Drowning Papper
Drowning Papper
Disusun Oleh
Mayastuti Nur M. 105070100111041
Farah Nishfi Ramadhani 105070104111012
Shanti Andri Sakarisa 105070104111013
Yosephine Adisti W. 105070104111014
Pembimbing:
MALANG
2015
ii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER................................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL....................................................................................................iii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2 Tanda penting dari kejadian pembunuhan dan bunuh diri
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Permasalahan
1.2.1 Bagaimana membedakan cara kematian pembunuhan atau bunuh diri pada
kasus tenggelam?
1.2.2 Bagaimana pemeriksaan jenazah pada kasus tenggelam ?
1.2.3 Bagaimana pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam pada kasus tenggelam ?
BAB II
KERANGKA TEORI
c. Muka menjadi hitam dan sembab yang disebut tite de negre (kepala orang negro).
d. Pugilistic attitude
Posisi lutut dan siku sedemikian rupa sehingga kaki dan tangan tampak
membengkok (frog stand). Ini disebabkan cairan dan gas yang terbentuk pada
persendian.
e. Vena tampak jelas berwarna hijau sampai kehitam-hitaman karena terbentuk FeS.
Ini dapat juga terjadi pada orang yang mati di darat.
f. Pada laki-laki tampak skrotum membesar, mungkin terjadi prolaps atau adanya
gas pembusukan. Pada wanita hamil dapat keluar anak yang dikandung.
g. Bila lebih membusuk lagi, kulit ari akan mengelupas sehingga warna kulit tidak
jelas, rambut lepas.
dengan penekanan. Ketika paru dipindahkan dari tubuh dan ditempatkan pada meja
pemotongan, paru tidak mempertahankan bentuk normalnya tapi cenderung datar.
Ketika dipotong, tidak ada suara krepitasi yang terdengar dan bahkan tanpa
penekanan jaringan mengeluarkan banyak cairan. Jaringan paru ditekan maka akan
ditemukan paru dipenuhi cairan. Dengan demikian kasus tenggelam di air laut paru
mengalami lembab dan basah (Sauko et al, 2004).
Petekie yang sangat sedikit dapat ditemukan karena kapiler terjepit di antara
septum inter alveolar. Dapat ditemukan bercak-bercak perdarahan yang disebut bercak
Paltauf akibat robeknya penyekat alveoli (Polsin). Petekie subpleura dan bula
emfisema jarang ditemukan dan bukan merupakan tanda khas tenggelam, tetapi
sebagai usaha respirasi (Ilmu Kedokteran Forensik, 1997).
Sedangkan untuk mengetahui benda-benda air yang masuk ke saluran pernafasan
dapat dibuktikan dengan membuka saliran pernafasan dari trakea, bronkus sampai
percabangan bronkus di hilus. Jika dari pemeriksaan ditemukan benda-benda air
seperti pasir, kerikil, lumpur, tumbuhan air dan lain-lain maka dapat dipastikan bahwa
korban masih hidup sebelum tenggelam (Ilmu Kedokteran Forensik, 1997).
Organ lain seperti otak, ginjal, hati, dan limpa dapat mengalami pembendungan.
Lambung dan usus halus dapat sangat membesar, berisi air dan lumpur(Ilmu
Kedokteran Forensik, 1997).
sebab berasal dari penyerapan abnormal dari saluran pencernaan terhadap air minum
atau makanan(Ilmu Kedokteran Forensik, 1997).
Pemeriksaan diatom dengan metode destruksi (digesti asam) pada paru dilakukan
dengan mengambil dari jaringan perifer paru sebanyak 100 gram, masukkan ke dalam
labu Kjeldahl dan tambahkan asam sulfat pekat sampai jaringan paru terendam,
diamkan lebih kurang setengah hari agar jaringan hancur. Kemudian dipanaskan
dalam lemari asam sambil diteteskan asam nitrat pekat sampai terbentuk cairan jernih,
dinginkan dan cairan dipusing dalam centrifuge (Ilmu Kedokteran Forensik, 1997).
Sedimen yang terbentuk ditambahkan dengan akuades, pusingkan kembali dan
akhirnya dilihat dengan mikroskop. Pemeriksaan diatom positif bila pada jaringan paru
ditemukan diatom cukup banyak, 4-5/LPB atau per 10-20 per satu sediaan atau pada
sumsum tulang cukup ditemukan hanya satu (Ilmu Kedokteran Forensik, 1997).
Selain itu, dapat dilakukan pemeriksaan getah paru dengan cara permukaan
paru disiram dengan air bersih, lalu iris bagian perifer, ambil sedikit cairan perasan dari
jaringan perifer paru, taruh pada gelas obyek, tutup dengan kaca penutup dan lihat
dengan mikroskop. Selain diatom dapat pula terlihat ganggang atau tumbuhan jenis
lainnya(Ilmu Kedokteran Forensik, 1997).
positif palsu yang dikatakan terjadi karena alasan teknis dari karena itu tes ini jadi
sangat tidak realibel sehingga teknik ini seharusnya dilakukan dan hasilnya
diinterpretasikan dengan pertimbangan keadaan lain (Shepherd, 2003)
2. Pemeriksaan Elektrolit
Pada tahun 1921 Gettler mengemukakan bahwa penentuan ada tidaknya
klorida pada darah yang berasal dari ruang-ruang jantung adalah salah satu tes yang
baik yang dapat digunakan dalam mendiagnosis kasus tenggelam. Banyak dari peneliti
telah mengemukakan pandangan-pandangan yang berbeda tentang validitas studi
klorida dalam mendiagnosis kasus tenggelam. Pada tahun 1944 Moritz dan
mengungkapkan pandangan bahwa perbedaan kadar klorida pada sampel darah yang
berasal dari ventrikel jantung kanan dan kiri dapat bernilai diagnostik hanya jika analisa
yang dilakukan adalah segera setelah terjadinya kematian. Dia menetapkan bahwa
perbedaan kadar klorida sekitar 17 mEq/L atau lebih pada kasus tenggelam di air
tawar dapat ditetapkan sebagai pendukung penegakan diagnosis tenggelam (Saukoet
al, 2004)
Menurut Gettler, pada kasus tenggelam di air tawar, kadar serum klorida di
darah yang berasal dari jantung kiri lebih rendah dari jantung sebelah kanan.
Sedangkan pada tenggelam di air asin terjadi sebaliknya (Abrahamet al, 2009)
Selain itu, tes lain, tes Durlacher juga dapat digunakan untuk menentukan
diagnosis selain tes Gettler. Tes Durlacher digunakan untuk menentukan perbedaan
dari berat jenis plasma dari jantung kanan dan kiri. Bila pada pemeriksaan ditemukan
berat jenis jantung kiri lebih tinggi dibandingkan dengan jantung kanan, maka dapat
diasumsikan bahwa korban meninggal akibat tenggelam (Abraham et al, 2009).
Perbedaan kadar elektrolit lebih dari 10% dapat menyokong diagnosis, walaupun
secara tersendiri kurang bermakna (Shepherd, 2003)
Ketika air tawar memasuki paru-paru, natrium plasma turun dan kalium plasma
meningkat, sedangkan pada inhalasi air asin, natrium plasma meningkat cukup tinggi
dan kalium hanya meningkat ringan. Pada tenggelam pada air tawar, konsentrasi
natrium serum dalam darah dari ventrikel kiri lebih rendah dibandingkan ventrikel
kanan. Namun, angka ini dapat bervariasi, ini disebabkan ketika post mortem dimulai
maka difusi cairan dapat mengubah tingkat natrium dan kalium yang sebenarnya. Oleh
karena itu Simpson berpendapat bahwa analisis dari kadar Na, Cl dan Mg telah
dipergunakan, tetapi hasilnya terlalu beragam untuk digunakan didalam praktek sehari-
hari (Shepherd, 2003).
14
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Menentukan Perbedaan Bunuh Diri dan Pembunuhan pada kasus tenggelam
Penentuan apakah tenggelam merupakan kasus bunuh diri harus dilakukan secara
benar karena mempertimbangkan dan berakibat pada aspek legal, agama, dan sosial.
1. Yang pertama untuk menentukan bunuh diri pada kasus tenggelam perlu
dilakukan otopsi guna mencari penyebab sebenarnya Tidak dengan hanya
jenazah ditemukan pada kolam air, sungai, danau dll dapat diartikan penyebab
dari kematian adalah tenggelam. Perlu dipetimbangkan adanya kemungkinan
pembunuhan atau bunuh diri.
2. Yang kedua, cari apakah ada peninggalan surat dari korban (suicide note). Jika
ditemukan adanya suicide note, perlu dilakukan verifikasi tulisan tangan, gaya
dan bahasa termasuk tata kalimat apakah sesuai dengan tulisan tangan
korban. Hal ini dapat dilakukan dengan membandingkan dengan tulisan tangan
lain yang dimiliki korban sebelum meninggal dan menunjukkan bukti tersebut
kepada orang atau kerabat yang mengenal korban.
15
Berikut ini adalah tabel perbedaan antara tanda-tanda ante-mortem dan post-
mortem pada kasus mati tenggelam.
Tabel 3.1 Perbedaan tanda antemortem dan postmortem pada kasus mati tenggelam
Gambaran Tenggelam Ante-Mortem Tenggelam Post-Mortem
Buih Halus, banyak buih keluar Tidak ditemukan buih.
dari hidung dan mulut
Mengembang, bertumpang Terdapat air dalam paru-
tindih dengan jantung, paru.
Paru-paru terdapat indentasi tulang-
tulang iga, terjadi edema
pada paru.
Spasme mayat Rumput atau ranting Tidak dijumpai.
tampak pada genggaman
mayat.
Biasanya tidak ditemukan. Cedera pada bagian
Cedera kepala atau cedera tubuh yang menyebabkan
Cedera bagian tubuh lainnya bisa kematian.
terjadi jika tubuh
menghantam benda keras
yang terdapat dalam air.
Terdapat tanda-tanda Tanda-tanda kematian
Temuan tanda asfiksia. disebabkan oleh alasan
asfiksia lain, dimana korban
meninggal karena
keadaan syok.
Biasanya karena Kebanyakan kasus yang
kecelakaan atau bunuh diri. terjadi karena motif
Motif Kasus pembunuhan terjadi pembunuhan. Tidak
pada anak dan orang tua. pernah terjadi karena
bunuh diri. Jarang terjadi
karena kecelakaan.
17
Tabel 3.2 Tanda penting yang perlu kita ketahui dari kejadian bunuh diri pada kasus
matitenggelam
Pada pemeriksaan dalam dapat ditemukan tanda penguat dari penganiayaan baik
trauma tumpul, tajam, ataupun luka tembak yang mengakibatkan korban meninggal
dunia seperti didapatkannya perdarahan massive, patah tulang, luka terbuka atau
tembusnya peluru dalam organ dalam. Pada korban yang mengalami syok hipovolemik
akibat perdarahan yang masif, dapat ditemukan organ dalam yang pucat, hepar
kekuningan, limpa mengerut, dan pada pemotongan jantung tidak didapatkan darah.
3.2.2 Korban dilemahkan dengan kekerasan sehingga tidak sadarkan diri lalu
dibuang ke sungai/laut sehingga meninggal dunia karena asfiksi (akibat
tenggelam)
Pada kasus tertentu, kemungkinan korban terlebih dahulu dilemahkan dengan
menggunakan kekerasan baik kekerasan benda tumpul maupun benda tajam. Korban
terlebih dahulu dianiaya oleh pelaku baik dengan tajam, misal ditusuk dan dibacok,
atau dianiaya dengan benda tumpul, misal dipukul dengan batu, kayu atau dibenturkan
atau dibekap baik dengan tangan kosong, dicekik, dijerat, atau burking (penekanan
eksternal pada dada) sehingga mengakibatkan korban tidak sadarkan diri kemudian
korban dibuang ke sungai/laut dengan maksud tersangka korban meninggal atau
tersangka menyangka korban telah meninggal dunia padahal korban hanya pingsan.
Untuk menghilangkan jejak, korban dibuang ke sungai atau laut, sehingga meninggal
dunia karena tenggelam.
Pada kasus seperti ini, maka ada beberapa hal yang dapat kita temukan pada
pemeriksaan jenazah.
Pada pemeriksaan luar, dapat kita temukan tanda-tanda penganiayaan pada tubuh
jenazah baik berupa trauma tumpul, tajam, tanda pencekikan seperti luka lecet atau
luka babras berbentuk bulan sabit dengan penampang kurang lebih setengah
sentimeter tergantung jumlah jari yang mengenai leher, tanda pembekapan seperti
luka babras / memar pada mukosa bibir bagian dalam, tanda burking terdapat memar
pada dada dan didapatkan tanda-tanda asfiksi secara umum seperti lebam mayat
berwarna merah gelab, sianosis pada bibir dan ujung ekstremitas, ptecie pada
konjungtiva. Pada pemeriksaan dalam didapatkan lebih spesifik pada tanda-tanda
asfiksi seperti darah berwarna cair dan gelab, organ-organ kongestif, terdapat bintik-
bintik pendarahan pada pericard, pleura dan peritonium. Pada korban pencekikan
kemudian ditenggelamkan bisa juga didapatkan perdarahan di otot leher, kelenjar tiroid
dan kelenjar ludah, petecie laring, luka memar atau luka terbuka pada membrana
tyrohyoid. Pada kasus burking didapatkan patah tulang rusuk.
19
3.2.3 Korban sengaja bunuh diri dengan cara menenggelamkan diri dengan
temuan menyerupai korban tenggelam murni kecelakaan
Pada kasus ini, korban bunuh diri biasanya didapatkan barang pemberat yang terikat
tali dengan simpul hidup pada ekstremitas. Adanya surat wasiat juga merupakan
petunjuk penting pada kasus bunuh diri. Pada pemeriksaan luar didapatkan gambaran
khas pada orang yang tenggelam antemortem (Tabel 3.1). Pada pemeriksaan dalam
didapatkan gambaran sesuai dengan sebab kematiannya, apakah karena asfiksia,
reflek vagal maupun spasme laring. Gambaran pada paru tergantung pada lokasi
dilakukan bunuh diri, apakah di air laut atau air tawar.
Pada kasus kecelakaan bisa terjadi karena tidak bisa berenang, tidak sengaja
tergelincir kemudian terbentur sehingga tidak sadarkan diri, terjadi kram pada kaki
secara mendadak saat berenang, atau korban murni kecelakaan lalu lintas yang jatuh
ke laut atau karena korban sebelumnya mabuk/diracun sehingga mengalami
kecelakaan lalu lintas dan jatuh tenggelam ke dalam sungai atau laut. Pada kasus ini
pemeriksaan luar yang didapatkan menunjukkan tanda-tanda trauma tanpa adanya
tanda perlawanan, terlebih penting untuk membedakan apakah ini murni kecelakaan,
bunuh diri atau pembunuhan perlu dilakukan olah TKP serta pemeriksaan ante mortem
pada keluarga korban, rekan korban atau saksi di TKP. Pada pemeriksaan dalam
secara umum didapatkan tanda-tanda asfiksia karena tenggelam, Apabila sebab
kematian orang tersebut akibat asfiksia. Tanda-tanda yang patognomis bervariasi
tergantung kelainan atau trauma yang didapat oleh orang tersebut, misal apabila orang
tersebut terjatuh di air yang dangkal dengan kepala yang terbentur hebat pada dasar
kolam renang atau sungai, maka kemungkinan didapatkan perdarahan otak dengan
jumlah yang dapat menyebabkan kematian.
menyelam dengan cara tradisional, maka bila dilakukan pemeriksaan diatom pada
parunya maka akan didapatkan hasil positif palsu.
Kemungkinan interpretasi hasil pemeriksaan diatom antara lain:
Hasil positif dan tidak ada sebab kematian lain, kesimpulannya adalah
tenggelam
Hasil positif dan ditemukan sebab kematian lain, maka kemungkinannya
adalah :
Mungkin meninggal karena tenggelam
Mungkin meninggal karena sebab lain
Mungkin bersaing
Hasil negatif maka kemungkinannya adalah :
Mungkin korban sudah mati, lalu dimasukkan kedalam air (harus
ditemukan sebab kematian lain)
Mungkin korban tenggelam dalam air yang jernih
Mungkin korban mati karena vagal reflek atau spasme laring
21
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA