Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kawasan pesisir adalah ruang daratan yang terkait erat dengan ruang lautan.
Kawasan pesisir sebagai suatu sistem, maka pengembangannya tidak dapat
terpisahkan dengan pengembangan wilayah secara luas. Dengan demikian penataan
ruang sebagai kawasan budidaya, kawasan lindung ataupun sebagai kawasan tertentu
tetap menjadi arahan dalam pengembangan kawasan pesisir agar penataan dan
pemanfaatan ruangnya memberikan kesejahteraan masyarakat yang meningkat dalam
lingkungan yang tetap lestari. (Rahardjo Adisasmita, 2006).Teori lokasi adalah ilmu
yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang
menyelidiki alokasi geografis dari sumbersumber yang potensial, serta hubungannya
dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain
baik ekonomi maupun sosial (Tarigan, 2005).

Ketidakpedulian terhadap permasalahan pengelolaan sampah berakibat terjadinya


degradasi kualitas lingkungan yang tidak memberikan kenyamanan untuk hidup,
sehingga akan menurunkan kualitas kesehatan masyarakat. Sampah akan menjadi
beban bumi, artinya ada resiko-resiko yang akan ditimbulkannya (Hadi, 2005).
Sampah secara sederhana dapat diartikan sebagai sesuatu yang tidak dapat
difungsikan lagi sebagaimana mestinya. Menurut Kodoatie (2003), sampah adalah
limbah atau buangan yang bersifat padat, setengah padat yang merupakan hasil
sampingan dari kegiatan perkotaan atau siklus kehidupan manusia, hewan maupun
tumbuh-tumbuhan.

Dalam Undang-Undang tentang pengelolaan persampahan No.18 tahun 2008


definisi sampah adalah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam
yang berbentuk padat. Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam
prosesproses alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak
bergerak. (Kementerian Lingkungan Hidup, 2008). Wilayah laut dan pesisir beserta
sumberdaya alamnya memiliki makna strategis bagi pembangunan ekonomi
Indonesia, karena dapat diandalkan sebagai salah satu pilar ekonomi nasional.
Menurut menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah (2003), secara sosial wilayah
pesisir dihuni tidak kurang dari 110 juta jiwa atau 60% dari penduduk Indonesia yang
bertempat tinggal dalam radius 50 km dari garis pantai. Dapat dikatakan bahwa
wilayah ini merupakan cikal bakal perkembangan urbanisasi Indonesia pada masa
yang akan datang. Secara administratif kurang lebih 42 Daerah Kota dan 181 Daerah
Kabupaten berada di pesisir, dimana dengan adanya otonomi daerah masing-masing
daerah otonom tersebut memiliki kewenangan yang lebih luas dalam pengelolaan dan
pemanfaatan wilayah pesisir.

Bengkulu merupakan salah satu kota yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatra,
Indonesia. Letak wilayah yang sebagian besar menghadap ke Samudera Hindia
dengan panjang pantai mencapai 525 km, menyebabkan Provinsi Bengkulu memiliki
luas Laut Teritorial sebesar 53.000 km2 dan luas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE jarak
12-200 mil laut dari pantai) mencapai 685.000 km2 .

Sistim penanganan sampah di kawasan pesisir saat ini merupakan salah satu
fenomena yang menarik untuk di jadikan penelitian. Karena penanganan sampah
yang buruk dapat menimbulkan penurunan kualitas dan kuantitas permukiman
khususnya di kawasan pesisir. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengelolaan
penanganan sampah pada pedagang diwilayah pesisir pantai panjang kota Bengkulu.

Anda mungkin juga menyukai