervensi yaitu di-
nelitian ini berjumlah 64 KK yang terdiri dari letakkan pada jalur dan tanda keberadaan ti-
32 KK sampel kelompok eksperimen dan 32 kus, keesokan harinya peneliti mencatat jum-
KK sampel kelompok pembanding. Kriterian lah tikus yang tertangkap, kemudian petugas
inklusi kelompok eksperimen dalam penelitian menyisir pinjal yang ada pada tubuh tikus, dan
ini yaitu ibu yang bersedia memasang live trap, peneliti mencatat jumlah pinjal yang tertang-
ibu yang dalam sehari-hari mengurus rumah- kap hasil penyisiran dari tubuh tikus. Tahap Pe-
nya sendiri tanpa menggunakan jasa pembantu, nelitian pada kelompok pembanding meliputi :
berada didaerah fokus pes. Kriteria ekslusi ek- petugas pemasang live trap memasang live trap
sperimen yaitu responden yang tidak bersedia seperti biasa pada kelompok pembanding tanpa
menjadi subyek penelitian. Sedangkan Kriteria intervensi, live trap diambil keesokan harinya
inklusi kelompok pembanding yaitu berada di dan dihitung jumlah tikusnya, kemudian tikus
daerah fokus pes dan bersedia menjadi subjek yang tertangkap disisir untuk mengetahui jum-
penelitian. lah pinjal yang ada pada tubuh tikus, dan pe-
Variabel bebas dalam penelitian ini ada- neliti mencatat jumlah pinjal yang tertangkap
lah partisipasi Ibu dalam pemasangan live trap. hasil penyisiran dari tubuh tikus. Tahap ketiga
Variabet terikat dalam penelitian ini adalah atau tahap akhir dari penelitian ini yaitu paska
jumlah tangkapan tikus dan jumlah tangka- penelitian meliputi : analisis data untuk menda-
pan pinjal hasil penyisiran tikus. Sedangkan patkan hasil dari proses pengambilan data yang
variabel perancu dalam penelitian ini adalah telah dilakukan.
kebersihan rumah dan pengetahuan. Untuk Analisis data dilakukan secara univariat
mengendalikan perancu ini dilakukan dengan dan bivariat. Analisis univariat dilakukan pada
mencari kondisi rumah warga kelompok eks- seluruh variabel dan hasil pengukuran kondisi
perimen dan pembanding yang hampir sama, keadaan rumah responden pada kelompok ek-
sehingga perancu dapat dikendalikan melalui sperimen dan kelompok pembanding. Sedang-
pemilihan kondisi rumah yang sama antara kan analisis bivariat dilakukan untuk menge-
kedua kelompok sesuai dengan kebiasaan yang tahui beda jumlah tikus dan jumlah pinjal
mempengaruhi kehidupan tikus dan pinjal. hasil penyisiran tubuh tikus dengan partisipasi
Sedangkan pengetahuan dikendalikan dengan masyarakat. Untuk mengetahui ada tidaknya
memberi penyuluhan sehingga pengetahuan perbedaan dilakukan uji altrenatif dari uji t-
Ibu dengan petugas pemasang live trap sama. berpasangan yaitu uji wilcoxon dengan nilai
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian α=0,05. Pada penelitian ini digunakan uji alter-
ini dengan cara pencuplikan multistage sam- native dari uji t-berpasangan karena data yang
pling. Pencuplikan multistage sampling dilaku- diperoleh tidak terdistribusi secara normal, se-
kan dengan mengacak semua RW yang ada di hingga dilakukan uji alternative wilcoxon.
Desa Sukabumi dari 9 RW didapat 1 RW, kemu-
dian dari 1 RW ini diacak lagi untuk mendapat- Hasil dan Pembahasan
kan 2 RT yang menjadi kelompok eksperimen
dan kelompok pembanding. Pada penelitian ini dilakukan uji normal-
Prosedur penelitian meliputi tiga tahap, itas untuk mengetahui data terdistribusi secara
yaitu tahap pra penelitian, tahap penelitian dan normal apa tidak, dengan menggunakan uji
tahap paska penelitian. Tahap pra penelitian sphapiro-wilk. Uji normalitas data pada kelom-
meliputi: mempersiapkan materi penyuluhan pok eksperimen dan pembanding yang menda-
untuk kelompok eksperimen, mempersiapkan pat tikus sebesar p=0,000 (<α 0,05), sehingga

96
Emy Rahmawati / KEMAS 8 (1) (2012) 94-98

data tidak terdistribusi secara normal. Nilai partisipasi ibu juga sesuai dengan pedoman
pada kelompok eksperimen dan pembanding Sub Direktorat Zoonosis, bahwa target populasi
yang tidak mendapat tikus sebesar p=0,001 (<α yang efektif untuk melakukan pencegahan pe-
0,05), sehingga data pada kelompok eksperi- nyakit pes antara lain: anak-anak sekolah mulai
men dan pembanding yang tidak mendapat ti- dari SD, SMP, dan SMA, bapak atau ibu guru,
kus juga tidak terdistribusi secara normal. dan ibu rumah tangga.
Pada kelompok eksperimen dan pem- Hasil uji wilcoxon dari data penelitian
banding yang mendapat pinjal dapat diketahui tentang partisipasi Ibu dalam pemasangan live
sebesar p=0,000 (<α 0,05), sehingga data tidak trap terhadap jumlah tangkapan pinjal yang ada
terdistribusi secara normal. Nilai pada kelom- pada tubuh tikus menunjukan tidak ada beda
pok eksperimen dan pembanding yang tidak partisipasi Ibu dalam pemasangan live trap ter-
mendapat pinjal sebesar p=0,000 (<α 0,05), hadap jumlah tangkapan pinjal yang ada pada
sehingga kelompok eksperimen dan pemband- tubuh tikus di Desa Sukabumi Kecamatan Ce-
ing juga tidak terdistribusi secara normal. Dari pogo Kabupaten Boyolali. Hasil ini didasarkan
hasil analisis normalitas semua data tidak ter- pada uji Wilcoxon yang menunjukkan nilai p
distribusi normal, maka digumakan uji alter- value 0,617 lebih besar dari 0,05. Nilai tangka-
natif dari uji t-berpasangam yaitu uji Wilxocon. pan kelompok pembanding lebih besar kelom-
Hasil uji wilcoxon dari data penelitian pok eksperimen 28,1%, nilai tangkapan kelom-
tentang partisipasi Ibu dalam pemasangan live pok pembanding lebih rendah dari kelompok
trap terhadap jumlah tangkapan tikus, menun- eksperimen 21,9% dan nilai tangkapan kelom-
jukan ada beda partisipasi Ibu dalam pemasa- pok pembanding sama dengan kelomok eks-
ngan live trap terhadap jumlah tangkapan tikus perimen 50% yang menunjukan partisipasi
di Desa Sukabumi Kecamatan Cepogo Kabu- belum bisa meningkatkan jumlah tangkapan
paten Boyolali. Hasil ini didasarkan pada uji pinjal yang ada pada tubuh tikus.
Wilcoxon yang menunjukkan nilai p value 0,03 Pertisipasi ibu dalam penelitian ini be-
lebih kecil dari 0,05. Nilai tangkapan kelompok lum bisa meningkatkan jumlah pinjal yang
pembanding lebih besar kelompok eksperimen tertangkap. Keadaan ini dimungkinkan karena
40,6%, nilai tangkapan kelompok pembanding dua hal, yaitu karena proses penyisiran tikus
lebih rendah dari kelompok eksperimen 12,5% harus menunggu petugas laboratorium, kemu-
dan nilai tangkapan kelompok pembanding dian baru dibawa ke laboratorium puskesmas
sama dengan kelomok eksperimen 46,9% yang untuk dilakukan penyisiran. Faktor yang kedua
menunjukan partisipasi meningkatkan jumlah dimungkinkan pinjal berpindah ke vektor lain
tangkapan tikus. saat didalam live trap, karena pinjal mendeteksi
Melalui partisipasi Ibu, menjadikan ibu adanya cahaya. Hal tersebut sesuai dengan pen-
tahu bagaimana cara memasang live trap yang jelasan bahwa pinjal menghindari cahaya (foto-
sesuai pada jalur keberadaan tikus, sehingga taksis negatif).
ibu mengetahui bagaimana cara menjaga ke-
luarganya dari bahaya penyakit akibat tikus. Penutup
Dengan meningkatnya pengetahuan ibu men-
jadikan mereka berlomba-lomba menangkap Berdasarkan hasil penelitian tentang
tikus agar rumahnya bersih dari tikus. Hal ini partisispasi Ibu dalam pemasangan live trap ter-
sesuai dengan pernyataan bahwa determinan hadap jumlah tangkapan pinjal hasil penyisiran
perilaku atau tindakan seseorang dipengaruhi tubuh tikus dapat disimpulkan bahwa partisi-
oleh faktor predisposisi (pengetahuan individu, pasi Ibu ini belum bisa meningkatkan jumlah
sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial dan tangkapan pinjal yang ada pada tubuh tikus,
unsur-unsur lain yang ada dalam individu), hal ini disebabkan proses penyisiran tikus yang
faktor pendukung (tersedianya sarana keseha- harus menggunakan alat laboratorium, sehing-
tan dan kemudahan untuk mencapainya) dan ga tidak bisa langsung disisir ditempat. Faktor
faktor pendorong (pengaruh keluarga, teman, yang kedua dimungkinkan pinjal berpindah ke
panutan, pelaksana kesehatan dan pembuat vektor lain saat didalam live trap, karena pinjal
keputusan). Peningkatan jumlah tikus melalui mendeteksi adanya cahaya. Walaupun pmili-

97
Emy Rahmawati / KEMAS 8 (1) (2012) 94-98

han partisipasi ibu sudah dengan pertimba- Dua Kelurahan Di Kota Palu, Sulawesi Ten-
ngan bahwa ibu merupakan anngota keluarga gah. Ejournal Litbang Depkes 21(4)
yang dianggap mengerti kondisi ruma, sehing- Sub Direktorat Zoonosis. 2000. Pedoman Penang-
ga mengetahui tanda keberadaan tikus dan da- gulangan Pes di Indonesia. Jakarta: Departe-
men Kesehatan RI
pat meletakan trap sesuai tempatnya.
Ikawati Bina, Nurjazuli. 2010. Analisis Karakteristik
Lingkunagn Pada Kejadian Leptospirosis di
Daftar Pustaka Kabupaten Demak Jawa Tengah Tahun 2009.
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 9(1):
Dwi Sarwani. 2008. Hubungan Keberadaan Tikus di 33 - 40
Dalam dan Disekitar Rumah dengan Ke- Jawetz, Melnick dan Adelbergs. 2005. Mikrobiologi
jadian Leptospirosis Berat. Jurnal KEMAS, 4 Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika
(1): 7- 13 Marisa, Dolhnikoff. 2007. Pathology and Patho-
Sitti Chodijah dkk, 2011. Peningkatan Peranserta physiology of Pulmonary Manifestations In
Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pemberan- Leptospirosis. The Brazilian Journal of Infec-
tasan Sarang Nyamuk Dbd (Psn-Dbd) Di tious Disease, 11(1): 142-148

98

Anda mungkin juga menyukai