Anda di halaman 1dari 25

UNIVERSITAS GUNADARMA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

PROPOSAL TESIS

OPTIMASI PENGGUNAAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI


INDRAMAYU DENGAN TEKNIK ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
(AHP)

Nama : Ekky Nur Fajriyah


NPM : 93218006
Fakultas : Teknik Sipil dan Perencanaan
Jurusan : Teknik Sipil
Pembimbing : Dr. Budi Santosa, ST., MT.

Diajukan Guna Melengkapi Syarat

Penempuhan Seminar Proposal Tesis


2020
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... v

LATAR BELAKANG ...................................................................................... 1

TUJUAN PENELITIAN .................................................................................. 4

BATASAN MASALAH .................................................................................... 5

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 5

4.1 NERACA AIR .............................................................................. 5

4.2 IRIGASI ........................................................................................ 6

4.3 SISTEM PEMBERIAN AIR ....................................................... 6

4.4 OPTIMASI ................................................................................... 7

4.5 POPULASI DAN SAMPEL ........................................................ 8

4.6 ANALYTICAL HIERARCHY PROSESS (AHP) ........................ 9

METODE PENELITIAN ................................................................................ 13

5.1 Identifikasi Masalah .................................................................... 16

5.2 Studi Pustaka dan Literatur ....................................................... 16

5.3 Pengumpulan Data ....................................................................... 16

5.4 Proses Analisis .............................................................................. 16

5.5 Hasil Analisis ................................................................................ 17

ii
SISTEMATIKA PENULISAN ....................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 19

iii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Skala Penilaian Tingkat Kepentingan Pasangan Faktor ........... 11

Tabel 2 Random Consistency Index (R.I) .............................................. 12

Tabel 3 Data yang digunakan dalam Penelitian ................................... 13

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Model Matematis AHP ............................................................... 10

Gambar 2 Model Analytical Hierarchy Process (AHP) .............................. 13

Gambar 3 Model Analisis Menggunakan AHP ........................................... 14

Gambar 4 Diagram Alir Penelitian Optimasi Penggunaan Air Irigasi dengan

Teknik AHP ................................................................................ 15

Gambar 5 Diagram alir metode AHP .......................................................... 17

v
OPTIMASI PENGGUNAAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI

INDRAMAYU DENGAN TEKNIK ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

(AHP)

1. LATAR BELAKANG

Kabupaten Indramayu menjadi salah satu Kabupaten penyangga padi

Nasional, dengan luas area persawahan secara keseluruhan sekitar 140 ribu Ha.

Kekurangan air yang menyebabkan kekeringan pada daerah Irigasi di Kabupaten

Indramayu semakin meluas, berdasarkan data yang tercatat di Dinas Pertanian pada

24 Juli 2019, Lahan Pertanian yang mengalami gagal atau puso sudah mencapai

5.666 Ha, kekeringan yang melanda areal pertanian di sejumlah daerah di

Kabupaten Indramayu menjadi langganan setiap musim kemarau. Meskipun

memiliki dua sumber daya air, yakni Waduk Jatilihur dan Waduk Jatigede, namun

karena letak geografis Indramayu yang berada diujung kedua bendungan tersebut

membuat aliran air tidak dapat di manfaatkan secara optimal. Adapun beberapa

alternatif yang dapat dilakukan untuk mengoptimasi permasalahan tersebut

diantaranya dengan merubah cara pemberian air, jadwal tanam, perubahan pola

tanam, perubahan indeks pertanamana dan perubahan luas golongan. (Mahdalena

Yuliya H dkk, 2014).

Penelitian ini menggunakan teknik Analytical Hierarchy Process (AHP)

mengingat terdapat beberapa alternatif yang bisa dicapai untuk mengurangi

kekurangan air. Teknik AHP banyak digunakan dalam mendukung perencanaan di

berbagai bidang pengelolaan sistem irigasi berkelanjutan umumnya telah


menggunakan teknik AHP sebagai dasar pengam bilan keputusan. Penelitian -

penelitian dengan teknik AHP tersebut antara lain banyak dikembangkan untuk

penilaian keberlanjutan sistem irigasi, pengembangan kelembagaan irigasi,

perlindungan lahan irigasi, dan efisiensi irigasi. Adanya beberapa alternatif dalam

pengoptimalan air irigasi menuntut suatu pilihan alternatif mana yang menjadi

variabel penting sebagai batasan. Optimasi penggunaan air irigasi sendiri bertujuan

untuk mencari alternatif penggunaan dan pemberian air irigasi yg optimal pada

daerah irigasi, penelitian menggunakan teknik Analytical Hierarchy Process (AHP)

karena terdapat beberapa alternatif yg dapat di gunakan untuk mengurangi periode

kekurangan air di antanranya seperti perubahan jadwal tanam, perubahan pola

tanam, perubahan indeks pertanamana dan perubahan luas golongan.

Penelitian dilakukan di daerah irigasi Kabupaten Indramayu menginggat

sebagian besar lahan di daerah Indramayu di manfaatkan untuk pertanian terlebih

tanaman padi, daerah irigasi Kabupaten Indramayu mengalami beberapa periode

kekurangan air, yang diakibatkan adanya fluktuatif debit yang cukup besar antara

musim hujan dan musim kemarau. Kekurangan air ini menyebabkan terhambatnya

pertumbuhan tanaman dan jika terjadi dalam periode yang cukup lama bisa

menyebabkan kematian pada tanaman.

Penelitian dilakukan dengan cara pengumpulan data yg di dapatkan dari

survei, dalam penggunaan air irigasi, yang mengerti tentang permasalahan

penggunaan air di lapangan adalah petani, untuk itu disusun kuesioner dengan

responden petani sebagai input untuk skala penilaian perbandingan berpasangan

dalam struktur hirarki AHP karena responden dari kajian ini merupakan petani,

2
maka bentuk pertanyaan yang dibuat harus disederhanakan dahulu ke dalam bahasa

yang mudah dimengerti untuk itu dalam kajian ini, skala penilaian tingkat

kepentingan pasangan faktor yang dalam skala Saaty berjumlah 9 disederhanakan

lagi menjadi dengan model tingkat kepentingan yang sama dan nantinya di konversi

ke tingkat kepentingan model Analytical Hierarchy Process (AHP). Survey

dilakukan dengan cara menyebar kuesioner ke sejumlah para petani pemakai air

(P3A) di beberapa desa yang berada di Daerah Irigasi Indramayu, menentukan

jumlah sampel minimal jumlah responden dari seluruh anggota P3A dengan

menggunakan rumus Taro Yamane atau Slovin dalam Riduwan dan Engkos, 2008.

Melalui survey tersebut, diharapkan diperoleh alternatif prioritas terbaik untuk

optimasi penggunaan air irigasi di daerah Irigasi Indramayu.

Penelitian sebelumnya telah di lakukan mengenai “Analisis Penggunaan

Air Irigasi dengan Teknik Analytical Hierarchy Process (AHP) di Wanir

Kabupaten Bandung” penelitian analisis penggunaan air irigasi ditunjukan untuk

mencari alternatif yang paling optimal pada daerah irigasi, alternatif tersebut antara

lain perubahan jadwal tanam, perubahan pola tanam, perubahan indeks pertanaman,

dan perubahan luas golongan, penelitian di lakukan dengan menyebar kusioner

kepada beberapa responden yang terdiri dari para petani pemakai air (P3A) dari

beberapa desa, dari hasil penelilitian yang mengacu pada hasil analisis

menggunakan teknik AHP tersebut, alternatif penggunaan air irigasi yang paling

optimal adalah dengan perubahan jadwal tanam. (Mahdalena Yuliya H dkk, 2014).

Penelitian lainnya yang menggunakan teknik AHP sebagai metode untuk

pemilihan alternatif juga pernah dilakukan mengenai Aplikasi Analytical Hierarchy

3
Process (AHP) Untuk Penentuan Strategi Pengembangan Subak, Tujuan penelitian

ini adalah mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang

dihadapi subak, menetapkan beberapa alternatif strategi untuk solusi

pengembangan subak dan menetapkan strategi solusi terpilih untuk pengembangan

dan keberlanjutan sistem subak ditengah pesatnya perkembangan pariwisata Bali.

Pada penelitian ini, penentuan alternatif strategi yang sesuai dilakukan secara

bertahap disusun berbagai alternatif strategi. Selanjutnya, pemilihan alternatif

strategi solusi yang dianggap paling sesuai, dilakukan menggunakan Analitical

Hierarchy Process (AHP) Penilaian ini diperoleh hasil bahwa pengembangan subak

sebagai daerah agroekowisata merupakan pilihan alternatif strategi yang

mempunyai nilai paling besar. (Sumiyati dkk, 2011)

2. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan Di Lakukannya Penelitian Adalah Untuk Optimasi Penggunaan

Air Irigasi Pada Daerah Irigasi Indramayu Dengan Teknik Analytical Hierarchy

Process (AHP) antara lain sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi kriteria, subkriteria dan alternatif yang optimal pada

daerah Irigasi Indramayu

2. Menentukan alternatif prioritas terbaik dengan mengunakan Teknik

Analytical Hierarchy Process (Ahp) untuk optimasi penggunaan air irigasi

4
3. BATASAN MASALAH

Adapun batasan masalah dalam penelitian Optimasi Penggunaan Air

Irigasi Pada Daerah Irigasi Indramayu Dengan Teknik Analytical Hierarchy

Process (AHP) adalah sebagai berikut:

1. Lokasi penelitian adalah pada Daerah Irigasi

2. Penelitian menggunakan teknik Analytical Hierarchy Process (AHP)

sebagai dasar pengambilan keputusan.

4. TINJAUAN PUSTAKA

Irigasi merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mendatangkan air

dari sumbernya guna keperluan pertanian, mengalirkan dan membagikan air secara

teratur dan setelah digunakan dapat dibuang kembali. (Mawardi dan Memed, 2006).

Berkaitan dengan sistem irigasi, masalah pokok yang sering muncul adalah

memanfaatkan air sebagai sumber/bahan yang penting ini dapat diefisienkan

semaksimal mungkin. Salah satu cara untuk mengefisienkan penggunaaan air pada

tahap operasi adalah dengan melakukan optimalisasi dengan berbagai alternatif

seperti perubahan pada pola tanam, perubahan jadwal tanam, perubahan indeks

pertanamanan, dan perubahan luas golongan.

4.1 NERACA AIR

Neraca air (water balance) merupakan neraca masukan dan keluaran air

disuatu tempat pada periode tertentu, sehingga dapat untuk mengetahui jumlah air

5
tersebut kelebihan (surplus) ataupun kekurangan (defisit). Kegunaan

mengetahui kondisi air pada surplus dan defisit dapat mengantisipasi bencana yang

kemungkinan terjadi, serta dapat pula untuk mendayagunakan air sebaik-baiknya

(Sri Harto, 2000).

4.2 IRIGASI

Menurut Peraturan Pemerintah No. 23 / 1998 tentang irigasi, bahwa Irigasi

ialah usaha untuk penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian.

Menurut PP No. 22 / 1998 irigasi juga termasuk dalam pengertian drainase yaitu

mengatur air terlebih dari media tumbuh tanaman atau petak agar tidak

mengganggu pertumbuhan maupun produksi tanaman. Sedangkan Small dan

Svendsen (1990) menyebutkan bahwa irigasi ialah tindakan intervasi manusia

untuk mengubah aliran air dari sumbernya menurut ruang dan waktu serta

mengolah sebagian atau seluruh jumlah tersebut menaikkan produksi pertanian.

Pemberian air irigasi harus sesuai dengan fungsinya, yaitu digunakan untuk

mengairi tanaman (peraturan pemerintah No.23 pasal 4 dan 7 tahun 1982 tentang

irigasi). Pemberian air irigasi diberikan secara tepat dan efisien sesuai dengan

jumlah dan waktu yang diperlukan oleh tanaman agar memperoleh hasil pertanian

yang optimal.

4.3 SISTEM PEMBERIAN AIR

Metode pemberian air irigasi bagi tanaman dapat dilakukan dengan 5 cara

(Linsley dan Fransini, 1991) yaitu : penggenangan (flooding), menggunakan alur

6
besar atau kecil (furrow), menggunakan air di bawah permukaan tanah melalui sub

irigasi, penyiraman (sprinkler) dan menggunakan sistem tetesan (trickle). Cara

pemberian air irigasi yang lazim di Indonesia untuk tanaman padi dengan

penggenangan (flooding), dibagi dua macam yaitu pemberian air non rotasi,dengan

pengaliran terus menerus (continous flow) dan pemberian air secara rotasi, dimana

pemberian air sistim terputus-putus (intermitten system).

4.4 OPTIMASI

Optimasi (Optimization) adalah aktivitas untuk mendapatkan hasil terbaik

di bawah keadaan yang diberikan. Tujuan akhir dari semua aktivitas tersebut adalah

meminimumkan usaha (effort) atau memaksimumkan manfaat (benefit) yang

diinginkan karena usaha yang diperlukan atau manfaat yang diinginkan dapat

dinyatakan sebagai fungsi dari variabel keputusan, maka optimasi dapat

didefinisikan sebagai proses untuk menemukan kondisi yang memberikan nilai

minimum atau maksimum dari sebuah fungsi. Optimasi dapat diartikan sebagai

aktivitas untuk mendapatkan nilai minimum suatu fungsi karena untuk

mendapatkan nilai maksimum suatu fungsi dapat dilakukan dengan mencari

minimum dari negatif fungsi yang sama.

Optimasi pemanfatan sumber daya air pada DAS dimaksudkan untuk

mengoptimalkan sumber daya air yang ada untuk memenuhi kebutuhan air irigasi.

Debit air yang mengalir di sungai tidaklah sama setiap waktu, adakalanya debit

tersebut sangat kecil dan adakalanya debit sungai tersebut sangat besar yang dapat

7
mengakibatkan banjir di daerah hilir. Sehingga dalam pemanfaatannya harus

dilakukan sedemikian rupa agar semua kebutuhan dapat terpenuhi. Keterbatasan

sumberdaya menyebabkan kita melakukan pembagian air secara tepat sesuai

dengan proporsi kebutuhan masing-masing pengguna dan seefisien mungkin agar

air tidak terbuang atau terjadi kekurangan air.

4.5 POPULASI DAN SAMPEL

Menurut Sugiyono (2012), populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi merupakan keseluruhan subjek yang akan diteliti dengan karakteristik

yang dapat dikatakan sama sehingga dapat digeneralisasikan hasil penelitian yang

dilakukan terhadap populasi tersebut. Sampel minimal yang digunakan sebagai

batasan dalam pengambilan sampling dengan metode kuisioner ini mengacu pada

rumus Toro Yamane atau slovin (Riduwan dan Kuncoro 2008) yaitu dengan

menggunakan persamaan sebagai berikut :

N
n
N  d2 1

Dimana :

n = Jumlah sampel minimal

N = Jumlah populasi

d = Tingkat presisi tergantung pada sumber dana, waktu dan tenaga.

8
4.6 ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu metode untuk penentuan

keputusan klasik yang sangat baik untuk diterapkan ke dalam sebuah sistem

pendukung keputusan dan sudah teruji pemanfaatannya dalam pemecahan

berbagai macam kasus pengambilan keputusan. Karena metode AHP mampu

mentranslasi sebuah permasalahan pengambilan keputusan yang rumit dan tidak

terstruktur menjadi model yang mudah dipahami dan fleksibel.

AHP digunakan untuk menurunkan skala rasio dari beberapa perbandingan

berpasangan yang bersifat diskrit maupun kontinu. Perbandingan berpasangan

tersebut dapat diperoleh melalui pengukuran aktual maupun pengukuran relatif

dari derajat kesukaan, atau kepentingan atau perasaan. Metode ini sangat berguna

untuk membantu mendapatkan skala rasio dari hal-hal yang semula sulit diukur

seperti pendapat, perasaan, prilaku dan kepercayaan. (Saaty,2001) Penggunaan

AHP dimulai dengan membuat struktur hirarki atau jaringan dari permasalahan

yang ingin diteliti. Di dalam hirarki terdapat tujuan utama, kriteria - kriteria, sub

kriteria-sub kriteria dan alternatif-alternatif yang akan dibahas.

Penyusunan hirarki dalam AHP dimaksudkan untuk menstruktur

permasalahan yang kompleks menjadi elemen-elemen pokok secara hirarkis.

Dalam hirarki, level 1 (puncak) disebut : tujuan hirarki, karenanya level ini harus

hanya terdiri atas 1 elemen. Level 2 disebut "Kriteria Utama" yang akan digunakan

dalam menilai tujuan pada level 1. Level 3 disebut "subkriteria". Kecuali level 1,

semua level dapat terdiri atas lebih dari satu elemen. Level paling akhir merupakan

9
elemen dari suatu objek masalah yang dibahas dalam suatu studi perencanaan atau

disebut "Elemen Alternatif Keputusan" yang mungkin akan diambil.

Tahapan - tahapan pengambilan keputusan dalam metode AHP pada

dasarnya adalah sebagai berikut :

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan

2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan

dengan kriteria-kriteria dan alternaif-alternatif pilihan yang ingin

dirangking.

3. Membentuk matriks perbandingan berpasangan (pairwise comparison)

yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen

terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya.

Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat

keputusan dengan menilai tingkat tingkat kepentingan suatu elemen

dibandingkan elemen lainnya

Kriteria A1 A2 … An
A1 w1/w1 w1/w2 … w1/wn
A2 w2/w1 … … …
… … … … …
An wn/w1 wn/w2 … wn/w1
Gambar 1. Model Matematis AHP
Sumber Thomas L. Saaty, 1994

Dimana :

A1 ... An = kriteria / sub kriteria / alternatif program

w1 ... wn = bobot dari kriteria / sub kriteria / alternatif program

10
Nilai-nilai pada setiap baris pada matrik merupakan perbandingan antara
faktor-faktornya dengan masing-masing faktor itu sendiri, dan menjumlahkan nilai
total dari suatu kolom pada matrik tersebut. Untuk menilai perbandingan tingkat
kepentingan elemen, Saaty (1994) menetapkan skala kuantitatif 1 sampai 9. Nilai
dan definisi dari skala perbandingan Saaty bisa diukur menggunakan tabel 1
berikut:
Tabel 1. Skala Penilaian Tingkat Kepentingan Pasangan Faktor
Sumber Thomas L. Saaty, 1994

Nilai dengan Angka Skala Kepentingan Definisi Keterangan


Kedua faktor
mempunyai dukungan
1 Equally Important Sama penting
yang sama pentingnya
terhadap tujuan
Terlihat nyata
pentingnya faktor
Moderately more
3 Sedikit lebih penting tersebut dibanding
important
faktor lainnya, tetapi
tidak meyakinkan
Jelas dan nyata faktor
Strongly more Perlu dan kuat
5 tersebut lebih penting
important kepentingannya
dari yang lainnya
Jelas, nyata dan
Very strongly more Menyolok terbukti faktor tersebut
7
important kepentingannya jauh lebih penting dari
yang lain
Jelas, nyata dan
terbukti secara
Extremely more
9 Mutlak penting meyakinkan faktor
important
tersebut sangat penting
dalam permufakatan
Nilai tengah antara dua
Jika diperlukan nilai
2,4,6,8 pertimbangan diatas
kompromistis
yang berdekatan

4. Membagi nilai (bobot) tiap perbandingan dengan jumlah total tiap kolom.

5. Menjumlahkan nilai total dari suatu baris pada matrik dan menormalisasi

matrik dengan membagi bobot masing-msing kriteria terhadap jumlah

totalnya.

11
6. Uji Konsistensi

1. Melakukan perkalian Matrik penilaian dengan Matrik Prioritas

2. Membagi baris pada Matrik [NxP] dengan baris pada Matrik [P]

3. Menghitung nilai eigenvalue (max)

4. Menghitung Indeks Konsistensi / Consistency Index (CI)

 max - n
CI 
n -1

Dimana :

CI = Consistency Index

max = eigenvalue

n = Orde Matriks

Menghitung Rasio Konsistensi / Consistency Ratio (CR)

CI
CR 
RI

Dimana :

CR = Consistency Ratio

CI = Consistency Index

RI = Random Index (tabel)

Syarat : CR < 0.1, untuk model AHP dapat ditetapkan bahwa CR ≤ 0,1

maka judgement yang telah diberikan dianggap cukup konsisten. Sedangkan untuk

nilai RI ini dapat dilihat dari tabel 1.

Tabel 2. Random Consistency Index (R.I)

n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

R.I 0 0 0.52 0.89 1.11 1.25 1.35 1.4 1.45 1.49 1.51 1.54 1.56 1.57 1.58

12
Gambar 2. Model Analytical hierarchy process (AHP)

5. METODE PENELITIAN
Penelitian di lakukan pada daerah irigasi indramayu dengan luas area

persawahan secara keseluruhan sekitar 140 ribu Ha sawah mempunyai pola tanam

eksisting padi – padi - palawija. jenis data yang digunakan berupa data primer.

Jenis data tersebut juga pernah di gunakan dalam penelitian “Analisis Penggunaan

Air Irigasi dengan Teknik Analytical Hierarchy Process (AHP) di Wanir

Kabupaten Bandung” (Mahdalena Yuliya H dkk, 2014).

Tabel 3. Data yang digunakan dalam Penelitian


Sumber Metode Instrumen yang di
No. Jenis Data
Data Koleksi Data perlukan
Data Primer
Kriteria Teknis, Ekonomi dan
1
Optimalisasi Lingkungan
Operasi,Pemeliharaan,
Koordinasi, Produktivitas
Subkriteria Pertanian, Pendanaan,
2
Optimalisasi Kesejahteraan Petani,
Observasi Kusioner
Pelestarian Sumber Daya
Air dan Penyimpanan Air
Jadwal Tanam, Pola
Alternatif tanam, Indeks
3
Optimalisasi Pertanaman dan Luas
Golongan.

13
Tujuan Optimalisasi Penggunaan

Air Irigasi

Kriteria Teknis Ekonomi Lingkungan

Subkriteria - Operasi - Produktivitas - Pelestarian SDA


- Pemeliharaan Pertanian - Penghematan Air
- Koordinasi - Pendanaan - Penyimpanan Air
- Kesejahteraan

Petani

Alternatif Jadwal Tanam Pola Tanam Indeks


`` Luas Golongan
Pertanaman

Gambar 3. Model analisi menggunakan AHP

14
Berikut merupakan diagram alir penelitian Optimasi Penggunaan Air

Irigasi Pada Daerah Irigasi Indramayu dengan Teknik Analytical Hierarchy Process

(AHP).

Mulai

Identifikasi Masalah

Studi Pustaka dan Literatur

Pengumpulan Data

Penyusunan Alternatif Optimasi

Penyusunan Metode AHP

Optimasi

Hasil Tidak
Optimasi
Optimum

Ya
Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 4. Diagram alir penelitian Optimasi Penggunaan Air Irigasi dengan

Teknik Analytical Hierarchy Process (AHP).

15
5.1 IDENTIFIKASI MASALAH
Identifikasi masalah di lakukan untuk mengetahui permasalahan yang

berkaitan dengan dengan topik penelitian, masalah penelitian secara umum bisa

ditemukan melalui studi literatur (literature review) atau lewat pengamatan

lapangan (observasi, survey), dan sebagainya.

5.2 STUDI PUSTAKA DAN LITERATUR


Studi pustaka dan literatur digunakan untuk mendukung penelitian

mengenai Optimasi Penggunaan Air Irigasi Pada Daerah Irigasi Indramayu Dengan

Teknik Analytical Hierarchy Process (AHP).

5.3 PENGUMPULAN DATA


Data yang di gunakan dalam penelitian merupakan data primer yang di

dapat dari hasil survey, Survey dilakukan dengan cara menyebar kuesioner ke

sejumlah para petani pemakai air (P3A) di beberapa desa yang berada di Daerah

Irigasi Indramayu.

5.4 PROSES ANALISIS


Proses analisis dilakukan dengan menyusunan alternatif optimasi yang

dapat di lakukan yang mengacu pada hasil analisis menggunakan teknik AHP.

Perancangan input untuk skenario melalui AHP diperoleh dengan menghimpun

data primer atau sampling di beberapa Desa yang berada dalam wilayah daerah

irigasi dengan cara menyebar kuesioner. Responden dalam penelitian ini adalah

para petani pemakai air (P3A). Bentuk pertanyaan disederhanakan dahulu ke dalam

bahasa yang mudah dimengerti oleh petani dimana skala penilaian tingkat

kepentingan pasangan faktor yang dalam skala Saaty berjumlah 9 disederhanakan

lagi dengan model tingkat kepentingan yang sama dan nantinya di konversi ke

16
tingkat kepentingan model AHP. Diagram alur jalannya metode AHP dapat dilihat

pada Gambar berikut :

Mulai

Skala Prioritas Kriteria

Membuat matriks perbandingan


berpadangan antara kriteria

Membuat Matriks normalisasi


Tidak

Menentukan bobot kriteria

Menghitung konsistensi dari kriteria

CR = 0,1
Ya

Bobot Kriteria

Selesai

Gambar 5. Diagram alir metode AHP

5.5 Hasil Analisis


Hasil dari penelitiaan di dapatkan alternatif terbaik yang dapat di lakukan

untuk megoptimalkan penggunaan air irigasi pada daerah irigasi Indramayu.

17
5. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan pada Optimasi Penggunaan Air Irigasi Pada Daerah

Irigasi Indramayu Dengan Teknik Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah

sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian tentang latar belakang, tujuan penelitian, Batasan

penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab ini berisi uraian tentang landasan teori yang berkaitan dengan

penelitian yang dilakukan dan tinjauan dari jurnal-jurnal penelitian yang

telah dilakukan sebelumnya.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi uraian tentang tahapan penelitian yang dilakukan.

BAB 4 PERHITUNGAN DAN ANALISIS DATA

Bab ini berisi uraian tentang data yang diperoleh selama penelitian

berlangsung serta pembahasan dan analisis dari data yang telah diperoleh.

BAB 5 KESIMPULAN DA SARAN

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil

pembahasan pada bab-bab sebelumnya, sehingga menjadi suatu rangkaian

yang sistematis dan mudah dipahami.

18
DAFTAR PUSTAKA

Nurnawanty. 2009. “Optimasi Penggunaan Air Irigasi Berbasis Pola

Tanam pada Daerah Irigasi Kanjiro Kab. Luwu Utara ”.Jurnal Teknik Hidro 2(3) :

245-255.

Yuliya Mahdalena Hidayat dkk. 2014. “Analisis Penggunaan Air Irigasi

dengan Teknik Analytical Hierarchy Process Di Wanir Kabupaten Bandung”.

Jurnal Sumber Daya Air, Vol. 10 No. 1, Mei 2014: 1-12.

Yayan Apriyana. Budi Kartiwa. 2019. “Water Resource Analysis For Rice

Field Irrigation To Improve The Accuracy Of Cropping Calendar In Way Rarem

Watershed, Lampung And Colo Watershed Central Jawa”. Jurnal Sumber Daya Air

Vol. 15, No.1, Mei 2019.

Jintao Wanga, Shanshan Guo, Shaozhong Kang.2020. “Joint optimization

of irrigation and planting pattern to guarantee seed quality, maximize yield, and

save water in hybrid maize seed production”. European Journal of Agronomy 113

(2020) 125970.

Sumiyati, dkk. 2011. Aplikasi Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk

Penentuan Strategi Pengembangan Subak. Jurnal Agritech 31(2) : 87-98.

Saaty, T.L. 2008. Decision Making with the Analytic Hierarchy Process.

International Journal of Services Sciences 1(1): 83-98.

Joubert, MD (2011) “Kajian Optimasi Penggunaan Air Irigasi di Daerah

Irigasi Ciramajaya Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat” Thesis Program Magister

Pengelolaan Sumber Daya Air, ITB, Bandung.

19
Dewi, E.Y. 2008 “Pengelolaan Kebutuhan Air (Demand Management)

untuk Meningkatkan Efisiensi Irigasi D.I. Way Jepara Propinsi Lampung”, Thesis

Program Magister Pengelolaan Sumber Daya Air, ITB, Bandung.

Sumiyati dkk. 2011 “Aplikasi Analytical Hierarchy Process (Ahp) Untuk

Penentuan Strategi Pengembangan Subak” Agritech, Vol. 31, No. 2, Mei 2011

20

Anda mungkin juga menyukai