67 247 1 PB
67 247 1 PB
60
Sety, Jenis Pemakaian Kontrasepsi Hormonal dan Gangguan Menstruasi 61
Pembahasan
Berdasarkan tabel 6, diketahui dari 68
responden, terdapat 50 responden menggunakan Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Pil
kontrasepsi suntik dan semuanya cenderung dengan Gangguan Menstruasi
mengalami gangguan menstruasi, sedangkan 18
responden yang tidak menggunakan kontrasepsi Pil KB adalah suatu cara kontrasepsi
suntik, umumnya cenderung tidak mengalami wanita yang berbentuk pil atau tablet di dalam
gangguan menstruasi (66,7%) dan yang menga- strip yang berisi gabungan hormon estrogen dan
lami gangguan (33,3%). progesterone atau yang hanya terdiri dari
Hasil analisis statistik Fisher’s Exact hormon progesterone saja. Kebijaksanaan
Test diperoleh nilai p= 0,00 (< α 0,05). Hasil penggunaan pil diarahkan terhadap pemakaian
ini menunjukkan ada hubungan antara variabel pil dosis rendah, tetapi meskipun demikian pil
pemakaian kontrasepsi suntik dengan gangguan dosis tinggi masih disediakan terutama untuk
menstruasi. membina peserta KB lama yang menggunakan
dosis tinggi (Everett, 2007).
c. Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Pil adalah tablet yang mengandung
Implant Dengan Gangguan Menstruasi hormon estrogen dan progesteron sintetik
disebut pil kombinasi sedangkan yang
Hasil analisis statistik hubungan
mengandung progesteron sintetik saja disebut
Pemakaian kontrasepsi Implant dengan
mini pil progestin, biasa pil mini disingkat pop
64 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 1, April 2014, hlm 60-66
atau progesterone only pil. Efek samping yang Suntik sedangkan keuntungan pil yaitu akan
sering terjadi akibat penggunaan pil KB antara tetap membuat menstruasi teratur (Hakim,
lain terjadinya spotting (bercak-bercak darah) 2010).
terjadi diantara masa haid pada bulan-bulan Hal ini menyebabkan kepuasan
pertama pemakaian pil KB, ini disebabkan responden dengan kontrasepsi KB Pil
ketidak seimbangan hormon pemakaian Kombinasi serta menyebabkan akseptor KB Pil
estrogen dosis rendah (30 mikrogram) sehingga Kombinasi bertambah banyak karena salah satu
endometrium mengalami degenerasi. Selain itu gejala positif yang dirasakan adalah tidak
juga akseptor akan mengalami haid tidak mengalami gangguan saat berhubungan seksual
teratur, berkurangnya darah haid dan dan mekanisme kerja KB Pil Kombinasi hanya
berkurangnya dismenore (Faridah, 2005). berpengaruh pada serviks, tuba, rahim dan
Hasil analisis statistik menggunakan uji endometrium sehingga berpengaruh kecil
Fisher’s Exact Test, disimpulkan ada hubungan terhadap peristaltik vagina dan tidak menambah
yang bermakna antara pemakaian kontrasepsi produksi sekresi pada vagina saat berhubungan
pil dengan gangguan menstruasi. Hasil statistik seksual.
menunjukkan bahwa responden yang tidak
menggunakan kontrasepsi pil semuanya Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Suntik
mengalami gangguan menstruasi. Hal ini dapat dengan Gangguan Menstruasi
terjadi karena responden tersebut menggunakan
alat kontrasepsi lain yang mengandung hormon Kontrasepsi suntikan adalah suatu cara
progesteron saja dimana kandungan progesteron kontrasepsi yang berdaya kerja panjang (lama),
tersebut dapat menyebabkan gangguan tidak membutuhkan pemakaian setiap hari atau
menstruasi, selain itu juga penggunaan pil harus setiap akan bersenggama, tetapi tetap reversible
diminum setiap hari agar tidak terjadi (Hartanto, 2004). Kontrasepsi suntik adalah alat
kehamilan sehingga akseptor KB lebih memilih untuk mencegah kehamilan, penggunaannya
menggunakan KB lain yang lebih aman. dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat
Sebaliknya responden yang mengguna- tersebut. Suntikan KB terdiri dari depo provera
kan kontrasepsi pil semuanya tidak mengalami setiap 3 bulan, norigest setiap 10 minggu, dan
gangguan menstruasi. Hal ini terjadi karena cycloferm setiap bulan.
akseptor KB lebih memilih menggunakan pil Everett (2007) menyatakan bahwa
kombinasi yang memiliki keuntungan antara kontrasepsi suntik menyebabkan lendir servik
lain siklus haid menjadi teratur, banyaknya mengental sehingga menghentikan daya tembus
darah haid berkurang (mencegah anemia), dan sperma, mengubah endometium menjadi tidak
tidak terjadi nyeri haid. cocok untuk implantasi dan mengurangi fungsi
Hasil penelitian ini sejalan dengan tuba falopi. Namun fungsi utama kontrasepsi
penelitian yang dilakukan oleh Faridah (2005) suntik dalam mencegah kehamilan adalah
yang menyimpulkan bahwa ada hubungan yang menekan ovulasi.
bermakna antara pemakaian alat kontrasepsi pil Berdasarkan hasil analisis statistik
dan suntik dengan gangguan menstruasi di Desa dengan menggunakan uji Fisher’s Exact Test,
Gentan Kecamatan Susukan Kabupaten Serang. diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan
Jenis kontrasepsi hormonal yang hanya yang bermakna antara pemakaian kontrasepsi
mengandung progestin terdiri dari Mini Pil, KB suntik dengan gangguan menstruasi. Hasil
Suntik Depo Medroxy Progesterone Asetat statistik menunjukkan bahwa responden yang
(DMPA) dan implant. Setyaningrum (2008) menggunakan kontrasepsi suntik semuanya
menyatakan bahwa terdapat hubunganbermakna mengalami gangguan menstruasi. Hal ini dapat
antara lama pemakaian DMPA dengan Siklus terjadi karena pemberian KB suntik Cyclofem
menstruasi, lama menstruasi dan kejadian dapat menyebabkan perdarahan. Perdarahan
spotting. Semakin lama penggunaan maka yang terjadi ini tidak dapat dianggap sebagai
jumlah darah menstruasi yang keluar juga darah haid dalam arti yang sebenarnya, yaitu
semakin sedikit dan bahkan sampai terjadi yang terjadi dari suatu endometrium yang
amenore. Implant termasuk kontrasepsi jangka normal (fase sekretorik). Seperti diketahui
panjang, sehingga dimungkinkan akan bahwa haid yang normal terjadi akibat kadar
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap progesteron yang turun, sedangkan pada
gangguan menstruasi dibandingkan KB Pil dan penggunaan KB suntik Cyclofem haid yang
Sety, Jenis Pemakaian Kontrasepsi Hormonal dan Gangguan Menstruasi 65
terjadi akibat turunnya kadar estrogen dan Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Implant
progesteron atau akibat turunnya kadar hormon dengan Gangguan Menstruasi
sintetik. Haid yang terjadi setelah penggunaan
kontrasepsi hormonal kombinasi lebih tepat Implant adalah suatu alat kontrasepsi
dikatakan sebagai pseudo haid (Baziad, 2002). berupa batang atau kapsul silastik yang berisi
Begitu pula sebaliknya pada responden hormon progesteron yang dilakukan dengan
yang tidak menggunakan kontrasepsi suntik cara memasukan batang atau kapsul silastik ke
lebih banyak tidak mengalami gangguan bawah kulit melalui insisi tunggal, dalam
menstruasi dibanding dengan yang mengalami bentuk kipas (Hartanto, 04). Efek samping yang
gangguan menstruasi. Akan tetapi ada pula paling utama dari implant adalah gangguan
responden yaitu sebanyak 6 orang (33,3%) yang menstruasi. Bertambahnya hari perdarahan
tidak menggunakan kontrasepsi suntik tetapi dalam siklus, perdarahan bercak (spotting),
juga mengalami gangguan menstruasi. Hal ini berkurangnya panjang siklus menstruasi bahkan
dapat terjadi karena responden tersebut akan terjadi amenore.
menggunakan KB lain yang mengandung Pada bulan-bulan pertama, implant
hormon progesteron saja dimana kandungan dapat menyebabkan perdarahan yang tidak
progesteron tersebut dapat menyebabkan teratur (ditengah siklus menstruasi atau jangka
gangguan menstruasi. waktu menstruasi menjadi lebih lama), hal ini
Hasil penelitian ini sejalan dengan hanya proses penyesuaian dengan tubuh saja.
penelitian yang dilakukan oleh Fitriatun dan Siswosudarno (2007) menyatakan bahwa
Dyah Fajarsari (2011) yang menyimpulkan kontrasepsi implant mempunyai keluhan
bahwa akseptor suntik banyak mengalami gangguan menstruasi yang lebih sedikit
gangguan menstruasi, hal ini disebabkan karena dibandingkan dengan kontrasepsi yang lainnya.
suntik hanya mengandung hormon progesteron Berdasarkan hasil analisis statistik
saja dimana kandungan progesteron tersebut dengan menggunakan uji Fisher’s Exact Test,
dapat menyebabkan gangguan menstruasi diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada
sedangkan amenore yang tinggi disebabkan hubungan yang bermakna antara pemakaian
karena hormon progesteron menekan LH kontrasepsi implant dengan gangguan
sehingga endometrium menjadi lebih dangkal menstruasi. Hasil statistik menunjukkan bahwa
dan mengalami kemunduran sehingga kelenjar responden yang tidak menggunakan kontrasepsi
menjadi tidak aktif. implant lebih banyak mengalami gangguan
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan menstruasi dibanding dengan yang tidak
pendapat Hartanto (2004) yang mengatakan mengalami gangguan menstruasi. Akan tetapi
kontrasepsi hormonal terutama yang mengan- ada pula responden yaitu sebanyak 12 orang
dung progestin dapat mengubah menstruasi. (19,4%) yang tidak menggunakan kontrasepsi
Ketidakteraturan menstruasi lebih besar terjadi implant yang tidak mengalami gangguan
pada pemakai kontrasepsi jenis suntik 3 bulan menstruasi. Hal ini dapat terjadi karena
dibandingkan akseptor yang menggunakan jenis kontarsepsi implant kurang diminati karena
kontrasepsi suntik 1 bulan. Pada pemakaian harganya dianggap lebih mahal dari KB yang
kontrasepsi bulanan terjadi perdarahan yang lainnya, selain itu masih banyak wanita yang
tidak teratur terjadi, terutama selama tiga bulan merasa takut menggunakan KB implant karena
pertama. Sedangkan pengguna kontrasepsi 3 pemasangannya harus melalui operasi kecil
bulan sebagian besar akseptor tidak menstruasi (bedah minor) dan dianggap berbahaya.
setelah pemakaian. Efek yang dapat ditimbul- Begitu pula sebaliknya pada responden
kan pada akseptor setelah pemakaian 3 bulan yang menggunakan kontrasepsi implant
(DMPA) terjadi amenorea pada 3 bulan semuanya mengalami gangguan menstruasi.
pertama. Hal ini yang menunjukkan bahwa Hal ini dapat terjadi karena implant adalah
akseptor yang menggunakan kontrasepsi 3 metode kontrasepsi yang hanya mengandung
bulan akan mengalami ketidakteraturan dalam progestin dengan masa kerja panjang, dosis
pola menstruasi, dan dengan pemakaian rendah, reversible untuk wanita sehingga
kontrasepsi suntik 3 bulan (DMPA) yang akseptor implant sering mengalami gangguan
berlangsung lama akan menyebabkan akseptor haid yang kejadiannya bervariasi pada setiap
tidak haid sama sekali. pemakaian, seperti pendarahan haid yang
banyak atau sedikit, bahkan ada pemakaian
66 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 1, April 2014, hlm 60-66
yang tidak haid sama sekali. Keadaan ini dengan sel-sel endotel yang intek dan sel-sel
biasanya terjadi 3-6 bulan pertama sesudah yang mengandung kadar glikoprotein yang
beberapa bulan kemudian. cukup sehingga sel-sel endotel terlindung dari
Berdasarkan hasil penelitian kerusakan, hal ini akan mempengaruhi
menunjukkan bahwa pemakaian kontrasepsi mekanisme kerja hormon dan siklus haid yang
implant bukan merupakan faktor yang normal dan perdarahan akan lebih banyak.
berhubungan dengan gangguan menstruasi di
wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
tahun 2013. Hasil penelitian ini tidak sejalan SIMPULAN
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Fitriatun dan Dyah Fajarsari (2011) yang Simpulan dari penelitian ini: 1) Ada
menyatakan bahwa gangguan menstruasi juga hubungan antara pemakaian kontrasepsi pil
dialami oleh akseptor implant seperti pada KB dengan gangguan menstruasi di wilayah kerja
suntik, implant juga hanya mengandung Puskesmas Poasia Kota Kendari, 2) Ada
hormon progesteron saja sehingga akseptor hubungan antara pemakaian kontrasepsi suntik
implant juga mengalami gangguan menstruasi. dengan gangguan menstruasi di wilayah kerja
Menurut teori Hartanto (2004) Puskesmas Poasia Kota Kendari, 3) Tidak ada
mengatakan bahwa kontrasepsi hormonal hubungan antara pemakaian kontrasepsi implant
terutama yang mengandung progestin dapat dengan gangguan menstruasi di wilayah kerja
mengubah menstruasi. Hal ini juga sesuai Puskesmas Poasia Kota Kendari
dengan teori yang dikemukakan oleh Baziad Perlunya peningkatan KIE melalui
(2002) bahwa menorrhagia umumnya terjadi penyuluhan dan konseling tentang alat
pada awal penggunaan alat kontrasepsi karena kontrasepsi yang efektif dan terbaik bagi
progesteron menyebabkan terbentuknya masyarakat.
kembali pembuluh darah kapiler yang normal
Hakim. 2010. Siklus menstruasi.
DAFTAR RUJUKAN http://alhakimslank.com/2011/01v-
behaviorurldefaultvmlo.html. diakses:
Baziad, A. 2002. Kontrasepsi Hormonal. tanggal 10 Agustus 2013.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Hartanto, H. 2004. Keluarga Berencana dan
Kontrasepsi. Jakarta: Sinar Harapan.
Everett, S. 2007. Buku Saku Kontrasepsi dan
Kesehatan Seksual Reproduksi. Puskesmas Poasia. 2012. Laporan Hasil
Diterjemahkan oleh Nike B.S. Jakarta: Peserta KB Puskesmas Poasia Tahun
EGC 2012. Kendari.
Faridah, 2005. Perbedaan Pola Menstruasi Saifuddin AB. 2006. Panduan Praktis
Antara Pemakaian Alat Kontra-sepsi Pelayanan Konterasepsi, edisi 2,
Pil dan Suntik di Desa Gentan Jakarta: Penerbit Yayasan Bina
Kecamatan Susukan Kabupaten Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Serang. Skripsi tidak diterbitkan.
Semarang: FKM UNDIP. Setyaningrum. 2008. Hubungan lama
pemakaian depo medroksi
Fitriatun dan Dyah, F. 2011. Perbedaan progesteron asetat dengan gangguan
Pengaruh KB Suntik Depo Medroxi menstruasi di perumahan petragriya
Progesteron Asetat (DMPA) dengan indah purwadodi tahun 2008.
KB Implan Terhadap Gangguan Jogyakarta.
Menstruasi Di Wilayah Kerja
Puskesmas 1 Purwonegoro Siswosudarmo. 2007. Teknologi Kontrasepsi.
Kabupaten Banjarnegara Tahun Yokyakarta: Gajah Mada University
2011. Skripsi Press .