Anda di halaman 1dari 14

GERAKAN PRAMUKA

OLEH :

NAMA : AINA ALTAHFUNNISA

KELAS : VIII KUFFAH

GUGUS DEPAN

SMP PERGURUAN ISLAM AR RISALAH

11.179 – 11.180

PADANG

2020
DAFTAR ISI

I. Pendahuluan

II. Pramuka

A. Sejarah Pramuka

B. Gerakan Pramuka

C. Satya dan Darma Pramuka

D. Lambang Gerakan Pramuka

E. Tingkatan Pramuka

F. Kegiatan Pramuka

III. Pramuka Saka Kalpataru

A. Pramuka dan Lingkungan

B. Pelestarian Lingkungan Hidup

C. Pembentukan Saka Kalpataru

D. Pendidikan Kepramukaan

E. Kecakapan Khusus Lingkungan Hidup

IV. Penutup
I. Pendahuluan

Pramuka merupakan kegiatan pendidikan non formal di sekolah dan keluarga yang
memiliki tujuan untuk pembentukan sikap pada anggota-anggotanya. Kata pramuka berasal dari
singkatan Praja Muda Karana yang berarti orang muda yang suka berkarya. Nilai-nilai yang
terdapat di dalam keseluruhan materi kepramukaan yang disampaikan pada kegiatan
pembelajaran, dari tingkat tertinggi sampai terendah sangat berperan penting dalam proses
pembinaan untuk generasi muda agar dapat menjadi generasi yang berwatak, berakhlak, dan
berbudi pekerti yang luhur. Nilai kepramukaan bagi peserta didik adalah sebagai permainan atau
games yang menarik, menyenangkan dan menantang.

Gerakan pramuka bertujuan membentuk setiap pramuka agar memiliki kepribadian yang
beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotic, tat hokum, disiplin, menjunjung tinggi
nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga
dan membangun Negara kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan pancasila, sertaa
melestarikan lingkungan hidup. Lingkungan hidup merupakan hal penting dalam berkelanjutan
kehidupan di muka ini. Banjir dan kekeringan yang semakin sering dan rentan terjadi akhir-akhir
ini di berbagai wilayah di Indonesia sejatinya adalah bencana alam yang timbul dari adanya
permasalahan lingkungan, dampak dari degradasi atau menurunnya kualitas dari lingkungan
hidup.

Di Indonesia pramuka menjadi organisasi yang sangat mendapat perhatian dari pemerintah.
Perhatian pemerintah dapat dilihat dari terkoordirnya organisasi kepramukaan dari yang paling
bawah yaitu kwartir di tingkat ranting sampai yang tertinggi yaitu kwartir di tingkat nasional.
Untuk memotivasi dan menambah semangat para anggotanya dalam melakukan pelatihan, di
setiap tingkatan golongan pramuka mengadakan kegiatan secara rutin misalnya jambore maupun
lomba untuk tingkatan tertentu. Bahkan kegiatan pramuka ini sudah diatur dan 2 dinaungi oleh
pemerintah di dalam sebuah Undang-Undang tentang Gerakan Pramuka.

Pelatihan kepramukaan dilakukan di luar jam belajar sekolah. Pentingnya pramuka dalam
pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur membuat kegiatan pramuka biasanya
dimasukkan oleh sekolah-sekolah dalam kegiatan ekstrakulikuler wajib yang harus diikuti oleh
tingkatan kelas tertentu.
II. Pramuka

A. Sejarah Pramuka

Sejarah pramuka di Indonesia dimulai sejak tahun 1912. Pramuka Indonesia adalah
didirikannya organisasi Nederlandsche Padvinder Organisatie (NPO) bentukan Belanda.
Kemudian pada tahun1916, organisasi tersebut berganti nama menjadi Nederlands-Indische
Padviders Vereeniging (NIPV). Di tahun yang sama Mangkunegara VII membentuk Organisasi
Kepanduan pertama Indonesia dengan nama  Javaansche Padvinder Organisatie (JPO).
Lahirnya JPO memicu gerakan nasional lainnya untuk membuat organisasi sejenis pada saat itu
diantaranya Hizbul Wahton (HM) pada 1918, JJP (Jong Java Padvinderij) pada 1923, Nationale
Padvinders (NP), Nationaal Indonesische Padvinderij (NATIPIJ), Pandoe Pemoeda Sumatra
(PPS) dan dan penyatuan organisasi pandu diawali dengan lahirnya INPO (Indonesische
Padvinderij Organisatie) pada 1926 sebagai peleburan dua organisasi kepanduan, Nationale
Padvinderij Organisatie (NPO) dan Jong Indonesische Padvinderij Organisatie (JIPO).

Melihat semakin banyaknya organisasi pramuka milik Indonesia, Belanda melarang


menggunakan istilah Padvinder. Oleh karena itu K.H. Agus Salim memperkenalkan istilah “
pandu “ atau “ kepanduan “ untuk organisasi kepramukaan milik Indonesia

Pada 1960 pemerintah dan MPRS berupaya untuk membenahi organisasi kepramukaan di
Indonesia, sebagai tindak lanjut upaya tersebut pada 9 Maret 1961 Preseiden Soekarno
mngumpulkan tokoh-tokoh dari gerakan kepramukaan indonesia, presiden mengatakan bahwa
organisasi kepanduan yang ada harus diperbaharui, aktivitas pendidikan haruslah diganti dan
seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi satu dengah nama Pramuka. Dalam
kesempatan ini juga Presiden membentuk panitia pembentukan gerakan Pramuka yang tediri dari
Sultan Hamengkubuwono XI, Prof. Prijono. Dr. A. Aziz Saleh serta Achmadi. Peristiwa ini
kemudian dikenal dengan Hari Tunas Gerakan Pramuka.

B. Gerakan Pramuka

Pramuka atau Praja Muda Karana adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah
dan luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan yang menarik, menyenangkan, sehat,
teratur, terarah, praktis, yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan yang
sasaran akhirnya adalah pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti luhur. Gerakan pramuka
merupakan pelengkap pendidikan sekolah dan pendidikan dalam keluarga.
Kepramukaan mengisi kebutuhan peserta didik yang tidak terpenuhi oleh kedua
lingkungan pendidikan. Kepreramukaan mengembangkan pengetahuan, minat serta bakat yang
dimiliki peserta didik. Kepramukaan sebagai proses pendidikan sepanjang hayat, menggunakan
tata cara rekreatif dan edukatif dalam mencapai sasaran dan tujuan. Gerakan pramuka bersifat
nasional yang ditujukan penyelenggaraannya untuk kepentingan bangsa dan Negara.

C. Satya dan Darma Pramuka

Satya dan Darma di masing-masing tingkatan keanggotaan pramuka berbeda-beda. Hal


ini disesuaikan dengan tingkat kematangan dan aktivitas masing-masing tingkatan sesuai usia.
Untuk tingkat Siaga, satya terwujud dalam Dwi Satya berbunyi : “Demi kehormatanku, aku
berjanji akan bersungguh-sungguh : (1) Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan, Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan mengikuti tata karma keluarga. (2) Setiap hari berbuat baik.”

Sedangkan Dwi Darma berbunyi :

1. Siaga berbakti kepadaa ayah dan ibundanya

2. Siaga berani dan tidak putus asa

Satya dan Darma tingkat penggalang, penegak dan pendega adalah Tri Satya dan Dasa
Darma. Bunyi Tri Satya adalah sebagai berikut :

1. “Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh.

2. Menjalankan kewajibanku terhadap tuhan dan Negara kesatuan republik Indonesia, yang
menjalankan pancasila.

3. Menolong sesama hidup dan ikut serta mengembangun masyarakat.“

Dasa Darma adalah sebagai berikut :

1. Takwa kwpada tuhan yang maha esa

2. Cinta alam dan kasih saying sesame manusia

3. Patriot yang sopan dan ksatria

4. Patuh dan suka bermusyawarah

5. Rela menolong dan tabah


6. Rajin, terampil, dan gembira

7. Hemat, cermat, dan bersahaja

8. Disiplin, berani, dan setia

9. Bertanggung jawab dan dapat dipercaya

10. Suci dan pikiran, perkataan, dan perbuatan

D. Lambang Gerakan Pramuka

Bentuk lambang gerakan pramuka itu adalah Silhouette tunas kelapa. Nyiur adalah pohon
yang serba guna dari ujung atas hingga akarnya. Jadi lambang itu mengkiaskan bahwa tiap
pramuka adalah manusia yang berguna, dan membaktikan diri dan kegunaannya kepada
kepentingan tanah air, bangsa dan negara RepublikIndonesiaserta kepada umat manusia.

E. Tingkatan Pramuka

1. Siaga ( usia 7- 10 tahun )

a. Kode kehormatan

1) Dwi Satya

 “menjalankan kewajibanku terhadap tuhan, Negara kesatuan Indonesia, dan


mengikuti tata karma keluarga.”

 “setiap hari berbuat kebajikan”

2) Dwi Darma

 “siaga berbakti kepada ayah dan ibundanya.”

 “siaga berani dan tidak putus.”

Dua kode kehormatan yang disebutkan diatas adalah standar moral bagi seorang
Pramuka Siaga dalam bertingkah laku di masyarakat.
b. Satuan

Satuan terkecil dalam pramuka siaga disebut Barung. Setiap 4 barung dihimpun
perindukan. Barung merah, Barung hijau dll.

c. Syarat Kecakapan Umum

Syarat kecakapan umum (SKU) adalah syarat wajib yang harus dipenuhi oleh seorang
pramuka siaga untuk mendapatkan Tanda Kecakapan Umum (TKU). TKU dalam
Pramuka Siaga ada tingkat, yaitu :

 Mula

 Bantu

 Tata

d. Syarat Kecakapan Khusus

e. Pembina

2. Penggalang ( usia 11 – 15 tahun )

a. Tingkatan dalam Penggalang

Penggalang memiliki beberapa tingkatan dalam golongannya, yaitu :

 Ramu

 Rakit

 Terap

 Penggalang Garuda

b. Sistem Kelompok Satuan Terpisah

c. Kode Kehormatan

Janji Pramuka (Tri Satya) berbeda dengan siaga dan penegak/pendega. Berikut Tri
Satya Penggalang.

1) Tri Satya

Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh :


 Menjalankan kewajibanku kepada Tuhan yang Maha Esa, Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan Mengamalkan Pancasila

 Menolong sesame hidup dan mempersiapkan diri membangun masyarakat

 Menepati Dasa Darma

3. Penegak ( usia 16 tahun keatas )

a. Tingkatan dalam Pramuka Penegak

Ada beberapa tingkatan Pramuka Penegak yaitu :

 Penegak Bantara

 Penegak Laksana

 Penegak Pendega

b. Satuan

Satuan terkecil Pramuka Penegak disebut sengga, sengga adalah gambar atau tanda.

c. Kode Kehormatan

1) Tri Satya

2) Dasa Dharma

d. Tata Cara Upacara

F. Kegiatan Pramuka

1. Kegiatan yang dapat diikuti semua golongan Pramuka

2. Kegiatan pramuka siaga

3. Kegiatan Pramuka Penggalang

 Jambore

 Lomba Tingkat

 Perkemahan Bhakti
 Dianipinru

 Perkemahan

 Forum Penggalang

 Penjelajahan

4. Kegiatan Pramuka Penegak-Pendega

 Raimuna

 Gladian

 Perkemahan

 Perkemahan Wirakarya

 Perkemahan Bhakti

 PERAN SAKA (Perkemahan Antar Saka)

 Pengembaraan

 Latihan Pengembangan Kepemimpinan

 PPDK

 Kursus Instruktur Muda

 Penataran, Seminar dan Lokakarya

 Sidang Paripurna

 Muspparnitera

 Ulang Janji
III. Pramuka Saka Kalpataru

A. Pramuka dan Lingkungan

Lingkungan hidup merupakan hal penting dalam keberlanjutan kehidupan di muka bumi
ini. Banjir dan kekeringan yang semakin sering rentan terjadi akhir-akhir ini di berbagai wilayah
di Indonesia sejatinya adalah bencana alam yang timbul dari adanya permasalahan lingkungan,
dampak dari degrasi atau menurunnya kualitas lingkungan hidup. Masyarakat lebih rentan
terhadap berbagai jenis penyakit akibat polusi udara, hingga terganggunya aktifitas belajar
mengajar.

Gerakan pramuka yang tersebar dari sabang sampai merauke dapat berperan aktif dalam
ikut mengatasi tantangan dan permasalahan lingkungan hidup di tingkat lokal maupun nasional,
sesuai dengan koridor dan semangat kepramukaan sebagai pengejawantahan Dasa Dharma
pramuka. Gerakan pramuka dan seluruh jajarannya, atas kerjasama khususnya dalam
pembentukan kalpataru ini, serta untuk melestarikan lingkungan hidup.

B. Pelestarian Lingkungan Hidup

Dalam mengatasi kerusakan lingkungan hidup salah satu caranya adalah mengubah gaya
hidup yang lebih ramah lingkungan seperti mendaur ulang sampah, hemat energi, menggunakan
bahan bakar terbarukan, hemat air dan hemat energi. Perubahan perilaku tersebut harus dimulai
dari usia kanak-kanak hingga remaja. Oleh karena itu, pendidikan lingkungan menjadi salah satu
strategi dan program utama yang harus dilakukan pemerintah dan masyarakat. Mereka harus
menjadi generasi ramah lingkungan yang dapat mempertahankan planet bumi.

C. Pembentukan Saka Kalpataru

Pada 20 november 2011, menteri lingkungan hidup dan ketua kwartir nasional gerakan
pramuka menandatangani nota kesepakatan tentang pelaksanaan program dan kegiatan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Tujuan kesepakatan itu untuk mewujudkan
keterpaduan dan sinergi antara kedua pihak dalam pelaksanaan program dan kegiatan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan, hidup, serta meningkatkan peran serta pramuka dalam
program lingkungan hidup. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pembentukan satuan karya
(SAKA) pramuka kalpataru.

Saka kalpataru merupakan wadah untuk menyalurkan minat, mengembangkan bakat,


kemampuan dan pengelaman dalam bidang pengetahuan dan teknologi serta keterampilan terkait
dengan PPLH (perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup) yang dapat menjadi bekal bagi
kehidupan dan penghidupannya untuk mengabdi pada masyarakat, bangsa, dan Negara.
Kesepakatan itu sendiri merupakan implementasi undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang
pengelolaan sampah. Kesepakatan tersebut juga merupakan implementasi undang-undang No. 12
Tahun 2010 tentang gerakan pramuka, khususnya pasal 36 tentang tugas pemerintah dan
pemerintah daerah yakni membimbing, mendukung, dan memfasilitasi penyelenggaraan
pendidikan kepramukaan.

D. Pendidikan Kepramukaan

Pendidikan pramuka yang merupakan bagian dari system pendidikan nasional mengambil
peran dalam upaya pembangunan kaum muda melalui pendidikan di luar sekolah dan di luar
lingkungan keluarga. Sesuai dengan amanat undang-undang nomor 12 Tahun 2010 tentang
gerakan kepramukaan termasuk dalam jalur pendidikan nonformal yang diperkaya dengan
pendidikan nilai-nilai gerakan pramuka. Tujuannya untuk membentuk pribadi yang berakhlak
mulia, berjiwa patriotic, taat hukum, displin, menjunjung tinggi, nilai-nilai luhur bangsa, dan
memiliki kecakapan hidup kaum muda.

Peserta didik dalam pendidikan kepramukaan adalah pramuka siaga (7-10 tahun),
penggalang (11-15), penegak (16-20). Sedangkan tenaga pendidik adalah Pembina, pelatih,
pamong, dan instruktur. Proses pendidikan itu berlangsung di gugus depan (Gudep) dan satuan
karya (Saka). Gudep adalah satuan pendidikan dan satuan organisasi terdepan penyelenggaraan
pendidikan kepramukaan. Saka adalah satuan organisasi penyelenggaraan pendidikan
kepramukaan bagi peserta didik sebagai anggota muda untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan pembinaan di bidang tertentu.
E. Kecakapan Khusus Lingkungan Hidup

Konferensi kepramukaan sedunia-23 tahun 1971 mengesahkan resolusi Nomor 12/71.


Isinya menghimbau untuk mengadakan tindakan yang berkesinambungan dalam pelestarian
lingkungan hidup secara keseluruhan, karena penting dan sangat mendesaknya, “menggalakkan
organisasi kepramukaan nasional untuk usaha yang lebih intensif dan kerjasama dengan
organisasi lain yang melaksanakan pelestarian warisan alam dari manusia.

Kwartir nasional gerakan pramuka telah lama mengadopsi hal itu dalam kurikulum
pendidikan kepramukaan. Pada tahun 1995, keluar keputusan kwartir nasional Nomor 151
tentang syarat dan gambar tanda kecakapan khusus lingkungan hidup dan petunjuk
pelaksaannya. Syarat kecakapan itu adalah pengenalan alam, pelestarian fungsi sumber daya,
wisata lingkungan, konversi tanah, konversi iklim, pengamatan ekosistem, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, dan permasyarakatan peraturan lingkungan.

Dalam tahap awal langkah pembentukan saka bidang lingkungan ini, telah dibentuk
kelompok kerja (Pokja) berdasarkan SK NO.03 Tahun 2013, deputi VI Bidang komunikasi
lingkungan hidup, dimana anggotanya terdiri dari kedua belah pihak (KLH dan Kwarnas), yang
bertugas menyusun buku panduan saka, serta mengadakan pelatihan awal bagi para Pamong dan
Instruktur saka. Berdasarkan rumusan Pokja, disepakati : nama saka kalpataru untuk saka bidang
lingkungan. Tiga (3) Krida sebagai bagian dari saka yaitu : krida 3R (reduce, reuse, recycle),
krida perubahan iklim dan krida keanekaragaman hayati, yang masing-masing dijabarkan lebih
rinci dalam syarat kecakapan khusus (SKK) dan TKK (Tanda Kecakapan Khusus), sebagai
berikut :

1. Krida 3R, terdiri dari :

2. Krida Perubahan Iklim, terdiri dari :

3. Krida Keberagaman Hayati terdiri dari :

Sebagai tahap awal, pelatihan peningkatan kapasitas pamong saka dan instruktur saka
telah dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 10-14 juni 2013, dan dilaksanakan di Surabaya pada
tanggal 24-28 juni 2013, meliputi provinsi sumatera selatan, lampung, banten, DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa tengah, Yogyakarta, jawa timur, Bali, dan Nua Tenggara Barat. Jumlah keseluruhan
pamong saka yang berasal dari kwartir dan Instruktur saka dari instansi lingkunga, yang telah
mengikuti pelatihan masing-masing sebanyak 40 orang.

Sebagai kelengkapan organisasi, tiap saka di kwartir ranting/ cabang harus memiliki
anggota saka, pamong saka, instruktur saka dan mabisaka, yang masing-masing mempunyai
fungsi dan tugasnya. Pimpinan saka bertugas memberi bimbingan organisatori dan teknis kepada
saka yang bersangkutan serta memberikan bantuan fasilitas dan dukungan lainnya.

Unsur pemimpin saka terdiri atas unsur kwartir gerakan pramuka, instansi pemerintah,
badan swasta dan lembaga masyarakat yang ada kaitannya dengan upaya pembinaan dan
pengembangan swasta. Umumnya pengurus terdiri dari ketua, wakil, sekretaris, bendahara dan
anggota. Pamong saka adalah Pembina pramuka, terutama Pembina pramuka penegak/pendega
atau anggota dewasa lainnya, yang memiliki minat terhadap bidang saka. Sedangkan instruktur
saka adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dan pengetahuan, keterampilan dan
keahlian khusus di bidang tertentu yang tersedia membantu pamong dalam peningkatan
kemampuan dan keterampilan anggotanya.

Pengesahan saka kalpataru telah dilakukan dalam musyawarah nasional gerakan pramuka
yang berlangsung pada tanggal 3-5 Desember 2013 di kupang, nusa tenggara timur. Secara resmi
keberadaan saka kalpataru di landasi oleh surat keputusan musyawarah nasional gerakan
pramuka 2013 Nomor 13/Munas/2013 tentang satuan karya kalpataru tertanggal 5 Desember
2013.
IV. Penutup

Pendidikan karakter saat ini memang harus segera dilakukan, mengingat perkembangan
masyarakat yang  berjalan. Karakter budaya Indonesia yang  sudah dikagumi bangsa lain jangan
sampai pupus oleh gesekan mental generasi muda yang lebih menyenangi budaya asing. Namun
dengan budaya asing yang masuk ke Indonesia justru menjadi motivasi untuk lebih mencintai
budaya bangsa sendiri. Untuk itu pendidikan karakter sudah tidak bisa di tunda lagi.Saka
kalpataru menjadi wadah untuk mendidik anak-anak dan remaja menjadi generasi yang ramah
lingkungan (green generation). Keberadaan saka ini juga sesuai dengan visi kepramukaan
sedunia yaitu “As a global movement, making a real contribution to creating a better world.”

Anda mungkin juga menyukai