Anda di halaman 1dari 8

JENIS PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL

DAN GANGGUAN MENSTRUASI


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
Laode Muhamad Sety1)
1)
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari
Email: setydinkes@yahoo.co.id

Abstract: Association of The Kind of Hormonal Contraception Using With Menstruation


Disturbance in Working Area of Public Health Center of Poasia Kendari City in 2013. The data
of Public Health Center of Poasia showed that the number of the using of hormonal contraception
devices in 2011 was 3,497 fertile age pairs (PUS), in 2012 hit 3,547 PUS and from January to May
2013 was 238 PUS. The using of hormonal contraception can establish side effect toward changing
menstruation pattern. This study aimed to understand the association of the kind of hormonal
contraception device with the menstruation disturbance in working area of Public Health Center of
Poasia Kendari city in 2013. The kind of the study was analytical survey with cross sectional study
design. The samples of the study were 68 people whom were determined by proportional sampling
technique. The result of the study showed that there was any association between the using of oral
contraception and menstruation disturbance (p value or significance was 0.000 and α = 0.05) and there
was no association between the using of implant device and menstruation disturbance (p value or
significance was 0.581 and α = 0.05).

Keywords: Menstruation Disturbance, Hormonal, Contraception

Abstrak: Hubungan Jenis Pemakaian Kontrasepsi Hormonal dengan Gangguan Menstruasi di


Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari .Berdasarkan data dari Puskesmas Poasia
menunjukkan bahwa penggunaan alat kontrasepsi hormonal yaitu tahun 2011 berjumlah 3.497 PUS,
tahun 2012 meningkat menjadi 3.547 PUS dan pada bulan Januari sampai bulan Mei tahun 2013
berjumlah 238 PUS. Penggunaan kontrasepsi hormonal dapat memberikan efek samping terhadap
perubahan pola menstruasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jenis pemakaian
kontrasepsi hormonal dengan gangguan menstruasi di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
tahun 2013. Jenis penelitian ini adalah survei analitik menggunakan desain cross sectional study.
Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 68 orang dengan menggunakan teknik Proportional Sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pemakaian kontrasepsi pil dengan
gangguan menstruasi (nilai P atau signifikansi adalah 0,000 dengan α = 0,05), ada hubungan antara
pemakaian kontrasepsi suntik dengan gangguan menstruasi (nilai P atau signifikansi adalah 0,000
dengan α = 0,05), dan tidak ada hubungan antara pemakaian kontrasepsi implant dengan gangguan
menstruasi (nilai P atau signifikansi adalah 0,581 dengan α = 0,05).

Kata kunci : Gangguan Menstruasi, Kontrasepsi, Hormonal

Tingginya angka kelahiran di Indonesia terjadinya kematian, mengurangi angka kesa-


merupakan salah satu masalah besar dan kitan ibu dan anak, mengatur kelahiran anak
memerlukan perhatian dalam penanganannya. sesuai yang diinginkan dan dapat menghindari
Salah satu bentuk perhatian khusus pemerintah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan.
dalam menanggulangi angka kelahiran yang Kontrasepsi hormonal merupakan hormon
tinggi tersebut, adalah dengan melaksanakan progesteron atau kombinasi estrogen dan
pembangunan dan keluarga berencana secara progesrteron, prinsip kerjanya mencegah
komprehensif. (Saifuddin, 2006). pengeluaran sel telur dari kandung telur.
Kontrasepsi adalah segala macam alat Mengentalkan cairan dileher rahim sehingga
atau cara yang digunakan oleh satu pihak atau sulit ditembus sperma, membuat lapisan dalam
kedua belah pihak untuk menghindari atau rahim menjadi tipis dan tidak layak untuk
mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat tumbuh hasil konsepsi, sehingga sel telur
pertemuan sel sperma dan sel telur (ovum) yang berjalan lambat sehingga mengganggu waktu
sudah matang. Manfaatnya yaitu mencegah pertemuan sperma dan sel telur. .

60
Sety, Jenis Pemakaian Kontrasepsi Hormonal dan Gangguan Menstruasi 61

Jenis kontrasepsi hormonal yang hanya METODE


mengandung progestin terdiri dari Mini Pil, KB
Suntik Depo Medroxy Progesterone Asetat Penelitian dilakukan di Puskesmas
(DMPA) dan implant. Setyaningrum (2008) Poasia Kota Kendari tahun 2013. Jenis
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara penelitian survei analitik dengan metode Cross
lama pemakaian DMPA dengan Siklus Sectional study.
menstruasi, lama menstruasi dan kejadian Populasi penelitian, semua ibu rumah
spotting. Semakin lama penggunaan maka tangga yang termasuk Pasangan Usia Subur
jumlah darah menstruasi yang keluar juga (PUS) berusia dari 15-49 tahun berada di
semakin sedikit dan bahkan sampai terjadi sekitar wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota
amenorre. Implant termasuk kontrasepsi jangka Kendari yang menggunakan alat kontrasepsi
panjang, sehingga dimungkinkan akan hormonal dan terdaftar dalam registrasi
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap KIA/KB puskesmas Poasia Kota kendari tahun
gangguan menstruasi dibandingkan KB Pil dan 2013 sebanyak 238 akseptor. Sampel 68 orang
Suntik. Keuntungan Pil yaitu tetap membuat diambil secara proportional random sampling.
menstruasi teratur (Hakim, 2010). Rumus sampel digunakan sebagai berikut
Efek samping kontrasepsi DMPA dan
implant yang paling utama adalah gangguan
menstruasi berupa amenore, spotting, peruba-
han siklus, frekuensi, lama menstruasi dan
jumlah darah yang hilang (Hartanto, 2004).
Kedua jenis kontrasepsi tersebut kandungan
Keterangan:
hormonnya sama yaitu progesteron namun
pengaruh terhadap gangguan menstruasi ada N : besar sampel minimum
perbedaan, hal ini sesuai konsep Siswosudarno N : besar populasi (238)
(2007) yang menyatakan bahwa kontrasepsi Z1-α/2 : nilai sebaran normal baku yang
implant mempunyai keluhan gangguan sebenarnya tergantung α (1,96)
menstruasi yang lebih sedikit dibandingkan  : tingkat signifikan (0,05)
dengan kontrasepsi suntik DMPA. P : proporsi pada populasi (0,47)
Siklus menstruasi dikendalikan oleh D : besar penyimpangan (absolut) yang
kelompok hormon, terutama estrogen dan bisa diterima (0,1) (Awal, 2009).
progesteron. Mereka dilepaskan siklis dari
indung telur selama masa reproduksi dibawah Besarnya proporsi sampel didasarkan pada
kendali dari dua hipofisis anterior hormon jumlah pengguna kontrasepsi hormonal yakni
gonadotropin, Follicle-stimulating hormone implant, suntik, dan pil yang terdaftar dalam
(FSH) dan Lutenizing hormon (LH).
registrasi KIA/KB di wilayah Kerja Puskesmas
Di Puskesmas Poasia terjadi penurunan
minat penggunaan kontrasepsi hormonal dari Poasia Kota Kendari sebagai berikut:
63,4% tahun 2011 menjadi 57,9% pada tahun
2012. (Puskes-mas Poasia Kendari, 2012). 41
Gangguan menstruasi merupakan salah satu 1. Pengguna Pil = ---- × 68 = 12 akseptor
penyebab menurunkan minat PUS terhadap 238
penggunaan kontrasepsi hormonal ini. 175
Tujuan penelitian ini, diketahuinya 2. Pengguna Suntik = ---- × 68 = 50 akseptor
hubungan pemakaian kontrasepsi Pil terhadap 238
gangguan menstruasi, diketahuinya hubungan 22
kontrasepsi Suntik terhadap gangguan 3. Pengguna Implant = --- × 68 = 6 akseptor
menstruasi, dan diketahuinya hubungan 238
pemakaian kontrasepsi Implant terhadap
gangguan menstruasi di Wilayah Kerja
Puskesmas Poasia Kota kendari.
62 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 1, April 2014, hlm 60-66

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 3: Distribusi Responden Menurut Kate-


gori Yang Menggunakan Kontrasepsi
HASIL Implant

1. Analisis Univariat No Kontrasepsi Implant n %

a. Kontrasepsi Pil 1 Menggunakan 6 8,8


2 Tidak menggunakan 62 91,2
Kontrasepsi oral (pil) adalah
kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk tablet, Total 68 100
mengandung hormon estrogen dan progesterone
yang digunakan untuk mencegah kehamilan. Tabel 3, dari 68 responden, sebagian
besar responden tidak menggunakan
Tabel 1: Distribusi Responden Menurut Kate- kontrasepsi implant (91,2%), hanya sedikit
gori yang Menggunakan Kontrasepsi yang menggunakan kontrasepsi implant (8,8%).

No Kontrasepsi Pil n % d. Gangguan Menstruasi


1 Menggunakan 12 17,6
Gangguan menstruasi adalah menstruasi
2 Tidak menggunakan 56 82,4 yang tidak sesuai dengan menstruasi normal
Total 68 100 dan atau tidak seperti biasanya (Helena, 2011).

Tabel 1, menunjukkan dari 68 respon- Tabel 4: Distribusi Responden Menurut


den, sebagian besar tidak menggunakan Gangguan Menstruasi
kontrasepsi pil (82,4%), dan hanya sebagian
kecil menggunakan kontrasepsi pil (17,6%). No Gangguan Menstruasi n %
1 Mengalami 56 82,4
b. Kontrasepsi Suntik
2 Tidak mengalami 12 17,6
Kontrasepsi suntik adalah cara untuk
mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui Total 68 100
suntikan hormonal (Hartanto, 2004).
Tabel 4, dari 68 responden, pada umnya
Tabel 2: Distribusi Responden Menurut Kate- mereka mengalami gangguan menstruasi yaitu
gori Penggunaan Kontrasepsi Suntik (82,4%), hanya sedikit yang tidak mengalami
gangguan menstruasi (17,6%).
No Kontrasepsi Suntik n %
1 Menggunakan 50 73,5 2. Analisis Bivariat
2 Tidak menggunakan 18 26,5 a. Hubungan pemakaian Kontrasepsi Pil
Total 68 100 dengan Gangguan Menstruasi

Tabel 5: Hubungan pemakaian Kontrasepsi


Tabel 2, dari 68 responden, sebagian Pil dengan Gangguan Menstruasi
besar menggunakan kontrasepsi suntik (73,5%),
hanya sedikit yang tidak menggunakan Gangguan
kontrasepsi suntik (26,5%). Menstruasi
Jml p-V
Kontrasepsi Menga- Tidak
Pil lami Mengalami
c. Kontrasepsi Implant
n % n % N %
Kontrasepsi implant adalah alat Menggunakan 0 0 12 100 12 100
kontrasepsi bawah Kulit (Hartanto, 2004). Tidak 0,00
56 100 0 0 56 100
Menggunakan
Total 56 82,4 12 17,6 68 100
Sety, Jenis Pemakaian Kontrasepsi Hormonal dan Gangguan Menstruasi 63

Berdasarkan tabel 5, diketahui dari gangguan menstruasi di Wilayah Kerja


68 responden, terdapat 56 responden yang tidak Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2013
menggunakan kontrasepsi pil dan semuanya dapat dilihat pada tabel 7.
cenderung mengalami gangguan menstruasi,
sedangkan 12 responden yang menggunakan Tabel 7: Hubungan pemakaian Kontrasepsi
kontrasepsi pil semuanya cenderung tidak Implant dengan Gangguan
mengalami gangguan menstruasi. Menstruasi
Hasil analisis statistik Fisher’s Gangguan
Exact Test diperoleh nilai p= 0,00 (< α 0,05). Menstruasi
Hasil ini menunjukkan ada hubungan antara Jumla p-V
Kontrasepsi Tidak
Mengal h
variabel pemakaian kontrasepsi pil dengan Implant ami
Menga-
gangguan menstruasi. lami
n % n % n %
b. Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Menggunakan 6 100 0 0 6 100
Suntik dengan Gangguan Menstruasi Tidak 0,58
50 80,6 12 19,4 62 100
Menggunakan
Hasil analisis statistik hubungan
Total 56 82,4 12 17,6 68 100
Pemakaian kontrasepsi suntik dengan gangguan
menstruasi di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia
Kota Kendari dapat dilihat pada tabel 6. Berdasarkan tabel 7, diketahui dari 68
responden, terdapat 62 responden tidak meng-
Tabel 6: Hubungan pemakaian Kontrasepsi gunakan kontrasepsi implant, umumnya mereka
Suntik dengan Gangguan Menstruasi cenderung mengalami gangguan menstruasi
(80,6%) dan yang tidak mengalami gangguan
Gangguan
Menstruasi menstruasi sebanyak 12 orang (19,4%),
Kontrasepsi Tidak Jumlah p-V sedangkan terdapat 6 responden yang
Menga-
Suntik lami
Menga- menggunakan kontrasepsi implant semuanya
lami cenderung mengalami gangguan menstruasi.
n % n % n % Hasil analisis statistik Fisher’s Exact
Menggunakan 50 100 0 0 50 100 Test diperoleh nilai p= 0,581 (> α 0,05). Hasil
Tidak 0,00 ini menunjukkan tidak ada hubungan antara
6 33,3 12 66,7 18 100 variabel pemakaian kontrasepsi implant dengan
Menggunakan
gangguan menstruasi.
Total 56 82,4 12 17,6 68 100

Pembahasan
Berdasarkan tabel 6, diketahui dari 68
responden, terdapat 50 responden menggunakan Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Pil
kontrasepsi suntik dan semuanya cenderung dengan Gangguan Menstruasi
mengalami gangguan menstruasi, sedangkan 18
responden yang tidak menggunakan kontrasepsi Pil KB adalah suatu cara kontrasepsi
suntik, umumnya cenderung tidak mengalami wanita yang berbentuk pil atau tablet di dalam
gangguan menstruasi (66,7%) dan yang menga- strip yang berisi gabungan hormon estrogen dan
lami gangguan (33,3%). progesterone atau yang hanya terdiri dari
Hasil analisis statistik Fisher’s Exact hormon progesterone saja. Kebijaksanaan
Test diperoleh nilai p= 0,00 (< α 0,05). Hasil penggunaan pil diarahkan terhadap pemakaian
ini menunjukkan ada hubungan antara variabel pil dosis rendah, tetapi meskipun demikian pil
pemakaian kontrasepsi suntik dengan gangguan dosis tinggi masih disediakan terutama untuk
menstruasi. membina peserta KB lama yang menggunakan
dosis tinggi (Everett, 2007).
c. Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Pil adalah tablet yang mengandung
Implant Dengan Gangguan Menstruasi hormon estrogen dan progesteron sintetik
disebut pil kombinasi sedangkan yang
Hasil analisis statistik hubungan
mengandung progesteron sintetik saja disebut
Pemakaian kontrasepsi Implant dengan
mini pil progestin, biasa pil mini disingkat pop
64 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 1, April 2014, hlm 60-66

atau progesterone only pil. Efek samping yang Suntik sedangkan keuntungan pil yaitu akan
sering terjadi akibat penggunaan pil KB antara tetap membuat menstruasi teratur (Hakim,
lain terjadinya spotting (bercak-bercak darah) 2010).
terjadi diantara masa haid pada bulan-bulan Hal ini menyebabkan kepuasan
pertama pemakaian pil KB, ini disebabkan responden dengan kontrasepsi KB Pil
ketidak seimbangan hormon pemakaian Kombinasi serta menyebabkan akseptor KB Pil
estrogen dosis rendah (30 mikrogram) sehingga Kombinasi bertambah banyak karena salah satu
endometrium mengalami degenerasi. Selain itu gejala positif yang dirasakan adalah tidak
juga akseptor akan mengalami haid tidak mengalami gangguan saat berhubungan seksual
teratur, berkurangnya darah haid dan dan mekanisme kerja KB Pil Kombinasi hanya
berkurangnya dismenore (Faridah, 2005). berpengaruh pada serviks, tuba, rahim dan
Hasil analisis statistik menggunakan uji endometrium sehingga berpengaruh kecil
Fisher’s Exact Test, disimpulkan ada hubungan terhadap peristaltik vagina dan tidak menambah
yang bermakna antara pemakaian kontrasepsi produksi sekresi pada vagina saat berhubungan
pil dengan gangguan menstruasi. Hasil statistik seksual.
menunjukkan bahwa responden yang tidak
menggunakan kontrasepsi pil semuanya Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Suntik
mengalami gangguan menstruasi. Hal ini dapat dengan Gangguan Menstruasi
terjadi karena responden tersebut menggunakan
alat kontrasepsi lain yang mengandung hormon Kontrasepsi suntikan adalah suatu cara
progesteron saja dimana kandungan progesteron kontrasepsi yang berdaya kerja panjang (lama),
tersebut dapat menyebabkan gangguan tidak membutuhkan pemakaian setiap hari atau
menstruasi, selain itu juga penggunaan pil harus setiap akan bersenggama, tetapi tetap reversible
diminum setiap hari agar tidak terjadi (Hartanto, 2004). Kontrasepsi suntik adalah alat
kehamilan sehingga akseptor KB lebih memilih untuk mencegah kehamilan, penggunaannya
menggunakan KB lain yang lebih aman. dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat
Sebaliknya responden yang mengguna- tersebut. Suntikan KB terdiri dari depo provera
kan kontrasepsi pil semuanya tidak mengalami setiap 3 bulan, norigest setiap 10 minggu, dan
gangguan menstruasi. Hal ini terjadi karena cycloferm setiap bulan.
akseptor KB lebih memilih menggunakan pil Everett (2007) menyatakan bahwa
kombinasi yang memiliki keuntungan antara kontrasepsi suntik menyebabkan lendir servik
lain siklus haid menjadi teratur, banyaknya mengental sehingga menghentikan daya tembus
darah haid berkurang (mencegah anemia), dan sperma, mengubah endometium menjadi tidak
tidak terjadi nyeri haid. cocok untuk implantasi dan mengurangi fungsi
Hasil penelitian ini sejalan dengan tuba falopi. Namun fungsi utama kontrasepsi
penelitian yang dilakukan oleh Faridah (2005) suntik dalam mencegah kehamilan adalah
yang menyimpulkan bahwa ada hubungan yang menekan ovulasi.
bermakna antara pemakaian alat kontrasepsi pil Berdasarkan hasil analisis statistik
dan suntik dengan gangguan menstruasi di Desa dengan menggunakan uji Fisher’s Exact Test,
Gentan Kecamatan Susukan Kabupaten Serang. diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan
Jenis kontrasepsi hormonal yang hanya yang bermakna antara pemakaian kontrasepsi
mengandung progestin terdiri dari Mini Pil, KB suntik dengan gangguan menstruasi. Hasil
Suntik Depo Medroxy Progesterone Asetat statistik menunjukkan bahwa responden yang
(DMPA) dan implant. Setyaningrum (2008) menggunakan kontrasepsi suntik semuanya
menyatakan bahwa terdapat hubunganbermakna mengalami gangguan menstruasi. Hal ini dapat
antara lama pemakaian DMPA dengan Siklus terjadi karena pemberian KB suntik Cyclofem
menstruasi, lama menstruasi dan kejadian dapat menyebabkan perdarahan. Perdarahan
spotting. Semakin lama penggunaan maka yang terjadi ini tidak dapat dianggap sebagai
jumlah darah menstruasi yang keluar juga darah haid dalam arti yang sebenarnya, yaitu
semakin sedikit dan bahkan sampai terjadi yang terjadi dari suatu endometrium yang
amenore. Implant termasuk kontrasepsi jangka normal (fase sekretorik). Seperti diketahui
panjang, sehingga dimungkinkan akan bahwa haid yang normal terjadi akibat kadar
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap progesteron yang turun, sedangkan pada
gangguan menstruasi dibandingkan KB Pil dan penggunaan KB suntik Cyclofem haid yang
Sety, Jenis Pemakaian Kontrasepsi Hormonal dan Gangguan Menstruasi 65

terjadi akibat turunnya kadar estrogen dan Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Implant
progesteron atau akibat turunnya kadar hormon dengan Gangguan Menstruasi
sintetik. Haid yang terjadi setelah penggunaan
kontrasepsi hormonal kombinasi lebih tepat Implant adalah suatu alat kontrasepsi
dikatakan sebagai pseudo haid (Baziad, 2002). berupa batang atau kapsul silastik yang berisi
Begitu pula sebaliknya pada responden hormon progesteron yang dilakukan dengan
yang tidak menggunakan kontrasepsi suntik cara memasukan batang atau kapsul silastik ke
lebih banyak tidak mengalami gangguan bawah kulit melalui insisi tunggal, dalam
menstruasi dibanding dengan yang mengalami bentuk kipas (Hartanto, 04). Efek samping yang
gangguan menstruasi. Akan tetapi ada pula paling utama dari implant adalah gangguan
responden yaitu sebanyak 6 orang (33,3%) yang menstruasi. Bertambahnya hari perdarahan
tidak menggunakan kontrasepsi suntik tetapi dalam siklus, perdarahan bercak (spotting),
juga mengalami gangguan menstruasi. Hal ini berkurangnya panjang siklus menstruasi bahkan
dapat terjadi karena responden tersebut akan terjadi amenore.
menggunakan KB lain yang mengandung Pada bulan-bulan pertama, implant
hormon progesteron saja dimana kandungan dapat menyebabkan perdarahan yang tidak
progesteron tersebut dapat menyebabkan teratur (ditengah siklus menstruasi atau jangka
gangguan menstruasi. waktu menstruasi menjadi lebih lama), hal ini
Hasil penelitian ini sejalan dengan hanya proses penyesuaian dengan tubuh saja.
penelitian yang dilakukan oleh Fitriatun dan Siswosudarno (2007) menyatakan bahwa
Dyah Fajarsari (2011) yang menyimpulkan kontrasepsi implant mempunyai keluhan
bahwa akseptor suntik banyak mengalami gangguan menstruasi yang lebih sedikit
gangguan menstruasi, hal ini disebabkan karena dibandingkan dengan kontrasepsi yang lainnya.
suntik hanya mengandung hormon progesteron Berdasarkan hasil analisis statistik
saja dimana kandungan progesteron tersebut dengan menggunakan uji Fisher’s Exact Test,
dapat menyebabkan gangguan menstruasi diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada
sedangkan amenore yang tinggi disebabkan hubungan yang bermakna antara pemakaian
karena hormon progesteron menekan LH kontrasepsi implant dengan gangguan
sehingga endometrium menjadi lebih dangkal menstruasi. Hasil statistik menunjukkan bahwa
dan mengalami kemunduran sehingga kelenjar responden yang tidak menggunakan kontrasepsi
menjadi tidak aktif. implant lebih banyak mengalami gangguan
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan menstruasi dibanding dengan yang tidak
pendapat Hartanto (2004) yang mengatakan mengalami gangguan menstruasi. Akan tetapi
kontrasepsi hormonal terutama yang mengan- ada pula responden yaitu sebanyak 12 orang
dung progestin dapat mengubah menstruasi. (19,4%) yang tidak menggunakan kontrasepsi
Ketidakteraturan menstruasi lebih besar terjadi implant yang tidak mengalami gangguan
pada pemakai kontrasepsi jenis suntik 3 bulan menstruasi. Hal ini dapat terjadi karena
dibandingkan akseptor yang menggunakan jenis kontarsepsi implant kurang diminati karena
kontrasepsi suntik 1 bulan. Pada pemakaian harganya dianggap lebih mahal dari KB yang
kontrasepsi bulanan terjadi perdarahan yang lainnya, selain itu masih banyak wanita yang
tidak teratur terjadi, terutama selama tiga bulan merasa takut menggunakan KB implant karena
pertama. Sedangkan pengguna kontrasepsi 3 pemasangannya harus melalui operasi kecil
bulan sebagian besar akseptor tidak menstruasi (bedah minor) dan dianggap berbahaya.
setelah pemakaian. Efek yang dapat ditimbul- Begitu pula sebaliknya pada responden
kan pada akseptor setelah pemakaian 3 bulan yang menggunakan kontrasepsi implant
(DMPA) terjadi amenorea pada 3 bulan semuanya mengalami gangguan menstruasi.
pertama. Hal ini yang menunjukkan bahwa Hal ini dapat terjadi karena implant adalah
akseptor yang menggunakan kontrasepsi 3 metode kontrasepsi yang hanya mengandung
bulan akan mengalami ketidakteraturan dalam progestin dengan masa kerja panjang, dosis
pola menstruasi, dan dengan pemakaian rendah, reversible untuk wanita sehingga
kontrasepsi suntik 3 bulan (DMPA) yang akseptor implant sering mengalami gangguan
berlangsung lama akan menyebabkan akseptor haid yang kejadiannya bervariasi pada setiap
tidak haid sama sekali. pemakaian, seperti pendarahan haid yang
banyak atau sedikit, bahkan ada pemakaian
66 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 1, April 2014, hlm 60-66

yang tidak haid sama sekali. Keadaan ini dengan sel-sel endotel yang intek dan sel-sel
biasanya terjadi 3-6 bulan pertama sesudah yang mengandung kadar glikoprotein yang
beberapa bulan kemudian. cukup sehingga sel-sel endotel terlindung dari
Berdasarkan hasil penelitian kerusakan, hal ini akan mempengaruhi
menunjukkan bahwa pemakaian kontrasepsi mekanisme kerja hormon dan siklus haid yang
implant bukan merupakan faktor yang normal dan perdarahan akan lebih banyak.
berhubungan dengan gangguan menstruasi di
wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
tahun 2013. Hasil penelitian ini tidak sejalan SIMPULAN
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Fitriatun dan Dyah Fajarsari (2011) yang Simpulan dari penelitian ini: 1) Ada
menyatakan bahwa gangguan menstruasi juga hubungan antara pemakaian kontrasepsi pil
dialami oleh akseptor implant seperti pada KB dengan gangguan menstruasi di wilayah kerja
suntik, implant juga hanya mengandung Puskesmas Poasia Kota Kendari, 2) Ada
hormon progesteron saja sehingga akseptor hubungan antara pemakaian kontrasepsi suntik
implant juga mengalami gangguan menstruasi. dengan gangguan menstruasi di wilayah kerja
Menurut teori Hartanto (2004) Puskesmas Poasia Kota Kendari, 3) Tidak ada
mengatakan bahwa kontrasepsi hormonal hubungan antara pemakaian kontrasepsi implant
terutama yang mengandung progestin dapat dengan gangguan menstruasi di wilayah kerja
mengubah menstruasi. Hal ini juga sesuai Puskesmas Poasia Kota Kendari
dengan teori yang dikemukakan oleh Baziad Perlunya peningkatan KIE melalui
(2002) bahwa menorrhagia umumnya terjadi penyuluhan dan konseling tentang alat
pada awal penggunaan alat kontrasepsi karena kontrasepsi yang efektif dan terbaik bagi
progesteron menyebabkan terbentuknya masyarakat.
kembali pembuluh darah kapiler yang normal
Hakim. 2010. Siklus menstruasi.
DAFTAR RUJUKAN http://alhakimslank.com/2011/01v-
behaviorurldefaultvmlo.html. diakses:
Baziad, A. 2002. Kontrasepsi Hormonal. tanggal 10 Agustus 2013.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Hartanto, H. 2004. Keluarga Berencana dan
Kontrasepsi. Jakarta: Sinar Harapan.
Everett, S. 2007. Buku Saku Kontrasepsi dan
Kesehatan Seksual Reproduksi. Puskesmas Poasia. 2012. Laporan Hasil
Diterjemahkan oleh Nike B.S. Jakarta: Peserta KB Puskesmas Poasia Tahun
EGC 2012. Kendari.

Faridah, 2005. Perbedaan Pola Menstruasi Saifuddin AB. 2006. Panduan Praktis
Antara Pemakaian Alat Kontra-sepsi Pelayanan Konterasepsi, edisi 2,
Pil dan Suntik di Desa Gentan Jakarta: Penerbit Yayasan Bina
Kecamatan Susukan Kabupaten Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Serang. Skripsi tidak diterbitkan.
Semarang: FKM UNDIP. Setyaningrum. 2008. Hubungan lama
pemakaian depo medroksi
Fitriatun dan Dyah, F. 2011. Perbedaan progesteron asetat dengan gangguan
Pengaruh KB Suntik Depo Medroxi menstruasi di perumahan petragriya
Progesteron Asetat (DMPA) dengan indah purwadodi tahun 2008.
KB Implan Terhadap Gangguan Jogyakarta.
Menstruasi Di Wilayah Kerja
Puskesmas 1 Purwonegoro Siswosudarmo. 2007. Teknologi Kontrasepsi.
Kabupaten Banjarnegara Tahun Yokyakarta: Gajah Mada University
2011. Skripsi Press .

Anda mungkin juga menyukai