Kelompok B1-1
1. Rani Adyapsari (162210101125)
2. Fasya Nadhira S. (172210101030)
3. Ella Aurelya (182210101022)
4. Niswatul Hikmah (182210101026)
5. Ervyana Herawati (182210101027)
Kondisi Analisis
» Detektor = uv-vis
» Suhu kolom =-
❖ paracetamol ❖ kafein
» Konsentrasi sampel teoritis » Konsentrasi sampel teoritis
- Replikasi 1 = 199,2 ppm - Replikasi 1 = 25,992 ppm
- Replikasi 2 = 199,2 ppm - Replikasi 2 = 25,9 ppm
- Replikasi 3 = 200,68 ppm - Replikasi 3 = 26,08 ppm
❑ SD dan CV
Paracetamol: SD = 4,3CV = 3,77%
Kofein : SD = 5,9 CV =5,31%
No.Batch OJI60
Exp. date September 2021
Puncak
pengotor
yang
berasal dari
eluen
Informasi
yang
diperoleh dari
kromatogram
Persamaan
regresi
Persamaan linieritas
regresi
linieritas
▪ Pembuatan fase gerak/eluen dan kesetimbangan fase gerk dan fase diam
- Pipet ukur harus bersih dan kering karena tidak dilakukan pembilasan ,jika tidak akan
mengkontaminasi larutan yang diambil
- pH yang digunakan 3,35 dengan meneteskan NaOH hingga didapat pH 3,35±0,02
- Eluen disaring dengan membran nilon 0.2 mikrometer yang bertujuan untuk membebaskan
eluen dari partikel yang dapat menyumbat fase diam atau kolom HPLC. Digunakan
membran nilon karena senyawa yang digunakan pada eluen merupakan senyawa organik
- Dilakukan purging eluen untuk menghilangkan gelembung udara di saluran eluen
- Volume yang diinjekkan minimal 3 kali dari kapasitas loop ,biasanya menggunakan volume
100 mikroliter untuk diinjeksikan
- Dilakukan pengecekan ulang setelah mengatur kondisi HPLC kemudian disimpan dan
pastikan detektor menyala
▪ Analisis HPLC
- Kolom dialiri eluen terlebih dahulu agar jenuh
- Dibilas terlebih dahulu syringe sebelum dilakukan injeksi
- Dalam syringe tidak boleh ada gelembung udaranya
- Ujung syringe harus benar benar masuk dalam loopnya
- Dilakukan pencucian kolom dengan aquadest steril karena eluen menggunakan asam
asetat glasial dilakukan minimal 1 jam kemudian dicuci dengan metanol sekitar 30 menit
dan kolom disimpan dalam cairan pencuci etanol agar kolom tidak berjamur.
» Kesimpulan tidak dapat disimpulkan karena kadar parasetamol tidak memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia V
sedangkan kadar kofein memenuhi persyaratan, namun tidak memenuhi persyaratan CV sehingga perlu dilakukan
percobaan ulang.
» https://youtu.be/4W7E1fmK96g
» https://youtu.be/vFl5EDdrKLk
» https://youtu.be/gD6VAhgCm4A
» https://youtu.be/gNZ1xZMyUCc