Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Otitis eksterna adalah radang liang telinga bagian luar bersifat akut
maupun kronis disebabkan oleh bakteri dapat terlokalisir atau difus. Faktor
penyebab timbulnya otitis eksterna ini adalah kelembaban, penyumbatan liang
telinga, trauma lokal dan alergi. Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan
protektif yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini
menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit,
inflamasi dan menimbulkan eksudat. Bakteri patogen pada otitis eksterna akut
adalah pseudomonas (41 %), streptococus (22%), staphylococus aureus (15%)
dan bakteroides (11%).1 Istilah otitis eksterna akut meliputi adanya kondisi
inflamasi kulit dari liang telinga bagian luar. 2,3
Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang
dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh
liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat dianggap
pembentukan lokal otitis eksterna. Otitis eksterna difusa merupakan tipe infeksi
bakteri patogen yang paling umum disebabkan oleh pseudomonas, staphylococus
dan jamur.4
Penyakit ini sering dijumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab
dan jarang pada iklim-iklim sejuk dan kering. Patogenesis dari otitis eksterna
sangat komplek dan sejak tahun 1844 banyak peneliti mengemukakan faktor
pencetus dari penyakit ini seperti Branca (1953) mengatakan bahwa berenang
merupakan penyebab dan menimbulkan kekambuhan. Senturia dkk (1984)
menganggap bahwa keadaan panas, lembab dan trauma terhadap epitel dari liang
telinga luar merupakan faktor penting untuk terjadinya otitis eksterna. Howke dkk
(1984) mengemukakan pemaparan terhadap air dan penggunaan lidi kapas dapat
menyebabkan terjadi otitis eksterna baik yang akut maupun kronik.
Otitis eksterna akut difusa adalah penyakit yang terutama timbul pada
musim panas dan merupakan bentuk otitis eksterna yang paling umum. Terjadinya

1
kelembaban yang berlebihan karena berenang atau mandi menambah laserasi kulit
liang telinga dan menciptakan kondisi yang cocok bagi pertumbuhan bakteri.
Adapun tujuan dari laporan kasus ini sendiri adalah untuk mempermudah
menegakkan diagnosis otitis eksterna, serta untuk dapat memahami patogenesis
penatalaksanaan, serta pencegahan juga prognosis dari penyakit ini.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga Luar

Gambar 1.
Anatomi
Telinga

Secara anatomi telinga luar dapat dibagi menjadi aurikula (pinna) dan
liang telinga (canalis acusticus eksternus/CAE). Telinga luar dipisahkan dengan
telinga tengah oleh membran timpani. Aurikula dan 1/3 lateral liang telinga tediri
dari kartilago elastis yang secara embrional berasal dari mesoderm dan sejumlah
kecil jaringan subkutan yang ditutupi oleh kulit dan adneksanya. Hanya lobulus
pinna yang tidak memiliki kartilago dan terdapat lemak.
Telinga luar atau pinna merupakan gabungan dari kartilago yang dilapisi
kulit. Bentuk kartilago ini unik dan harus diusahakan untuk mempertahankan
bangunan ini karena dapat menjaga telinga luar dari trauma. Kulit pada
permukaan luar daun telinga melekat erat pada kartilago di bawahnya beserta
jaringan ikat dari dermis yang padat membentuk perikondrium. Sebaliknya, kulit
permukaan belakang daun telinga mempunyai lapisan subkutan sejati.
Keadaan daun telinga serta posisi daun telinga yang terbuka merupakan
penyebab timbulnya sebagian besar masalah klinis yang mengenai daun telinga
yaitu trauma, kontak langsung dengan cuaca, dan infeksi.
Kanalis akustikus eksternus dapat dibagi menjadi 2 bagian. Bagian luar,
40% dari KAE adalah bagian kartilaginosa dan terdapat lapisan tipis jaringan

3
subkutan diantara kulit dan kartilago. Kulit yang melapisi bagian kartilaginosa
lebih tebal dari bagian tulang, selain itu juga mengandung folikel rambut yang
banyaknya bervariasi tiap individu namun ikut membantu menciptakan suatu
sawar dalam liang telinga. Bagian dalam, 60% dari KAE, adalah bagian osseus
terutama dibentuk oleh timpanic ring dan terdapat jaringan lunak yang sangat tipis
antara kulit, periosteum dan tulang.
Anatomi bagian ini sangat unik karena merupakan satu-satunya tempat
dalam tubuh dengan kulit langsung terletak di atas tulang tanpa adanya jaringan
subkutan. Dengan demikian daerah ini sangat peka dan tiap pembengkakan akan
sangat nyeri karena tidak terdapat ruang untuk ekspansi. Terdapat penyempitan
pada petemuan bagian kartilaginosa dan bagian osseus kanalis akustikus eksternus
yang disebut isthmus. Panjang kanalis akustikus eksternus pada orang dewasa
rata-rata 2,5 cm. Karena posisi membran timpani yang miring, maka bagian
posterosuperior kanalis akustikus eksternus lebih pendek 6 mm dari bagian
anteroinferior. Kanalis akustikus eksternus membentuk kurva seperti huruf S arah
superior dan posterior dari lateral ke medial. Kanalis akustikus eksternus juga
mengarah ke hidung sehingga pada pemeriksaannya aurikula perlu ditarik ke
superior, lateral dan posterior untuk meluruskan kanalis akustikus eksternus.
Bagian lateral kanalis akustikus eksternus dibatasi oleh meatus. Bagian
medial dibatasi oleh membran timpani dan bagian squamosa tulang temporal yang
menjadi barier yang baik terhadap penyebaran infeksi bila membran tersebut utuh.
Bila terjadi perforasi membran timpani, infeksi dapat menyebar kembali dan terus
menyebar dari telinga tengah ke kanalis akustikus eksternus. Tympanic ring yang
berbentuk seperti tapal kuda dan bagian squamosa tulang temporal memisahkan
kanalis akustikus eksternus dengan fossa cranial media, yang jarang terjadi
penyebaran infeksi secara langsung ke intracranial.
Batas posterior kanalis akustikus eksternus adalah kavum mastoid.
Beberapa pembuluh darah masuk ke kanalis akustikus eksternus, khususnya
sepanjang sutura tympanomastoid. Infeksi dapat menyebar secara hematogen
melalui segmen mastoid ini. Dari posterior ke bagian kartilaginosa kanalis
akustikus eksternus terdapat jaringan ikat tebal mastoid yang dapat menyebabkan
infeksi sekunder. Batas superior kanalis akustikus eksternus adalah fossa

4
infratemporal dan basis kranii infeksi yang meluas sampai ke atap kanalis
akustikus eksternus dapat meluas ke struktur ini. Batas anteriornya adalah kelenjar
parotis dan temporomandibular junction.
Pada kanalis akustikus eksternus terdapat tiga mekanisme pertahanan
pelindung yaitu tragus dan antitragus, kulit degan lapisan serumen, dan isthmus.
Tragus dan antitragus membentuk barier parsial terhadap benda asing
makroskopik. Kulit pada bagian kartilaginosa memiliki banyak sel rambut dan
kelenjar apokrin seperti halnya kelenjar seruminosa. Ketiga struktur adeneksa ini
bersama-sama memberikan fungsi proteksi dan biasa disebut unit
apopilosebaseous. Eksfoliasi sel-sel epitel skuamosa ikut berperan dalam
pembentukan materi sebagai lapisan pelindung penolak air pada dinding kanalis
ini. Gabungan berbagai bahan ini membentuk suasana asam dengan pH 6, yang
berfungsi mencegah infeksi. Migrasi sel epitel yang terlepas juga membentuk
suatu mekanisme pembersihan sendiri dari membran timpani ke arah luar.
Gambar 2. Unit Apopilosebaseus pada Kanalis Akustikus Eksternus

Kanalis akustikus
eksternus yang
normal memiliki
struktur proteksi
dan pembersihan
sendiri. Lapisan serumen
berangsur-angsur
berjalan pada salurannya yaitu setelah bagian
isthmus ke bagian
lateral kanalis akustikus eksternus dan kemudian keluar dari telinga. Pembersihan
kanalis akustikus eksternus yang berlebihan, baik karena alat maupun sebagai
suatu tindakan, dapat mengganggu barier pelindung primer dan dapat memicu
terjadinya infeksi. Variasi individu pada anatomi kanalis akustikus eksternus dan
konsistensi produksi serumen dapat menjadi predisposisi terjadinya penumpukan
serumen pada beberapa orang.

5
2.2 Definisi Otitis Eksterna
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan oleh bakteri, dapat terlokalisir atau difus. Faktor lain penyebab
timbulnya otitis eksterna ini adalah kelembaban, penyumbatan liang telinga,
trauma lokal dan alergi. Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif
yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan
trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflamasi dan
menimbulkan eksudat.3,5

2.3 Etiologi
Otitis eksterna dapat disebabkan oleh infeksi bakteri seperti Pseudomonas
aeruginosa, Proteus mirabilis, Staphylococcus, Streptococcus, dan beberapa
bakteri gram negatif. Serta dapat juga disebabkan oleh jamur seperti jamur
golongan Aspergillus atau Candida sp. Otitis eksterna difusa dapat juga terjadi
sekunder pada otitis media supuratif kronis 4,9.

Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya otitis eksterna, yaitu : 6,7

 Derajat keasaman (pH)


pH pada liang telinga biasanya normal atau asam, pH asam berfungsi
sebagai protektor terhadap kuman. Bila terjadi perubahan pH menjadi basa
maka akan mempermudah terjadinya otitis eksterna yang disebabkan oleh
karena proteksi terhadap infeksi menurun.
 Udara
Udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman dan jamur
untuk tumbuh.

 Trauma
Trauma ringan misalnya setelah mengorek telinga merupakan faktor
predisposisi terjadinya otitis eksterna.
 Berenang
Terutama jika berenang pada air yang tercemar. Perubahan warna kulit
liang telinga dapat terjadi setelah terkena air.

6
Di Amerika Serikat sekitar 98% otitis eksterna disebabkan aleh
Pseudomonas aeruginosa dan umumnya menyerang pasien diabetik yang
berusia tua. Kasus sisanya mungkin disebabkan oleh Proteus vulgaris,
Escherichia coli, S. aureus dan jamur seperti Candida albicans, Aspergillus
sp dan Mucor sp.6
Sedangkan, pada Otitis eksterna maligna umumnya ditemukan pada
kondisi berikut4:
1. Diabetik (90 %),
Diabetik merupakan faktor resiko utama berkembangnya otitis eksterna
maligna. Vaskulopati pembuluh darah kecil dan disfungsi imun yang
berhubungan dengan diabetik merupakan penyebab utama predisposisi ini.
Serumen pada pasien diabetik mempunyai pH yang tinggi dan
menurunnya konsentrasi lisosim mempengaruhi aktifitas antibakteri
lokal.Tidak terdapat perbedaan antara DM tipe I dan II.
2. Immunodefisiensi seperti gangguan proliferasi limfosit atau adanya
immunosupresi karena penggunaan obat.
3. AIDS
4. Irigasi telinga, dilaporkan sebanyak 50% kasus otitis eksterna maligna
karena trauma irigasi telinga terutama pada pasien diabetik.

2.4 Patofisiologi
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan
dan dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud dapat
mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit mati dan
serumen akan menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini juga diperberat
oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang telinga.
Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam
liang telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan
gelap pada liang telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri
dan jamur.
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangnya
lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini

7
menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi
inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya
infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri.
Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan
rasa tidak nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi dapat mengeluarkan
cairan/nanah yang bisa menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus
eksterna) sehingga hantaran suara akan terhalang dan terjadilah penurunan
pendengaran.
Bakteri patogen yang sering menyebabkan otitis eksterna yaitu
pseudomonas (41%), streptococus (22%), staphylococus aureus (15%) dan
bakteroides (11%). Infeksi pada liang telinga luar dapat menyebar ke pinna,
periaurikuler dan tulang temporal.
Otalgia pada otitis eksterna disebabkan :
 Kulit liang telinga luar beralaskan periostium & perikondrium bukan
bantalan jaringan lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma. Selain
itu, edema dermis akan menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa
sakit yang hebat.
 Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan
kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada
daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar
sehingga mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada penderita otitis
eksterna.

8
Gambar 3. Patofisiologi Otitis

Eksterna

2.5 Gejala Klinis


Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap
awal dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan
nyeri tekan daun telinga.1
Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan
pendahulu rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan
penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda
permulaan peradangan suatu otitis eksterna akuta. Pada otitis eksterna kronik
merupakan keluhan utama.1
Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa
tidak enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar
hingga rasa sakit yang hebat, serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering
merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering sering mengelirukan.
Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding dengan derajat peradangan
yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar
langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema
dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagi
pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan
tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga

9
akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan
mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.1
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada keadaan akut dan kronik dari
otitis eksterna. Edema kulit liang telinga, sekret yang serous atau purulen,
penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat
lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang
deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat-obatan yang digunakan kedalam
telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara.1

2.6. Klasifikasi Otitis Eksterna


 Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel/bisul).
Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi bermula dari folikel
rambut di liang telinga yang disebabkan oleh bakteri staphylococus
dan menimbulkan furunkel di liang telinga di 1/3 luar. Sering timbul
pada seseorang yang menderita diabetes.
Gejala klinis otitis eksterna sirkumskripta berupa rasa sakit
(biasanya dari ringan sampai berat, dapat sangat mengganggu, rasa
nyeri makin hebat bila mengunyah makanan). Keluhan kurang
pendengaran, bila furunkel menutup liang telinga. Rasa sakit bila daun
telinga ketarik atau ditekan. Terdapat tanda infiltrat atau abses pada
1/3 luar liang telinga.
Penatalaksanaan otitis eksterna sirkumskripta :
1. Lokal : pada stadium infiltrat diberikan tampon yang dibasahi
dengan 10% ichthamol dalam glycerine, diganti setiap hari. Pada
stadium abses dilakukan insisi pada abses dan tampon larutan
rivanol 0,1%.
2. Sistemik : Antibiotika diberikan dengan pertimbangan infeksi yang
cukup berat. Diberikan pada orang dewasa ampisillin 250 mg,
eritromisin 250mg. Anak-anak diberikan dosis 40-50 mg per kg
BB.
3. Analgetik : Parasetamol 500 mg (dewasa). Antalgin 500 mg
(dewasa).

10
 Otitis Eksterna Difus
Otitis eksterna difus adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga
akibat infeksi bakteri. Umumnya bakteri penyebab yaitu Pseudomonas.
Bakteri penyebab lainnya yaitu Staphylococcus albus, Escheria coli,
dan sebagainya. Kulit liang telinga terlihat hiperemis dan edema yang
batasnya tidak jelas. Tidak terdapat furunkel (bisul). Gejalanya sama
dengan gejala otitis eksterna sirkumskripta. Kadang-kadang ditemukan
sekret yang berbau namun tidak bercampur lendir. Lendir merupakan
sekret yang berasal dari kavum timpani dan kita temukan pada kasus
otitis media.
Pengobatan otitis eksterna difus ialah dengan memasukkan
tampon yang mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat
kontak yang baik antara obat dengan kulit yang meradang. Kadang-
kadang diperlukan obat antibiotika sistemik.

 Otomikosis
Otomikosis yaitu infeksi jamur di MAE yang dipermudah oleh
kelembaban yang tinggi di daerah tersebut. Penyebab yang tersering ialah
jamur aspergilus, kadang-kadang ditemukan juga kandida albicans atau
jamur lain. Gejalanya biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di MAE
tetapi sering pula tanpa keluhan.1, 8

 Otitis Eksterna Kronis


Gejala yang terjadi pada otitis eksterna kronis sama dengan otitis
eksterna akut difusa, namun terjadi dalam durasi yang lebih lama, yaitu
lebih dari 6 minggu. Penyebab tersering yaitu infeksi bakteri atau jamur
yang tidak diobati dengan baik. Dapat juga disebabkan oleh iritasi kulit
yang disebabkan oleh cairan otitis media, trauma berulang, adanya benda
asing, dan penggunaan cetakan (mould) pada alat bantu dengar (hearing
aid) yang menyebabkan radang kronis. Akibatnya terjadi penyempitan
MAE oleh pembentukan jaringan parut atau sikatriks. Pengobatannya
memerlukan operasi rekonstruksi MAE.1, 6, 9

11
2.7 Diagnosis
Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan dengan gejala awal berupa
gatal. Rasa gatal berlanjut menjadi nyeri yang sangat dan terkadang tidak sesuai
dengan kondisi penyakitnya (mis, pada folikulitis atau otitis eksterna
sirkumskripta). Nyeri terutama ketika daun telinga ditarik, nyeri tekan tragus, dan
ketika mengunyah makanan.
Rasa gatal dan nyeri disertai pula keluarnya sekret encer, bening sampai
kental purulen tergantung pada kuman atau jamur yang menginfeksi. Pada jamur
biasanya akan bermanifestasi sekret kental berwarna putih keabu-abuan dan
berbau.
Pendengaran pasien bisa normal atau sedikit berkurang, tergantung pada
besarnya furunkel atau edema yang terjadi dan telah menyumbat pada liang
telinga.
Didapatkan riwayat faktor predisposisi misalnya kebiasaan berenang pada
pasien, ataupun kebiasaan mengorek kuping dengan cotton bud bahkan
menggunakan bulu ayam yang merupakan media penyebaran infeksi.
Pemeriksaan Fisik pada pasien bisanya menunjukkan:
 Kulit MAE edema, hiperemi merata sampai ke membran timpani dengan
liang MAE penuh dengan sekret. Jika edema hebat, membran timpani
dapat tidak tampak.
 Pada folikulitis akan didapatkan edema, hiperemi pada pars kartilagenous
MAE.
 Nyeri tekan tragus (+), nyeri tarik daun telinga (+)
 Tidak adanya partikel jamur
 Adenopati reguler dan terkadang didapatkan nyeri tekan.4

2.8 Penatalaksanaan
Otitis ekseterna difusa harus diobati dalam keadaan dini sehingga dapat
menghilangkan edema yang menyumbat liang telinga. Untuk tujuan ini biasanya
perlu disisipkan tampon berukuran ½ x 5 cm kedalam liang telinga mengandung
obat agar mencapai kulit yang terkena. Setelah dilumuri obat, tampon kasa
disisipkan perlahan-lahan dengan menggunakan forsep hartmann yang kecil.

12
Penderita harus meneteskan obat tetes telinga pada kapas tersebut satu hingga dua
kali sehari. Dalam 48 jam tampon akan jatuh dari liang telinga karena lumen
sudah bertambah besar.
Polimiksin B dan colistemethate merupakan antibiotik yang paling efektif
terhadap pseudomonas dan harus menggunakan vehiculum hidroskopik seperti
glikol propilen yang telah diasamkan bahan kimia lain, seperti gentian violet 2%
dan perak nitrat 5% bersifat bakterisid dan bisa diberikan langsung ke kulit liang
telinga. Setelah reaksi peradangan berkurang, dapat ditambahkan alcohol 70%
untuk membuat liang telinga bersih dan kering.
Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang
mungkin terjadi pada pasien, terutama setelah berenang. Untuk menghindarinya
pasien harus menjaga agar telinganya selalu kering, menggunakan alcohol encer
secara rutin tiga kali seminggu. Juga harus diingatkan agar tidak
menggaruk/membersihkan telinga dengan cotton bud terlalu sering 2.

13
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Putu Nadia Riastuti
Umur : 1 tahun 6 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan :-
Agama : Hindu
Alamat : Br Keraman, Kecamatan Abiansemal, Badung
Tanggal pemeriksaan : 5 Oktober 2015

3.2 ANAMNESIS ( heteroanamnesis, tanggal 5 Oktober 2015)


Keluhan Utama: Nyeri pada telinga kanan

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke Poli THT RSUD Badung diantar oleh orang
tuanya dengan keluhan nyeri pada telinga kanan sejak 3 hari sebelum
pemeriksaan. Nyeri dikatakan menetap dan cukup menganggu aktivitas
pasien terutama saat tidur, tidur pasien dikatakan gelisah oleh orang
tuanya. Orang tua pasien juga mengeluhkan adanya cairan yang keluar
dari liang telinga kanan anaknya sebelum munculnya nyeri, sekitar ± 4
hari sebelum muncul rasa nyeri. Orang tua pasien mengaku kerap
membersihkan liang telinga anaknya menggunakan cotton bud sekitar
seminggu sekali. Riwayat batuk, pilek, serta demam disangkal oleh orang
tua pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Pasien tidak pernah memiliki riwayat penyakit berat, riwayat pilek
berulang (-), riwayat bersin berulang (-), sesak, mengi (-), riwayat trauma
pada telinga (-), riwayat penyakit pada telinga sebelumnya (-).

14
Riwayat Penyakit Keluarga:
Di keluarga dikatakan tidak ada yang memiliki keluhan serupa dengan
pasien. Riwayat penyakit pada telinga di dalam keluarga disangkal.

Riwayat Alergi:
Pasien tidak memiliki riwayat alergi pada obat-obatan dan makanan.

Riwayat Pengobatan :
Tidak ada riwayat pengobatan sebelumnya

Riwayat Pribadi dan Sosial


Pasien adalah seorang anak perempuan, yang merupakan anak pertama
dalam keluarga. Di lingkungan rumah maupun tetangga pasien dikatakan
tidak ada yang mengeluh keluhan serupa. Ibu pasien mengaku memiliki
kebiasaan mengorek/membersihkan kedua liang telinga anaknya
menggunakan cotton bud kurang lebih seminggu sekali.

3.3 PEMERIKSAAN FISIK


Tanggal Pemeriksaan : 5 Oktober 2015
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital:
Tensi : Tidak dievaluasi
Nadi : 110 x/menit
Suhu : 36,8o C
Respirasi : 20 x/menit

Status General :
Kepala : Normocephali
Muka : Simetris, parese nervus fasialis -/-
Mata : Anemis -/-, ikterus -/-, reflek pupil +/+ isokor
THT : Sesuai status lokalis

15
Leher : Pembesaran kelenjar limfe -/-, Pembesaran kelenjar
parotis -/-, Kelenjar tiroid (-)
Thorak Cor : Tidak diperiksa
Po : Bronkovesikuler +/+, Rhonki -/-, Wh -/-
Abdomen : Tidak diperiksa
Ekstremitas : Dalam batas normal

Status Lokalis:
Telinga:
Bagian Telinga Telinga kanan Telinga kiri
Deformitas (-), hiperemis Deformitas (-), hiperemis
Aurikula
(-), edema (-) (-), edema (-)
Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (-), edema (-),
Daerah preaurikula fistula (-), abses (-), nyeri fistula (-), abses (-), nyeri
tekan tragus (+) tekan tragus (-)
Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (-), edema (-),
Daerah
fistula (-), abses (-), nyeri fistula (-), abses (-), nyeri
retroaurikula
tekan (-) tekan (-)
Serumen (+), edema (+), Serumen (-), edema (-),
Meatus akustikus hiperemis (+), furunkel(-), hiperemis (-), furunkel(-),
otorea (+) otorea (-)
Tidak dapat dievaluasi
Membran timpani Intak
(tertutup serumen)

Hidung:
Pemeriksaan Hidung Hidung Kanan Hidung Kiri
Hidung Luar Bentuk (N), Inflamasi (-), Bentuk (N), Inflamasi (-),
nyeri tekan (-), nyeri tekan (-),
deformitas (-). deformitas (-).
Rinoskopi Anterior
Vestibulum N N
Dasar kavum nasi Bentuk (N), mukosa Bentuk (N), mukosa
media hiperemi (-). hiperemi (-).

16
Meatus nasi media Mukosa hiperemi (-), Mukosa hiperemi (-),
sekret (-), konka nasi sekret (-), konka nasi
media (N), massa (-), media (N), massa (-),
sekret (-). sekret (-).
Meatus nasi inferior Mukosa hiperemi (-), Mukosa hiperemi (-),
edema (-) edema (-)
Konka nasi inferior Mukosa hiperemi (-), Mukosa hiperemi (-),
edema (-) edema (-)
Septum nasi Deviasi (-), benda asing Deviasi (-), benda asing
(-), perdarahan (-). (-), perdarahan (-).

Tenggorokan:
Bagian Keterangan
Mukosa bukal hiperemis (-), massa (-)
Mukosa gigi hiperemis (-), massa (-)
Palatum durum dan palatum
Hiperemis (-), massa (-)
mole
Hiperemis (-), edema (-), massa (-), granul (-),
Mukosa faring
ulkus (-)
Tonsil Hiperemis (-), ukuran T1-T1, detritus (-)

3.4 RESUME
Seorang anak perempuan, umur 1 tahun 6 bulan, datang ke Poli
THT RSUD Badung diantar oleh orang tuanya dengan keluhan nyeri pada
telinga kanan sejak 3 hari sebelum hari pemeriksaan. Nyeri dikatakan
menetap dan cukup menganggu aktivitas. Orang tua pasien juga
mengeluhkan adanya cairan yang keluar dari liang telinga kanan anaknya
sebelum munculnya nyeri, sekitar ± 4 hari sebelum muncul rasa nyeri.
Orang tua pasien mengaku kerap membersihkan liang telinga pasien
menggunakan cotton bud sekitar seminggu sekali. Riwayat batuk, pilek,
serta demam disangkal oleh orang tua pasien.
Pada pemeriksaan fisik telinga kanan pasien didapatkan adanya
gejala klinis otitis eksterna berupa peradangan pada meatus akustikus
telinga kanan dan terdapat serumen dan hiperemi, selain itu ditemukan

17
pula adanya sekret purulen pada telinga kanan serta adanya nyeri tekan
pada tragus. Pada pemeriksaan telinga kiri tidak ditemukan adanya
kelainan.

3.5 DIAGNOSIS KERJA:


Otitis Eksterna difusa Dekstra

3.6 PEMERIKSAAN ANJURAN


Swab telinga untuk dilakukan kultur guna mengetahui jenis kuman
penyebab dan sensitivitas terhadap antibiotik.

3.7 PENATALAKSANAAN:
a. Non medikamentosa
 Orang tua pasien diberitahu bahwa pasien mengalami infeksi pada
liang telinga.
 Pasien harus menjaga agar telinganya selalu kering.
 Orang tua pasien diingatkan agar tidak menggaruk/membersihkan
telinga pasien dengan cotton bud terlalu sering.
 Kontrol kembali ke poliklinik setelah nyeri menghilang.

b. Medikamentosa
 Tampon pada telinga kanan
 Ofloxacin ear drop 2x4 tetes
 Amoxycillin 3x1 sendok teh
 Paracetamol 3x1 sendok teh

3.8 PROGNOSIS :

18
Dubius ad bonam

BAB IV

PEMBAHASAN

Otitis eksterna adalah radang liang telinga bagian luar, dapat bersifat akut
maupun kronis. Faktor penyebab timbulnya otitis eksterna antara lain
kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma lokal dan alergi. Pada kasus ini
diagnosis otitis eksterna ditegakkan berdasarkan anamnesis gejala klinis dan

19
pemeriksaan fisik pasien. Dari anamnesis di dapatkan bahwa pasien dikeluhkan
mengalami nyeri pada telinga kanan yang dirasakan sejak 3 hari sebelum
pemeriksaan serta adanya cairan yang keluar dari liang telinga kanan sebelum
timbulnya keluhan nyeri tersebut. Selain itu, orang tua pasien juga mengatakan
memiliki kebiasaan membersihkan telinga pasien dengan cotton bud sekitar setiap
seminggu sekali. Hal ini yang kemungkinan dapat menyebabkan trauma ringan
sehingga terjadi perubahan pada kulit liang telinga yang memudahkan terjadinya
infeksi kuman. Saat pemeriksaan fisik juga ditemukan adanya serumen pada
telinga yang sakit disertai dengan nyeri tekan tragus pada telinga kanan. Hal ini
sesuai dengan gejala otitis ekterna diffus.
Otitis eksterna difus adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat
infeksi bakteri. Umumnya disebabkan oleh bakteri Pseudomonas. Bakteri
penyebab lainnya yaitu Staphylococcus albus, Escheria coli, dan sebagainya.
Kulit liang telinga terlihat hiperemis dan udem dengan batas tidak jelas, dan liang
telinga yang sempit, tanpa furunkel. Kadang-kadang dapat ditemukan sekret yang
berbau namun tidak bercampur lendir. Pada pemeriksaan fisik telinga kanan pada
pasien didapatkan adanya gejala klinis otitis eksterna diffus yakni terdapat
peradangan pada meatus akustikus telinga kanan yaitu terdapat hiperemi, dan
liang telinga yang menyempit selain itu ditemukan juga adanya sekret purulen.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien
serta setelah dibandingkan dengan teori yang terdapat dalam pustaka, maka pasien
ini didiagnosis dengan otitis eksterna difus dextra.
Pengobatan otitis eksterna cukup sederhana namun membutuhkan
kepatuhan penderita terutama dalam hal menjaga kebersihan liang telinga.
Pembersihan liang telinga dengan mengorek-ngorek telinga seperti dengan cotton
bud tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan trauma dan iritasi.
Penatalaksanaannya dapat diberikan antibiotik topikal dan sistemik,
kortikosteroid juga dapat menjadi pilihan, serta diberikan obat analgesik untuk
mengurangi rasa nyeri. Pada pasien ini penatalaksanaan yang diberikan sudah
sesuai dengan teori yang terdapat pada pustaka dimana pada pasien diberikan
tampon pada telinga, antibiotik topikal, antibiotik sistemik serta analgetik untuk
mengatasi otitis eksterna pada pasien.

20
21
BAB V
PENUTUP

Otitis Eksterna adalah sebuah penyakit infeksi pada telinga bagian luar yaitu
pada liang telinga. Otitis eksterna dapat disebabkan oleh infeksi bakteri seperti
Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis, Staphylococcus, Streptococcus, dan
beberapa bakteri gram negatif. Serta dapat juga disebabkan oleh jamur seperti
Jamur golongan Aspergillus atau Candida sp.
Pada Otitis Eksterna difusa, terjadi infeksi pada bagian 2/3 dalam dari liang
telinga. Infeksi ini sering terjadi pada individu yang memiliki kebiasaan
membersihkan telinga berlebihan dan berenang. Faktor lain penyebab timbulnya
otitis eksterna ini adalah kelembaban dan alergi. Faktor-faktor ini menyebabkan
berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa.
Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk
melalui kulit dan terjadilah infeksi
Keluhan yang biasa dialami pasien antara lain adanya rasa gatal, sensasi
penuh pada telinga, berkurangnya pendengaran, disertai rasa nyeri pada telinga
dalam dan nyeri tekan pada tragus. Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan
hiperemis liang telinga, odem, tumpukan serumen, dan kemungkinan terdapat
sekret yang cair.
Secara umum terapi yang dapat dilakukan pada pasien dapat dibagi kedalam
terapi non-medikamentosa dan medikamentosa. Terapi medikamentosa yang
terpenting adalah mencegah infeksi menjadi lebih luas. Oleh karena itu
mengetahui jenis patogen sangat diperlukan untuk dapat menangani penyakit ini
dengan baik.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Abdullah, F. 2003. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi


Saring dengan Salep Ichthyol (Ichthammol) pada Otitis Eksterna Akut.
Available from : www.usudigitallibrary.com.
2. Ballanger, Jhon. 1996. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala
dan Leher Edisi 13. Jakarta: Binarupa Aksara.
3. Kartika, Henny. 2008. Otitis Eksterna. Availble from
http://library.usu.ac.id/modules.php&id.
4. Ardan, Juliarti, Satwika, et al. 2008, Sinopsis Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok. Available from : http://www.THTUB.pdf.co.id .
5. Boies. 1997. Buku Ajar Penyakit THT edisi keenam. Jakarta: EGC
6. Ardan, Juliarti, Satwika, et al. 2008, Sinopsis Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok. Available from : http://www.THTUB.pdf.co.id .
Accessed :
7. Soepardi, Iskandar, N., Bashiruddin, J., et al. (eds)., (2007), Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher Edisi
Keenam, Jakarta : Gaya Baru.
8. Sosialisman, Alfian P. hafil, Helmi. 2007. Kelainan Telinga Luar.Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Hal.
59. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

23

Anda mungkin juga menyukai