Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENDIDIKAN KARAKTER DAN ANTIKORUPSI

NAMA : SITTI NURHALIZAH

NIM : G30120057

DOSEN MK : Dr. ABD. RAHMAN RAZAK, M.Si, Apt

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU, 2021
“PENGERTIAN DAN LANDASAN PENDIDIKAN KARAKTER”

A.    Pengertian Pendidikan Karakter dan Komponen Karakter

-Pengertian pendidikan karakter

Pendidikan karakter merupakan gabungan dari dua kata, yaitu pendidikan dan
karakter. Kita ketahui bahwa pengertian pendidikan begitu banyak versi yang
menyebutkan. Salah satunya adalah Ki Hadjar Dewantara dalam Kongres Taman Siswa
yang pertama tahun 1930 mengatakan bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya
untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran
(intelek), dan tubuh anak; dalam Taman Siswa tidak boleh dipisahkan bagian-bagian itu
agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan dan penghidupan anak-
anak yang kita didik selaras dengan dunianya. Sedangkan pada Undang-undang nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Sedangkan istilah karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin “charakter”,


yang antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian
atau akhlak. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri
khas seseorang atau sekelompok orang.

Suyanto (2009) mendefinisikan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku


yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup
keluarga, masyarakat, bangsa, maupun  negara.

Definisi lainnya dikemukakan oleh Kertajaya (2010), karakter adalah ciri khas


yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan
mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, serta merupakan “mesin” yang
mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon sesuatu.

Maka pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan


dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya,
dan adat istiadat. Pendidikan karakter melibatkan aspek pengetahuan (cognitive),
perasaan (feeling), dan tindakan (action). 

-Komponen Karakter
1.Pengetahuan Moral

Terdapat enam aspek yang menonjol sebagai tujuan pendidikan karakter yang
diinginkan.

a. Kesadaran Moral

Kebutaan moral adalah kegagalan moral yang terjadi diseluruh usia. Semua situasi
yang kita hadapi memerlukan pengetahuan moral dan penilaian moral. Kegagalan moral
banyak terjadi pada usia muda. Maka orang muda perlu mengetahui bahwa tanggung
jawab moral yang pertama adalah menggunakan pemikiran mereka untuk melihat suatu
situasi yang memerlukan pemikiran moral. Kemudian memikirkan dengan cermat apa
yang dimaksud dengan arah tindakan yang benar. Aspek kedua dari sekadaean moral
adalah memahami informasi dari permasalahan yang bersangkutan. Karena sangat
sering kita tidak dapat memutuskan apa yang benar dalam membuat penilaian moral.

b. Mengetahui Nilai Moral

Mengetahui sebuah nilai berarti juga memahami bagaimana cara menerapkan nilai
yang bersangkutan dalam berbagai situasi. Nilai-nilai moral seperti mengahargai
kehidupan dan kemerdekaan, tanggung jawab, kejujuran, keadilan, toleransi,
penghormatan, disiplin diri, integritas, kebaikan, belas kasihan, dan dorongan menjadi
pribadi yang baik. Ketika digabung seluruh nilai ini menadi warisan moral yang
diturunkan dari satu generasi ke generasi. Literasi etika memerukan pengetahuan akan
nilai-nilai ini.

c. Penentuan Perspektif

Penentuan perspektif merupakan kemampuan untuk mengambil sudut pandang orang


lain, melihat situasi bagaimana adanya, membayangkan bagaimana mereka akan
berpikir, bereaksi, dan merasakan masalah yang ada. Hal ini merupakan persyaratan
bagi penilaian moral. Kita tidak dapat mengormati orang lain dengan sangat baik dan
bertindak dengan adil ketika kita tidak memahami orang yang bersangkutan. Sasaran
pendidikan moral harus membantu siswa mengalami dunia dari sudut pandang orang
lain, terutama sudut pandang orang-orang yang berbeda dari diri mereka sendiri.

d. Pemikiran Moral

Pemikiran moral melibatkan pemahaman apa yang dimaksud dengan moral dan
mengapa harus aspek moral. Mengapa penting untuk menerapi janji? Mengapa harus
melakukan pekerjaan terbaik saya? Pemikiran perkembangan moral anak-anak bersifat
gradual. Mereka mempelajari pemikiran moral yang baik dan apa yang dianggap
sebagai pemikiran moral yang tidak baik. Ditingkat yang lebih tinggi pemikiran moral
juga mengikutsertakan pemahaman atas niai moral klasik.
e. Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan berarti mampu memikirkan cara seseorang bertindak melalui


permasalahan moral dengan cara ini merupakan keaslian pengambilan keputusan
reflektif.

f. Pengetahuan Pribadi

Mengetahui diri sendiri merupakan jenis pengetahuan moral yang paling sulit untuk
diperoleh, namun hal ini perlu untuk pengembangan karakter. Menjadi orang bermoral
memerlukan keahlian untuk mengulas kelakuan kita sendiri dan mengevaluasi perilaku
kita secara kritis.

Mengembangkan pengetahuan moral pribadi mengikutsertakan hal menjadi sadar akan


kekuatan dan kelemahan karakter individual kita dan bagaimana cara mengatasi
kelemahan kita.

Kesadaran moral, mengetahui nilai moral, penentuan perspektif, pemikiran moral,


pengambilan keputusan, dan pengetahuan pribadi merupakan kualitas pemikiran yang
memebentuk pengatahuan moral. Kesemuanya ini membentuk kontribusi yang penting
bagi sisi kognitif karakter kita.

2.Perasaan Moral

Sisi emosional karakter yang sedikit terabaikan dalam pembahasan pendidikan


karakter, namun sisi ini sangat penting. Hanya mengetahui apa yang benar bukan
merupakan jaminan di dalam hal melakukan tindakan yang baik. Masyarakat bisa sangat
pintar tentang perihal benar dan salah dan masih memilih yang salah.

a.Hati Nurani

Hati nurani memiliki empat sisi yaitu sisi kognitif untuk mengetahui apa yang benar
dan sisi emosional merasa kewajiban untuk melakukan apa yang benar. Banyak orang
tahu apa yang benar, namun merasakan sedikit kewajiban untuk berbuat sesuai dengan
hal tersebut.

Bagi orang-orang dengan hati nurani, moralitas itu perlu diperhitungkan. Mereka ini
berkomitmen untuk menghidupi nilai moral mereka karena nilai-nilai moral tersebut
berakar sangat dalam pada diri sendiri seseorang bermoral. Orang seperti ini sangat
tidak berbohong karena mereka mengidentifikasi tindakan moral mereka.

b.Harga Diri

Ketika kita memiliki ukuran harga diri yang sehat, kita menilai diri sendiri. Ketika kita
menilai diri kita sendiri, kita menghargai diri kita sendiri. Kita tidak begitu mungkin
menyalahgunakan gagasan atau pemikiran kita atau memperkenankan orang lain untuk
menyalahgunakannya. Orang yang memiliki harga diri tidak akan tergantung pada
persetujuan orang lain, dan akan cenderung bisa memperlakukan oran lain dengan cara
yang positif. Namun harrga diri yang tinggi dengan sendirinya tidak menjamin karakter
yang baik.

c.Empati

Empati merupakan identifikasi dengan atau pengalaman yang seolah-olah terjadi


dalam diri orang lain. Empati memampukan kita untuk keluar dari diri kita sendiri dan
masuk ke dalam diri orang lain. Ini merupakan sisi emosional penentuan presfektif.

Setiap orang memiliki empati yang berbeda-beda. Maka guru perlu bekerja keras untuk
membantu anak agar mereka memahami dan bersimpati terhadap orang lain.

d.Mencintai Hal yang Baik

Merupakan bentuk karakter yang tertinggi mengikutsertakan sifat yang benar-benar


tertarik pada hal yang baik. Dalam pendidikan tentang hal yang baik, hati kita dilatih
sebagaimana dengan pikiran kita. Orang yang baik belajar tidak hanya membedakan
antara yang baik dan yang buruk melainkan juga diajarkan untuk mencintai hal yang
baik dan membenci hal yang buruk.

Ketika orang mencintai hal yang baik, mereka akan senang melakuakn yang baik.
Mereka memiliki moralitas keinginan, bukan hanya moral tugas.

e. Kendali Diri

Kendali diri diperlukan untuk menahan diri agar tidak memanjakan diri kita sendiri.
Apa bila seseorang mencari akar gangguan moral seseorang mendapati hal ini dalam
pemanjaan diri, dalam pengerjaan kesenangan yang menyebabkan banyak orang untuk
menyerap diri mereka secara seutuhnya dalam pengejaran keuntungan finansisal.
Idealisme yang tinggi mengalami kegagalan di hadapan pola ini. Dan kecuali kendali
diri menjadi bagian yang lebih besar dalam karakter orang muda.

f. Kerendahan Hati

Kerendahan hati merupakan kebaikan moral yang terabaikan namum meripakan


bagian yang esensial dari karakter yang baik. Kerendahan hari merupakan sisi afektif
pengetahuan pribadi. Hal ini merupakan keterbukaan yang sejati terhadap kebenaran
dan keinginan untuk bertindak guna memperbaiki kegagalan kita. Kerendahan hati juga
membantu kita mengatasi kesombongan. Menurut C.S. Lewis kebanggaan merupakan
sumber arogansi, prasangka dan meremehkan orang lain.
Kerendahan hati merupakan pelindung yang terbaikterhadap perbuatan jahat. Kejahatan
tidak akan dilakukan seluruhnya atau dengan baik sebagaimana halnya ketika hal itu
dilakukan dengan hati nurani yang baik. Dosa terberat dalam kebanggan adalah menipu
diri sendiri, berbuat jahat dan menyebutnya sebagai hal yang baik. Dalam buku People
of the Lie: The Hope for Healing Human Evil, psikiater Scott Peck berpendapat bahwa
orang-orang saleh mampu melakuan kejahatan yang besar karena tidak mampu
mengkritik diri mereka sendiri. Mereka mengatakan kepada diri mereka sendiri bahwa
mereka tidak mampu berbuat salah.

Hati nurani, harga diri, empati, mencitai hal yang baik, kendali diri dan kerendahan hati
semuanya ini membentuk sisi emosional diri moral kita. Perasaan tentang diri sendiri,
orang lain, dan kebaikan itu sendiri bergabung dengna pengetahaun moral untuk
membentuk sumber motivasi moral kita. Semuanya ini membantu kita kelintasi
jembatan dari mengetahui hal yang baik menjadi melakukan yang yang baik. Kehadiran
atau ketiadaan perasaan moral ini dalam sebagian besar menjelaskan alasan mengapa
beberapa orang melakukan praktik prinsip moral mereka sedangkan yang lain tidak.
Untuk alasan ini pendidikan moral yang semata-mata bersifat intelektual yang
menyentuh pikiran, namun tidak menyentuh hati, melewatkan suatu bagian yang krusial
dalam karakter.

3.Tindakan Moral

Tindakan moral untuk tingkat yang besar merupakan hasil dari dua bagian karakter
lainnya. Apabila orang-orang memiliki kualitas moral kecerdasan dan emosi maka
mereka mungkin melakukan apa yang mereka ketahui dan mereka rasa benar.

Meskipun demikian, ada masa ketika kita mungkin mengetahui apa yang harus kita
lakukan, merasakan apa yang yang harus dilakukan, namun masih gagal untuk
menerjemahkan pikiran dan perasaan kita ke dalam tindakan. Untuk memahami apa
yang mengerakkan seseorang untuk melakukan tindakan moral atau mencegah
seseorang untuk tidak melakukannya kita perlu memperharikan tiga aspek karakter
lainnya: kompetensi, keinginan, dan kebiasaan.

a. Kompetensi

Kompentensi moral memiliki kemampuan untuk mengubah penilaian dan perasaan


moral ke dalam tindakan moral yang efektif. Untuk memencahkan konflik dengan adil
misalnya kita memerlukan keahlian praktis: mendengarkan, menyampaikan dari sudut
pandang kita, dan mengusahakan solusi yang dapat diterima oleh semua pihak.

Kompetensi juga bermain dalam situasi moral lainnya. Untuk membantu orang lain
yang mengalami kesusahan, kita harus mampu merasakan dan melaksanakan rencana
tindakan. Hal inii lebih mudah dilakukan apabila kita telah berpengalaman menolong
orang dalam situasi yang luar biasa sebelumnya.
b. Keinginan

Pilihan yang benar dalam suatu keinginan moral biasanya pilihan yang sulit. Menjadi
orang baik seringkali memerlukan tindakan keinginan yang baik, suatu penggerak
energy moral untuk melakukan apa yang kita pikir harus lakukan.

Diperlukan keinginan untuk menjaga emosi di bawah kendali pemikiran. Diperlukan


keinginan untuk melihat dan berpikir melalui seluruh dimensi moran dalam suatu
situasi. Diperlukan keinginan untuk melaksanakan tugas sebelum meperoleh
kesenangan. Diperlukan keinginan untuk menolak godaan, untuk menentang tekanan
teman sebaya dan melawan gelombang. Keinginan berada pada inti dorongan moral.

c. Kebiasaan

Dalam siatu yang besar, pelaksanaan tindakan moral memperoleh manfaat dari
kebiasaan. Orang-orang yang memiliki karakter yang baik bertindak sebenarnya,
dengan loyal, dengan berani, dengan baik dan dengan adil tanpa merasa amat tertekan
oleh arah tindakan sebaliknya. Seringkali orang ini melakukan hal yang baik karena
dorongan kebiasaan.

Untuk alasan ini, anak-anak, sebagai bagian dari pendidikan moral mereka, diperlukan
banyak kesempatan untuk mengembangkan kebiasaan yang baik, banyak hal dalam
praktik menjadi orang baik. Hal ini berarti pengalaman yang diulangi dalam melakukan
suatu hal seperti membantu, jujur, tidak mudah marah, ramah, dan apa yang adil. Oleh
karena itu kebiasaan yang baik terbentuk akan bermanfaat bagi diri mereka sendiri
bahkan ketika mereka menghargai situasi yang berat.

Dalam pribadi dengan karakter yang baik. Pengetahuan moral, perasaan moral dan
tindakan moral secara umum bekerja sama untuk saling mendukung satu sama lain.
Tentu saja hal ini tidak selalu demikian; bahkan orang yang baik tidak terkecuali sering
gagal dalam melakukan perbuatan moral mereka yang terbaik. Namun seiring kita
mengembangkan karakter –proses seumur hidup-kehidupan mira yang kita jalani secara
mengingkat mengintegrasikan penilaian, perasaan dan pola pelaksanaan perbuatan yang
baik.

B.     Tujuan, Prinsip-prinsip dan Landasan Pendidikan Karakter

1.      Tujuan Pendidikan Karakter

Tujuan Pendidikan Nasional merupakan rumusan mengenai kualitas manusia


Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan Pendidikan. Oleh karena itu,
rumusan tujuan Pendidikan Nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan
karakter. Tujuan Pendidikan Karakter diantaranya adalah sebagai berikut :
1.                  Mengembangkan potensi afektif peserta didik sebagai manusia dan Warga Negara
yang memiliki nilai-nilai pancasila

2.                  Mengembangkan Kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan
dengan nilai-nilai universal dan pancasila

3.                  Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai


generasi penerus bangsa

4.                  Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif,


berwawasan kebangsaan dan

5.                  Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang


aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang
tinggi dan penuh kekuatan.

Secara singkatnya pendidikan karakter bertujuan untuk mempersiapkan peserta


didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki
kemampuan, kemauan,dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan.
Pendidikan Karakter juga bertujuan meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan
akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar
kompetensi kelulusan. Melalui pendidikan karakter, diharapkan peserta didik mampu
secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuaannya, mengkaji dan
menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga
terwujud dalam perilaku sehari-hari.

2.      Prinsip Pendidikan Karakter


Character Education Quality Standards merekomendaikan sebelas prinsip untuk
mewujudkan pendidikan karakter yang efektif, sebagai berikut:
1. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.
2. Mengidentifikasikan karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran,
perasaan dan perilaku.
3. Mengguanakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun
karakter.
4. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.
5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan perilaku yang baik.
6. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang
menghargai semua siswa, membangun karakter mereka dan membantu mereka
untuk sukses.
7. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri para siswa.
8. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung
jawab untuk pendidikan karakter yang setia kepada nilai dasar yang sama.
9. Adanya pembagian kepimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun
inisiatif pendidikan karakter.
10. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha
membangun karakter.
11. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter,
dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan siswa.

3. Landasan pendidikan karakter

1. Landasan Filsafat Pancasila


Landasan ini mendasarkan bahwa dalam melaksanakan pendidikan karakter perlu
dikembalikan kepada nilai-nilai dalam Pancasila (nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan dan keadilan sosial). Dalam Kebijakan Nasional Pembangunan
Karakter Bangsa Tahun 2010-2025 (2010 hlm. 29) secara lebih lanjut ditambahkan
dengan Undang Undang Dasar 1945, dan Undang-undang N0. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta ketentuan perundang-undangan
turunannya (Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025, Perpres No. 5 tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 dan Inpres
No. 1 tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional
Tahun 2010).
2. Landasan filsafat pendidikan umum
Landasan ini berdasarkan atas pendidikan yang pada dasarnya mengembangkan
kepribadian utuh (internalisasi nilai-nilai) dan warga negara yang baik.
3. Landasan religius
Landasan ini mendasarkan pada pendidikan perlu mengembangkan karakter
manusia yang patuh terhadap ajaran-ajaran Tuhan.
4. Landasan sosiologis.
Landasan ini mendasarkan bahwa manusia Indonesia hidup dalam kemajemukan
suku, etnis, agama, golongan, status sosial dan ekonomi untuk dapat
mengembangkan karakter untuk saling menghargai dan toleran pada bermacam-
macam tatanan kehidupan dan berbagai perbedaan.
5. Landasan psikologis.
Fokus dalam landasan ini adalah adanya dimensi intrapersonal, interpersonal dan
interaktif. Dimensi intrapersonal menyangkut kemampuan manusia untuk memahami
dirinya sendiri. Dimensi interpersonal menyangkut kemampuan untuk mengenali
perbedaan, sedangkan dimensi interaktif menyangkut kemampuan manusia
berinteraksi sosial dengan sesama secara bermakna. Jadi, ketiga dimensi yang
dimiliki manusia tersebut dapat berjalan secara baik untuk mewujudkan manusia
yang berkarakter secara utuh.
6. Landasan teoritik.
Landasan ini mengacu pada teori pendidikan dan pembelajaran yang dapat dirujuk
untuk pengembangan karakter. Teori berorientasi pada komprehensi lebih tepat jika
digunakan dalam proses implementasi pendidikan karakter dimana implementasi
seimbang antara kekuatan internal dan eksternal, kekuatan pikiran dengan kekuatan
hati dan antara pengetahuan moral (ngerti), perasaan moral (ngroso) dan tindakan
moral (nglakoni). Menurut Saptono (2011 hlm. 41), pengetahuan moral meliputi
kesadaran moral, pengetahuan nilai-nilai moral, sudut pandang moral, argumen
moral, pembuatan keputusan dan pemahaman diri. Perasaan moral meliputi hati
nurani, kepercayaan diri, sikap empati, cinta kebaikan, pengendalian diri dan
kerendahan hati. Tindakan moral meliputi kecakapan, kemauan dan kebiasaan.
DAFTAR PUSTAKA

Koesoema A, Doni. 2007. Pendidikan Karakter. Jakarta: Grasindo

http://lapazinaction.blogspot.com/2012/03/tujuan-dan-fungsi-pendidikan.html diakses
pada tanggal 25 februari 2021

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/09/15/konsep-pendidikan-karakter/ diakses 
pada tanggal  25 februari 2021

http://mz-arifin.blogspot.com/2012/05/11-prinsip-pendidikan-karakter-di.html diakses p
ada tanggal  25 februari 2021

http://golden-student.blogspot.com/2013/04/tujuan-pendidikan-karakter.html diakses pa
da tanggal  25 februari 2021

http://ibnoeahmed.blogspot.com/2011/10/tinjauan-filosofis-tentang-pendidikan.html d
iakses pada tanggal  25 februari 2021

Anda mungkin juga menyukai