Pendekar Icha
Pendekar Icha
NIM : G30120057
JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU, 2021
“PENGERTIAN DAN LANDASAN PENDIDIKAN KARAKTER”
Pendidikan karakter merupakan gabungan dari dua kata, yaitu pendidikan dan
karakter. Kita ketahui bahwa pengertian pendidikan begitu banyak versi yang
menyebutkan. Salah satunya adalah Ki Hadjar Dewantara dalam Kongres Taman Siswa
yang pertama tahun 1930 mengatakan bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya
untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran
(intelek), dan tubuh anak; dalam Taman Siswa tidak boleh dipisahkan bagian-bagian itu
agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan dan penghidupan anak-
anak yang kita didik selaras dengan dunianya. Sedangkan pada Undang-undang nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
-Komponen Karakter
1.Pengetahuan Moral
Terdapat enam aspek yang menonjol sebagai tujuan pendidikan karakter yang
diinginkan.
a. Kesadaran Moral
Kebutaan moral adalah kegagalan moral yang terjadi diseluruh usia. Semua situasi
yang kita hadapi memerlukan pengetahuan moral dan penilaian moral. Kegagalan moral
banyak terjadi pada usia muda. Maka orang muda perlu mengetahui bahwa tanggung
jawab moral yang pertama adalah menggunakan pemikiran mereka untuk melihat suatu
situasi yang memerlukan pemikiran moral. Kemudian memikirkan dengan cermat apa
yang dimaksud dengan arah tindakan yang benar. Aspek kedua dari sekadaean moral
adalah memahami informasi dari permasalahan yang bersangkutan. Karena sangat
sering kita tidak dapat memutuskan apa yang benar dalam membuat penilaian moral.
Mengetahui sebuah nilai berarti juga memahami bagaimana cara menerapkan nilai
yang bersangkutan dalam berbagai situasi. Nilai-nilai moral seperti mengahargai
kehidupan dan kemerdekaan, tanggung jawab, kejujuran, keadilan, toleransi,
penghormatan, disiplin diri, integritas, kebaikan, belas kasihan, dan dorongan menjadi
pribadi yang baik. Ketika digabung seluruh nilai ini menadi warisan moral yang
diturunkan dari satu generasi ke generasi. Literasi etika memerukan pengetahuan akan
nilai-nilai ini.
c. Penentuan Perspektif
d. Pemikiran Moral
Pemikiran moral melibatkan pemahaman apa yang dimaksud dengan moral dan
mengapa harus aspek moral. Mengapa penting untuk menerapi janji? Mengapa harus
melakukan pekerjaan terbaik saya? Pemikiran perkembangan moral anak-anak bersifat
gradual. Mereka mempelajari pemikiran moral yang baik dan apa yang dianggap
sebagai pemikiran moral yang tidak baik. Ditingkat yang lebih tinggi pemikiran moral
juga mengikutsertakan pemahaman atas niai moral klasik.
e. Pengambilan Keputusan
f. Pengetahuan Pribadi
Mengetahui diri sendiri merupakan jenis pengetahuan moral yang paling sulit untuk
diperoleh, namun hal ini perlu untuk pengembangan karakter. Menjadi orang bermoral
memerlukan keahlian untuk mengulas kelakuan kita sendiri dan mengevaluasi perilaku
kita secara kritis.
2.Perasaan Moral
a.Hati Nurani
Hati nurani memiliki empat sisi yaitu sisi kognitif untuk mengetahui apa yang benar
dan sisi emosional merasa kewajiban untuk melakukan apa yang benar. Banyak orang
tahu apa yang benar, namun merasakan sedikit kewajiban untuk berbuat sesuai dengan
hal tersebut.
Bagi orang-orang dengan hati nurani, moralitas itu perlu diperhitungkan. Mereka ini
berkomitmen untuk menghidupi nilai moral mereka karena nilai-nilai moral tersebut
berakar sangat dalam pada diri sendiri seseorang bermoral. Orang seperti ini sangat
tidak berbohong karena mereka mengidentifikasi tindakan moral mereka.
b.Harga Diri
Ketika kita memiliki ukuran harga diri yang sehat, kita menilai diri sendiri. Ketika kita
menilai diri kita sendiri, kita menghargai diri kita sendiri. Kita tidak begitu mungkin
menyalahgunakan gagasan atau pemikiran kita atau memperkenankan orang lain untuk
menyalahgunakannya. Orang yang memiliki harga diri tidak akan tergantung pada
persetujuan orang lain, dan akan cenderung bisa memperlakukan oran lain dengan cara
yang positif. Namun harrga diri yang tinggi dengan sendirinya tidak menjamin karakter
yang baik.
c.Empati
Setiap orang memiliki empati yang berbeda-beda. Maka guru perlu bekerja keras untuk
membantu anak agar mereka memahami dan bersimpati terhadap orang lain.
Ketika orang mencintai hal yang baik, mereka akan senang melakuakn yang baik.
Mereka memiliki moralitas keinginan, bukan hanya moral tugas.
e. Kendali Diri
Kendali diri diperlukan untuk menahan diri agar tidak memanjakan diri kita sendiri.
Apa bila seseorang mencari akar gangguan moral seseorang mendapati hal ini dalam
pemanjaan diri, dalam pengerjaan kesenangan yang menyebabkan banyak orang untuk
menyerap diri mereka secara seutuhnya dalam pengejaran keuntungan finansisal.
Idealisme yang tinggi mengalami kegagalan di hadapan pola ini. Dan kecuali kendali
diri menjadi bagian yang lebih besar dalam karakter orang muda.
f. Kerendahan Hati
Hati nurani, harga diri, empati, mencitai hal yang baik, kendali diri dan kerendahan hati
semuanya ini membentuk sisi emosional diri moral kita. Perasaan tentang diri sendiri,
orang lain, dan kebaikan itu sendiri bergabung dengna pengetahaun moral untuk
membentuk sumber motivasi moral kita. Semuanya ini membantu kita kelintasi
jembatan dari mengetahui hal yang baik menjadi melakukan yang yang baik. Kehadiran
atau ketiadaan perasaan moral ini dalam sebagian besar menjelaskan alasan mengapa
beberapa orang melakukan praktik prinsip moral mereka sedangkan yang lain tidak.
Untuk alasan ini pendidikan moral yang semata-mata bersifat intelektual yang
menyentuh pikiran, namun tidak menyentuh hati, melewatkan suatu bagian yang krusial
dalam karakter.
3.Tindakan Moral
Tindakan moral untuk tingkat yang besar merupakan hasil dari dua bagian karakter
lainnya. Apabila orang-orang memiliki kualitas moral kecerdasan dan emosi maka
mereka mungkin melakukan apa yang mereka ketahui dan mereka rasa benar.
Meskipun demikian, ada masa ketika kita mungkin mengetahui apa yang harus kita
lakukan, merasakan apa yang yang harus dilakukan, namun masih gagal untuk
menerjemahkan pikiran dan perasaan kita ke dalam tindakan. Untuk memahami apa
yang mengerakkan seseorang untuk melakukan tindakan moral atau mencegah
seseorang untuk tidak melakukannya kita perlu memperharikan tiga aspek karakter
lainnya: kompetensi, keinginan, dan kebiasaan.
a. Kompetensi
Kompetensi juga bermain dalam situasi moral lainnya. Untuk membantu orang lain
yang mengalami kesusahan, kita harus mampu merasakan dan melaksanakan rencana
tindakan. Hal inii lebih mudah dilakukan apabila kita telah berpengalaman menolong
orang dalam situasi yang luar biasa sebelumnya.
b. Keinginan
Pilihan yang benar dalam suatu keinginan moral biasanya pilihan yang sulit. Menjadi
orang baik seringkali memerlukan tindakan keinginan yang baik, suatu penggerak
energy moral untuk melakukan apa yang kita pikir harus lakukan.
c. Kebiasaan
Dalam siatu yang besar, pelaksanaan tindakan moral memperoleh manfaat dari
kebiasaan. Orang-orang yang memiliki karakter yang baik bertindak sebenarnya,
dengan loyal, dengan berani, dengan baik dan dengan adil tanpa merasa amat tertekan
oleh arah tindakan sebaliknya. Seringkali orang ini melakukan hal yang baik karena
dorongan kebiasaan.
Untuk alasan ini, anak-anak, sebagai bagian dari pendidikan moral mereka, diperlukan
banyak kesempatan untuk mengembangkan kebiasaan yang baik, banyak hal dalam
praktik menjadi orang baik. Hal ini berarti pengalaman yang diulangi dalam melakukan
suatu hal seperti membantu, jujur, tidak mudah marah, ramah, dan apa yang adil. Oleh
karena itu kebiasaan yang baik terbentuk akan bermanfaat bagi diri mereka sendiri
bahkan ketika mereka menghargai situasi yang berat.
Dalam pribadi dengan karakter yang baik. Pengetahuan moral, perasaan moral dan
tindakan moral secara umum bekerja sama untuk saling mendukung satu sama lain.
Tentu saja hal ini tidak selalu demikian; bahkan orang yang baik tidak terkecuali sering
gagal dalam melakukan perbuatan moral mereka yang terbaik. Namun seiring kita
mengembangkan karakter –proses seumur hidup-kehidupan mira yang kita jalani secara
mengingkat mengintegrasikan penilaian, perasaan dan pola pelaksanaan perbuatan yang
baik.
2. Mengembangkan Kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan
dengan nilai-nilai universal dan pancasila
http://lapazinaction.blogspot.com/2012/03/tujuan-dan-fungsi-pendidikan.html diakses
pada tanggal 25 februari 2021
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/09/15/konsep-pendidikan-karakter/ diakses
pada tanggal 25 februari 2021
http://mz-arifin.blogspot.com/2012/05/11-prinsip-pendidikan-karakter-di.html diakses p
ada tanggal 25 februari 2021
http://golden-student.blogspot.com/2013/04/tujuan-pendidikan-karakter.html diakses pa
da tanggal 25 februari 2021
http://ibnoeahmed.blogspot.com/2011/10/tinjauan-filosofis-tentang-pendidikan.html d
iakses pada tanggal 25 februari 2021