Anda di halaman 1dari 28

Karies gigi

Kerusakan gigi berupa lubang yang disebabkan


karies

Klasifikasi dan rujukan luar

Spesialisasi Kedokteran gigi

ICD-10 K02.

ICD-9-CM 521.0

DiseasesDB 29357

MedlinePlus 001055

[sunting di Wikidata]

Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi.[1]Penyakit ini


menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri,
penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya, dan bahkan kematian. Penyakit ini telah
dikenal sejak masa lalu, berbagai bukti telah menunjukkan bahwa penyakit ini telah dikenal
sejak zaman perunggu, zaman besi, dan zaman pertengahan.[2] Peningkatan prevalensi karies
banyak dipengaruhi perubahan dari pola makan. [2][3] Kini, karies gigi telah menjadi penyakit
yang tersebar di seluruh dunia.

Ada beberapa cara untuk mengelompokkan karies gigi.[4] Walaupun apa yang terlihat dapat
berbeda, faktor-faktor risiko dan perkembangan karies hampir serupa. Mula-mula, lokasi
terjadinya karies dapat tampak seperti daerah berkapur namun berkembang menjad lubang
coklat. Walaupun karies mungkin dapat saja dilihat dengan mata telanjang, kadang-kadang
diperlukan bantuan radiografi untuk mengamati daerah-daerah pada gigi dan menetapkan
seberapa jauh penyakit itu merusak gigi.

Lubang gigi disebabkan oleh beberapa tipe dari bakteri penghasil asam yang dapat merusak


karena reaksi fermentasi karbohidrat termasuk sukrosa, fruktosa, dan glukosa.[5][6][7] Asam
yang diproduksi tersebut memengaruhi mineral gigi sehingga menjadi sensitif
pada pH rendah. Sebuah gigi akan mengalami demineralisasi dan remineralisasi. Ketika pH
turun menjadi di bawah 5,5, proses demineralisasi menjadi lebih cepat dari remineralisasi.
Hal ini menyebabkan lebih banyak mineral gigi yang luluh dan membuat lubang pada gigi.

Bergantung pada seberapa besarnya tingkat kerusakan gigi, sebuah perawatan dapat
dilakukan. Perawatan dapat berupa penyembuhan gigi untuk mengembalikan bentuk, fungsi,
dan estetika. Walaupun demikian, belum diketahui cara untuk meregenerasi secara besar-
besaran struktur gigi, sehingga organisasi kesehatan gigi terus menjalankan penyuluhan untuk
mencegah kerusakan gigi, misalnya dengan menjaga kesehatan gigi dan makanan.[8]

Daftar isi
  [sembunyikan] 

Sebuah gambar dari tahun 1300 Masehi. Seorang dokter mencabut gigi pasiennya.
Bukti arkeologis menunjukkan bahwa karies gigi sudah ada sejak masa prasejarah. Sebuah
tengkorak yang diperkirakan berasal dari satu juta tahun yang lalu dari
masa neolitikum memberi petunjuk adanya karies.[2] Adanya peningkatan prevalensi karies
sejak masa neolitikum mungkin disebabkan banyaknya konsumsi makanan dari tumbuhan
yang banyak mengandung karbohidrat.[9] Sebuah gurdi atau bor dari kayu ditemukan pada
masa neolitikum. gurdi tersebut diperkirakan digunakan sebagai pelubang gigi untuk
mengeluarkan abses dari gigi.[10] Perubahan kebudayaan berupa penemuan teknik pertanian
di Asia Selatan dipercayai juga sebagai salah satu peningkat prevalensi karies.

Sebuah teks dari Sumeria (5000 SM) menggambarkan sebuah "cacing gigi" sebagai penyebab
karies.[11] Bukti pada kepercayaan ini juga ditemukan pada India, Mesir, Jepang,
dan Tiongkok.[3]

Banyak fosil tengkorak yang dapat menunjukkan adanya perawatan gigi yang primitif.


Di Pakistan, sebuah gigi yang diperkirakan berasal dari 5500 SM hingga 7000
SM menunjukkan sebuah lubang yang mungkin disebabkan gurdi gigi.[12] Karies juga
dituliskan oleh Homer dan Guy de Chauliac dalam tulisan mereka.[3] Papirus Ebers, sebuah
tulisan Mesir kuno (1550 SM) menyebutkan sebuah penyakit gigi.[11]Selama
pemerintahan dinasti Sargonid Assyria pada 668 SM hingga 626 SM, dituliskan bahwa
dokter kerajaan memerlukan tindakan pencabutan gigi untuk mencegah penyebaran radang.
[3]
 Selama masa pendudukan Bangsa Romawi di Eropa, proses pemasakan makanan
menurunkan tingkat terjadinya karies.[13] Pada masa
peradaban Yunani dan Romawi dan Mesir, memiliki perawatan untuk meredakan rasa nyeri
karena karies.[3]

Tingkat kejadian karies menurun pada zaman perunggu dan besi, namun meningkat tajam
pada zaman pertengahan.[2]Peningkatan prevalensi karies secara periodik ini serupa dengan
kejadian pada masa tahun 1000, ketika gula menjadi lebih mudah didapatkan di dunia Barat.
Perawatan yang diberikan berupa obat-obatan herbal dan jampi-jampi, serta pencabutan gigi.
[3][14]
 Umat Katolik menyampaikan doa dengan penyertaan Santo Appolonia, santo pelindung
untuk dokter gigi.[15]

Ada pula bukti yang menunjukkan adanya peningkatan tingkat karies di


suku Indian, Amerika Utara setelah memulai kontak dengan kolonial Eropa. Sebelum
kolonisasi, Indian Amerika Utara menggantungkan hidupnya pada berburu, kemudian
berubah menjadi bertani jagung. Pergantian diet makan ini menyebabkan peningkatan karies.
[2]

Pada masa pencerahan, kepercayaan bahwa "cacing gigi" sebagai penyebab karies ditepis
oleh kelompok ilmuwan kedokteran.[16] Pierre Fauchard, yang dikenal sebagai bapak
kedokteran gigi masa kini, adalah salah satu pihak pertama yang menolak ide cacing gigi
tersebut. Ia menyebutkan bahwa konsumsi gula yang menjadi penyebab karies gigi. [17] Pada
tahun 1850, prevalensi karies meningkat lagi dan disebabkan oleh pergeseran pola makan.[3]

Pada 1890-an, W.D. Miller memulai rangkaian penelitian untuk menyelidiki perihal penyakit


karies gigi. Ia menemukan bahwa ada bakteri yang hidup di rongga mulut dan
mengeluarkan asam sehingga melarutkan struktur gigi ketika terdapat sisi karbohidrat.
[18]
 Penjelasan ini dikenal sebagai teori karies kemoparasitik.[19] Penemuan Miller, bersamaan
penelitian terhadap plak gigi oleh G.V. Black dan J.L. Williams, membuat sebuah dasar
sebagai penjelasan patofisiologi karies yang diterima hingga kini.[3]

Epidemiologi[sunting | sunting sumber]

Diperkirakan bahwa 90% dari anak-anak usia sekolah di seluruh dunia dan sebagian besar
orang dewasa pernah menderita karies. Prevalensi karies tertinggi terdapat
di Asia dan Amerika Latin. Prevalensi terendah terdapat di Afrika.[20] Di Amerika Serikat,
karies gigi merupakan penyakit kronis anak-anak yang sering terjadi dan tingkatnya 5 kali
lebih tinggi dari asma.[21]Karies merupakan penyebab patologi primer atas penanggalan gigi
pada anak-anak.[22] Antara 29% hingga 59% orang dewasa dengan usia lebih dari limapuluh
tahun mengalami karies.[23]

Jumlah kasus karies menurun di berbagai negara berkembang, karena adanya peningkatan
kesadaran atas kesehatan gigi dan tindakan pencegahan dengan terapi florida.[24]

Klasifikasi[sunting | sunting sumber]
Celah atau fisura gigi dapat menjadi lokasi karies.

Karies gigi dapat dikelompokkan berdasarkan lokasi, tingkat laju perkembangan, dan
jaringan keras yang terkena.[4]

Lokasi[sunting | sunting sumber]

Secara umum, ada dua tipe karies gigi bila dibedakan lokasinya, yaitu karies yang ditemukan
di permukaan halus dan karies di celah atau fisura gigi.[25]

Karies celah dan fisura[sunting | sunting sumber]

Celah dan fisura adalah tanda anatomis gigi. Fisura terbentuk saat perkembangan alur, dan
tidak sepenuhnya menyatu, dan membuat suatu turunan atau depresio yang khas pada strutkur
permukaan email. Tempat ini mudah sekali menjadi lokasi karies gigi. [26]Celah yang ada
daerah pipi atau bukal ditemukan di gigi geraham.

Karies celah dan fisura kadang-kadang sulit dideteksi. Semakin berkembangnya proses
perlubangan akrena karies, email atau enamel terdekat berlubang semakin dalam. Ketika
karies telah mencapai dentin pada pertemuan enamel dengan dental, lubang akan menyebar
secara lateral. Di dentin, proses perlubangan akan mengikuti pola segitiga ke arah pulpa gigi.

Karies permukaan halus[sunting | sunting sumber]

Ada tiga macam karies permukaan halus. Karies proksimal, atau dikenal juga sebagai karies
interproksimal, terbentuk pada permukaan halus antara batas gigi. Karies akar terbentuk pada
permukaan akar gigi. Tipe ketiga karies permukaan halus ini terbentuk pada permukaan
lainnya.
Pada radiograf ini, titik hitam pada batas gigi menunjukkan sebuah karies proksimal.

Karies proksimal adalah tipe yang paling sulit dideteksi. [27] Tipe ini kadang tidak dapat
dideteksi secara visual atau manual dengan sebuah eksplorer gigi. Karies proksimal ini
memerlukan pemeriksaan radiografi.[28]

Karies akar adalah tipe karies yang sering terjadi dan biasanya terbentuk ketika permukaan
akar telah terbuka karena resesi gusi. Bila gusi sehat, karies ini tidak akan berkembang karena
tidak dapat terpapar oleh plak bakteri. Permukaan akar lebih rentan terkena proses
demineralisasi daripada enamel atau email karena sementumnya demineraliasi pada pH 6,7,
di mana lebih tinggi dari enamel.[29] Karies akar lebih sering ditemukan di permukaan fasial,
permukaan interproksimal, dan permukaan lingual. Gigi geraham atas merupakan lokasi
tersering dari karies akar.

Deskripsi umum lainnya[sunting | sunting sumber]

Gambar sk

ematis gigi.
Di samping pengelompokan diatas, lesi karies dapat dikelompokkan sesuai lokasinya di
permukaan tertentu pada gigi. Karies pada permukaan gigi yang dekat dengan permukaan
pipi atau bibir disebut "karies fasial", dan karies yang lebih dekat ke arah lidah disebut
"karies lingual". Karies fasial dapat dibagi lagi menjadi bukal (dekat pipi) dan labial (dekat
bibir). Karies lingual juga dapat disebut palatal bila ditemukan di permukaan lingual dari gigi
pada rahang atas (maksila) dan dekat dengan pallatum durum atau bagian langit-langit mulut
yang keras.

Laju penyakit[sunting | sunting sumber]

Laju karies dapat membagi karies menjadi karies akut dan kronis. Karies rekuren berarti


karies yang terjadi pada bekas karies terdahulu.[butuh rujukan]

Jaringan keras yang terpengaruh[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan pada jaringan keras yang terpengaruh, karies dapat dibedakan menjadi karies
yang memengaruhi enamel, dentin, atau sementum. Pada awal perkembangannya, karies
mungkin hanya memengaruhi enamel. Namun ketika karies semakin luas, dapat
memengaruhi dentin. Sementum adalah jaringan keras yang melapisi akar gigi, maka
sementum dapat terkena bila akar gigi terbuka.[butuh rujukan]

Karies di dekat leher gigi disebut karies servikal.[butuh rujukan]

Penyebab[sunting | sunting sumber]

Ada empat hal utama yang berpengaruh pada karies: permukaan gigi, bakteri
kariogenik (penyebab karies), karbohidrat yang difermentasikan, dan waktu.[30]

Gigi[sunting | sunting sumber]

Ada penyakit dan gangguan tertentu pada gigi yang dapat mempertinggi faktor risiko terkena
karies. Amelogenesis imperfekta, yang timbul pada 1 dari 718 hingga 14.000 orang, ada
penyakit di mana enamel tidak terbentuk sempurna. [31]Dentinogenesis imperfekta adalah
ketidaksempurnaan pembentukan dentin. Pada kebanyakan kasus, gangguan ini bukanlah
penyebab utama dari karies.[32]

Anatomi gigi juga berpengaruh pada pembentukan karies. Celah atau alur yang dalam pada
gigi dapat menjadi lokasi perkembangan karies. Karies juga sering terjadi pada tempat yang
sering terselip sisa makanan.

Bakteri[sunting | sunting sumber]
Preparat Streptococcus mutans.

Mulut merupakan tempat berkembanganya banyak bakteri, namun hanya sedikit bakteri
penyebab karies, yaitu Streptococcus mutans dan Lactobacilli di antaranya.[5][7] Khusus untuk
karies akar, bakteri yang sering ditemukan adalah Lactobacillus acidophilus, Actinomyces
viscosus, Nocardia spp., dan Streptococcus mutans. Contoh bakteri dapat diambil pada plak.

Karbohidrat yang dapat difermentasikan[sunting | sunting sumber]

Bakteri pada mulut seseorang akan mengubah glukosa, fruktosa, dan sukrosa menjadi asam
laktat melalui sebuah proses glikolisis yang disebut fermentasi.[6]Bila asam ini mengenai gigi
dapat menyebabkan demineralisasi. Proses sebaliknya, remineralisasi dapat terjadi bila pH
telah dinetralkan. Mineral yang diperlukan gigi tersedia pada air liur dan pasta gigi berflorida
dan cairan pencuci mulut.[33] Karies lanjut dapat ditahan pada tingkat ini. Bila demineralisasi
terus berlanjut, maka akan terjadi proses pelubangan.

Waktu[sunting | sunting sumber]

Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik dapat memengaruhi
perkembangan karies.[34] Setelah seseorang mengonsumsi makanan mengandung gula, maka
bakteri pada mulut dapat memetabolisme gula menjadi asam dan menurunkan pH. PH dapat
menjadi normal karena dinetralkan oleh air liur dan proses sebelumnya telah melarutkan
mineral gigi. Demineralisasi dapat terjadi setelah 2 jam.[35]

Faktor lainnya[sunting | sunting sumber]

Selain empat faktor di atas, terdapat faktor lain yang dapat meningkatkan karies.

Air liur dapat menjadi penyeimbangan lingkungan asam pada mulut. Terdapat keadaan di
mana air liur mengalami gangguan produksi, seperti pada sindrom Sjögren, diabetes
mellitus, diabetes insipidus, dan sarkoidosis.[36]
Karies yang merajalela karena penggunaan metamfetamin.

Obat-obatan seperti antihistamin dan antidepresan dapat memengaruhi produksi air liur.


[37]
 Terapi radiasi pada kepala dan leher dapat merusak sel pada kelenjar liur.[38]

Penggunaan tembakau juga dapat mempertinggi risiko karies.[39] Tembakau adalah faktor


yang signifikan pada penyakit periodontis, seperti dapat menyusutkan gusi.[40] Dengan gusi
yang menyusut, maka permukaan gigi akan terbuka. Sementum pada akar gigi akan lebih
mudah mengalami demineralisasi.[29]

Karies botol susu atau karies kanak-kanak adalah pola lubang yang ditemukan di anak-anak
pada gigi susu. Gigi yang sering terkena adalah gigi depan di rahang atas, namun kesemua
giginya dapat terkena juga.[41] Sebutan "karies botol susu" karena karies ini sering muncul
pada anak-anak yang tidur dengan cairan yang manis (misalnya susu) dengan botolnya.
Sering pula disebabkan oleh seringnya pemberian makan pada anak-anak dengan cairan
manis.

Ada juga karies yang merajalela atau karies yang menjalar ke semua gigi.[42] Tipe karies ini
sering ditemukan pada pasien dengan xerostomia, kebersihan mulut yang buruk,
pengonsumsi gula yang tinggi, dan pengguna metamfetamin karena obat ini membuat mulut
kering.[43] Bila karies yang parah ini merupakan hasil karena radiasi kepala dan leher, ini
mungkin sebuah karies yang dipengaruhi radiasi.

Tanda dan gejala[sunting | sunting sumber]

Seseorang sering tidak menyadari bahwa ia menderita karies sampai penyakit berkembang
lama.[44] Tanda awal dari lesikaries adalah sebuah daerah yang tampak berkapur di permukaan
gigi yang menandakan adanya demineralisasi. Daerah ini dapat menjadi tampak coklat dan
membentuk lubang. Proses tersebut dapat kembali ke asal atau reversibel, namun ketika
lubang sudah terbentuk maka struktur yang rusak tidak dapat diregenerasi. Sebuah lesi
tampak coklat dan mengkilat dapat menandakan karies. Daerah coklat pucat menandakan
adanya karies yang aktif.

Bila enamel dan dentin sudah mulai rusak, lubang semakin tampak. Daerah yang terkena
akan berubah warna dan menjadi lunak ketika disentuh. Karies kemudian menjalar
ke saraf gigi, terbuka, dan akan terasa nyeri. Nyeri dapat bertambah hebat dengan panas, suhu
yang dindin, dan makanan atau minuman yang manis.[1] Karies gigi dapat menyebabkan
napas tak sedap dan pengecapan yang buruk. [45] Dalam kasus yang lebih lanjut, infeksi dapat
menyebar dari gigi ke jaringan lainnya sehingga menjadi berbahaya.[46]

Diagnosis[sunting | sunting sumber]

Dental explorer, alat diagnostik karies.

Diagnosis pertama memerlukan inspeksi atau pengamatan pada semua permukaan gigi


dengan bantuan pencahayaan yang cukup, kaca gigi, dan eksplorer. Radiografi gigi dapat
membantu diagnosis, terutama pada kasus karies interproksimal. Karies yang besar dapat
langsung diamati dengan mata telanjang. Karies yang tidak ekstensif dibantu dulu dengan
menemukan daerah lunak pada gigi dengan eksplorer.[47]

Beberapa peneliti gigi telah memperingatkan agar tidak menggunakan eksplorer untuk
menemukan karies.[27] Pada kasus di mana sebuah daerah kecil pada gigi telah mulai terjadi
demineralisasi namun belum membentuk lubang, tekanan melalui eksplorer dapat merusak
dan membuat lubang.

Teknik yang umum digunakan untuk mendiagnosis karies awal yang belum berlubang adalah
dengan tiupan udara melalui permukaan yang disangka, untuk membuang embun, dan
mengganti peralatan optik. Hal ini akan membentuk sebuah efek "halo" dengan mata
biasa. Transiluminasi serat optik direkomendasikan untuk mendiagnosis karies kecil.[butuh rujukan]

Perawatan[sunting | sunting sumber]

Struktur gigi yang rusak tidak dapat sembuh sempurna, walaupun remineralisasi pada karies
yang sangat kecil dapat timbul bila kebersihan dapat dipertahankan.[1] Untuk lesi yang kecil,
florida topikal dapat digunakan untuk merangsang remineralisasi. Untuk lesi yang besar dapat
diberikan perawatan khusus. Perawatan ini bertujuan untuk menjaga struktur lainnya dan
mencegah perusakan lebih lanjut.[butuh rujukan]

Amalgam dapat digunakan sebagai media untuk penyembuhan karies.

Secara umum, pengobatan lebih awal akan lebih nyaman dan murah dibandingkan perawatan
lanjut karena lubang yang lebih buruk. Anestesi lokal, oksida nitro, atau obat lainnya dapat
meredam nyeri.[48] Pembuangan bor dapat membuang struktur yang sudah berlubang. Sebuah
alat seperti sendok dapat membersihkan lubang dengan baik.[49] Ketika lubang sudah
dibersihkan, maka diperlukan sebuah teknik penyembuhan untuk mengembalikan fungsi dan
keadaan estetikanya.

Material untuk penyembuhan meliputi amalgam, resin untuk gigi, porselin, dan emas.[50]Resin


dan porselin dapat digunakan untuk menyamakan warna dengan gigi asal dan lebih sering
digunakan. Bila bahan di atas tidak dapat digunakan, maka diperlukan zat crown yang
terbutat dari emas, porselin atau porselin yang dicampur logam.[butuh rujukan]

Pada kasus tertentu, diperlukan terapi kanal akar pada gigi.[51] Terapi kanal gigi atau terapi


endodontik, direkomendasikan bila pulpa telah mati karena infeksi atau trauma. Saat terapi,
pulpa, termasuk saraf dan pembuluh darahnya, dibuang. Bekas gigi akan diberikan material
seperti karet yang disebut gutta percha.[52] Pencabutan atau ekstraksi gigi juga menjadi pilihan
perawatan karies, bila gigi tersebut telah hancur karena proses pelubangan.[butuh rujukan]

Pencegahan[sunting | sunting sumber]
Menggosok gigi adalah salah satu tindakan pencegahan karies.

Kebersihan mulut[sunting | sunting sumber]

Kebersihan perorangan terdiri dari pembersihan gigi yang baik.[8] Kebersihan mulut yang baik
diperluklan untuk meminimalisir agen penyebab penyakit mulut dan membuang plak gigi.
Plak tersebut mengandung bakteri.[53] Karies dapat dicegah dengan pembersihan dan
pemeriksaan gigi teratur.

Pengaturan makanan[sunting | sunting sumber]

Untuk kesehatan gigi, pengaturan konsumsi gula penting diperhatikan.[34] Gula yang tersisa
pada mulut dapat memproduksi asam oleh bakteri. Pengonsumsian permen
karet dengan xilitol dapat melindungi gigi. Permen ini telah popler di Finlandia.[54]Efek ini
mungkin disebabkan ketidakmampuan bakteri memetabolisme xilitol.[55]

Perlatan medis untuk memberi florida pada gigi.

Tindakan pencegahan lainnya[sunting | sunting sumber]

Terapi florida dapat menjadi pilihan untuk mencengah karies. Cara ini telah terbukti
menurunkan kasus karies gigi.[56] Florida dapat membuat enbamel resisten terhadap karies.
[57]
 Florida sering ditambahkan pada pasta gigi dan cairan pembersih mulut.

Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa pemberian radiasi laser intensitas rendah


dengan laser ion argon dapat mencengah karies enamel dan lesi daerah bercak putih.
[58]
 Sedang dikembangkan pula, vaksin untuk melawan bakteri karies. Pada 2004, vaksin ini
telah berhasil diujicobakan pada hewan[59], dan uji coba klinis pada manusia pada Mei 2006.
[60]

Karies gigi adalah salah satu penyakit yang dapat merusak kesehatan serta struktur gigi.
Penyakit ini mampu membuat penderitanya merasakan nyeri dan bila tak kunjung ditangani,
akan mampu menyebabkan kematian. Kini, penyakit ini telah tersebar di seluruh dunia.
Untuk itu, perlu diketahui cara untuk menanggulanginya.

Penyebab

Keberadaan bakteri dalam mulut merupakan suatu hal yang normal. Bakteri dapat mengubah
semua makanan, terutama gula, menjadi asam. Bakteri, asam, sisa makanan, dan ludah akan
membentuk lapisan lengket yang melekat pada permukaan gigi. Lapisan lengket inilah yang
disebut plak. Plak akan terbentuk 20 menit setelah makan. Zat asam dalam plak akan
menyebabkan jaringan keras gigi larut dan terjadilah karies. Bakteri yang paling berperan
dalam menyebabkan karies adalah Streptococcus mutans.

Setelah jaringan keras mengalami demineralisasi (mineral email gigi larut dalam asam) maka
tanda2 paling awal yaitu adanya white spot (bercak putih di bawah jaringan email). Jadi
karies itu mula2 terlihat di bawah email, lambat laun asam tersebut akan mendemineralisasi
jaringan email di sekitarnya dan mendemineralisasi dentin juga. Kalau sampai pada keadaan
yang parah bisa terkena pulpa di mana banyak terdapat serabut saraf sehingga rasanya sakit
banget sampai tidak bisa tidur.

Gejala
Karies ditandai dengan adanya lubang pada jaringan keras gigi, dapat berwarna coklat atau
hitam. Gigi berlubang biasanya tidak terasa sakit sampai lubang tersebut bertambah besar dan
mengenai persyarafan dari gigi tersebut. Pada karies yang cukup dalam, biasanya keluhan
yang sering dirasakan pasien adalah rasa ngilu bila gigi terkena rangsang panas, dingin, atau
manis. 

Bila dibiarkan, karies akan bertambah besar dan dapat mencapai kamar pulpa, yaitu rongga
dalam gigi yang berisi jaringan syaraf dan pembuluh darah. Bila sudah mencapai kamar
pulpa, akan terjadi proses peradangan yang menyebabkan rasa sakit yang berdenyut. Lama
kelamaan, infeksi bakteri dapat menyebabkan kematian jaringan dalam kamar pulpa dan
infeksi dapat menjalar ke jaringan tulang penyangga gigi, sehingga dapat terjadi abses.

Pemeriksaan

Pemeriksaan yang akan dilakukan oleh dokter gigi adalah pemeriksaan klinis, disertai dengan
pemeriksaan radiografik bila dibutuhkan, tes sensitivitas pada gigi yang dicurigai sudah
mengalami nekrosis, dan tes perkusi untuk melihat apakah infeksi sudah mencapai jaringan
penyangga gigi.

Pencegahan

1. Sikat gigi dengan pasta gigi berfluoride dua kali sehari, pada pagi hari setelah sarapan
dan malam hari sebelum tidur (kalau sikat gigi pagi setelah makan sebaiknya 30 menit
- 1 jam setelah sarapan karena kalau baru selesai makan keadaan mulut masih asam
sehingga jika disikat justru akan mengikis si gigi tersebut).
2. Lakukan flossing sekali dalam sehari untuk mengangkat plak dan sisa makanan yang
tersangkut di antara celah gigi-geligi.
3. Hindari makanan yang terlalu manis dan lengket, juga kurangi minum minuman yang
manis seperti soda.
4. Lakukan kunjungan rutin ke dokter gigi tiap 6 bulan sekali.
5. Perhatikan diet pada ibu hamil dan pastikan kelengkapan asupan nutrisi, karena
pembentukan benih gigi dimulai pada awal trimester kedua.
6. Penggunaan fluoride baik secara lokal maupun sistemik.
Perawatan

 Biasanya perawatan yang diberikan adalah pembersihan jaringan gigi yang terkena
karies dan penambalan (restorasi). Bahan tambal yang digunakan dapat bermacam-macam,
misalnya resin komposit (penambalan dengan sinar dan bahannya sewarna gigi), glass
ionomer cement, kompomer, atau amalgam.
 Pada lubang gigi yang besar dibutuhkan restorasi yang lebih kuat, biasanya digunakan
inlay atau onlay, bahkan mungkin mahkota tiruan. Pada karies yang sudah mengenai jaringan
pulpa, perlu dilakukan perawatan saluran syaraf. Bila kerusakan sudah terlalu luas dan gigi
tidak dapat diperbaiki lagi, maka harus dilakukan pencabutan.
 Tergantung juga karies agan letaknya di gigi apa. Kalau di gigi belakang (premolar
dan molar) pakai amalgam tapi jeleknya warnanya tidak sewarna gigi tapi kuat, bisa tahan
bertahun-tahun atau kalau mahkota giginya udah habis bisa mamakai crown alias mahkota
buatan lebih awet namun lebih mahal. Kalau di gigi depan (seri dan taring) bisa pake GIC
(glass-ionomer cement) atau resin komposit karena itu sewarna gigi jd seperti
kamuflase.

Sumber : http://arie5758.blogspot.com/2011/10/mengenal-apa-itu-karies-gigi-dan-
cara.html#ixzz5KM1ObXPv 
Sertakan sumber artikel sebagai Backlink 
GIZI UNTUK KESEHATAN GIGI

Gizi untuk Kesehatan Gigi

Gigi anak yang dilahirkan dari ibu dengan status gizi buruk pada masa
kehamilannya,ternyata lebih rentan terhadap pembentukan gigi berlubang (karies) di
kemudian hari. GIZI yang baik merupakan modal utama dalam mewujudkan manusia yang
berkualitas. Karena itu persoalan harus mendapat perhatian sejak manusia masih berada
dalam kandungan. Untuk memberikan kecukupan gizi pada janin yang dikandung, seorang
ibu disamping harus memperhatikan kebutuhan makanan untuk dirinya sendiri, juga mem
pertimbangkan pertumbuhan janinnya agar tidak kekurangan gizi. Salah satu dampak
kekurangan gizi adalah terganggunya proses perkembangan dan kesehatan gigi.

Kesehatan gigi dan gusi sangat penting untuk menjamin status gizi yang baik. Gigi
mulai terbentuk sebelum bayi dilahirkan, yaitu pada usia kehamilan ibu menginjak bulan ke
dua. Pada tahap ini, status gizi ibu merupakan hal yang utama. Makanan yang kaya akan
kalsium dan vitamin D belum terbukti dapat memperbaiki kekuatan gigi yang sedang
tumbuh. Menurut Nita, gigi anak yang dilahirkan dari ibu yang memiliki status gizi buruk
pada masa kehamilannya, ternyata lebih rentan terhadap pembentukan gigi berlubang (karies)
di kemudian hari. Disamping itu obat-obatan tertentu yang diminum ibu selama hamil juga
dapat mempengaruhi proses pembentukan gigi (kalsifikasi gigi), sehingga membuat email
berlubang-lubang kecil dan berubah warnanya. Keadaan ini biasanya baru diketahui beberapa
tahun setelah terjadi erupsi gigi tetap.

Kalsifikasi gigi merupakan proses yang berlangsung bertahun-tahun. Bila dalam

makanan terdapat fluorida, unsur mineral ini akan menyatu dalam email dan menjadikannya
semakin kuat. Pertumbuhan gigi yang paling sehat akan terjadi bila semua unsur gizi tersedia
dalam jumlah yang memadai.

Ada dua vitamin yang paling berperan dalam proses pertumbuhan gigi, yakni vitamin
A dan D. Vitamin A diperlukan untuk perkembangan email gigi dan vitamin D berperan
untuk pembentukan lapisan dentin. Kekurangan vitamin C dapat menimbulkan kerusakan
gusi dan mengakibatkan tanggalnya gigi.

Mencegah Penyakit Gigi

Ada pendapat beberapa ahli yang menghubungkan terjadinya pengeroposan gigi


berhubungan dengan konsumsi hidrat arang. Padahal tidak semua makanan yang
mengandung hidrat arang dapat menyebabkan gigi berlubang (karies). Makanan yang lengket
serta melekat pada permukaan gigi dan terselip diantara celahcelah gigi, merupakan makanan
yang paling merugikan kesehatan gigi. Proses metabolisme oleh bakteri yang berlangsung
lama dapat menurunkan derajat keasaman (pH) untuk waktu yang lama pula. Keadaan seperti
ini akan memberikan kesempatan yang lebih lama untuk terjadinya proses pelepasan kalsium
dari gigi (demineralisasi). Ia mengatakan, gerakan mengunyah sangat menguntungkan bagi
kesehatan gigi dan gusi, sebab mengunyah akan merangsang pengaliran air liur yang
membasuh gigi dan mengencerkan serta menetralkan zat-zat asam yang ada. Makanan
berserat menimbulkan efek seperti sikat dan tidak melekat pada gigi.

Gula pasir (Sukrosa) dalam makanan merupakan penyebab utama gigi berlubang
(karies dentis). Sukrosa banyak terdapat dalam banyak makanan hasil industri. Makanan
manis dan penambahan gula ke dalam susu atau minuman lainnya bukan merupakan satu-
satunya sumber sukrosa dalam diet anak. Jika makanan yang dimakan mengandung gula
pasir, pH mulut akan turun dalam waktu 2,5 menit dan tetap rendah sampai satu jam. Bila
gula pasir dikonsumsi tiga kali sehari, artinya pH mulut selama tiga jam akan berada dibawa
5,5. Proses demineralisasi yang terjadi selama perode waktu ini sudah cukup untuk mengikis
lapisan email. Menurut Nita, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mencegah
penyakit gigi, yakni:

- Pemberian dan menambahkan kadar flour (Flourida) pada sumber air minum.

- Sikat gigi yang efesian untuk melepaskan karang gigi (dental plaque).

- Perubahan Diet.

- Perawatan Gigi yang teratur.

Tujuan perubahan diet adalah untuk mengurangi baik jumlah maupun frekuensi
konsumsi gula pasir (sukrosa). Ia menganjurkan untuk menjaga kesehatan gigi dengan
memper hatikan makanan yang dikonsumsi yaitu:

- Pililah makanan yang bebas dari gula, misalnya kue kering yang manis.

- Jangan menambahkan gula ke dalam susu.

- Jangan menambahkan gula ke dalam makanan bayi.

- Makan buah, jagung, biskuit yang asin sebagai cemilan untuk menggantikan
makanan manis.

- Hindari makanan yang lengket, seperti cokelat, dodol, ketan, dan permen.
- Jika ingin makan makanan yang manis, sebaiknya dimakan bersama-sama atau
setelah makanan utama.

Kesehatan Gigi dan Cara Menjaganya

Selain gosok gigi dan menggunakan benang gigi, pola makanan yang sehat (dengan
tambahan fluoride atau fluorida natural) akan melindungi gigi dan gusi dari pembusukan dan
berbagai masalah lainnya.
Pembusukan gigi (lubang dan karang gigi) dan berbagai penyakit gusi disebabkan
oleh koloni bakteri yang terus menerus melapisi permukaan gigi dengan lapisan lengket yang
disebut plak. Jika plak ini tidak di hilangkan (gosok gigi), maka bakteri yang menempel akan
mengubah gula dan zat tepung dalam makanan menjadi asam yang akan merusak enamel
gigi. Plak ini jg dapat mengeras menjadi tartar, yang akan membuat radang gusi, atau
gingvitis.
Makanan yang sehat akan memnberikan mineral, vitamin dan nutrisi lain yang
mendukung kesehatan gusi dan gigi. Fluorida, yang sangat umum ditemukan di makanan dan
air, atau ditambahkan di suplai air, akan dapat menjadi alat yang kuat untuk melawan
kerusakan gigi. Makanan ini bahkan dapat mengurangi lubang gigi sampai 60 persen.
Tuntunan Kesehatan Gigi
Kesehatan gigi dimulai dengan makan makanan yang pas selama kehamilan. Pastikan
bahwa kesehatan gigi dimulai ketika masih anak2 dan bahkan mulai dalam kandungan,
dengan makan makanan yang banyak mengandung kalsium dan vitamin D, yang diperlukan
tubuh untuk menyerap kalsium, sehingga tulang dan gigi kuat.
Kamu butuh banyak sekali kalsium untuk gigi dan gusi yang kuat. Makanan olahan
susu rendah lemak, olahan kedelai, salmon atau sardin tulang lunak, almond, dan sayuran
hijau gelap, adalah sumber kalsium yang bagus.
Kamu juga butuh vitamin D karena vitamin D dibutuhkan untuk menyerap kalsium. Vitamin
D didapatkan dari susu cair, olahan kedelai, margarin, ikan seperti salmon, dan juga sinar
matahari.
Kunci dari semuanya adalah Fluorida. Gigi berlubang dapat dicegah dengan
memnberikan florida pada masa awal perkembangan kehidupan anak. Fluorida dapat disuplai
melalui air yang diperkaya fluorida, ikan2an, pasta gigi, atau cairan pencuci mulut
(mouthwash). Tapi ingat, konsumsi fluorida berlebihan jg membuat gigi tampak bebercak
bercak.
Selain Fluorida, dibutuhkan juga fosfor, magnesium, vitamin A, dan beta karoten.
Selain kalsiumn dan Fluorida, mineral yang dibutuhkan untuk pembentukan enamel gigi
antara lain adalah fosfor (ditemukan dalam daging, ikan, dan telur), magnesium (dalam
sereal, bayam dan pisang). Vitamin A juga dibutuhkan membangun tulang dan gigi yang
kuat. sumber beta karoten (bahan vitamin A), ditemukan banyak dalam buah dan sayuran
bewarna oranye dan dalam sayuran bewarna hijau tua.
Kismis untuk Kesehatan Gigi
Tidak semua orang kenal manfaat kismis. Padahal, selain enak, kismis kaya kalori,
serat, dan mineral. Makanan yang bisa dijadikan camilan ini, banyak mengandung
antioksidan dan serat, serta baik bagi kesehatan mulut dan gigi.
Apakah Anda penggemar roti? Jika ya, Anda pasti kenal kismis. Salah satu variasi roti adalah
mengandung kismis di dalamya. Fungsi kismis pada roti adalah sebagai pengawet alami yang
dapat memperpanjang masa simpan, menambah rasa manis, serta memperbaiki tekstur dan
penampakan (khususnya warna). Kismis juga banyak digunakan sebagai peningkat aroma
dan rasa manis pada pembuatan permen, cokelat, es krim, cakes, cookies, yoghurt, dan saus.
Kismis (raisin) dibuat dengan cara mengeringkan buah anggur tidak berbiji, terutama
dari jenis Vinifera, seperti Thompson Seedless. Anggur jenis tersebut selain tidak berbiji,
juga memiliki kulit tipis, serta aroma dan rasa yang sangat manis. Buah tersebut mudah
dikeringkan, serta tidak perlu ditambahkan gula sebagai pengawet. Di California, 95 persen
kismis dibuat dari anggur jenis tersebut.
Proses pengeringan buah anggur dapat dilakukan secara alami dengan sinar matahari
atau menggunakan oven. Proses pengeringan dilakukan hingga mencapai kadar air 15–18 g
dan kadar gula 68–70 g per 100 g kismis. Kismis yang baik memiliki warna cokelat
kehitaman atau keemasan.

 Asupan nutrisi kedalam tubuh merupakan hal fundamental untuk tetap bisa bertahan dalam
penuhnya aktifitas sehari-hari, mulut yang menjadi pintu gerbang masuknya makanan juga
membutuhkan asupan energi yang seimbang guna mempertahankan equilibrium dalam proses
konsumsi makanan dan minuman. Mulut sebagai gerbang utama masuknya makanan menjadi
sosok penting dalam tahapan proses pencernaan makanan. Penjaga gerbang yang baik akan
membentuk barikade yang sempurna untuk menghadapi benda-benda yang tidak diinginkan
atau suilit dicerna tubuh.
Perlunya memasukkan mineral dan nutrisi yang seimbang kedalam makanan adalah usaha
utama agar jaringan tubuh dapat mencegah dan bertahan dari infeksi. Konsumsi terlalu
banyak atau terlalu sedikit nutrisi dapat memiliki efek berbahaya, terutama pada mulut dan
gigi, dan dapat menyebabkan penyakit mulut dan infeksi. Ada banyak pilihan mineral dan
nutrisi yang baik untuk dikonsumsi dan juga memberikan energi bagi seluruh jaringan di
dalam tubuh terutama gigi dan mulut. Berikut adalah beberapa mineral dan nutrisi yang
dibutuhkan tubuh Anda untuk tetap sehat.
Pengertian Karies Gigi

Umumnya, penyakit yang menyerang gigi dimulai dengan adanya plak gigi.  Plak timbul dari
sisa makanan yang mengendap pada lapisan gigi yang kemudian berinteraksi dengan bakteri
yang banyak terdapat dalam mulut, seperti Streptococcus mutans.  Plak akan melarutkan
lapisan email pada gigi yang lama kelamaan lapisan tersebut menipis.  Terjadinya plak sangat
singkat, yaitu hanya 10-15 menit setelah makan.  Plak yang menumpuk kemudian
membentuk karies gigi yang akhirnya merusak email hingga melubangi gigi (Besford, 1996).

Karies gigi adalah suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan demineralisasi (larutnya
mineral email) dan  terus berjalan ke bagian yang lebih dalam dari gigi sehingga terjadi
kavitasi (pembentukan lubang) yang tidak dapat diperbaiki kembali oleh tubuh melalui proses
penyembuhan, sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya
yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari substrat (medium makanan bagi
bakteri Streptococcus mutans dan Lactobacillus acidophilus) (Schuurs, 1993).

Karies gigi adalah penghancuran terlokalisasi dari jaringan gigi oleh mikroorganisme (Pine,
1997).  Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin, dan
sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang
dapat diragikan (Kidd & Bechal,1991).

Newburn dalam Darwita (2004) mendefinisikan karies gigi sebagai penyakit bakterial yang
menyerang gigi dimana bagian organik dari gigi mengalami destruksi, sedangkan bagian
anorganiknya mengalami dekalsifikasi.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa karies gigi adalah
suatu proses kronis regresif , dimana prosesnya terjadi terus berjalan ke bagian  yang lebih
dalam dari gigi sehingga membentuk lubang yang tidak dapat diperbaiki kembali oleh tubuh
melalui proses penyembuhan, pada proses ini terjadi demineralisasi yang disebabkan oleh
adanya interaksi kuman, karbohidrat yang sesuai pada permukaan gigi dan waktu.

b.      Proses Terjadinya Karies Gigi

Karies gigi adalah penyakit multifaktor yang merupakan hasil kombinasi dari 4 faktor utama
yaitu inang dan gigi, mikroorganisme di dalam plak, substrat dan waktu (Pine, 1997).

Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi, sukrosa (gula)
dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu yang berubah
menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) yang akan
menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi (Schuurs, 1993).

Biasanya karies terlihat berwarna cokelat kehitaman atau noda-noda putih yang bila diraba
dengan sonde, email belum tersangkut. Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan
ke arah dentin melalui lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang).
Kavitasi akan timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Lama-kelamaan bagian karies
ini akan terasa kasar serta diikuti dengan tertahannya sonde. Namun kadang-kadang begitu
banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan mudah rusak secara mekanis, yang
menghasilkan kavitasi yang makroskopis dapat dilihat.  Karies yang berwarna cokelat
kehitaman lebih lama menimbulkan lubang pada gigi sedangkan noda yang berwarna putih
lebih cepat menimbulkan lubang (Tarigan, 1995).

c.       Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gigi

1)   Mikroorganisme              

Peran bakteri dalam menyebabkan terjadinya karies sangatlah besar. Bakteri yang sangat
dominan dalam karies gigi adalah Streptococcus mutans. Bakteri ini sangat kariogen karena
mampu membuat asam dari karbohidrat yang dapat diragikan. Akibatnya bakteri-bakteri
terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain.

Streptococcus mutans berperan dalam proses awal karies yaitu lebih dulu masuk lapisan luar
email. Selanjutnya Lactobacillus acidophilus mengambil alih peranan pada karies yang lebih
merusakkan gigi.  Mikroorganisme menempel di gigi bersama plak.  Plak terdiri dari
mikroorganisme (70 %) dan bahan antar sel (30 %).  Plak akan tumbuh bila ada karbihidrat,
sedang karies akan terjadi bila ada plak dan karbohidrat (Suwelo, 1992).

2)   Substrat

Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dikonsumsi sehari-hari yang
menempel pada gigi. Seringnya mengkonsumsi gula akan menambah pertumbuhan plak dan
menambah jumlah Streptococcus mutans didalamnya.

Sukrosa merupakan gula yang kariogen, walaupun gula lainnya tetap berbahaya. Sukrosa
merupakan gula yang paling banyak dikonsumsi, maka sukrosa merupakan penyebab karies
yang utama (Kidd & Bechal,1991).

3)   Inang atau Gigi

Faktor- faktor dari gigi yang berpengaruh terhadap peningkatan karies, yaitu :

a)  Bentuk

Variasi morfologi gigi juga mempengaruhi resistensi gigi terhadap karies.  Gigi
dengan fissure (lekukan) yang dalam lebih mudah terserang karies. Hal demikian
memudahkan masuknya makanan di daerah itu yang sulit dibersihkan.

b)  Posisi

Gigi yang berjejal dan susunannya tidak teratur lebih sukar dibersihkan.  Hal ini cenderung
meningkatkan penyakit periodontal dan karies. Gigi geligi berjejal (crowding) dan saling
tumpang tindih (over lapping) akan mendukung terjadinya karies, karena daerah tersebut sulit
dibersihkan.  Gigi yang mempunyai permukaan dan bentuk yang tidak teratur dapat
mengakibatkan sisa-sisa makanan terselip dan bertahan sehingga produksi asam oleh bakteri
berlangsung cepat dan mengakibatkan terjadinya pembusukan gigi yang memicu timbulnya
gigi berlubang.

c)  Struktur
Komposisi gigi sulung terdiri dari email dan dentin.  Dentin adalah lapisan di bawah email. 
Permukaan email lebih banyak mengandung mineral dan bahan-bahan organik dengan air
yang relatif lebih sedikit.  Permukaan email terluar lebih tahan karies dibanding lapisan di
bawahnya, karena lebih keras dan lebih padat.  Struktur email sangat menentukan dalam
proses terjadinya karies (Suwelo, 1992).

Keberadaan flour dalam konsentrasi yang optimum pada jaringan gigi dan lingkungannya
merangsang efek anti karies (Kidd & Bechal, 1991).

4)  Waktu

Waktu menjadi salah satu faktor penting, karena meskipun ada ketiga faktor sebelumnya
proses pembentukan karies gigi relatif lambat dan secara klinis terlihat kehancuran dari email
lebih dari empat tahun (Pine, 1997).

Saliva berperan dalam menjaga kelestarian gigi.  Banyak ahli menyatakan, bahwa saliva
merupakan pertahanan pertama terhadap karies, ini terbukti pada
penderita Xerostomia (produksi ludah yang kurang) dimana akan timbul kerusakan gigi
menyeluruh dalam waktu singkat (Suwelo, 1992).

Sekresi kelenjar anak-anak masih bersifat belum konstan, karena kelenjarnya masih dalam
taraf pertumbuhan dan perkembangan.  Saliva berfungsi sebagai pelicin, pelindung,
penyangga, pembersih, pelarut dan anti bakteri. Sekresi air ludah yang sedikit atau tidak ada
sama sekali memiliki persentase karies yang tinggi (Suwelo, 1992).

Berikut peranan aliran saliva dalam memelihara kesehatan gigi:

a)      Aliran saliva yang baik akan cenderung membersihkan mulut termasuk melarutkan gula
serta mengurangi potensi kelengketan makanan.  Dengan kata lain, sebagai pelarut dan
pelumas.

b)      Aliran saliva memiliki efek buffer (menjaga supaya suasana dalam mulut tetap netral),
yaitu saliva cenderung mengurangi keasaman plak yang disebabkan oleh gula.
c)      Saliva mengandung antibodi dan anti bakteri, sehingga dapat mengendalikan beberapa
bakteri di dalam plak.  Namun jumlah saliva yang berkurang akan berperan sebagai pemicu
timbulnya kerusakan gigi (Besford, 1996).

Faktor predisposisi dan penghambat yang berhubungan tidak langsung dengan proses
terjadinya karies, antara lain :

a)      Letak geografis

Perbedaan prevalensi karies ditemukan pada penduduk yang geografis letak kediamannya
berbeda seperti lamanya matahari bersinar, suhu, cuaca, air, keadaan tanah, dan jarak dari
laut.  Kandungan flour 1 ppm dalam air akan berpengaruh terhadap penurunan karies
(Suwelo, 1992).

b)      Pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap pemeliharaan kesehatan gigi

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu obyek tertentu.  Pengetahuan/ kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek yang
diterimanya. Sikap itu belum merupakan tindakan, akan tetapi merupakan predisposisi
tindakan (Notoatmodjo, 2003).

Tindakan atau praktek yaitu suatu respon seseorang terhadap rangsangan dari luar subyek,
bisa bersifat positif atau tindakan secara langsung dan bersifat negatif atau sudah tampak
dalam tindakan nyata (Notoatmodjo, 2003).

d.  Faktor-faktor yang Meningkatkan Karies Gigi

1)      Diabetes Melitus

Diabetes Melitus dapat meningkatkan terjadinya jumlah penderita karies.  Tetapi bila seorang
penderita telah menyadari keadaannya dan menjalankan diet, keberadaan karies bahkan akan
terjadi lebih sedikit dibandingkan rata-rata.
2)    Xerostomia

Xerostomia merupakan penyakit kurang produksi ludah.  Hal ini jelas merupakan faktor
predisposisi.

e.       Jenis Karies Gigi Berdasarkan Tempat Terjadinya

1)      Karies Insipiens

Karies Insipiens merupakan karies yang terjadi pada permukaan email gigi (lapisan terluar
dan terkeras dari gigi), dan belum terasa sakit hanya ada pewarnaan hitam atau cokelat pada
email.

2)      Karies Superfisialis

Karies Superfisialis merupakan karies yang sudah mencapai bagian dalam dari email dan
kadang-kadang terasa sakit.

3)        Karies Media

Karies Media merupakan karies yang sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi) atau bagian
pertengahan antara permukaan gigi dan kamar pulpa.  Gigi biasanya terasa sakit bila terkena
rangsangan dingin, makanan asam dan manis.

4)      Karies Profunda

Karies Profunda merupakan karies yang telah mendekati atau bahkan telah mencapai pulpa
sehingga terjadi peradangan pada pulpa. Biasanya terasa sakit secara tiba-tiba tanpa
rangsangan apapun.  Apabila tidak segera diobati dan ditambal maka gigi akan mati, dan
untuk perawatan selanjutnya akan lebih lama dibandingkan pada karies-karies lainnya
(Schuurs, 1993).

f.       Pencegahan Karies Gigi


Pencegahan karies gigi bertujuan untuk mempertinggi taraf hidup dengan memperpanjang
kegunaan gigi di dalam mulut.

Pencegahan karies gigi meliputi :

1)      Konsumsi vitamin dan mineral yang menguatkan gigi

Tindakan ini ditujukan pada kesempurnaan struktur email dan dentin atau gigi pada
umumnya.  Ada beberapa vitamin dan zat mineral yang mempengaruhi dan menentukan
kekuatan dan kekerasan gigi.  Vitamin dan mineral tersebut adalah vitamin A, C dan D serta
mineral Ca, P, F dan Mg.  Selain usia anak-anak dan dewasa, para ibu hamil pun perlu
diberikan makanan yang mengandung unsur-unsur yang dapat menguatkan email dan dentin
sebelum agar tidak terjadi pengapuran pada gigi bayinya.

2)      Kebersihan mulut dan gigi yang harus diperhatikan supaya tetap sehat.

Menggosok gigi merupakan salah satu hal yang perlu dilakukan untuk menjaga kebersihan
mulut dan gigi dalam rangka tindakan pencegahan karies gigi. Walaupun kegiatan
menggosok gigi merupakan kegiatan yang sudah umum namun masih ada kekeliruan baik
dalam pengertiannya maupun dalam pelaksanaannya (Besford, 1996).

Melakukan penyikatan gigi yang baik adalah dengan frekuensi dan waktu sesuai yang
disarankan Manson (1995) yaitu dua kali, pagi hari sesudah makan dan malam hari sebelum
tidur atau yang disarankan Be Kien Nio (1982) yaitu tiga kali sehari setiap kali setelah makan
dan malam sebelum tidur (Chemiawan, 2004).

3)      Pemeriksaan berkala 6 bulan sekali

Pemeriksaan gigi pada dokter gigi atau pelayanan kesehatan yang ada perlu dilakukan secara
berkala setiap 6 bulan sekali untuk mencegah terjadinya karies gigi.

4)      Pengaturan konsumsi makanan yang mengandung banyak gula

Frekuensi dari konsumsi makanan yang mengandung banyak gula harus sangat dikurangi
khususnya konsumsi makanan kecil yang dilakukan antara jam-jam makan (waktu senggang).
5)      Penggunaan fluor

Penggunaan fluor  merupakan metode yang paling efektif untuk menghambat kehidupan


bakteri yang ada pada plak dalam mulut sehingga dapat mencegah terjadinya karies gigi. 
Penggunaan fluor dapat diberikan dalam bentuk fluoridasi air minum, fluoridasi garam dapur,
fluoridasi air susu, tablet hisap fluor, pasta gigi dan larutan fluor untuk berkumur (Tarigan,
1995).

 Kalsium

gigi dan rahang sebagian besarnya terdiri dari kalsium. Tanpa asupan kalsium yang cukup di
dalam makanan dapat mengakibatkan resiko terkena penyakit gusi dan kerusakan gigi.
Kalsium  dapat ditemukan pada banyak makanan dan minuman seperti susu, yogurt, keju,
kacang-kacangan, dan tiram.

 Zat Besi
 Kekurangan zat besi dapat menigkatkan kemungkinan lidah menjadi meradang, dan luka
dapat dengan gampang terbentuk di dalam mulut. Zat besi banyak ditemukan pada makanan,
termasuk hati dan daging merah. Makanan kaya zat besi lainnya termasuk sereal,  kacang-
kacangan, dan rempah-rempah

 Vitamin B3

 Kurangnya vitamin B3 dapt menyebabkan bau mulut dan sariawan. Untuk meningkatkan


kadar Vitamin B3 dalam tubuh konsumsi daging ayam dan ikan.

 Vitamin B12 dan B2

Kekurang mengkonsumsi Vitamin B12 dan B2 juga dapat mengakibatkan sariawan. Daging
merah, daging ayam, hati,  ikan, serta produk olahan susu seperti susu, yogurt, dan keju,
adalah sumber vitamin B12 yang baik. Vitamin B2 ditemukan pada makanan seperti pasta,
bagel, bayam, dan kacang almond.

 Vitamin C

Terlalu sedikit asupan vitamin C akan menyebabkan gusi berdarah dan permasalahan pada
gigi. Ubi jalar, paprika merah, dan jeruk adalah sumber vitamin C.

 Vitamin D

Sangat penting bagi tubuh kita untuk mengkonsumsi vitamin D yang cukup karena vitamin D
membantu tubuh dalam proses penyerapan kalsium. Diet yang kurang atau rendah vitamin D
akan menyebabkan dapat timbulnya sindrom-sindrom pada mulut seperti perasaan terbakar
dan banyak yang lainnya. Gejala kondisi ini meliputi sensasi mulut terbakar, rasa logam atau
pahit di mulut, dan mulut kering. Minum susu, dan makan kuning telur dan ikan untuk
meningkatkan asupan vitamin D bagi tubuh

Anda mungkin juga menyukai