Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN AKHIR MAGANG RISET

UPAYA PENINGKATAN KAPASITAS APARATUR


PEMERINTAH DESA DALAM MEWUJUDKAN GOOD
GOVERNANCE MELALUI BALAI BESAR
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA MALANG

Oleh :
Kelompok Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (BBPMD)
Malang
1. Davi Irisandi (201410050311035)
2. Iwan Hasliansyah (201410050311055)
3. Ade Harira Setiawan (201410050311096)
4. Rochman Arif (201410050311104)
5. Eva Emiliyah Fransiskah (201410050311158)
6. Dian Linawati (201410050311175)

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017

i
LAPORAN AKHIR MAGANG RISET

UPAYA PENINGKATAN KAPASITAS APARATUR


PEMERINTAH DESA DALAM MEWUJUDKAN GOOD
GOVERNANCE MELALUI BALAI BESAR PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DAN DESA MALANG

Oleh :
Kelompok Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (BBPMD)
Malang
1. Davi Irisandi (201410050311035)
2. Iwan Hasliansyah (201410050311055)
3. Ade Harira Setiawan (201410050311096)
4. Rochman Arif (201410050311104)
5. Eva Emiliyah Fransiskah (201410050311158)
6. Dian Linawati (201410050311175)

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
ii
LEMBAR PENGESAHAN

BALAI BESAR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA (BBPMD)


MALANG

Laporan ini telah disetujui dan disahkan.

Disusun Oleh :
Kelompok Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (BBPMD) Malang
Koordinator Kelompok : Ade Harira S (201410050311096)
Sekertaris Kelompok : Eva Emiliyah F (201410050311158)
Anggota Kelompok :
1. Dian Linawati (201410050311175)
2. Iwan H (201410050311055)
3. Davi Irisandi (201410050311035)
4. Rochman Arif (201410050311104)

Malang, 16 Oktober 2017


Mengetahui,
Pembimbing Lapangan Koordinator Kelompok

(……………………………………) (…………………………………)

Mengesahkan, Mengetahui,
Pimpinan Lembaga / Instansi Dosen Pengampu Magang Riset

(……………………………………) (…………………………………)

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya yang telah memberikan banyak kesempatan, sehingga penyusun
dapat menyelesaikan laporan akhir magang riset dengan baik dan sesuai rencana.
Tak lupa sholawat serta salam selalu penyusun haturkan kepada junjungan
terbaik baginda Rosul Muhammad Saw selaku tauladan terbaik hingga akhir
zaman. Dimana, Nabi Muhammad Saw menuntun kami dari zaman kegelapan
menuju aman yang terang benderang yakni ajaran agama Islam.
Laporan magang riset ini disusun guna melengkapi salah satu prasyarat
dalam menyelesaikan mata kuliah magang riset bagi mahasiswa Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Pemerintahan angkatan 2017. Selain itu,
magang riset juga bertujuan untuk mendapatkan pengalaman dan peluang serta
solusi alternatif dalam memasuki dunia kerja, melakukan perbandingan teori
selama perkuliahan dan penerapannya di lingkungan kerja, serta menjalin
silaturrahmi antara kampus dengan instansi magang riset di Malang Raya.
Dalam penyusunan laporan ini, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa
selesainya laporan magang riset ini tidak terlepas dari dukungan, motivasi dan
bimbingan serta arahan dari berbagai pihak, baik bersifat moril maupun materiil,
oleh karena-Nya, penyusun ingin menyampaikan ucapan terimakasih antara lain
kepada:
1. Dr. Rinikso Kartono, M.Si, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang 2017
2. Hevi Kurnia Hardini, S.IP, MA.Gov, selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah
memberikan bimbingan, motivasi, serta arahan kepada penyusun
dalam penyelesaian penulisan laporan akhir magang riset di Balai
Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang.
3. Salahudin, S.IP, M.Si, M.P.A, selaku dosen Pengampu dan
pembimbing mata kuliah Magang Riset Jurusan Ilmu Pemerintahan
Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan
bimbingan, motivasi, serta arahan kepada penyusun dalam

iv
penyelesaian penulisan laporan akhir magang riset di Balai Besar
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang.
4. Heru Mulyono, S.IP, MT, selaku dosen pembimbing mata kuliah
Magang Riset Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah
Malang yang telah memberikan bimbingan, motivasi, serta arahan
kepada penyusun dalam penyelesaian penulisan laporan akhir magang
riset di Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang.
5. Drs. Edy Supriyanta, M.Si, selaku Kepala Balai Besar Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa Malang yang telah bersedia menerima
mahasiswa magang riset di tempat guna menambah wawasan serta
melihat prospek lingkungan kerja.
6. Drs. Khumaidi, M.AP, selaku pembimbing lapang magang riset yang
telah memberikan bimbingan, motivasi, serta arahan kepada penyusun
dalam penyelesaian penulisan laporan akhir magang riset serta
memperoleh pengetahuan yang luar biasa dan sangat berharga selama
di Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang.
7. Semua pegawai Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Malang yang telah membantu dan membimbing dengan kesabaran
serta keikhlasan dalam melaksanakan magang riset di Balai Besar
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang.
8. Orang tua tercinta. Terimakasih atas segala doa, kepercayaan, cinta
dan kasih sayang yang tiada henti diberikan kepada penulis, dan
senantiasa memberikan motivasi yang luar biasa sehingga mampu
memberikan pencerahan dan penguatan yang sangat berarti bagi
penysuun.
9. Semua teman-teman seangkatan jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universtas Muhammadiyah Malang
terutama teman-teman kelompok magang riset yang telah memberikan
arahan, dukungan, motivasi serta wawasan dan kerjasama yang luar
biasa dan sangat berharga selama di Balai Besar Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa Malang.

Penyusunan laporan magang riset ini disusun dengan sebaik-baiknya,


namun masih terdapat kekurangan di dalam penyusunan laporan magang riset ini.
v
Oleh karena itu, atas segala kekurangan dari laporan akhir magang riset ini sangat
diharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pembaca dan
semua pihak demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan akhir magang riset
ini dapat memberikan kontribusi positif serta bermanfaat bagi kita semua.

Malang, 13 Oktober 2017

Penyusun

vi
DAFTAR ISI

Halaman Depan ..........................................................................................................................i


Halaman Sampul........................................................................................................................ii
Lembar Pengesahan .................................................................................................................iii
Kata Pengantar .........................................................................................................................iv
Daftar Isi .................................................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ......................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ………………………………………………………………………………... 5
1.4 Manfaat ………………………………………………………………………………. 5
BAB II LAPORAN KEGIATAN MAGANG RISET ……………………………………. 7
2.1 Profil Instansi Magang Riset ………………………………………….……………. ..7
2.2 Aktivitas Magang Riset ………………………………………………………….…. 14
BAB III ANALISA HASIL KEGIATAN …………………………………….…………. 19
3.1 Pembahasan Rumusan Masalah ……………………………………………………. 19
3.1 1 Upaya Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa Dalam Mewujudkan
Good Governance Melalui Balai Besar PMD Malang …………………… 19
3.1 2 Faktor Penghambat Upaya Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa
Dalam Mewujudkan Good Governance Melalui Balai Besar PMD
Malang……………………………………………………………………. 31
3.2 Target atau Fokus yang ingin dicapai ………………………………………...……. 34
BAB IV PENUTUP ………………………………………………………………………. 35
4.1 Simpulan …………………………………………………...………………………. 35
4.2 Saran ……………………………………………………………………….………. 36
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………. 37
LAMPIRAN ………………………………………………………………….…………… 38

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pembangunan Indonesia dimaksudkan untuk mewujudkan cita-cita
nasional, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 yaitu
melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan sendiri menurut Siagian
(2009, hal.4) yaitu, “rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan
perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu negara/bangsa
menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
telah menjadi landasan kuat bagi Pemerintah Desa untuk mengatur desa dan
masyarakatnya sesuai kepentingan masyarakat itu sendiri. Terlebih lagi dengan
disahkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa telah
menjadi semangat tersendiri bagi aparatur pemerintah desa dalam
melaksanakan pembangunan desa.
Maka dari itu, pembangunan dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengadakan perubahan yang berkesinambungan kearah kemajuan yang lebih
baik (continue development). Dengan pelaksanaan pembangunan yang
dikerjakan perlu memacu pemerataan pembangunan serta hasil-hasilnya dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, membangkitkan prakarsa dan peran
aktif serta masyarakat serta untuk meningkatkan pendayagunaan potensi daerah
secara optimal dan terpadu dalam mengisi otonomi daerah yang nyata, dinamis,
serasi, dan bertanggungjawab, serta memperkuat persatuan dan kesatuan.1
Disisi lain, pembangunan desa tidak hanya berdasarkan kekuatan hukum
saja, tetapi juga tergantung sejauhmana kapasitas yang dimiliki oleh setiap
perangkat desa atau pihak yang berwenang dalam pembangunan desa.
Sehingga, seiring dengan perkembangan zaman diera modern yang semakin
pesat, maka mau tidak mau aparatur desa harus meningkatkan kapasitas
mereka. Karena, apabila pembangunan desa direncanakan dengan matang

1
B.N Marbun. Proses Pembangunan Desa. 2006. Jakarta: Erlangga, hal.20.
1
tetapi kapasitas aparatur desa tidak memadai maka, yang ada hanyalah aparatur
desa menjadi alat daripada pihak ketiga atau identik dengan money politic.
Money politics berarti segala hal yang berkaitan dengan kasus suap
menyuap. Oleh karena itu, untuk meminimalisir money politics kiranya juga
perlu peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa agar dapat meningkatkan
pembangunan desa guna kesejahteraan desa dengan prinsip good governance.
Disisi lain pembangunan desa juga harus diiringi dengan peningkatan
kapasitas aparatur Pemerintah Desa sebab apabila pembangunan yang telah
tersusun secara matang tidak diiringi dengan peningkatan kapasitas
aparaturnya akan dapat menimbulkan beberapa masalah seperti adanya
tumpang tindih jabatan dalam kelembagaan, rendahnya kualitas perangkat desa
dalam memberikan optimalisasi pelayanan pada masyarakat, tidak terbuka
dalam urusan pembiayaan, tidak selarasnya program yang di jalankan dengan
apa yang menjadi kebutuhan masyarakat serta kurangnya akses sarana dan
prasarana yang ada di desa.
Dalam Permendagri Nomor 83 Tahun 2015 Pasal 1 dijelaskan bahwa
pemerintah desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain
dibantu Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
sedangkan perangkat desa adalah unsur staf yang membantu Kepala Desa
dalam penyusunan kebijakan dan koordinasi yang diwadahi dalam Sekretariat
Desa, dan unsur pendukung tugas Kepala Desa dalam pelaksanaan kebijakan
yang diwadahi dalam bentuk pelaksana teknis dan unsur kewilayahan.2
Aparatur desa ialah semua unsur yang mempunyai peran penting dan
terlibat di dalam lingkungan desa.Aparatur desa itu sendiri terdiri dari Kepala
Desa, Sekretaris Desa, Kasi/Kaur, BPD, LKMD/LPM, PKK, dan sebagainya.
Sejalan dengan Permendagri Nomor 84 Tahun 2015 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa pasal 2 ayat (2) yang mana
perangkat desa sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri atas: Sekretariat Desa;
Pelaksana Kewilayahan; dan Pelaksana Teknis.3
Pemerintah Desa merupakan unit terkecil dalam kesatuan pemerintahan
yang menjadi tombak strategis bagi semua program dan menjadi tolok ukur

2
Permendagri Nomor 83 Tahun 2015 Pasal 1 tentang Perangkat Desa
3
Permendagri Nomor 84 Tahun 2015 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah
2
dalam suatu daerah. Karena dalam menjalankan tugas dilapangan akan
berhadapan langsung dengan masyarakat, tentunya dengan kompleksitas
permasalahan dan kebutuhan yang muncul pada tataran bawah. Masyarakat
desa pula yang akan merasakan imbas secara langsung apabila kinerja aparatur
lembaga publik tidak optimal, terlebih lagi apabila kebijakan yang dilakukan
oleh lembaga publik tidak sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan yang
ada pada masyarakat desa.
Rendahnya kualitas perangkat Desa menjadi kendala tersendiri dalam
memberikan optimalisasi pelayanan pada masyarakat, sebagaimana
disampaikan M.Rasyad Manaf yang dimuat Jatim Online (Kamis,
10/10/2013) bahwa, “kondisi perangkat desa saat ini masih banyak yang belum
bisa mengoperasikan komputer, sehingga membuat pelayanan di masyarakat
menjadi tidak optimal”. Disahkannya Undang-Undang No. 6 tahun 2014
tentang Desa telah memberikan semangat tersendiri bagi Desa dalam hal
mewujudkan percepatan pembangunan desa guna menjadi desa yang maju,
mandiri dan sejahtera.4
Namun disisi lain, kesiapan Aparatur Pemerintah Desa untuk menyikapi
diberlakukannya Undang-Undang Desa juga harus mendapat perhatian serius,
sebagaimana disampaikan Dirjen Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD),
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Tarmizi A Karim dalam berita
Kemendagri (Rabu, 12/03/2014) sebagai berikut, “Undang-undang Desa telah
disahkan, maka Desa harus mempersiapkan diri dengan melakukan penguatan
lembaga dan pelatihan terhadap kapasitas aparat desa”.5
Oleh karena itu, berkaitan dengan pentingnya upaya peningkatan
kapasitas aparatur pemerintah desa dalam mewujudkan good governance juga
dipandang sangat perlu diera modern ini, karena pemerintah pusat juga sudah
memberikan kewenangan berupa otonomi daerah, otonomi desa dengan asa
desentralisasi. Namun, semua itu berupa kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah pusat yang mana merupakan bentuk perintah terhadap pemerintah
desa. Salah satu kebijakan pemerintah dalam upaya peningkatan kualitas

4
M.Rasyad Manaf yang dimuat Jatim Online, Kamis, 10/10/2013
5
Dirjen Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD), Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri),
Tarmizi A Karim dalam berita Kemendagri (Rabu, 12/03/2014)
3
sumber daya aparatur desa yaitu dengan dibentuknya badan-badan pusat
pelatihan untuk mendukung terciptanya kualitas sumber daya aparatur yang
lebih baik. Salah satunya yang menjadi sasaran riset penyusun ialah Balai
Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang.
Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (BBPMD) merupakan
lembaga Pemerintah Pusat di bawah naungan Kementrian Dalam Negeri yang
bertugas dalam hal pendidikan dan pelatihan peningkatan aparatur desa. Sesuai
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2006 Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang,
pasal 1 ayat (1) menyatakan : Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
di Malang merupakan Unit Pelaksana Teknis dibidang pemberdayaan
masyarakat dan desa yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Direktur Jendral Pemberdayaan Masyarakat dan Desa.6
Dengan demikian, salah satu langkah strategis yang dilakukan yaitu
melalui pelatihan peningkatan aparatur desa, agar mampu dan professional
menjalankan perannya dalam mewujudkan penguatan pemerintahan Desa serta
mampu mengaktualisasikan prinsip – prinsip kepemerintahan yang baik (good
governance). Dimana sesuai dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21
Tahun 2006 Pasal 2 ialah Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di
Malang mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pelatihan bagi masyarakat
yang meliputi kader pembangunan, perangkat pemerintahan, anggota badan
perwakilan, pengurus lembaga masyarakat dan para warga masyarakat desa
dan kelurahan sesuai kebijakan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa.7

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari latar belakang diatas adalah:
1. Bagaimana upaya peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa
dalam upaya mewujudkan good governance melalui balai besar
pemberdayaan masyarakat dan desa Malang?

6
Setyo Nugroho. Malang: Jurnal Administrasi Publik UB. 2011. Pengembangan Kapasitas
Aparatur Pemerintah Desa dalam Upaya Mewujudkan Good Governance.
7
Permendagri Nomor 21 Tahun 2006 Pasal 2
4
2. Apa sajakah faktor penghambat upaya peningkatan kapasitas
aparatur pemerintah desa dalam upaya mewujudkan good
governance melalui balai besar pemberdayaan masyarakat dan desa
Malang?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari program magang riset ini adalah:
1. Mengetahui upaya peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa
dalam upaya mewujudkan good governance melalui balai besar
pemberdayaan masyarakat dan desa Malang
2. Mengetahui faktor penghambat upaya peningkatan kapasitas
aparatur pemerintah desa dalam upaya mewujudkan good
governance melalui balai besar pemberdayaan masyarakat dan desa
Malang

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari magang riset di Balai Besar Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa Malang adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis
1) Bagi mahasiswa
a. Memahami nomenklatur yang meliputi profil lembaga
(sejarah, visi dan misi, struktur organisasi dan tata kerja)
di BBPMD Malang
b. Memahami tugas pokok dan fungsi di BBPMD Malang
c. Memahami dan terlibat dalam mekanisme kerja baik itu ada
pelatihan maupun kegiatan lain di BBPMD Malang
d. Mendapatkan pengetahuan, informasi, dan wawasan serta
keterampilan melalui magang riset dari BBPMD Malang
yang relevan dengan Program Studi Ilmu Pemerintahan
e. Mampu menganalisis permasalahan riil yang terjadi
dilapangan berkaitan dengan solusi alternatif yang
diberikan mahasiswa magang riset di BBPMD Malang
2) Bagi instansi (Program Studi Ilmu Pemerintahan UMM)

5
a. Menciptakan hubungan baik antara Jurusan Ilmu
Pemerintahan UMM dengan Balai Besar Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa Malang
b. Meningkatkan keterampilan baik keterampilan wawasan
maupun ketrampilan lainnya di lapangan
c. Mempersiapakan mental mahasiswa ketika nanti
berhubungan langsung dunia kerja
d. Memperdalam teori yang didapatkan selama perkuliahan
untuk disandingkan dengan praktik di lingkup kerja dalam
hal ini ialah BBPMD Malang
e. Menguji kemampuan mahasiswa sebelum dan sesudah
magang riset
3) Bagi instansi BBPMD Malang
a. Sebagai sarana/fasilitator dalam memberikan pengetahuan,
informasi dan wawasan terkait dengan dunia kerja di
lapangan terutama di BBMPD Malang
b. Sebagai mediator antara Jurusan Ilmu Pemerintahan dengan
mahasiswa magang riset di BBPMD Malang
2. Secara praktis
Secara praktis, magang riset ini dapat memberikan sumbangsih
baik itu keterampilan, pengetahuan maupun lainnya terhadap
instansi jurusan Ilmu Pemerintahan maupun BBPMD Malang
dalam peningakatan kapasitas aparatur desa dalam upaya
mewujudkan good governance di BBPMD Malang sebagai UPT
dari Dirjen Bina Pemerintahan Desa.

6
BAB II
LAPORAN KEGIATAN MAGANG RISET

2.1 Profil Instansi BBPMD Kota Malang


Adapun profil instansi terkait tempat magang riset yakni Balai Besar
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang (BBPMD) ialah dijelaskan
sebagai berikut:
Balai Besar PMD Malang telah dimulai sejak tahun 1957 yaitu dengan
ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1957 tentang Organisasi
Penyelenggara Pembangunan Masyarakat dan Desa. Sebagai penjabaran dari
PP tersebut telah di terbitkan Kepmendagri Nomor 25 Tahun 1968 tentang
Balai Penelitian dan Pengembangan Desa (Balitbang Bangdes), kemudian
disempurnakan lagi dengan dengan Kepmendagri Nomor 25 Tahun 1987
tentang Balai Pengkaderan Pembagunan Desa dengan wilayah kerja meliputi
Provinsi Jawa Timur, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi
Selatan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Irian Jaya, dan Timor-
Timur.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok - Pokok
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Desa pada Era Reformasi telah di ubah menjadi Undang- Undang Nomor
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka nomenklatur Balai
Perkaderan Masyarakat Desa berubah pula menjadi Keputusan Menteri
Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 200 tentang Balai Pemberdayan Masyarakat
Desa dengan wilayah desa meliputi Provinsi Jawa Timur, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Bali,
Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Malaku Utara,
Gorontalo, Papua Barat, dan Papua.
Lebih lanjut dengan beban kerja/ kegiatan yang semakin meningkat
seiring tingkat kepercayaan pemerintah, Pemerintahan Provinsi, Kabupaten
dan Kota, serta seluas jangkuan wilayah kerja menuntut profesionalisme
kinerja Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang.
Penyempurnaan UU Nomor 22 Tahun 1999 Menjadi UU Nomor 32 Tahun
2004 tentah Pemerintah Daerah bersamaan dengan penyempurnaan
7
Nomenklatur Balai PMD No. 12 Tahun 2000 menjadi Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2006 menjadi Balai Besar PMD Malang
dengan wilayah kerja, meliputi Provinsi Jawa Timur, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Bali,
Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Malaku Utara, dan
Gorontalo.
Sedangkan urain tugas sub bagian dan seksi diatur lebih lanjut
melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 58 Tahun 2007 tentang
Uraian Tugas Sub Bagian dan Seksi di Lingkungan Balai Besar
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang.Seiring berlakunya UU Nomor
6 Tahun 2014, penetapan fokus utama tata kelola desa meliputi 6 aspek: a)
Kedudukan; b) Penataan Desa; c) Kewenangan Desa; d) Penyelenggaraan
Pemerintah Desa; e) Keuangan Desa; dan f) Pembangunan Desa dan
Pembangunan Kawasan Pedesaan.
Balai Besar PMD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya seoptimal
mungkin meredifinisi peran Direktorat Jenderal PMD dalam mewadahi
program dan kegiatan teknis khususnnya peningktan kapisitas SDM bagi
Kader Pembangunan, Perangkat Pemerintahan Desa / Kelurahan, Badan
Permusyaratan Desa, Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dan
warga masyarakat desa/ kelurahan.
Belum maksimalnya jangkuan dan pemerataan persebaran pelatihan
pada Kabupaten/Kota juga karena kendala sarana transportasi lokal dan
sumber pendanaan asal peserta ke Provinsi sebelum ke Balai Besar PMD
Malang yang dibebankan pada APBD masing-masing Kabupaten/Kota, lebih
jauh fokus pelatihan Balai Besar PMD Malang diarahkan pada penguatan
Stakeholder Desa/Kelurahan dimana dalam mendukung percepatan
kemandirian Desa/Kelurahan, pada Kabupaten/Kota tertentu di tahun
berikutnya juga ditargetkan sebagai sarana kegiatan pelatihan.
Dalam upaya mengantisipasi pengembangan metode pembelajaran
pemberdayaan masyarakatdan pemantapan penyelenggaraan pemerintah
desa/kelurahan, Balai Besar PMD Malang, pada tahun 2010 s.d 2014 telah
mengembangkan kegiatan pelatihan dengan pelatihan diluar kelas sebagai

8
target Pemerdagri Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Pelatihan Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa/Kelurahan yaitu:
a. Pembentukan Dan Pembangunan Laboratrium Lapang Desa dan
Kelurahan pada 11 Desa dan 4 Kelurahan di 3 Kabupaten serta 2 Kota
Provinsi Jawa Timur;
b. Praktek Lapang Pemanfaatan dan Pendayagunaan Teknologi Tepat
Guna;
c. Praktek Lapang pada Laboratarium Lapang Desa/Kelurahan di Bidang
Penyelengaraan Pemerintah Desa/Kelurahan, Penyusunan Peraturan
Desa, Keputusan Kepala Desa/Lurah, Pengisian Buku Adminstrasi
Desa/Kelurahan, Penyusunan APBDes, dan Simulasi Forum
Musyawarah Recana Pembangunan Desa/Kelurahan; dan
d. Penguatan Pelatihan Skala Nasional selama Kurun Waktu 2015-2019.

2.1.1 Visi dan Misi, Tugas, Kedudukan, Fungsi dan Wilayah Kerja
Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang
A. Visi
Unggul dalam mewujudkan kualitas sumber daya manusia dan desa
yang Kuat, Maju, Mandiri Dan Demokratis
B. Misi
1. Pengembangan model pelatihan pemberdayaan masyarakat dan
pemerintah desa/kelurahan.
2. Pengembangan dan pengkajian kurikulum pelatihan
pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa.
3. Membangun kerjasama pelatihan antar lembaga.
4. Menjadikan lembaga sebagai pusat informasi pelatihan
pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa/kelurahan.
5. Pengkajian dan pengembangan modul pelatihan pemberdayaan
masyarakat dan pemerintahan desa/kelurahan melalui penetapan
laboratorium lapang.
C. Tugas
Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang
mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pelatihan bagi masyarakat

9
yang meliputi kader pembangunan, perangkat desa, anggota badan
perwakilan, pengurus lembaga masyarakat dan para warga
masyarakat desa dan kelurahan sesuai kebijakan yang ditetapakan
oleh Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa.
D. Kedudukan
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21
Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang merupakan Unit
Pelaksanaan Teknis di bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Balai Besar
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dipimpin oleh seorang Kepala
Balai.
E. Fungsi
Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang
dalam melaksanakan tugas,mempunyai fungsi, antara lain:
a. Pelaksanaan pelatihan dibidang pemberdayaan aparatur
desa/kelurahan.
b. Pelaksanaan pelatihan di bidang pemberdayaan lembaga
masyarakat desa/kelurahan.
c. Pelaksanaan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan,
administrasi umum, perpustakaan, perlengkapan dan rumah
tangga.
F. Wilayah Kerja
Wilayah kerja Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa di Malang terdiri dari:
a. Provinsi Jawa Timur,
b. Sulawesi Utara,
c. Sulawesi Tengah,
d. Sulawesi Tenggara,
e. Sulawesi Selatan,
f. Sulawesi Barat,

10
g. Bali,
h. Nusa Tenggara Barat,
i. Nusa Tenggara Timur,
j. Maluku,
k. Malaku Utara,
l. Gorontalo,
m. Papua
n. Papua Barat.
G. Sarana dan Prasarana Balai Besar PMD Malang
Sarana dan prasrana pendukung pelatihan Balai Besar
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang pada Tahun
2017antara lain sebagai berikut:
a. Luas areal keselurahan: 7.459 m2
b. Gedung Asrama peserta 3.682m2 dengan 74 kamar dan 4
kamar VIP berkapasitas 210 orang peserta.
c. Perpustakaan 1 unit
d. Ruang kelas / pertemuan 4 unit
e. Aula / gedung pertemuan 2.170 m2 sebanyak 2 unit
f. Ruang makan 200 m2
g. Masjid
h. Guest House 210 m2 sebanyak 3 unit
i. Garasi bus 73 m2
j. Bangunan kantor 1.650 m2
k. Sarana olahraga (tenis meja dan bulu tangkis) 90 m2
l. Ruang poliklinik (Poli Umun dan Poli Gigi) dan Laboratorium
Medis 110 m2
m. Taman hijau dan areal parkir 2.400 m2
2.1.2 Struktur Organisasi
Struktur organisasi Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa Malang ialah sebagai berikut:

11
12
DAFTAR URUT KEPANGKATAN

NO. PANGKAT GOLONGAN RUANG KE.


URUT
1 2 3 4 5

1. Juru Muda I a
2. Juru Muda Tingkat I I b
3. Juru I c
4. Juru Tingkat I I d
5. Pengatur Muda II a
6. Pengatur Muda Tingkat I II b
7. Pengatur II c
8. Pengatur Tingkat I II d
9. Penata Muda III a
10. Penata Muda Tingkat I III b
11. Penata III c
12. Penata Tingkat I III d
13. Pembina IV a
14. Pembina Tingkat I IV b
15. Pembina Utama Muda IV c
16. Pembina Utama Madya IV d
17. Pembina Utama IV e

13
2.2 Aktivitas Magang Riset
Perihal aktivitas magang riset di Balai Besar Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa Malang meliputi Bagian Tata Usaha, Program Pelatihan
(Bidang I merupakan bidang Pemberdayaan Aparatur dan Bidang II
merupakan bidang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan).
1. Bagian Tata Usaha
Bagian Tata Usaha dalam melaksanakan tugas, menyelenggarakan
fungsi:
a) Penyusunan program dan anggaran serta pelaksanaan monitoring
dan evaluasi;
b) Pengelolaan urusan keuangan, urusan perlengkapan, rumah tangga
dan perpustakaan; dan
c) Pengelolaan surat menyurat dan urusan kepegawaian.
Bagian Tata Usaha terdiri dari :
a) Sub Bagian Penyusunan Program;
b) Sub Bagian Umum dan Keuangan; dan
c) Sub Bagian Persuratan dan Kepegawaian.
A. Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas menyiapkan
bahan penyusunan program dan anggaran serta monitoring dan
evaluasi.
B. Sub Bagian Umum dan Keuangan mempunyai tugas melakukan
urusan keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan
perpustakaan.
C. Sub Bagian Persuratan dan Kepegawaian mempunyai tugas
melakukan urusan surat menyurat, kearsipan dan kepegawaian.
2. Bidang Pemberdayaan Aparatur
Mempunyai tugas menyelenggarakan pelatihan di bidang
Pemberdayaan Aparatur Desa dan Kelurahan, monitoring dan evaluasi,
serta pelaporan pelaksanaan pelatihan. Bidang Pemberdayaan Aparatur
dalam melaksanakan tugas, meyelenggarakan fungsi :
a) Analisis Kebutuhan Pelatihan Perangkat Desa;
b) Analisis kebutuhan Pelatihan Perangkat Kelurahan ;

14
c) Pengembangan kurikulum, modul, metode dan tehnik pelatihan
pemberdayaan aparatur;
d) Pelaksanaan pelatihan pemberdayaan aparatur; dan
e) Monitoring dan evaluasi dan penyusunan laporan pelatihan.
Bidang Pemberdayaan Aparatur terdiri dari :
a. Seksi Perangkat Desa
b. Seksi Perangkat Kelurahan
A.Seksi Perangkat Desa mempunyai tugas menyiapkan bahan analisis
kebutuhan pelatihan, pengembangan kurikulum, modul, metode
dan tehnik pelatihan, serta menyiapkan bahan monitoring,
evaluasi, dan penyusunan laporan pelatihan perangkat desa.
B.Seksi Perangkat Kelurahan mempunyai tugas menyiapkan bahan
analisis kebutuhan pelatihan, pengembangan kurikulum, modul,
metode dan tehnik pelatihan, serta menyiapkan bahan monitoring,
evaluasi, dan penyusunan laporan pelatihan perangkat Kelurahan
3. Bidang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan
Bidang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan mempunyai
tugas menyelenggarakan pelatihan di bidang pemberdayaan lembaga
kemasyarakatan desa dan kelurahan, monitoring dan evaluasi, serta
pelaporan pelaksanaan pelatihan.
Bidang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan dalam
menyelenggarakan tugas, mempunyai fungsi:
1. Analisis kebutuhan pelatihan pemberdayaan lembaga
kemasyarakatan;
2. Pengembangan kurikulum, modul, metode dan teknik pelatihan
pemberdayaan lembaga kemasyarakatan;
3. Pelaksanaan pelatihan pemberdayaan lembaga kemasyarakatan di
bidang kelembagaan dan sosial budaya;
4. Pelaksanaan pelatihan pemberdayaan lembaga kemasyarakatan di
bidang usaha ekonomi masyarakat; dan
5. Monitoring dan evaluasi serta penyusunan laporan pelatihan.
Bidang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan terdiri dari :
1. Seksi Kelembagaan dan Sosial Budaya; dan

15
2. Seksi Pengembangan Ekonomi Masyarakat.
A.Seksi Kelembagaan dan Sosial Budaya mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan analisis kebutuhan pelatihan,
pengembangan kurikulum, modul, metode dan teknik
pelatihanpenyiapan bahan pelatihan pemberdayaan lembaga
kemasyarakatan di bidang kelembagaan dan sosial budaya serta
monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan.
B.Seksi Pengembangan Ekonomi Masyarakat mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan analisis kebutuhan pelatihan,
pengembangan kurikulum, modul, metode dan teknik pelatihan
penyiapan bahan pelatihan pemberdayaan lembaga
kemasyarakatan di bidang pembangunan ekonomi masyarakat
serta monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan.

Adapun penyelenggaraan pelatihan diuraikan dalam tabel berikut ini:


A. Penyelenggaraan Pelatihan
No Uraian Kegiatan Indikator Keberhasilan
1. Persiapan
a. Koordinasi persiapan pelatihan -Masing-masing komponen
mengetahui tugas dan fungsi
pelaksanaan pelatihan
b. Penyusunan SK pelatihan -Tersusunnya SK
c. Penyusunan Pedoman -Tersusunnya pedoman
Penyelenggaraan penyelenggaraan
d. Penyusunan jadwal pelatihan -Tersusunnya jadwal pelatihan
e. Penyusunan dan pengiriman
surat-surat, antara lain :
-Surat pemberitahuan pelatihan -Dirjen PMD mengetahui
kepada Dirjen PMD pelaksanaan pelatihan
-Surat permintaan narasumber -Adanya kesediaan narasumber
-Surat tugas sebagai fasilitator - Adanya fasilitator
-Surat tugas kepanitiaan -Adanya susunan kepanitiaan
f. Penyusunan Sambutan -Tersusunnya sambutan Dirjen

16
Pembukaan dan Penutupan pembukaan dan penutupan
Dirjen PMD pelatihan

-Laporan pembukaan dan


g. Tersusunnya laporan penutupan pelatihan
pembukaan dan penutupan -Tersusunnya sambutan
pelatihan pelatihan
h. Laporan Pembukaan dan
Penutupan Kepala Balai PMD -Tersusunnya Pedoman PL
i. Penyusunan Pedoman PL -Tersusunnya surat ijin PL
j. Penyusunan surat ijin PL -Tersusunnya instrument PL
k. Penyusunan instrument PL -Tersusunnya sambutan PL
l. Penyusunan sambutan PL -Tersusunnya RAB PL
m. Penyusunan RAB PL -Pelaksanaan Prakondisi
n. Pelaksanaan Prakondisi -Ditetapkannya lokasi PL
o. Rapat fasilitator tentang materi
pelatihan -Adanya kesiapan fasilitator
p. Koordinasi antara fasilitator dalam penyediaan materi
dalam persiapan orientasi -Adanya himpunan materi atau
q. Pengadaan bahan belajar modul orientasi, adanya jumlah
r. Pembuatan media modul yang akan dibagikan pada
peserta
-Adanya media masing-masing
PB/SPB untuk disajikan

2. Pelaksanaan
a. Pelaksanaan pelatihan oleh -Orientasi penguatan dibuka
Dirjen secara resmi oleh Dirjen/ yang
mewakili
b. Proses :
1. Penyajian materi dikelas -Masing-masing materi disajikan
oleh masing-masing fasilitator
2. Umpan balik -Adanya masukan-masukan

17
sebagai koreksi pelaksanaan
pelatihan
-Terlaksananya PL/KL
3. Evaluasi penyelenggaraan -Terevaluasinya kegiatan
orientasi
4. Penyusunan laporan -Tersusunnya laporan
penyelenggaraan penyelenggaraan

3. Penutupan -Pelatihan penguatan


Dilaksanakan penutupan pelatihan penyelenggara pemerintah Desa
ditutup secara resmi oleh Dirjen

18
BAB III
ANALISA HASIL KEGIATAN

3.1 Pembahasan Rumusan Masalah


3.1.1 Upaya Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa Dalam
Mewujudkan Good Governance Melalui Balai Besar
Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa Malang
Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang
merupakan salah satu unit pelaksana teknis oleh Direktorat Jenderal
Pemerintah Desa Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia
untuk memberikan pelatihan kepada aparatur desa terutama wilayah
Jawa Timur sampai dengan Papua (wilayah timur). Pelatihan itu
sendiri dibagi dalam dua kategori menurut anggaran yang digunakan
antara lain, pelatihan berdasarkan anggaran dari APBN dan pelatihan
berdasarkan anggaran sendiri (daerah) bagi yang lintas wilayah.
Untuk pelatihan dari APBN, itu program kegiatan dari BBPMD
Malang yang diajukan kepada pusat terkait dengan pencairan dana
untuk lima tahun kedepan. Artinya bahwa, jikalau menggunakan
APBN, maka peserta pelatihan di BBPMD itu merupakan tamu
undangan oleh BBPMD atas program dari Kementrian Dalam Negeri
Dirjen Pemdes.
Kedua, anggaran dari masing-masing daerah, artinya bahwa,
bagi peserta pelatihan yang tidak diminta oleh BBPMD, maka mereka
memakai anggaran dari mereka sendiri hanya untuk tempat dan
pemateri saja dari BBPMD Malang. Untuk pelatihan kategori kedua
ini dilakukan dengan berbagai proses atau tahapan ialah negosiasi,
kemudian proses administrasi, hingga proses pelatihan dan evaluasi.
Pelatihan merupakan salah satu cara atau metode yang
dilaksanakan oleh Balai Besar PMD Malang dengan tujuan untuk
meningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa dalam upaya
optimalisasi kegiatan-kegiatan yang ada di desa seperti Peningkatan
SDM/ Aparatur Desa, Kelembagaan, program, pembiayaan serta
peningkatan sarana dan prasarana.

19
Upaya peningkatan dapat dilakukan dengan berbagai strategi
yang berkaitan dengan pengembangan kapasitas dalam proses
pembangunan di desa yang mana ada beberapa poin utama yang harus
diperhatikan, antara lain:
A. Kebijakan
Dalam kegiatan peningkatan kapasitas aparatur pemerintah Desa
sangat diperlukan pemahaman mengenai kebijakan-kebijakan yang
menjadi landasan dasar dalam melakukan kegiatan pemerintahan di
Desa. Kebijakan tersebut antara lain Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa, serta 19 Peraturan Menteri Dalam Negeri
antara lain Permendagri No. 83 Tahun 2015 pasal 1 tentang
Pemerintah Desa, Permendagri No. 84 Tahun 2015 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa Permendagri No. 21
Tahun 2006 tentang organisasi dan Tata Kerja Balai Besar
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang.
Jelas bahwa sesuai dengan kebijakan yang ada baik kebijakan
pusat maupun kebijakan daerah hingga masing-masing desa, maka
kiranya bahwa kebijakan tersebut menjadi acuan pemerintah desa
dalam peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa demi kemajuan
desanya. Karena kemajuan desa tidak hanya peningkatan kapasitas
aparatur desa saja, tetapi semua aspek juga perlu ditingkatkan guna
menunjang kapasitas aparatur desa.
Peningkatan kapasitas aparatur pemeirntah desa pokok
utamanya ialah mereka harus tahu dan paham tentang kebijakan.
Karena kebijakan sudah jelas mengatur tentang semua perihal lingkup
desa baik dari geografis, ekonomis dan sebagainya.
B. Kelembagaan
Menurut Undang- undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,
terdapat enam lembaga Desa antara lain meliputi :
1. Pemerintah Desa (Kepala Desa dan Perangkat Desa)
Pemerintah Desa berkedudukan sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan desa, bersama- sama dengan Badan

20
Permusyawaratan Desa menyelenggarakan urusan pemerintahan
desa. Kedudukan Pemerintah Desa tersebut menempatkan
Pemerintah desa sebagai penyelenggara utama tugas- tugas
pemerintahan desa dalam rangka memberikan pelayanan kepada
masyarakat, pemberdayaan masyarakat, dan pembangunan
masyarakat desa.
Dengan begitu kompleksnya permasalahan dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa, pemerintah desa terdiri dari
Kepala Desa selaku kepala pemerintahan desa dan dibantu oleh
Perangkat Desa selaku pembantu tugas-tugas Kepala Desa.
Perangkat Desa merupakan unsur yang terdiri dari :
a. Unsur staf (Sekretariat Desa);
b. Unsur lini (pelaksana teknis lapangan); dan
c. Unsur kewilayahan (para Kepala Dusun)
Diantara unsur pemerintah desa yaitu unsur kepala (Kepala
Desa), unsur pembantu kepala atau staf (Sekretaris Desa dan para
Kepala Urusan), unsur pelaksana teknis fungsional (para Kepala
Seksi), dan unsur pelaksana teritorial (Kepal Dusun), senantiasa
ditata dalam suatu kesatuan perintah dari Kepala Desa dan terdapat
hubungan kerja sesuai pembagian kerja yang jelas diantara unsur-
unsur organisasi Pemerintah Desa tersebut, sehingga tidak terjadi
tumpang tindih kerja serta terciptanya kejelasan tanggungjawab
dari setiap orang yang ditugaskan pada unit-unit kerja Pemerintah
Desa.
2. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah lembaga yang
melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan
wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan
ditetapkan secara demokratis. Badan Permusyawaratan Desa
mempunyai fungsi :
a. Membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa
bersama Kepala Desa;
b. Menampung dan Menyalurkan aspirasi masyarakat desa;

21
c. Melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa;
Keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa merupakan
perwakilan dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah
yang pengisiannya dilakukan secara demokratis.Masa jabatan
Badan Permusyawaratan Desa adalah selama 6 (enam) tahun
terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah/ janji.Anggota BPD
dapat dipilih paling banyak selama 3 (tiga) periode.
Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah gasal, paling
sedikit 5 orang dan paling banyak 9 orang, dengan memperhatikan
wilayah, perempuan, penduduk, dan kemampuan Keuangan Desa.
3. Lembaga Kemasyarakatan
Lembaga kemasyarakan desa wadah partisipasi masyarakat
desa sebagai mitra Pemerintah Desa. Lembaga Kemasyarakatan
Desa mempunyai fungsi :
a. Menanamkan dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan
masyarakat;
b. Meningkatkan kualitas dan mempercepat pelayanan
pemerintah desa kepada masyarakat desa;
c. Menumbuhkan, mengembangkan, dan menggerakkan
prakarsa, partisipasi, swadaya, serta gotong royong
masyarakat;
d. Meningkatkan kesejahteraan keluarga;
e. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
4. Lembaga Adat
Lembaga Adat adalah lembaga desa yang menyelenggarakan
fungsi adat istiadat dan menjadi bagian dari susunan asli desa yang
tumbuh dan berkembang atas prakarsa masyarakat desa.Lemabaga
adat mempunyai tugas membantu pemerintahan desa dan sebagai
mitra dalam memberdyakan, melestarikan dan mengembangkan
adat istiadat sebagai wujud pengakuan terhadap adat istiadat
masyarakat desa.
5. Kerjasama Antar Desa
Kerjasama Antar Desa meliputi ;

22
a. Pengembangan Usaha Bersama yang dimiliki desa untuk
mencapai nilai ekonomis yang berdaya saing;
b. Kegiatan kemasyarakatan, pelayanan, pembangunan desa,
dan pemberdyaan antar desa;
c. Bidang keamanan dan ketertiban;
6. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
Badan Usaha Milik Desa dikelola dengan semangat
kekeluargaan dan kegotongroyongan dalam bidang ekonomi dan
pelayanan umum. Hasil usaha BUMDes digunakan untuk :
a. Pengembangan usaha;
b. Pembangunan Desa, pemberdyaan masyarakat desa,
pemberian bantuan untuk masyarakat miskin melalui hibah,
bantuan sosial dan kegiatan dana bergulir.
Poin kedua ialah kelembagaan desa. Kelembagaan desa ini
mencakup semua struktur dan lembaga yang ada di desa. Karena
dalam peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa tidak hanya
didominasi oleh kepala desa saja, tetapi juga semua komponen guna
bekerjasama membangun desa demi desa mandiri dan sejahtera.
C. SDM/Aparatur
SDM atau Sumber Daya Manusia ini sebagai aset pemerintah
desa. Seiring dengan perubahan kelembagaan di desa maka mau tak
mau mendorong SDM (aparatur) desa untuk bekerja sesuai dengan
target yang hendak dicapai. Untuk itu, aparatur desa harus dapat
bekerja secara maksimal.
SDM tidak lagi dipandang sebagai salah satu faktor produksi
sebagaimana pendapat manajemen kuno, yang memperlakukan
manusia seperti halnya mesin.Tetapi, sekarang ini aparatur desa betul-
betul sebagai Human Capital yang sangat berperan sesuai dengan
pandangan manjemen modern.
Karena manusia bukan sekedar sumber melainkan pelaksana
yang menjalankan lembaga atau sebagai motor pengarah organisasi.
Seperti halnya aparatur pemerintah lainnya, aparatur pemerintah desa
tidak hanya melayani masyarakat tetapi harus mempunyai inovasi

23
untuk mengembangkan desa sesuai dengan tuntutan perubahan
kelembagaan agar desa mampu bersaing dengan desa lainnya.
Peran aparatur pemerintah desa tidak hanya sebagai fasilitator
dan service provider melainkan sebagai dinamisator dan entrepreneur.
Dengan kata lain, aparatur desa harus mampu dan jeli dalam
menghadapi dan memanfaatkan berbagai tantangan dan peluang
sebagai konsekuensi perubahan kelembagaan desa. Untuk dari sumber
daya itu sendiri, tidak hanya kepala desa dan sekretaris desa tetapi bisa
juga PKK, BPD, dan sebagainya.
Di Balai Besar PMD Malang, semua pegawai menjadi trainer
artinya bahwa semua pegawai menjadi fasilitator bagi peserta
pelatihan. Jadi, ketika ada peserta pelatihan baik dari program
Kementerian Dalam Negeri maupun dari daerah, pegawai di BBPMD
harus siap untuk menjadi pemateri siapapun dan kapanpun. Selain
menjadi fasilitator di BBPMD Malang sendiri, juga ada DL (Dinas
Luar).
Dari jumlah Sumberdaya manusia (Pegawai) di BBPMD
Malang, terdapat kurang lebih 50 baik tenaga kontrak, PNS, dan
sebagainya. Terdapat 31 PNS dan hanya 23 orang yang memiliki SK
Fasilitator, selebihnya tenaga non PNS sebagai pendukung tenaga
PNS. Akan tetapi, sebenarnya semua unsur Pemdes bisa menjadi
fasilitator atau pemateri, tetapi kecuali pelaku BUMDes, karena faktor
Kementerian Desa, sehingga banyak yang awalnya program milik
Kementerian Dalam Negeri menjadi program Kementerian Desa.
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas aparatur pemerintah
desa, juga sangat penting ditingkatkan dari segi pengetahuan, sikap
dan keterampilan.
D. Program
Program sendiri dari Kementerian Dalam Negeri yang kemudian
diturunkan kepada UPT yakni salah satunya ialah BBPMD Malang.
Sehingga BBPMD Malang tinggal bermain dalam prosesnya saja
tidak bekerja sebagai legislatif, artinya bahwa tidak mempunyai

24
kewenangan untuk membuat sendiri program, tetapi meeka sebagai
eksekutif yakni pelaksana program Kemneterian Dalam Negeri.
Program dari Kementerian Dalam Negeri ditransferkan ke
masing-masing UPT yakni Balai Jogja, Balai Lampung dan Balai
Malang. Salah satu yang menjadi tempat magang riset ialah Balai
Malang.
Balai Malang sendiri program bersifat fleksibel karena
kadangkala diagendakan sekian pelatihan dengan anggaran sekian,
tetapi ditengah proses, terkadang ada pemangkasan anggaran
terkadang ada pemangkasan program pelatihan bahkan terkadang juga
ada penambahan program pelatihan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
Balai Malang hanya sebagai distributor dan fasilitator dari
Kemnedagri ke Pemdes di daerah.
E. Pembiayaan
Sumber biaya pelaksanaan kegiatan/program Balai Besar PMD
Malang berasal dari DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran)
APBN. Sumber pembiayaan ini digunakan untuk :
1. Kegiatan rutin dan operasional
2. Perawatan perkantoran
3. Ketatausahaan
4. Kegiatan pelatihan Balai Besar PMD Malang
Balai Besar PMD Malang sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Direktorat Jendral Pemerintahan Desa melakukan pembahasan
trilateral antara Kementrian Dalam Negeri (Dirjen Bina Pemdes dan
Balai PMD) Bappenas dan Kementrian Keuangan C.q Direktorat
Jenderal Anggaran menetapkan program dan besaran anggaran untuk
program dan kegiatan yang dilakukan oleh Balai Besar PMD Malang
yang dilengkapi dengan proposal kegiatan dan rencana anggaran biaya
pelaksanaan kegiatan.
Berkaitan dengan pembiayaan peningkatan kapasitas aparatr
pemerintah desa juga erat kaitannya dengan pembiayaan. Pembiayaan
itu sendiri dibedakan menjadi 2, yakni APBN dan APBD.

25
Pertama, dari APBN. APBN artinya bahwa penggunaan
pelatihan peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa berasal dari
dana Negara atau dari pusat. Tetapi meskipun menggunakan APBN,
tetap saja Balai Malang tidak mempunyai kewenangan lebih terhadap
anggaran yang diberikan kepada Balai. Karena sudah merupakan pagu
setiap Balai dari Kemneterian Dalam Negeri sesuai dengan program
yang telah disepakati.
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa pembiayaan ini juga
berdampak pada program. Efisiensi anggaran diadakan karena
efisiensi program. Pihak Balai bisa mengusulkan ke Kementerian
Dalam Negeri, tetapi tetap kewenangan penuh terdapat pada
Kementerian Dalam Negeri Dirjen Pemdes.
Untuk dari APBN, pelatihan berlangsung di Balai Besar PMD
Malang mulai bulan Maret hingga April selebihnya sampai saat ini
menggunakan APBD.
Kedua, dari APBD. APBD disini bukan berarti Balai meminta
anggaran tetapi ketika peserta pelatihan program Kementerian habis,
maka tetap ada proses pelatihan tetapi menggunakan dana atau
anggaran daerah mereka masing-masing.
F. Sarana dan Prasarana
Dalam rangka meningkatkan produktivitas dan memelihara
sustainabilitas desa, maka perlu adanya konsep pengelolaan dan
pembangunan sarana dan prasarana di desa. Terlebih sampai saat ini
kecenderungan pembangunan sarana dan prasarana cenderung lebih
besar ke arah perkotaan yang tentunya telah memicu tingginya angka
migrasi penduduk desa menuju ke kota.
Rukmana, N., Steinberg F., dan van der Hoff, R., (1993)
menyebutkan bahwa pada tahun 1985 jumlah penduduk yang
berdomisili di wilayah pedesaan mencapai 73% dan berdomisili di
kota sebanyak 27%. Namun kondisi tersebut saat ini telah mengalami
perubahan, dimana saat ini antara penduduk yang berdomisili di
pedesaan dengan perkotaan hampir berimbang, yaitu sekitar 60%
berdomisili di pedesaan dan 40% domisili di perkotaan.

26
Dari pernyataan diatas dapat kita pahami bahwa salah satu
pemicunya adalah adanya ketimpangan pembangunan sarana dan
prasarana di pedesaan dengan perkotaan.Pembangunan sarana dan
prasarana di perkotaan cenderung meningkat, sedangkan
pembangunan sarana dan prasarana di pedesaan cenderung terabaikan.
Untuk itu, guna memacu pertumbuhan pembangunan dan
produktivitas di wilayah pedesaan, diperlukan upaya sungguh-
sungguh dalam mengelola pembangunan sarana dan prasarana di
wilayah pedesaan.Kegiatan ini dapat diawali dengan identifikasi dan
inventarisasi sarana dan prasarana wilayah di pedesaan. Kegiatan ini
antara lain dapat menggunakan mekanisme perencanaan dari bawah
ke atas (bottom-up planning) dan perencanaan dari atas ke bawah
(top-down planning).
Beberapa sarana dan prasarana di pedesaan yang berkaitan
dalam menunjang aktivitas kehidupan dan perekonomian masyarakat,
antara lain meliputi : sarana dan prasarana jalan, air bersih, jembatan,
tempat ibadah, penerangan, komunikasi, pendidikan dan lain-lain.
Selain itu, dalam ringkasan jurnal bahwa kapasitas yang masih
rendah merupakan bagian dari permasalahan yang ditunjukkan
dilapangan. Diantaranya masih belum optimalnya aspek kelembagaan,
sumberdaya manusia, maupun manajemen pemerintahan desa. Pada
tahun 2008, Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah, telah
melaksanakan Kajian Peningkatan Kapasitas Pemerintahan Desa,
kajian ini telah menghasilkan cetak biru (blueprint) yang memuat
strategi-strategi penyelesaian masalah penyelenggaraan pemerintahan
desa dan menyusun modul-modul peningatan kapasitas pemerintahan
desa. Lebih lanjut, modul tersebut merupakan hasil identifikasi aspek
kapasitas yang perlu ditingkatkan yaitu Perencanaan Penganggaran
Desa, Keuangan Desa, Penyusunan Kebijakan Desa, Kepemimpinan
Kepala Desa, dan Manajemen Pelayanan Desa.8
Dari berbagai permasalahan diatas, dapat dilihat di table
dibawah ini yang merupakan ringkasan uraian dari hasil permasalahan
8
Executive Summary. Kajian Peningkatan Kapasitas Aparatur Desa.

27
beserta strategi yang digunakan upaya peningkatan kapasitas aparatur
pemerintah desa adalah sebagai berikut:

Permasalahan Fakta dilapangan Strategi/upaya yang dilakukan


Perencanaan  Belum semua desa  Menggunakan metode
Dan menyusun dokumen partisipatif;
Penganggaran desa seperti, RPJM  Analisis masalah dan
Desa Desa. Padahal potensi desa;
seharusnya mereka  Pemilihan skala prioritas;
menyusun RKP Desa  Penyusunan anggaran dan
mengacu pada RPJM belanja desa;
Desa.  Komunikasi/presentasi/disk
 Pelaksanaan usi baik antar warga desa
Musrenbang tidak maupun warga dengan
optimal dan banyak perangkat desa;
terdapat egoisme  Studi banding, workshop,
pelatihan, magang, dsb.
Keuangan Desa  Dalam pelaksanaan  Penguatan kapasitas
perencanaan keuangan aparatur desa
keuangan desa, dengan kewenangan desa da
banyak desa yang memperbaiki metode
belum menerapkan pengalokasian dana desa
anggaran APBD Desa dan perbaikan sumber daya
serta belum dapat aparatur desa melalui
menentukan skala perbaikan rekruitmen dan
prioritas keuangan manajemen.
desa serta distribusi  Pada level organisasi:
sumber dayanya; melalui penguatan
 Dalam pelaksanaan BUMDES yang melibatkan
dan penatausahaan potensi desa, sumberdaya,
desa, administrasi serta kerjasama.
desa belum  Pada level individu:
terselenggara dengan peningkatan melalui bimtek
28
baik, pelaporan dan manajemen keuangan desa
pertanggungjawaban yang mencakup penyusunan
keuangan desa belum APBDes, Pengelolaan
maksimal; ADD, pengelolaan kekayaan
 Perihal kekayaan desa, pengelolaan
desa, banyak yang BUMDES. Disamping itu
belum dimanfaatkan juga perlu sosialisasi dan
dan dikelola menjadi pendampingan dalam
sumber keuangan kebijakan keuangan desa
desa, serta belum ada misalnya pendirian
pembagian yang jelas BUMDES.
terkait kekayaan desa
dan hasilnya;
 Pengelolaan potensi
desa belum maksima
bahkan belum ada
(BUMDES) sehingga
masih mengandalkan
transfer dana dari
pusat baik DD
maupun ADD dan
sebagainya.
Kebijakan Desa  Penyusunan  Terkait dengan peningkatan
kebijakan desa belum kapasitas dalam
baik karena ada kelembagaan desa seperti
beberapa desa yang aspek keuangan,
tidak mencerminkan sumberdaya manusia
penyusunan kebijakan aparatur desa, dsb.
bahkan ada yang  Adanyan kejelasan program
tidak mengetahui atau pelatihan tentang
acuan yang harus kebijakan desa serta adanya
dilihat ketika modul yang mendukung.
menyusun kebijakan

29
desa;
 Egoism warga desa
dan aparatur desa
sehingga seringkalai
kebijakan disusun
hanya melibatkan
beberapa warga saja,
sehingga masyarakat
awam merasa
dibodohi dan ditipu.
Manajemen  Sering berkaitan  Perlu adanya pembentukan
Pelayanan Desa dengan political will’ program pelayanan yang
 Adanya keterbatasan jelas dan optimal.
kualitas dan kuantitas  Peningkatan kemampuan
aparatur desa yang dalam mengelola pelayanan
berpengaruh terhadap termasuk teknis
produktivitas dan administratif, SOP
kreativitas dalam pelayanan desa, kemampuan
pelayanan desa; teknis penunjang seperti
 Kurangnya sarana penggunaan komputer, dan
dan prasarana di desa kerjasama dengan
menghambat masyarakat terkait dengan
pelayanan desa. pelayanan kritik saran dari
masyarakat terkait dengan
semua aspek desa.
Kepemimpinan  Pemilihan kepala  Peningkatan kemampuan
Kepala Desa desa atau lainnya dalam bidang pengetahuan,
terkadang masih ada seni atau keterampilan,
unsur politik dinasti teori,
ataupun money  Kemampuan negosiasi;
politics;  Kemampuan pengambilan
 Terkadang sifat keputusan;
kepala desa yang  Kemampuan manajemen
30
tidak bisa netral konflik, dsb
terhadap warga dan
keluarga sehingga
menimbulkan
kecemburuan dalam
pelayanan di desa.

3.1.2 Faktor Penghambat Upaya Pengembangan Kapasitas Aparatur


Pemerintah Desa Dalam Mewujudkan Good Governance Melalui
Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa Malang
Permasalahan yang dihadapi Balai Besar Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa Malang dalam mencapai target kinerja dan
realisasi kinerja antara lain sebagai berikut:
a) Regulasi perubahan SOTK Balai Besar PMD Malang baru belum
ada.
1) Sebelumnya Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa Malang regulasinya Permendagri 21 tahun 2006
tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang.
2) Permendagri No. 58 tahun 2007 tentang urain tugas dan
fungsi seksi dan Subbag di lingkungan Balai Besar
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang.
b) Kurangnya sarana prasarana pendukung pelatihan : Komputer,
Mobil Praktek Lapang; modul; listrik.
c) Status Pejabat dan Pejabat Fungsional tertentu (Angka Kredit)
Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang belum
sesuai dengan SOTK yang baru;
d) Akreditasi Lembaga Balai sebagai Unit Pelatihan belum ada;
e) Sertifikasi para pelatih Fasilitator Balai Malang belum ada;
f) Standarisasi kurikulum Materi dan modul Balai Malang,
Yogyakarta dan Lampung belum terstandarisasi sesuai standart
nasional;

31
g) Anggaran yang selalu mengalami optimalisasi / pengalihan (setiap
tahun):
1) Mengakibatkan perubahan penetapan jenis pelatihan,
sasaran, lokasi pelatihan (daerah peserta pelatihan) dan
ketidak kepastian alokasi anggran APBN Balai Besar
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang terhadap
perlakuan pelatihan alokasi daerah tidak mengacu kepada
kesepakatan dengan daerah sebelumnya.
2) Mengakibatkan target pencapain target, sasaran alumni
pelatihan yang seharus 1000 orang peserta pelatihan
menjadi 705 orang per tahun
Permasalahan diatas menjadi faktor penghambat bagi BBPMD
Malang sendiri, tetapi juga ada faktor penghambat oleh aparatur desa
atau peserta pelatihan di BBPMD Malang, antara lain sebagai berikut:
a. Kapasitas masyarakat desa terutama perangkat desa masih rendah,
terkait dengan pendidikan mereka juga rendah;
b. Egoisme dan individualisme yang menyebabkan mereka ingin
menguasi sendiri dan ingin menang sendiri, sehingga tidak ada
yang mau mengalah itu menyebabkan tidak majunya sebuah desa;
c. Minimnya anggaran, sehingga untuk melaksanakan program yang
diagendakan dengan keterbatasan SDM, masih kurang seimbang
karena seharusnya dengan anggaran yang ada mampu
meningkatkan kapasitas aparatur desa yang ada;
d. Minimnya fasilitas baik fisik maupun non fisik. Karena salah satu
syarat agar desa maju dan aparatur pemerintah desa baik ialah
fasilitas harus layak dan terpenuhi terutama mengikuti zaman saat
ini, sehingga tidak dikatakan kuno ataupun gaptek.
Dari beberapa faktor penghambat diatas, juga menjadi
penghambat peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa antara
lain, kebijakan, program, pembiayaan, sarana dan prasarana,
SDM/Aparatur, dan kelembagaan.
a. Kebijakan, disini menjadi penghambat karena terlalu banyak
regulasi yang muncul terkait dengan pemerintah desa sehingga

32
banyak Aparatur desa yang malas, jenuh dan bahkan tidak mau
tahu apa kebijakan yang mengikatnya. Sehingga peningkatan
kapasitas aparatur pemerintah desa juga terhambat.
b. Program, disini dimaksudkan bahwa terlalu banyak program
yang dimiliki pemerintah desa tetapi tidak banyak faktor
pendukung yang memadai juga menjadi hambatan.
c. Pembiayaan/anggaran, merupakan poin penting yang menjadi
penghambat peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa.
Karena, terkadang aparatur pemerintah desa punya kemauan
untuk meningkatkan desanya tetapi anggaran mereka terbatas
dan minim, sehingga kemauan mereka terhambat dan bahkan
tidak berjalan.
d. Sarana dan prasarana, ini berkaitan dengan fasilitas yang
mendukung. Semakin lengkap dan baik fasilitas yang ada maka
hambatan sedikit berkurang, karena bagaimanapun juga apabila
aparatur pemerintah desanya bagus, geografisnya mendukung,
anggaran ada, tetapi fasilitas tidak memenuhi dan tidak memadai
juga menjadi hambatan dan tidak seimbang.
e. SDM/Aparatur, hal ini menjadi sorotan oleh karena itu adanya
pelatihan di Balai Malang guna meningkatkan SDM yang masih
rendah dari yang dulunya tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti
menjadi mengerti bahkan memberikan contoh untuk bekal ke
desanya masing-masisng.
f.Kelembagaan, ini terkait dengan pengorganisasian di desa. Sejauh
mana kerjasama antar lembaga yang ada didesa. Karena
kerjasama antar lembaga juga menjadi faktor penentu
peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa.
Dari berbagai faktor diatas, merupakan poin penting yang
menjadi faktor penghambat terbesar dalam upaya peningkatakan
kapasitas aparatur pemerintah desa guna mewujudkan good
governance terutama ialah anggaran dan fasilitas. Dua hal tersebut
ialah poin utama yang menentukan kapasitas aparatur pemerintah
desa yang memadai.

33
3.2 Target atau Fokus yang Dicapai
Selama mahasiswa melakukan magang riset, kiranya mahasiswa juga
ada harapan atau target yang ingin dicapai selama magang riset di Balai Besar
pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang. Memang, target tersebut tidak
bisa kita capai sepenuhnya akan tetapi paling tidak dari 100% ada 95% yang
kita capai.
Selama magang riset kurang lebih 6 minggu di Balai Besar PMD
Malang, yang kita dapatkan relevan dengan jurusan Ilmu Pemerintahan antara
lain:
a. Memahami bahwa Balai Besar PMD Malang merupakan salah satu
UPT Diklat Dirjen Pemdes Kemendagri;
b. Bahwa ketika pelatihan, pokok utamanya ialah kebijakan atau regulasi;
c. Segala hal materi yang berkaitan dengan pemerintah desa;
d. Mengetahui sejauhmana ketika proses pembelajaran pelatihan dikelas
berlangsung hingga studi lapang;
e. Penggunaan berbagai fasilitas dan media yang ada;

34
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Berdasarkan penjelasan hasil analisa magang riset di Balai Besar
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang diatas, dapat disimpulkan bahwa:
4.1.1 Upaya Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa dalam
Mewujudkan Good Governance melalui Balai Besar Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa Malang adalah:
a. Telah dipahaminya konsep manajemen kelembagaan desa
dan garis besar kandungan kebijakan dalam tata aturan
pemerintah RI oleh aparatur pemerintah desa
b. Telah dipahaminya mekanisme dan tata aturan yang normatif
dalam manajemen kelembagaan desa oleh aparatur
pemerintah desa
c. Telah dipahaminya posisi peran serta masyarakat desa dalam
kegiatan manajemen kelembagaan desa oleh aparatur
pemerintah desa
d. Adanya pelatihan dan studi lapang.
4.1.2 Faktor Penghambat Upaya Peningkatan Kapasitas Aparatur
Pemerintah Desa dalam Mewujudkan Good Governance melalui
Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang adalah:
a. Kebijakan;
b. SDM/Aparatur;
c. Kelembagaan;
d. Program;
e. Pembiayaan;
f. Status Pejabat dan Pejabat Fungsional tertentu (Angka
Kredit) Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Malang belum sesuai dengan SOTK yang baru;
g. Akreditasi Lembaga Balai sebagai Unit Pelatihan belum ada;
h. Sertifikasi para pelatih Fasilitator Balai Malang belum ada;

35
i. Standarisasi kurikulum Materi dan modul Balai Malang,
Yogyakarta dan Lampung belum terstandarisasi sesuai
standart nasional;
j. Anggaran yang selalu mengalami optimalisasi / pengalihan
(setiap tahun):
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penyusun menyarankan bahwa:
4.2.1 Perlu dilakukan kegiatan pelatihan yang lebih bersifat teknis
sehingga dapat dikuasainya secara lebih menyeluruh kapasitas
aparatur pemerintah desa.
4.2.2 Kegiatan seperti ini perlu dilakukan pada target sasaran yang
lebih luas lagi, meliputi kecamatan lain atau kabupaten lain
dengan studi banding yang lebih optimal lagi.
4.2.3 Perlu adanya kegiatan yang bersifat praktis agar peserta
pelatihan lebih mendalami apa yag didapatkan selama
pelatihan dan studi banding.

36
DAFTAR PUSTAKA
B.N Marbun. Proses Pembangunan Desa. 2006. Jakarta: Erlangga, hal.20.
Permendagri Nomor 83 Tahun 2015 Pasal 1 tentang Perangkat Desa
Permendagri Nomor 84 Tahun 2015 tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Pemerintah
M.Rasyad Manaf yang dimuat Jatim Online, Kamis, 10/10/2013
Dirjen Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD), Kementerian Dalam
Negeri (Kemendagri), Tarmizi A Karim dalam berita Kemendagri (Rabu,
12/03/2014)
Setyo Nugroho. Malang: Jurnal Administrasi Publik UB. 2011.
Pengembangan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa dalam Upaya Mewujudkan
Good Governance.
Permendagri Nomor 21 Tahun 2006 Pasal 2
Executive Summary. Kajian Peningkatan Kapasitas Aparatur Desa.

37
LAMPIRAN

Gambar 1. Salah satu jadwal peserta pelatihan peningkatan kapasitas aparatur


pemerintah desa

Gambar 2. Salah satu kegiatan proses belajar mengajar di kelas oleh fasilitator
bersama peserta pelatihan peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa

38
Gambar 3. Salah satu proses pembukaan peserta bimtek peningkatan kapasitas
aparatur desa beserta Kepala Balai Besar PMD Malang sekaligus pemberian
materi tentang Kebijakan Desa

Gambar 4. Rapat bersama lembaga sekaligus kilas balik satu tahun


Kepemimpinan Bapak Drs. Edy Supriyanta, M.Si

39
Gambar 5. Salah satu contoh simulasi tentang Musyawarah Desa oleh peserta
pelatihan peningkatan kapasitas aparatur desa

Gambar 6. Salah satu proses pembelajaran saat studi lapang di Desa Tunjungtirto,
Singosari, Malang

40
Gambar 7. Proses diskusi kelompok bersama ketua BPD, Kepala Desa
Tunjungtirto terkait dengan peningkatan kapasitas aparatur desa, BPD dan sedikit
menyinggung tentang BUMDES

Gambar 8. Beberapa tim studi lapang dan aparatur desa Tunjungtirto setelah
melakukan studi banding dan diskusi

41
Gambar 9. Salah satu kegiatan mahasiswa magang riset yakni pembuatan tabel
simulasi peningkatan kapasitas aparatur desa

Gambar 10. Salah satu dokumen laporan pelatihan peningkatan kapasitas aparatur
desa

42

Anda mungkin juga menyukai