Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN NY.

S
DENGAN DIAGNOSA MIOMA UTERUS
HARI PERTAMA DI RUANG PERAWATAN MELATI 12 (NIFAS)
RS CHASBULLAH ABDULMADJID BEKASI

DOSEN PEMBIMBING : SITI FATIMAH, S.Kp, M.Pd

NAMA : ATIK PRIHATIN


NIM : 1720180062
RUANGAN : MELATI (MATERNITAS)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM AS-ASYAFI’IYAH
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga Laporan Asuhan Keperawatan Ny. S dengan Diagnosa Mioma Uterus Hari
pertama di Ruang Perawatan melati 12(Nifas) Rs Chasbullah abdulmajid Bekasi
sebagai salah satu tugas pada stase maternitas dapat terselesaikan dengan baik. Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
dosen pembimbing kepada kami sebagai mahasiswa Program Studi keperawatan universitas
islam A-asyafi’iyah.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari cara penulisan maupun isi
dari laporan ini, karenanya kami siap menerima baik kritik maupun saran dari pembimbing
dan pembaca demi tercapainya kesempurnaan dalam pembuatan berikutnya.
Kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini,
kami sampaikan penghargaan dan terima kasih. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa
melimpahkan berkat dan bimbingannya kepada kita semua.
Bekasi , 15 February 2021

Atik Prihatin

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar belakang...........................................................................................................1
B. Tujuan penulisan.......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................3
BAB III ANALISIS KASUS....................................................................................................7
A. Pengkajian Post Partum...........................................................................................7
B. Analisa Data.............................................................................................................13
C. Intervensi Keperawatan..........................................................................................14
D. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan............................................................19
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................................33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................35
A. Kesimpulan..............................................................................................................35
B. Saran.........................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................36

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Persalinan merupakan fase terakhir dalam kehamilan. kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat-alat kandungan pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil di

sebut dengan masa nifas. Masa nifas berlangsung selama 6-8 minggu. Selama masa nifas

ibu perlu diperhatikan, karena angka kematian pada ibu 359 per 100.000 kelahiran terjadi

pada masa nifas (kementrian kesehatan RI, 2014). KI merupakan sebagai pengukuran

untuk menilai keadaan pelayanan obstretri disuatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti

pelayanan obstretri masih buruk, sehingga memerlukan perbaikan. Dari laporan WHO di

Indonesia merupakan salah satu angka kematian ibu tergolong tinggi yaitu 420 per

100.000 kelahiran hidup, bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.

Penyebab dari meningkatnya angka kematian ibu yaitu adanya komplikasi yang

dialami oleh ibu. Berdasarkan laporan WHO (2013), kematian ibu di dunia disebabkan

pre-eklamsi 28%, perdarahan 27%, eklampsi 14%, aborsi tidak aman 8%, infeksi 11%,

penyulit persalinan 9%, dan emboli 14%. Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2012)

kasus obstetrik terbanyak (56,06%) disebabkan oleh penyulit kehamilan, persalinan dan

masa nifas lainnya diikuti dengan kehamilan yang berakhir abortus (26%). Penyebab

kematian terbesar adalah pre eklampsi dan eklampsi dengan case fatality rate (CFR)

2,35%, proporsi kasusnya 49 % dari keseluruhan kasus obstetri. Di Indonesia angka

kejadian operasi caesar juga terus meningkat baik di rumah sakit pemerintah maupun di

rumah sakit swasta. Menurut Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

menunjukkan terjadi kecenderungan peningkatan operasi caesar di Indonesia dari tahun

1991 sampai tahun 2007 yaitu 1,3-6,8 persen. Persalinan caesar di kota jauh lebih tinggi

dibandingkan di desa yaitu 11% dibandingkan 3,9%. Hasil Riskesdas tahun 2013

1
menunjukkan kelahiran dengan metode operasi caesar sebesar 9,8% dari total 49.603

kelahiran sepanjang tahun 2010 sampai dengan 2013, dengan proporsi tertinggi di DKI

Jakarta (19,9%) dan terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%).

Perawatan pada ibu postpartum perlu diperhatikan. Perawatan masa nifas

mencakup berbagai aspek mulai dari pengaturan dalam mobilisasi, anjuran untuk

kebersihan diri , pengaturan diet, pengaturan miksi dan defekasi, perawatan payudara

(massage) yang ditunjukan terutama untuk kelancaran pemberian air susu ibu untuk

pemenuhan nutrisi bayi, serta kondisi psikologis ibu. Perawatan pada postpartum ini

sangat berfungsi untuk peningkatan kesehatan pada ibu sehingga lebih mudah dalam

merawat anaknya.

B. Tujuan penulisan

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada ibu postpartum P2A0

C. Manfaat

Manfaat sejalan dengan tujuan yaitu dapat digunakan untuk mengetahui asuhan

keperawatan pada ibu postpartum P2A0.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Persalinan
a. Persalinan adalah serangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi
oleh ibu. Proses ini di mulai dengan kontraksi persalinan, yang di tandai oleh perubahan
progresif pada serviks, dan di akhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2008). Persalinan
adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 sampai 42
minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18
jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2001).
b. Tanda-tanda persalinan
1. HIS persalinan mempunyai sifat :
 Pinggang terasa sakit, yang menjalar ke depan
 Sifatnya teratur, intervalnya makin pendek dan kekuatannya makin besar.
 Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan uterus.
 Makin beraktivitas (jalan), kekuatan makin bertambah.
2. Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina)
Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan pendataan
dan pembukaan. Lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas. Kapiler pembuluh
darah pecah, yang menjadikan pendarahan sedikit.
3. Pengeluaran cairan
Keluar banyak cairan dari jalan lahir terjadi akibat pecahnya ketuban atau selaput
ketuban robek. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap
tetap kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil. Dengan pecahnya ketuban
diharapkan persalinan berlangsung dalam 24 jam.
c. Jenis persalinan
1. Persalinan spontan Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri melalui
jalan lahir ibu.
2. Persalinan buatan Persalinan yang di buat dengan tenaga dari luar misalnya vacum
atau tindakan caesaria.
3. Persalinan anjuran Persalinan yang tidak di mulai dengan sendirinya tetapi baru
berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian piticin atau prostaglandin.

3
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
pada setiap persalinan ada faktor yang harus diperhatikan :
 Jalan lahir (passage)
- Jalan lahir keras
- Jalan lahir lunak
 Janin (passanger)
 Tenaga atau kekuatan (power)
 Psikis (psikologis) Perasaan positif berupa percaya diri seoalah-olah pada saat itu
benar-benar terjadi kewanitaan sejati.
e. Persalinan berdasar umur kehamilan
1. Abortus Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22mg atau bayi dengan berat
badan kurang dari 500gr.
2. Partus immaturus Pengeluaran buah kehamilan antara 22mg dan 28mg atau bayi
dengan berat badan 500g dan 999g.
3. Partus prematurus Pengeluaran buah kehamilan antara 28mg dan 37mg atau dengan
berat badan 1000g dan 2499g.
4. Partus matures/aterm Pengeluaran buah kehamilan antara 37mg dan 42mg atau bayi
dengan berat badan 2500g atau lebih.
5. Partus post matures/aterm Pengeluaran buah kehamilan setelah 42mg.
f. Fase-fase dalam persalinan:
1. Kala I
Kala I persalinan di mulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks
hingga mencapai pembukaan lengkap (10cm). persalinan terdiri atas duafase yaitu fase
laten dan fase aktif
 fase laten dimulai sejak awal kontraksi, yang menyebabkan penipisan, dan
pembukaan serviks secara bertahap. Berlangsung hingga serviks membuka 3 cm,
pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau 8 jam.
 Fase aktif dibagi menjadi 3 fase yaitu :
Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan serviks berlangsung
sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
Fase deselerasi : pembukaan serviks menjadi lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap atau 10 cm.

4
pada primi, berlangsung selama 12 jam dan pada multigravida, sekitar 8 jam.
Kecepatan pembukaan serviks 1 cm perjam (nulipara atau primigravida) atau lebih
dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).
2. Kala II ( dua ) persalinan
persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10) dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Kala II (dua) juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Tanda
pasti kala II (dua) ditentukan melalui pemeriksaan dalam. Tanda bahwa proses
persalinan telah masuk dalam kala II berupa :
1). Pembukaan serviks telah lengkap (10) atau,
2). Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
3. Kala III(tiga ) persalinan
persalinan kala III (tiga) dimulai segera setelah bayi lahir dan terakhir dengan lahirnya
plasenta serta selaput ketuban yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi
lahir uterus teraba keras, bagian atas lebar karena terdapat plasenta, dan fundus teraba
di bawah pusat. Ketika plasenta telah lepas bentuk uterus akan menjadi bundar. Setelah
plasenta lepas fundus uteri akan naik hingga setinggi pusat atau sedikit diatas pusat,
dan tali pusat menjadi lebih panjang. Naiknya fundus uteri disebabkan karena plasenta
jatuh dalam segmen bawah rahim.
4. Kala IV (empat) persalinan
kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 1-2 jam post partum. Pada
fase ini fundus uteri kira-kira sehingga pusat. Setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri
2 gepeng. Berukuran panjang 15 cm, lebar 12 cm, tebal 10 cm,tebal dinding uterus 5
cm, dan bekasi implantasi plasenta lebih tipis dari bagian yang lain. Pada 1 minggu
postpartum berat uterus diperkiraan seberat 500 gr, sedangkan pada 2 minggu post
partum seberat 300 gr. Pada 6 minggu postpartum mencapai 40-60 gr.

5
f. Mekanisme persalinan
1. Turun Janin mengalami penurunan terus-menerus dalam jalan lahir sejak kehamilan
trimester ketiga
2. Fleksi Dengan turunnya kepala janin, tahanan yang di peroleh dari dasar panggul akan
makin besar, yang mengakibatkan kepala janin makin fleksi lagi, sampai-sampai dagu
janin menekan dadanya dan belakang kepala (oksiput) menjadi bagian terbawah janin.
3. Rotasi dalam Dengan makin turunnya kepala janin dalam jalan lahir, kepala janin akan
berputar sedemikian rupa sehingga kepala janin akan bersesuaian dengan rongga
panggul.
4. Ekstensi Kepala janin di lahirkan dengan melepaskan diri dari sikap kepala yang fleksi
maksimal dengan jalan menempuh gerakan defleksi atau ekstensi kepala
5. Restitusi Sewaktu berlangsung rotasi dalam, leher akan terpelintir karena bahu tidak
bersama-sama mengadakan rotasi dalam dengan kepala yang lebih dahulu melakukan
rotasi dalam
6. Rotasi luar Rotasi luar kepala janin pada hakekatnya mengikuti rotasi dalam bahu
janin.
f. Peran perawat dalam proses persalinan kala I-IV
 Sebagai care provider
 Sebagai pendidik
 Sebagai pengelola /manajer
 Sebagai advokat
 Peneliti
 Coodinator
 Change agent
 Consultant
 Counsellor
 Sebagai promotor kesehatan dalam bidang

B. Postpartum
Postpartum atau nifas merupakan keadaan dimana masa pemulihan alat-alat
reproduksi seperti sebelum hamil. Dalam masa nifas perlu melakukan perawatan
untuk membantu proses involusi misalnya mobilisasi, diet, miksi, defekasi,
laktasi,perawatan payudara dan perawatan perineum.

6
World Health Organization (WHO) 2013 menggambarkan periode pascanatal
sebagai fase paling kritis dan paling diabaikan dalam kehidupan ibu dan bayi,
sebagian besar kematian ibu dan bayi baru lahir terjadi selama periode pascanatal.
Postpartum merupakan situasi dimana krisis bagi ibu, pasangan dan keluarga
karena adanya berbagai perubahan yang terjadi baik secara fisik, psikologis, maupun
struktur keluarga dan terjadi proses adaptasi/penyesuaian. Adaptasi dimulai dari bayi
lahir sampai kembalinya kondisi tubuh ibu seperti semula sebelum hamil, dan
berlangsung dalam kurun waktu 6-8 minggu (Murray & McKinney, 2007). Selama
waktu ini, ibu dipantau untuk fungsi perdarahan, usus dan kandung kemih, dan
perawatan bayi, dan kesehatan bayi juga dipantau (Vernon. D, 2007).
Periode postpartum 6-12 jam ibu biasanya dipantau oleh perawat atau bidan
karena komplikasi dapat timbul pada periode ini. Perdarahan postpartum dapat terjadi.
Setelah melahirkan di mana plasenta menempel pada dinding uterus, dan uterus
berkontraksi untuk mencegah kehilangan darah. Setelah kontraksi berlangsung fundus
(atas) rahim dapat dipalpasi sebagai massa yang kuat di tingkat pusar. Penting bahwa
uterus tetap kuat dan perawat/bidan akan sering melakukan penilaian terhadap fundus
dan jumlah perdarahan. Pijat uterus biasanya digunakan untuk membantu kontraksi
Rahim (Mayo Clinic staff, 2015).
Pada waktu 2-4 hari pasca persalinan produksi ASI ibu mulai diproduksi,
namun masih kesulitan dalam menyusui Tidur ibu sering terganggu karena malam
hari terjaga normal pada bayi baru (McGuire E, 2013). Dalam masa postpartum
tersebut perubahan dan adaptasi pada ibu postpartum yaitu fisiologis dan psikologis.
Adaptasi fisiologis dan psikologis yang terjadi pada ibu postpartum, yaitu:
1. Adaptasi fisiologis
a. Uterus terjadi proses involusi dimana kembalinya uterus ke keadaan normal
setelah melahirkan, adanya kontraksi pada uterus, nyeri.
b. Serviks akan terasa lunak setelah melahirkan
c. Vagina yang tadinya terdistensi dengan dinding yang halus perlahan akan
mengecil dan tonusnya akan kembali
d. Abdomen masih tampak menonjol seperti saat hamil, dan selama dua minggu
pertama akan berelaksasi. Butuh 6 minggu agar dinding abdomen kembali ke
keadaan sebelum hamil
e. Sistem pencernaan. Pada ibu postpartum akan merasa lapar setelah melahirkan
dan porsi makan meningkat. Defekasi spontan baru akan terjadi 2-3 setelah
7
postpartum karena berkurangnya tonus otot diusus selama melahirkan, masa
nifas, dehidrasi.
f. Payudara pada ibu postpartum terjadi penurunan kadar kadar hormone
(estrogen, progesteron, hCG, prolactin, kortisol, dan insulin). Selama 24 jam
pertama pada terjadi perubahan jaringan payudara. Keluar kolostrum, cairan
kuning, dan jernih. Payudara akan terasa penuh setelah dan berat saat
kolostrum berubah menjadi susu dalam 72-96 jam setelah melahirkan.
g. Perubahan pada volume darah ibu postpartum bergantung pada beberapa
faktor seperti hilangnya darah saat melahirkan dan jumlah cairan
ekstravaskular.
h. Peningkatan curah jantung pada postpartum akan tetap meningkat minimal 48
jam pertama karena peningkatan volume sekuncup.
i. Perubahan postpartum pada sistem saraf karena adaptasi ibu hamil serta
trauma selama persalina dan melahirkan
j. Perubahan sistem muskoloskeletal ibu terjadi saat hamil dan kembali saat
masa nifas yang mana termasuk relaksasi dan hipermobilitas sendi dan
perubahan pusat gravitasi ibu sebagai respon terhadap uterus yang membesar.
Sebagian sendi kembali sebelum hamil, dan sendi kaki tidak kembali.
k. Pada ibu postpartum akan keluar cairan dari uterus setelah melahirkan. Cairan
berwarna merah (Lokia rubra), Cairan berwarna merah muda atau kecoklatan
(Lokia Serosa), cairan berwarna putih atau kekuningan (Lokia Alba).

2. Adaptasi psikoligis
1. Fase taking In biasanya ditetapkan 1 hingga 2 hari setelah melahirkan, waktu
refleksi karena dalam jangka waktu 2 hingga 3 bersifat pasif atau hanya peduli
pada diri sendiri. Untuk hari pertama atau kedua setelah kelahiran, ibu baru
membutuhkan makanan tambahan dan istirahat. Ibu dengan bedah caesar
bahkan membutuhkan lebih banyak istirahat. Semua ibu baru juga perlu
"mengasuh" diri mereka agar mereka dapat berhasil melahirkan bayi baru
mereka. Para ayah baru juga mungkin mengalami kesulitan menyesuaikan diri
dengan menjadi orang tua.
2. Fase Taking Hold berlangsung mulai 3 sampai 10 hari setelah melahirkan,
waktu untuk melakukan tindakan sendiri dan membuat keputusan tanpa
bergantung pada orang lain. Selama fase ini, orang tua fokus pada belajar
8
merawat bayi baru mereka. Perubahan suasana hati sementara dan perasaan
rentan di pihak ibu baru tidak jarang terjadi. Setiap pasangan mungkin merasa
terabaikan karena mereka menjadi lebih terlibat dengan bayi, mengabaikan
kebutuhan atau perasaan pasangan mereka
3. Fase Letting Go berlangsung dari 10 setelah melahirkan, fase menerima
tanggung jawab baru. Fase ini Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan
bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam
memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga
dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih diperlukan ibu
untuk menjaga kondisi fisiknya.

C. Sectio Cesarea (SC)


WHO (2015) operasi Caesar atau seksio sesarea (SC) sering diperlukan ketika
persalinan per vaginam akan membahayakan bayi atau ibu. Persalinan SC dilakukan
karena adanya permasalahan saat persalinan atau ada masalah pada ibu maupun bayi,
seperti kehamilan kembar, tekanan darah tinggi pada ibu, kelahiran sungsang, atau
masalah dengan plasenta atau tali pusat. Persalinan caesar dapat dilakukan
berdasarkan bentuk panggul ibu atau riwayat riwayat operasi caesar sebelumnya,
kelahiran pervagina setelah bedah caesar dimungkinkan. SC dilakukan hanya ketika
diperlukan secara medis. Namun saat ini, SC dilakukan tanpa alasan medis atas
permintaan oleh seseorang biasanya ibu.
American Congress of Obstetricians and Gynecologists (2013) menjelaskan
SC dapat meningkatkan kemungkinan keberhasilan persalinan pada ibu hamil ynag
memiliki resiko pada kehamilan berisiko. SC membutuhkan waktu lebih lama untuk
sembuh sekitar enam minggu, daripada kelahiran normal. Yenie (2016)
mengemukakan Peningkatan risiko termasuk masalah pernapasan pada bayi dan
emboli cairan ketuban dan perdarahan postpartum pada ibu. SC tidak digunakan
sebelum 39 minggu kehamilan tanpa alasan medis.
Turner R (1990) operasi caesar dianjurkan ketika persalinan normal mungkin
menimbulkan risiko bagi ibu atau bayi.
A. Kondisi yang memungkinkan terjadiya resiko bagi ibu dan bayi yaitu:
1. Persalinan lama atau gagal berkembang (distosia)
2. Gawat janin
9
3. Prolaps tali pusat
4. Ruptur uterus
5. Hipertensi pada ibu atau bayi setelah ketuban pecah (air pecah)
6. Takikardia pada ibu atau bayi setelah ketuban pecah (air pecah)
7. Masalah plasenta (plasenta praevia, plasenta abruption atau plasenta akreta)
8. Induksi persalinan gagal
9. Bayi besar dengan berat> 4.000 gram (makrosomia)
10. Presentasi abnormal (posisi sungsang atau melintang).

B. Komplikasi lain kehamilan, kondisi yang sudah ada sebelumnya dan penyakit penyerta,
seperti:
1. Infeksi HIV pada ibu dengan viral load yang tinggi (HIV dengan viral load ibu
yang rendah tidak selalu merupakan indikasi untuk operasi caesar)
2. Pre-eclampsia
3. Penyakit menular seksual, seperti wabah herpes genital sebelum onset persalinan
(yang dapat menyebabkan infeksi pada bayi jika lahir melalui vagina)
4. Seksio caesar sebelumnya (longitudinal)
5. Ruptur uterus sebelumnya
6. Masalah sebelumnya dengan penyembuhan perineum (dari persalinan sebelumnya
atau penyakit Crohn)
7. Nyeri Bicornua

C. Indikasi dan Kontraindikasi Sectio Caesar

Indikasi Sectio Caesar faktor janin diantaranya :

 Bayi terlalu besar dengan BBL kurang lebih 4.000gram. bayi sulit keluar dari jalan
lahir, pertumbuhan janin berlebihan ( Macrosomia) ibu diabetes melitus.apabila
dibiarkan terlalu lama dijalan lahir dan berbahaya terhadap keselamatan janin.
 Keletakan letak janin :
letak janin sungsang : letak memanjang dengan kelainan alam polaritas, panggul

10
janin merupakan katub bawah.
letak janin lintang : bila sumbu memanjang ibu membentuk sudut tegak lurus
dengan sumbu memanjang janin. Dan sering kali bahu terletak diatas PAP ( pintu
atas panggul ) -> disebut presentasi bahu.

 Ancaman gawat janin (fetal disstres) keadaan gawat janin pada tahap persalinan >
segera lakukan operasi dan apabila ditambah kondisi ibu dengan gangguan plasenta
(akibat ibu hipertensi atau kejang) serta pada tali pusat terjepit >suplay oksigen ke
janin akan berkurang > janin mengalami kerusakan otak, bahkan sering meninggal
dalam kandungan sehingga apabila sulit dilakukan dalam persalinan vagina > SC
 Janin abnormal karena adanya kerusakan genetik dan hidrosepalus > dapat
dilakukan tindakan operasi.
 Faktor plasenta , plasenta previa > plasenta menutupi jalan lahir. Solutio plasenta >
plasenta lepas. Plasenta accre > plasenta menempel kuat pada dinding uterus. Vasa
previa > kelainan perkembangan plasenta.
 Kelainan tali pusat : prolapsus tapi pusat > tali pusat menumbung > sebagian atau
seluruh tali pusat berada di depan atau di samping bagian bawah janin atau tapi
pusat sudah berada dijalan lahir sebelum bayi lahir > janin risiko sesak nafas >
segera SC.
 Bayi kembar ( gemelli ) kelahiran kembar berisiko terjadi komplikasi yang lebih
tinggi dari pada kelahiran suatu bayi. Bayi kembar dapat mengalami sungsang atau
salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan melalui persalinan sehingga janin
kembar cairan ketuban pecah yang berlebihan sehingga janin mengalami kelainan
letak.

INDIKASI FAKTOR IBU

11
 Usia : primipara usia lebih dari 35 tahun. Apabila dengan penyakit yang berisiko
seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus dan pre-eklamsia.
 Tulang panggul :Ukuran panggul ibu tidak sesuai dengan lingkar kepala janin
sehingga ibu tidak dapat melahirkan secara alami.
 Riwayat SC tidak mempengaruhi persalinan selanjutnya harus berlangsung secara
operasi
 Hambatan faktor panggul : gangguan jalan lahir seperti mioma /tumor dan kelainan
bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek sehingga ibu selit untuk bernafas
persalinan terhambat.
 Ketuban pecah : suatu kondisi yang akan membuat rembesan keluar sehingga
tinggal sedikit/habis.

12
13
BAB IV
PEMBAHASAN

Kasus sectio caesarea yang dialami oleh Ny. H yang dirawat di ruang lontara 2

bawah belakang dilakukan karena ada riwayat operasi laparatomi 6 bulan yang lalu. Klien

post operasi sectio caesarea hari ke 3. Masalah yang dialami oleh klien yaitu puting susu

inverted, bayi menolak untuk diberikan ASI, nyeri pada area operasi skala 3 NRS,

perubahan pola tidur dari 6-7 jam (kebiasaan) ke 3-4 jam sehari, Hb menurun ke 8,9 g/dL,

klien tampak senang dengan kelahiran anaknya dan sangat menerima anaknya.

Diagnosa keperawatan yang muncul ketidakefektifan pemberian ASI, risiko

infeksi, nyeri akut, gangguan pola tidur serta kesiapan peningkatan peran menjadi orang

tua. Masalah keperawatan yang berhasil diatasi meliputiketidakefektifan pemberian ASI

dan nyeri akut.Intervensi yang diberikan yaitu perawatan payudara (puting susu),

pengajaran pemberian makan dengan sendok, serta pengajaran nutrisi pada orang tua :0-3

bulan. Selain itu juga dilakukan perawatn luka, mengajarkan untuk menjaga lingkungan

tetap bersih. Pada nyeri dilakukan teknik relaksasi dan pemberian obat ketorolac. Pada

gangguan pola tidur dilakukan peningkatan tidur dengan menerapkan kenyamanan serti

pijat, pemberian posisi serta sentuhan efektif. Pada kesiapan peningkatan peran menjadi

orang tua yaitu dengan memberikan pendidikan orang tua tentang perawatan pada bayi.

Masalah utama yang ditemukan pada Ny. H adalah ketidakefektifan pemberian

ASI. Hal ini berkaitan dengan anomali putting susu ibu sehingga bayi sering kali

menolak untuk diberi ASI padahal produksi ASI ibu cukup memadai. Lowdermilk, Perry,

& Cashion (2014) mengemukakan bahwa satu jam pertama setelah melahirkan adalah

waktu yang tepat untuk memberikan ASI kepada bayi. Pada waktu ini juga merupakan

saat yang tepat untuk mengkaji ibu terkait pemberian ASI, pengetahuan ibu tentang

pemberian ASI, dan kesiapan fisik ibu untuk pemberian ASI terkait kondisi payudara dan

14
puting susu. Selama dirawat di Rumah Sakit, perawat perlu menyediakan edukasi dan

pendampingan terkait pemberian ASI. Perawat juga perlu menyediakan konsultasi laktasi

yang sesuai dengan kebutuhan ibu.

Menurut penelitian Saleh, et. al. (2014) yang dilakukan di Kabupaten Maros pada

ibu post partum tentang pemberian edukasi kesehatan ditemukan bahwa pendidikan

kesehatan dengan pendekatan modelling yang dilakukan oleh perawat efektif dalam

meningkatkan pengetahuan, kemampuan praktek, kepercayaan diri ibu dalam pemberian

ASI, dan menstimulasi bayi, yang akhirnya dapat mengoptimalkan tumbuh kembang

bayi.

Dalam kasus ini Ny. H sudah diberikan edukasi terkait pemberian ASI dan telah

diberikan pendampingan terkait cup feeding. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang

dikemukakan, namun Ny.H tidak mendapatkan intervensi terkait kesiapan fisik nya,

sehingga putting susu Ny.H hingga hari ke-3 masih inverted. Intervensi yang dilakukan

oleh mahasiswa dalam kesiapan fisik Ny.H adalah melakukan perawatanputing susu

dengan menggunakan C hole dan masalah ini teratasi pada hari ke-2.

15
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Masalah yang dialami oleh klien yaitu puting susu inverted, risiko infeksi, nyeri

pada area operasi skala 3 NRS, dan gangguan pola tidur. Klien juga tampak senang

dengan kelahiran anak pertamanya. Diagnosa keperawatan yang muncul meliputi

ketidakefektifan pemberian ASI, risiko infeksi, nyeri akut, gangguan pola tidur serta

kesiapan peningkatan peran menjadi orang tua. Masalah keperawatan yang berhasil

diatasi yaitu ketidakefektifan pemberian ASI, dan nyeri akut.Intervensi yang diberikan

yaitu perawatan payudara (puting susu), pengajaran pemberian makan dengan sendok,

serta pengajaran nutrisi pada orang tua :0-3 bulan. Selain itu juga dilakukan perawatn

luka, mengajarkan untuk menjaga lingkungan tetap bersih. Pada nyeri dilakukan teknik

relaksasi dan pemberian obat ketorolac. Pada gangguan pola tidur dilakukan peningkatan

tidur dengan menerapkan kenyamanan serti pijat, pemberian posisi serta sentuhan efektif.

Pada kesiapan peningkatan peran menjadi orang tua yaitu dengan memberikan pendidikan

orang tua tentang perawatan pada bayi.

B. Saran

Diharapkan perawat memberikan edukasi pada ibu primipara tentang cara merawat

bayi dan pemberian ASI.

16
DAFTAR PUSTAKA

American Congress of Obstetricians and Gynecologists, "Five Things Physicians and


Patients Should Question", Choosing Wisely: an initiative of the ABIM
Foundation,  American Congress of Obstetricians and Gynecologists, archived from
the original on 1 September 2013, retrieved 1 August 2013

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC). United States of America: Elsevier.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Nanda International Nursing Diagnoses:


Definitions and Classification 2015-2017. Jakarta: EGC.5

Lowdermilk, D.L., Perry, S.E. & Cashion.(2013). Keperawatan Maternitas Edisi 8 Buku 2.
Singapore: Elseiver

Lowdermilk, D.L., Perry, S.E. & Cashion.(2014). Maternity Nursing 8th Edition.USA:
Elseiver

Mayo Clinic staff (30 July 2015). "Labor and delivery, postpartum care". Mayo Clinic.
Retrieved 15 August 2015.

McGuire E (July 2013). "Maternal and infant sleep postpartum". Breastfeeding


Review. 21 (2): 38–41. PMID 23957180.

Murray, S.S. & McKinney, E.s. (2007). Foundations of maternal—Newborn nursing.


Singapore: Saunders Elsevier.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC). United States of America: Elsevier.

Reeder, Martin & Koniak-Griffin.(2011). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi,


danKeluarga Edisi 18. Jakarta: EGC

Saleh, A., et. al. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Pendekatan Modelling
terhadap Pengetahuan, Kemampuan Praktek, dan Percaya Diri Ibu dalam
Menstimulasi Tumbuh Kembang Bayi 0-6 Bulan di Kabupaten Maros.
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4dfd694e7da095c426fa76ffbdf2b3ea.pdf.
(Diakses pada tanggal 10 Agustus 2018).

17
Turner R (1990). "Caesarean Section Rates, Reasons for Operations Vary Between
Countries". Fam Plann Perspect. Guttmacher Institute. 22 (6): 281–
2.  doi:10.2307/2135690. JSTOR 2135690

Yeniel, AO; Petri, E (January 2014). "Pregnancy, childbirth, and sexual function:
perceptions and facts".  International urogynecology journal. 25 (1): 5–
14.  doi:10.1007/s00192-013-2118-7. PMID 23812577.

18

Anda mungkin juga menyukai