S
DENGAN DIAGNOSA MIOMA UTERUS
HARI PERTAMA DI RUANG PERAWATAN MELATI 12 (NIFAS)
RS CHASBULLAH ABDULMADJID BEKASI
Atik Prihatin
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar belakang...........................................................................................................1
B. Tujuan penulisan.......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................3
BAB III ANALISIS KASUS....................................................................................................7
A. Pengkajian Post Partum...........................................................................................7
B. Analisa Data.............................................................................................................13
C. Intervensi Keperawatan..........................................................................................14
D. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan............................................................19
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................................33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................35
A. Kesimpulan..............................................................................................................35
B. Saran.........................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................36
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
berakhir ketika alat-alat kandungan pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil di
sebut dengan masa nifas. Masa nifas berlangsung selama 6-8 minggu. Selama masa nifas
ibu perlu diperhatikan, karena angka kematian pada ibu 359 per 100.000 kelahiran terjadi
pada masa nifas (kementrian kesehatan RI, 2014). KI merupakan sebagai pengukuran
untuk menilai keadaan pelayanan obstretri disuatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti
pelayanan obstretri masih buruk, sehingga memerlukan perbaikan. Dari laporan WHO di
Indonesia merupakan salah satu angka kematian ibu tergolong tinggi yaitu 420 per
Penyebab dari meningkatnya angka kematian ibu yaitu adanya komplikasi yang
dialami oleh ibu. Berdasarkan laporan WHO (2013), kematian ibu di dunia disebabkan
pre-eklamsi 28%, perdarahan 27%, eklampsi 14%, aborsi tidak aman 8%, infeksi 11%,
penyulit persalinan 9%, dan emboli 14%. Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2012)
kasus obstetrik terbanyak (56,06%) disebabkan oleh penyulit kehamilan, persalinan dan
masa nifas lainnya diikuti dengan kehamilan yang berakhir abortus (26%). Penyebab
kematian terbesar adalah pre eklampsi dan eklampsi dengan case fatality rate (CFR)
kejadian operasi caesar juga terus meningkat baik di rumah sakit pemerintah maupun di
rumah sakit swasta. Menurut Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
1991 sampai tahun 2007 yaitu 1,3-6,8 persen. Persalinan caesar di kota jauh lebih tinggi
dibandingkan di desa yaitu 11% dibandingkan 3,9%. Hasil Riskesdas tahun 2013
1
menunjukkan kelahiran dengan metode operasi caesar sebesar 9,8% dari total 49.603
kelahiran sepanjang tahun 2010 sampai dengan 2013, dengan proporsi tertinggi di DKI
mencakup berbagai aspek mulai dari pengaturan dalam mobilisasi, anjuran untuk
kebersihan diri , pengaturan diet, pengaturan miksi dan defekasi, perawatan payudara
(massage) yang ditunjukan terutama untuk kelancaran pemberian air susu ibu untuk
pemenuhan nutrisi bayi, serta kondisi psikologis ibu. Perawatan pada postpartum ini
sangat berfungsi untuk peningkatan kesehatan pada ibu sehingga lebih mudah dalam
merawat anaknya.
B. Tujuan penulisan
C. Manfaat
Manfaat sejalan dengan tujuan yaitu dapat digunakan untuk mengetahui asuhan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persalinan
a. Persalinan adalah serangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi
oleh ibu. Proses ini di mulai dengan kontraksi persalinan, yang di tandai oleh perubahan
progresif pada serviks, dan di akhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2008). Persalinan
adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 sampai 42
minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18
jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2001).
b. Tanda-tanda persalinan
1. HIS persalinan mempunyai sifat :
Pinggang terasa sakit, yang menjalar ke depan
Sifatnya teratur, intervalnya makin pendek dan kekuatannya makin besar.
Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan uterus.
Makin beraktivitas (jalan), kekuatan makin bertambah.
2. Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina)
Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan pendataan
dan pembukaan. Lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas. Kapiler pembuluh
darah pecah, yang menjadikan pendarahan sedikit.
3. Pengeluaran cairan
Keluar banyak cairan dari jalan lahir terjadi akibat pecahnya ketuban atau selaput
ketuban robek. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap
tetap kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil. Dengan pecahnya ketuban
diharapkan persalinan berlangsung dalam 24 jam.
c. Jenis persalinan
1. Persalinan spontan Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri melalui
jalan lahir ibu.
2. Persalinan buatan Persalinan yang di buat dengan tenaga dari luar misalnya vacum
atau tindakan caesaria.
3. Persalinan anjuran Persalinan yang tidak di mulai dengan sendirinya tetapi baru
berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian piticin atau prostaglandin.
3
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
pada setiap persalinan ada faktor yang harus diperhatikan :
Jalan lahir (passage)
- Jalan lahir keras
- Jalan lahir lunak
Janin (passanger)
Tenaga atau kekuatan (power)
Psikis (psikologis) Perasaan positif berupa percaya diri seoalah-olah pada saat itu
benar-benar terjadi kewanitaan sejati.
e. Persalinan berdasar umur kehamilan
1. Abortus Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22mg atau bayi dengan berat
badan kurang dari 500gr.
2. Partus immaturus Pengeluaran buah kehamilan antara 22mg dan 28mg atau bayi
dengan berat badan 500g dan 999g.
3. Partus prematurus Pengeluaran buah kehamilan antara 28mg dan 37mg atau dengan
berat badan 1000g dan 2499g.
4. Partus matures/aterm Pengeluaran buah kehamilan antara 37mg dan 42mg atau bayi
dengan berat badan 2500g atau lebih.
5. Partus post matures/aterm Pengeluaran buah kehamilan setelah 42mg.
f. Fase-fase dalam persalinan:
1. Kala I
Kala I persalinan di mulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks
hingga mencapai pembukaan lengkap (10cm). persalinan terdiri atas duafase yaitu fase
laten dan fase aktif
fase laten dimulai sejak awal kontraksi, yang menyebabkan penipisan, dan
pembukaan serviks secara bertahap. Berlangsung hingga serviks membuka 3 cm,
pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau 8 jam.
Fase aktif dibagi menjadi 3 fase yaitu :
Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan serviks berlangsung
sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
Fase deselerasi : pembukaan serviks menjadi lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap atau 10 cm.
4
pada primi, berlangsung selama 12 jam dan pada multigravida, sekitar 8 jam.
Kecepatan pembukaan serviks 1 cm perjam (nulipara atau primigravida) atau lebih
dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).
2. Kala II ( dua ) persalinan
persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10) dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Kala II (dua) juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Tanda
pasti kala II (dua) ditentukan melalui pemeriksaan dalam. Tanda bahwa proses
persalinan telah masuk dalam kala II berupa :
1). Pembukaan serviks telah lengkap (10) atau,
2). Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
3. Kala III(tiga ) persalinan
persalinan kala III (tiga) dimulai segera setelah bayi lahir dan terakhir dengan lahirnya
plasenta serta selaput ketuban yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi
lahir uterus teraba keras, bagian atas lebar karena terdapat plasenta, dan fundus teraba
di bawah pusat. Ketika plasenta telah lepas bentuk uterus akan menjadi bundar. Setelah
plasenta lepas fundus uteri akan naik hingga setinggi pusat atau sedikit diatas pusat,
dan tali pusat menjadi lebih panjang. Naiknya fundus uteri disebabkan karena plasenta
jatuh dalam segmen bawah rahim.
4. Kala IV (empat) persalinan
kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 1-2 jam post partum. Pada
fase ini fundus uteri kira-kira sehingga pusat. Setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri
2 gepeng. Berukuran panjang 15 cm, lebar 12 cm, tebal 10 cm,tebal dinding uterus 5
cm, dan bekasi implantasi plasenta lebih tipis dari bagian yang lain. Pada 1 minggu
postpartum berat uterus diperkiraan seberat 500 gr, sedangkan pada 2 minggu post
partum seberat 300 gr. Pada 6 minggu postpartum mencapai 40-60 gr.
5
f. Mekanisme persalinan
1. Turun Janin mengalami penurunan terus-menerus dalam jalan lahir sejak kehamilan
trimester ketiga
2. Fleksi Dengan turunnya kepala janin, tahanan yang di peroleh dari dasar panggul akan
makin besar, yang mengakibatkan kepala janin makin fleksi lagi, sampai-sampai dagu
janin menekan dadanya dan belakang kepala (oksiput) menjadi bagian terbawah janin.
3. Rotasi dalam Dengan makin turunnya kepala janin dalam jalan lahir, kepala janin akan
berputar sedemikian rupa sehingga kepala janin akan bersesuaian dengan rongga
panggul.
4. Ekstensi Kepala janin di lahirkan dengan melepaskan diri dari sikap kepala yang fleksi
maksimal dengan jalan menempuh gerakan defleksi atau ekstensi kepala
5. Restitusi Sewaktu berlangsung rotasi dalam, leher akan terpelintir karena bahu tidak
bersama-sama mengadakan rotasi dalam dengan kepala yang lebih dahulu melakukan
rotasi dalam
6. Rotasi luar Rotasi luar kepala janin pada hakekatnya mengikuti rotasi dalam bahu
janin.
f. Peran perawat dalam proses persalinan kala I-IV
Sebagai care provider
Sebagai pendidik
Sebagai pengelola /manajer
Sebagai advokat
Peneliti
Coodinator
Change agent
Consultant
Counsellor
Sebagai promotor kesehatan dalam bidang
B. Postpartum
Postpartum atau nifas merupakan keadaan dimana masa pemulihan alat-alat
reproduksi seperti sebelum hamil. Dalam masa nifas perlu melakukan perawatan
untuk membantu proses involusi misalnya mobilisasi, diet, miksi, defekasi,
laktasi,perawatan payudara dan perawatan perineum.
6
World Health Organization (WHO) 2013 menggambarkan periode pascanatal
sebagai fase paling kritis dan paling diabaikan dalam kehidupan ibu dan bayi,
sebagian besar kematian ibu dan bayi baru lahir terjadi selama periode pascanatal.
Postpartum merupakan situasi dimana krisis bagi ibu, pasangan dan keluarga
karena adanya berbagai perubahan yang terjadi baik secara fisik, psikologis, maupun
struktur keluarga dan terjadi proses adaptasi/penyesuaian. Adaptasi dimulai dari bayi
lahir sampai kembalinya kondisi tubuh ibu seperti semula sebelum hamil, dan
berlangsung dalam kurun waktu 6-8 minggu (Murray & McKinney, 2007). Selama
waktu ini, ibu dipantau untuk fungsi perdarahan, usus dan kandung kemih, dan
perawatan bayi, dan kesehatan bayi juga dipantau (Vernon. D, 2007).
Periode postpartum 6-12 jam ibu biasanya dipantau oleh perawat atau bidan
karena komplikasi dapat timbul pada periode ini. Perdarahan postpartum dapat terjadi.
Setelah melahirkan di mana plasenta menempel pada dinding uterus, dan uterus
berkontraksi untuk mencegah kehilangan darah. Setelah kontraksi berlangsung fundus
(atas) rahim dapat dipalpasi sebagai massa yang kuat di tingkat pusar. Penting bahwa
uterus tetap kuat dan perawat/bidan akan sering melakukan penilaian terhadap fundus
dan jumlah perdarahan. Pijat uterus biasanya digunakan untuk membantu kontraksi
Rahim (Mayo Clinic staff, 2015).
Pada waktu 2-4 hari pasca persalinan produksi ASI ibu mulai diproduksi,
namun masih kesulitan dalam menyusui Tidur ibu sering terganggu karena malam
hari terjaga normal pada bayi baru (McGuire E, 2013). Dalam masa postpartum
tersebut perubahan dan adaptasi pada ibu postpartum yaitu fisiologis dan psikologis.
Adaptasi fisiologis dan psikologis yang terjadi pada ibu postpartum, yaitu:
1. Adaptasi fisiologis
a. Uterus terjadi proses involusi dimana kembalinya uterus ke keadaan normal
setelah melahirkan, adanya kontraksi pada uterus, nyeri.
b. Serviks akan terasa lunak setelah melahirkan
c. Vagina yang tadinya terdistensi dengan dinding yang halus perlahan akan
mengecil dan tonusnya akan kembali
d. Abdomen masih tampak menonjol seperti saat hamil, dan selama dua minggu
pertama akan berelaksasi. Butuh 6 minggu agar dinding abdomen kembali ke
keadaan sebelum hamil
e. Sistem pencernaan. Pada ibu postpartum akan merasa lapar setelah melahirkan
dan porsi makan meningkat. Defekasi spontan baru akan terjadi 2-3 setelah
7
postpartum karena berkurangnya tonus otot diusus selama melahirkan, masa
nifas, dehidrasi.
f. Payudara pada ibu postpartum terjadi penurunan kadar kadar hormone
(estrogen, progesteron, hCG, prolactin, kortisol, dan insulin). Selama 24 jam
pertama pada terjadi perubahan jaringan payudara. Keluar kolostrum, cairan
kuning, dan jernih. Payudara akan terasa penuh setelah dan berat saat
kolostrum berubah menjadi susu dalam 72-96 jam setelah melahirkan.
g. Perubahan pada volume darah ibu postpartum bergantung pada beberapa
faktor seperti hilangnya darah saat melahirkan dan jumlah cairan
ekstravaskular.
h. Peningkatan curah jantung pada postpartum akan tetap meningkat minimal 48
jam pertama karena peningkatan volume sekuncup.
i. Perubahan postpartum pada sistem saraf karena adaptasi ibu hamil serta
trauma selama persalina dan melahirkan
j. Perubahan sistem muskoloskeletal ibu terjadi saat hamil dan kembali saat
masa nifas yang mana termasuk relaksasi dan hipermobilitas sendi dan
perubahan pusat gravitasi ibu sebagai respon terhadap uterus yang membesar.
Sebagian sendi kembali sebelum hamil, dan sendi kaki tidak kembali.
k. Pada ibu postpartum akan keluar cairan dari uterus setelah melahirkan. Cairan
berwarna merah (Lokia rubra), Cairan berwarna merah muda atau kecoklatan
(Lokia Serosa), cairan berwarna putih atau kekuningan (Lokia Alba).
2. Adaptasi psikoligis
1. Fase taking In biasanya ditetapkan 1 hingga 2 hari setelah melahirkan, waktu
refleksi karena dalam jangka waktu 2 hingga 3 bersifat pasif atau hanya peduli
pada diri sendiri. Untuk hari pertama atau kedua setelah kelahiran, ibu baru
membutuhkan makanan tambahan dan istirahat. Ibu dengan bedah caesar
bahkan membutuhkan lebih banyak istirahat. Semua ibu baru juga perlu
"mengasuh" diri mereka agar mereka dapat berhasil melahirkan bayi baru
mereka. Para ayah baru juga mungkin mengalami kesulitan menyesuaikan diri
dengan menjadi orang tua.
2. Fase Taking Hold berlangsung mulai 3 sampai 10 hari setelah melahirkan,
waktu untuk melakukan tindakan sendiri dan membuat keputusan tanpa
bergantung pada orang lain. Selama fase ini, orang tua fokus pada belajar
8
merawat bayi baru mereka. Perubahan suasana hati sementara dan perasaan
rentan di pihak ibu baru tidak jarang terjadi. Setiap pasangan mungkin merasa
terabaikan karena mereka menjadi lebih terlibat dengan bayi, mengabaikan
kebutuhan atau perasaan pasangan mereka
3. Fase Letting Go berlangsung dari 10 setelah melahirkan, fase menerima
tanggung jawab baru. Fase ini Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan
bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam
memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga
dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih diperlukan ibu
untuk menjaga kondisi fisiknya.
B. Komplikasi lain kehamilan, kondisi yang sudah ada sebelumnya dan penyakit penyerta,
seperti:
1. Infeksi HIV pada ibu dengan viral load yang tinggi (HIV dengan viral load ibu
yang rendah tidak selalu merupakan indikasi untuk operasi caesar)
2. Pre-eclampsia
3. Penyakit menular seksual, seperti wabah herpes genital sebelum onset persalinan
(yang dapat menyebabkan infeksi pada bayi jika lahir melalui vagina)
4. Seksio caesar sebelumnya (longitudinal)
5. Ruptur uterus sebelumnya
6. Masalah sebelumnya dengan penyembuhan perineum (dari persalinan sebelumnya
atau penyakit Crohn)
7. Nyeri Bicornua
Bayi terlalu besar dengan BBL kurang lebih 4.000gram. bayi sulit keluar dari jalan
lahir, pertumbuhan janin berlebihan ( Macrosomia) ibu diabetes melitus.apabila
dibiarkan terlalu lama dijalan lahir dan berbahaya terhadap keselamatan janin.
Keletakan letak janin :
letak janin sungsang : letak memanjang dengan kelainan alam polaritas, panggul
10
janin merupakan katub bawah.
letak janin lintang : bila sumbu memanjang ibu membentuk sudut tegak lurus
dengan sumbu memanjang janin. Dan sering kali bahu terletak diatas PAP ( pintu
atas panggul ) -> disebut presentasi bahu.
Ancaman gawat janin (fetal disstres) keadaan gawat janin pada tahap persalinan >
segera lakukan operasi dan apabila ditambah kondisi ibu dengan gangguan plasenta
(akibat ibu hipertensi atau kejang) serta pada tali pusat terjepit >suplay oksigen ke
janin akan berkurang > janin mengalami kerusakan otak, bahkan sering meninggal
dalam kandungan sehingga apabila sulit dilakukan dalam persalinan vagina > SC
Janin abnormal karena adanya kerusakan genetik dan hidrosepalus > dapat
dilakukan tindakan operasi.
Faktor plasenta , plasenta previa > plasenta menutupi jalan lahir. Solutio plasenta >
plasenta lepas. Plasenta accre > plasenta menempel kuat pada dinding uterus. Vasa
previa > kelainan perkembangan plasenta.
Kelainan tali pusat : prolapsus tapi pusat > tali pusat menumbung > sebagian atau
seluruh tali pusat berada di depan atau di samping bagian bawah janin atau tapi
pusat sudah berada dijalan lahir sebelum bayi lahir > janin risiko sesak nafas >
segera SC.
Bayi kembar ( gemelli ) kelahiran kembar berisiko terjadi komplikasi yang lebih
tinggi dari pada kelahiran suatu bayi. Bayi kembar dapat mengalami sungsang atau
salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan melalui persalinan sehingga janin
kembar cairan ketuban pecah yang berlebihan sehingga janin mengalami kelainan
letak.
11
Usia : primipara usia lebih dari 35 tahun. Apabila dengan penyakit yang berisiko
seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus dan pre-eklamsia.
Tulang panggul :Ukuran panggul ibu tidak sesuai dengan lingkar kepala janin
sehingga ibu tidak dapat melahirkan secara alami.
Riwayat SC tidak mempengaruhi persalinan selanjutnya harus berlangsung secara
operasi
Hambatan faktor panggul : gangguan jalan lahir seperti mioma /tumor dan kelainan
bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek sehingga ibu selit untuk bernafas
persalinan terhambat.
Ketuban pecah : suatu kondisi yang akan membuat rembesan keluar sehingga
tinggal sedikit/habis.
12
13
BAB IV
PEMBAHASAN
Kasus sectio caesarea yang dialami oleh Ny. H yang dirawat di ruang lontara 2
bawah belakang dilakukan karena ada riwayat operasi laparatomi 6 bulan yang lalu. Klien
post operasi sectio caesarea hari ke 3. Masalah yang dialami oleh klien yaitu puting susu
inverted, bayi menolak untuk diberikan ASI, nyeri pada area operasi skala 3 NRS,
perubahan pola tidur dari 6-7 jam (kebiasaan) ke 3-4 jam sehari, Hb menurun ke 8,9 g/dL,
klien tampak senang dengan kelahiran anaknya dan sangat menerima anaknya.
infeksi, nyeri akut, gangguan pola tidur serta kesiapan peningkatan peran menjadi orang
dan nyeri akut.Intervensi yang diberikan yaitu perawatan payudara (puting susu),
pengajaran pemberian makan dengan sendok, serta pengajaran nutrisi pada orang tua :0-3
bulan. Selain itu juga dilakukan perawatn luka, mengajarkan untuk menjaga lingkungan
tetap bersih. Pada nyeri dilakukan teknik relaksasi dan pemberian obat ketorolac. Pada
gangguan pola tidur dilakukan peningkatan tidur dengan menerapkan kenyamanan serti
pijat, pemberian posisi serta sentuhan efektif. Pada kesiapan peningkatan peran menjadi
orang tua yaitu dengan memberikan pendidikan orang tua tentang perawatan pada bayi.
ASI. Hal ini berkaitan dengan anomali putting susu ibu sehingga bayi sering kali
menolak untuk diberi ASI padahal produksi ASI ibu cukup memadai. Lowdermilk, Perry,
& Cashion (2014) mengemukakan bahwa satu jam pertama setelah melahirkan adalah
waktu yang tepat untuk memberikan ASI kepada bayi. Pada waktu ini juga merupakan
saat yang tepat untuk mengkaji ibu terkait pemberian ASI, pengetahuan ibu tentang
pemberian ASI, dan kesiapan fisik ibu untuk pemberian ASI terkait kondisi payudara dan
14
puting susu. Selama dirawat di Rumah Sakit, perawat perlu menyediakan edukasi dan
pendampingan terkait pemberian ASI. Perawat juga perlu menyediakan konsultasi laktasi
Menurut penelitian Saleh, et. al. (2014) yang dilakukan di Kabupaten Maros pada
ibu post partum tentang pemberian edukasi kesehatan ditemukan bahwa pendidikan
kesehatan dengan pendekatan modelling yang dilakukan oleh perawat efektif dalam
ASI, dan menstimulasi bayi, yang akhirnya dapat mengoptimalkan tumbuh kembang
bayi.
Dalam kasus ini Ny. H sudah diberikan edukasi terkait pemberian ASI dan telah
diberikan pendampingan terkait cup feeding. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang
dikemukakan, namun Ny.H tidak mendapatkan intervensi terkait kesiapan fisik nya,
sehingga putting susu Ny.H hingga hari ke-3 masih inverted. Intervensi yang dilakukan
oleh mahasiswa dalam kesiapan fisik Ny.H adalah melakukan perawatanputing susu
dengan menggunakan C hole dan masalah ini teratasi pada hari ke-2.
15
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Masalah yang dialami oleh klien yaitu puting susu inverted, risiko infeksi, nyeri
pada area operasi skala 3 NRS, dan gangguan pola tidur. Klien juga tampak senang
ketidakefektifan pemberian ASI, risiko infeksi, nyeri akut, gangguan pola tidur serta
kesiapan peningkatan peran menjadi orang tua. Masalah keperawatan yang berhasil
diatasi yaitu ketidakefektifan pemberian ASI, dan nyeri akut.Intervensi yang diberikan
yaitu perawatan payudara (puting susu), pengajaran pemberian makan dengan sendok,
serta pengajaran nutrisi pada orang tua :0-3 bulan. Selain itu juga dilakukan perawatn
luka, mengajarkan untuk menjaga lingkungan tetap bersih. Pada nyeri dilakukan teknik
relaksasi dan pemberian obat ketorolac. Pada gangguan pola tidur dilakukan peningkatan
tidur dengan menerapkan kenyamanan serti pijat, pemberian posisi serta sentuhan efektif.
Pada kesiapan peningkatan peran menjadi orang tua yaitu dengan memberikan pendidikan
B. Saran
Diharapkan perawat memberikan edukasi pada ibu primipara tentang cara merawat
16
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC). United States of America: Elsevier.
Lowdermilk, D.L., Perry, S.E. & Cashion.(2013). Keperawatan Maternitas Edisi 8 Buku 2.
Singapore: Elseiver
Lowdermilk, D.L., Perry, S.E. & Cashion.(2014). Maternity Nursing 8th Edition.USA:
Elseiver
Mayo Clinic staff (30 July 2015). "Labor and delivery, postpartum care". Mayo Clinic.
Retrieved 15 August 2015.
Saleh, A., et. al. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Pendekatan Modelling
terhadap Pengetahuan, Kemampuan Praktek, dan Percaya Diri Ibu dalam
Menstimulasi Tumbuh Kembang Bayi 0-6 Bulan di Kabupaten Maros.
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4dfd694e7da095c426fa76ffbdf2b3ea.pdf.
(Diakses pada tanggal 10 Agustus 2018).
17
Turner R (1990). "Caesarean Section Rates, Reasons for Operations Vary Between
Countries". Fam Plann Perspect. Guttmacher Institute. 22 (6): 281–
2. doi:10.2307/2135690. JSTOR 2135690
Yeniel, AO; Petri, E (January 2014). "Pregnancy, childbirth, and sexual function:
perceptions and facts". International urogynecology journal. 25 (1): 5–
14. doi:10.1007/s00192-013-2118-7. PMID 23812577.
18