Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No.

9 (2014)

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN TAX REVIEW ATAS PAJAK


PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PADA PT. “ABC”

Astrid Anitarahmi
astridanitarahmi90@gmail.com
Nur Handayani

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT

PT ABC has not used tax consultant service in carrying out its previous tax liability to examine the
result of tax report, but in 2013 before PT ABC carried out annual tax return report, the company
hired tax consultant service to review all of the company’s tax reports to make it suitable with the
prevailing tax regulation. This research is held with the purpose to analyze how the implementation of
tax review and tax planning that has been carried out by the tax consultant of PT ABC to the whole
tax liabilities of the company particularly on the value-added tax (PPN) in which some differences in
the magnitude of the amount of value-added tax between the calculation that has been performed by
the employees of PT. ABC and tax consultant. Tax review that has been conducted is very useful to
minimize all of the risk that has been caused by the error in the calculation of its tax liabilities.

Keywords: Tax, Value-added Tax (PPN), Tax Review, Tax Planning.

ABSTRAK

PT. ABC dalam hal melaksanakan kewajiban perpajakannya sebelumnya belum


menggunakan jasa konsultan pajak untuk memeriksa hasil laporan perpajakan, akan tetapi
pada tahun 2013 sebelum melaksanakan pelaporan SPT tahunan, PT. ABC menyewa jasa
konsultan pajak guna mereview kembali semua laporan perpajakan agar sesuai dengan
peraturan perpajakan yang berlaku. Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk
menganalisis potensi risiko yang terjadi, beserta sumber dan rekomendasinya yang terdapat
dalam siklus pendapatan dan pengeluaran pada PT “X”. Metode penelitian yang digunakan
adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sumber risiko terletak pada adanya ikatan yang lemah dari sebuah sistim dan prosedur
(proses, sumber daya manusia, atau pengendalian internal) dan lingkungan dan cara kerja
yang tidak kondusif di samping beberapa kebijakan perusahaan yang dinilai terlalu longgar
dalam menghadapi permasalahan yang muncul sangat berpotensi untuk mempengaruhi
keamanan aset perusahaan, keandalan laporan dan informasi yang terkait dengan keuangan,
serta efisiensi dan efektifitas fungsional dalam hal pemakaian sumber daya perusahaan.

Kata-kata kunci: pajak, PPN, tax review, tax planning.

PENDAHULUAN
Sebagaimana diketahui tujuan Pembangunan Nasional adalah mewujudkan
masyarakat adil dan makmur. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan Nasional
tersebut, maka Pemerintah secara intensif melakukan berbagai macam kebijakan strategis

1
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

berkaitan dengan program pembangunan baik pembangunan jangka pendek maupun


program pembangunan jangka panjang. Dan untuk keberhasilan program pembangunan
nasional tersebut tentunya dibutuhkan dana pembangunan yang tidak sedikit. Oleh karena
itu, pemerintah mengupayakan peningkatan penerimaan negara terutama dari sektor
perpajakan, tentunya dengan tetap memperhatikan kemampuan masyarakat dan dunia
usaha. Sektor perpajakan merupakan sumber keuangan terbesar dalam melaksanakan
pemerintahan dan pembangunan, bahkan penerimaan negara dalam sektor ini selalu
meningkat dari tahun ke tahun.
Peranan pajak sebagai sumber penerimaan negara kini makin besar, apabila
penerimaan pemerintah berniat mengurangi ketergantungan pada pinjaman luar negeri.
Penerimaan dari sektor pajak makin meningkat dan menjadi tumpuan seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk dan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan sumber
penerimaan utama negara yang lain, yaitu minyak dan gas, tidak dapat diandalkan
kestabilan harganya dan cenderung menurun penerimaannya sejalan dengan jumlah sumber
daya alam yang terbatas.
Pajak di pungut oleh pemerintah berdasarkan Undang-undang serta aturan
pelaksanaannya dan sifatnya dapat dipaksakan. Salah satu upaya pemerintah untuk
menggali potensi pajak adalah melakukan pembaharuan di bidang pajak yaitu menerapkan
sistem self assessment pada Undang-undang Perpajakan No 8 Tahun 1983, kemudian
dilanjutkan pada UU No 11 Tahun 1994, kemudian dilanjutkan pada UU No 18 Tahun 2000,
dan terakhir pada UU No 42 Tahun 2009. Sistem ini memberikan keleluasaan pada Wajib
Pajak untuk menghitung dan memperhitungkan pajaknya sendiri dan melaporkan serta
menyetorkan pajaknya ke kas negara sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku. Untuk
menguji kepatuhan Wajib Pajak atas pemenuhan kewajiban perpajakan yang telah
dipercayakan oleh negara maka dilakukan kegiatan pemeriksaan oleh Direktoral Jendral
Pajak.
Pemungutan pajak menimbulkan transfer sumber daya sektor privat (perusahaan) ke
sektor publik, yang mengakibatkan purchasing power sektor privat berkurang, karena itu
inisiatif dan kebijakan bisnis perusahaan terpengaruh baik langsung maupun tidak
langsung. Manajemen pajak adalah upaya untuk menyelaraskan kebijakan perusahaan
dengan peraturan perpajakan sehingga perusahaan dapat melaksanakan kewajiban pajaknya
secara efisien dan benar (full comply). Kelalaian perusahaan dalam memenuhi kewajiban
perpajakan baik under comply (belum atau kurang dilaksanakan) maupun over comply
(pemenuhan secara berlebihan) akan menimbulkan sanksi finansial, sanksi pidana, dan
pemborosan sumber daya perusahaan. Kelalaian tersebut dapat diminimalkan dengan
menambah pengetahuan dan pemahaman terhadap ketentuan peraturan perpajakan,
mengurangi kesalahan hitung, dan mengorganisir pembukuan beserta bukti-buktinya secara
lengkap.
Kelalaian perusahaan yang under atau over comply mengakibatkan kerugian bagi
perusahaan dan menyebabkan kemungkinan pemeriksaan pajak pada perusahaan oleh
fiskus semakin besar. Salah satu fungsi manajemen pajak berupa internal tax review, yaitu
upaya oleh Wajib Pajak untuk secara proaktif dan mandiri melakukan proses assessment
terhadap berbagai hal yang menjadi kewajiban perpajakan harus dilakukan untuk
meminimalkan risiko dalam pemeriksaan pajak karena ketidakmampuan Wajib Pajak dalam
melaksanakan secara benar seharusnya pertauran pajak.
Tax review adalah kegiatan penelaahan terhadap seluruh kewajiban perpajakan yang
ada di dalam perusahaan dan pelaksanaan pemenuhan kewajiban-kewajiban tersebut, baik

2
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

dari cara perhitungan, pemotongan, penyetoran, pelunasan maupun laporannya untuk


menilai kepatuhan pajak.
Internal tax review yang dilakuakan meliputi seluruh aspek perpajakan yang ada dalam
perusahaan. Aspek perpajakan yang ada dalam perusahaan meliputi Pajak Penghasilan
(PPh) Badan, PPh Pasal 21, PPh Pasal 23, PPh Pasal 26, PPh Pasal 4(2), dan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN)/Pajak Penjualan Barang Mewah (PPNBM).
PPN merupakan salah satu jenis pajak yang berkaitan erat dengan aktivitas utama
perusahaan. Setiap barang yang dijual kepada konsumen atau pelanggan akan
menimbulkan PPN yang harus disetorkan secara langsung ke kas negara oleh perusahaan.
PPN sangat penting karena berhubungan erat dengan setiap penerimaan yang diterima oleh
perusahaan, oleh karena itu kebijakan pembuatan faktur pajak, penetapan saat terutang
pajak, pelaksanaan ketentuan perpajakan dengan benar akan menghindarkan sanksi jika
pemeriksaan dilakukan oleh fiskus. Disamping itu pelaksanaan kewajiban PPN harus
diawasi dan dikendalikan yaitu dengan pengumpulan semua bukti transaksi yang ada serta
penerapan internal tax review yang menandai.
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah (1) bagaimana pelaksanaan tax review
dalam mempengaruhi penyusunan tax planning Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Barang Kena
Pajak.; (2) apakah metode tax review yang digunakan sudah cukup efisien dalam monitoring
realisasi tax planning Pertambahan Nilai Barang Kena Pajak. Dengan adanya penelitian ini
diharapkan dapat mengetahui kemungkinan penerapan tax review atas PPN di PT. ABC dan
pengaruh penerapan tax review pada tindakan tax planning Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
yang dilakukan pengusaha kena pajak pada PT. ABC Surabaya.

TINJAUAN TEORETIS

Perpajakan
Membahas mengenai perpajakan tidak terlepas dari pengertian pajak itu sendiri,
menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, Pajak adalah kontribusi wajib kepada
Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Menurut (Soemitro, 2012) : “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan
Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontra
Prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum”.
Sedangkan menurut (Waluyo, 2012) : “Pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara
(yang dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-
peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung
dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
umum berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.
Mengacu pada pasal 1 Undang-Undang No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum
Perpajakan terdapat peraturan-peraturan yang berhubungan dengan perpajakan, antara lain:
(1) Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan,
termasuk pemungutan pajak atau pemotongan pajak tertentu; (2) Badan adalah suatu bentuk
yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha
Milik Negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan,

3
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

perkumpulan, firma, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis lembaga, dana pensiun,
bentuk usaha tetap, serta bentuk usaha lainnya; (3) Masa pajak adalah jangka waktu satu
tahun takwim kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan; (4) Tahun pajak adalah jangka
waktu satu tahun takwin kecuali bila Wajib Pajak menggunaan tahun buku yang tidak sama
dengan tahun takwin; (5) Bagian tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu satu tahun
pajak; (6) Pajak terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam masa
pajak, dalam Tahun Pajak atau dalam bagian tahun pajak menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan; (7) Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan
yang bertanggung jawab atas pembelajaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak
dan memenuhi kewajiban wajib pajak menurut ketentuan peraturan perundangundangan
perpajakan.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


Pajak Pertambahan Nilai (Waluyo, 2012) adalah pajak tidak langsung yang dikenakan
atas konsumsi barang/jasa kena pajak di dalam daerah pabean. Setiap pembelian dan
penjualan barang/jasa dari Pengusaha Kena Pajak dikenakan PPN. Sesuai legal karakter dari
PPN ini yang bersifat non kumulatif, maka dalam perlakuan pajak PPN tidak membolehkan
terjadinya pajak berganda karena konsumen terakhirlah yang harus menanggung PPN ini.
PPN memiliki karakteristik sebagai pajak tidak langsung yang beban pajaknya bias digeser
ke konsumen akhir.
Pajak Pertambaahan Nilai dikenakan dan dipungut berdasarkan Undangundang No 42
Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah. Adapun sifat pemungutan PPN sebagai berikut : (1) PPN sebagai Pajak
Objektif, pemungutan PPN berdasarkan pada objek tanpa memperhatikan keadaan dari
Wajib Pajak; (2) PPN sebagai Pajak Tidak Langsung, artinya secara ekonomis beban PPN
dapat dialihkan ke pada pihak lain, namun secara yuridis tanggung jawab penyetoran pajak
tidak berada pada penanggungan pajak (pemikul beban); (3) Pemungutan PPN Multi strage
tax, pemungutan dilakukan pada setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur distribusi
dari pabrikan, perdagangan besar, sampai dengan pengecer. Pengenaan PPN hanya
terhadap pertambahan nilai barang maupun jasa tersebut yang timbul akibatnya digunakan
faktor-faktor produksi pada setiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan,
menyalurkan, dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada para
konsumen, termasuk semua biaya untuk mendapatkan dan mempertahankan laba; (4)
Pemungutan PPN berdasarkan system faktur, sehingga atas penyerahan barang dan atau
penyerahan jasa oleh Pengusaha Kena Pajak wajib dibuat Faktur Pajak sebagai bukti
transaksi penyerahan barang dan atau penyerahan jasa yang terutang pajak (bukti
pemungutan PPN); (5) PPN bersifat Netral, karena PPN dikenakan atas konsumen barang
atau jasa dan PPN dipungut menggunakan prinsip tempat tujuan; (6) PPN tidak
menimbulkan pajak ganda, Pengusaha Kena Pajak hanya diharuskan untuk membayar
selisih antara PPN yang dipungut dari pembelian BKP dan atau penerimaan JKP (Pajak
Keluaran) dengan PPN yang dibayar kepada penjualan BKP dan atau pemberian JKP (Pajak
Masukan); (7) PPN sebagai pajak atas konsumen dalam Negeri penyerahan Barang Kena
Pajak atau Jasa Kena Pajak dilakukan atau konsumen dalam negeri.
Mekanisme PPN menurut (Muljono, 2006) sebagai berikut : (1) Setiap PKP
menyerahkan BKP / JKP diwajibkan membuat faktur pajak untuk memungut pajak yang
terutang. Pajak yang dipungut dinamakan Pajak Keluaran; (2) Pada saat Pengusaha Kena
Pajak tersebut di atas membeli BKP atau menerima JKP dari Pengusaha Kena Pajak lain, juga

4
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

membayar pajak yang terutang, yang dinamakan Pajak Masukan; (3) Pada akhir masa pajak,
Pajak Masukan tersebut dikreditkan dengan Pajak Keluaran sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Dalam hal jumlah Pajak Keluaran lebih besar daripada jumlah Pajak Masukan,
maka kekurangannya dibayar ke Kas Negara selambat-lambatnya akhir bulan berikutnya
setelah berakhirnya masa pajak dan sebelum SPT masa PPN disampaikan.

Tax Planning
Tax Planning (Zain, 2008) adalah suatu kapasitas yang dimiliki oleh wajib pajak (WP)
untuk menyusun aktivitas keuangan guna mendapat pengeluaran (beban) pajak yang
minimal. secara teoritis, tax planning dikenal sebagai effective tax planning, yaitu seorang
wajib pajak berusaha mendapat penghematan pajak (tax saving) melalui prosedur
penghindaran pajak (tax avoidance) dan bukan penyelundupan pajak (tax evasion) yang
merupakan tindak pidana fiskal yang tidak akan di toleransi.
Tax planning merupakan upaya legal yang bisa dilakukan oleh wajib pajak. Tindakan
itu legal karena penghematan pajak hanya dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal yang
tidak diatur. Rencana meminimalkan pajak dapat ditempuh misalnya, mengambil ketentuan
yang sebesar-besarnya dari ketentuan mengenai pengecualian dan pemotongan atau
pengurangan yang diperkenankan. Pada umumnya tax planning adalah untuk
meminimumkan kewajiban pajak. Rencana meminimalkan pajak dapat ditempuh dengan
cara, mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya dari ketentuan mengenai pengecualian
dan potongan atau pengurangan yang diperkenankan, hal ini dapat memanfaatkan
penghasilan yang dikecualikan sebagai obyek pajak sesuai dengan pasal 4 ayat 3.
Tax Planning selalu dimulai dengan meyakinkan apakah suatu transaksi atau fenomena
terkena pajak. Kalau terkena pajak apakah dapat diupayakan untuk dikecualikan atau
dikurangin jumlah pajaknya, selanjutnya apakah pembayaran pajak yang dimaksud dapat
ditunda pembayaran dan lain sebagainya. Akhir dari prosedur perpajakan adalah
pembayaran pajak. Tentu lebih menguntungkan jika perusahaan membayar pajak pada saat
terakhir dari pada penyetoran dilakukan jauh sebelumnya.
Tax planning dibagi menjadi dua (Zain, 2008) : (1) Tax planning domestic nasional
(national tax planning) National tax planning hanya memperhatikan Undang-Undang
Domestik, pemilihan atas dilaksanakan atau tidak suatu transaksi dalam national tax
planning bergantung pada transaksi tersebut, artinya untuk menghindari/mengurangi pajak,
wajib pajak dapat memilih jenis transaksi apa yang harus dilaksanakan sesuai dengan
hukum pajak yang ada, misalnya akan terkena tarif pajak khusus final atau tidak.

Tax Review
Pentingnya Pengendalian pajak untuk dilakukan untuk mengetahui apakah semua tax
planning telah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Pengendalian pajak dapat dilakukan
melalui penelaahan pajak (tax review) (Chairil, 2013). Tax Review merupakan pelayanan yang
bertujuan untuk menelaah dan meneliti tingkat kepatuhan wajib pajak secara umum dan
memberikan rekomendasi untuk meminimalkan pajak yang belum diketahui perusahaan.
Tax Review meliputi seluruh kewajiban perpajakan wajib pajak termasuk PPN . Tax Review
memiliki tujuan sebagai berikut: (1) Untuk mengetahui apakah terdapat kesalahan
implementasi kewajiban dan procedural perpajakan dan kemudahan dilakukan perbaikan
dan penyesuaian dengan ketentuan peraturan perpajakan; (2) Hasil Tax Review dapat
digunakan sebagai bahan acuan dasar untuk menyusun SPT Tahunan PPh Badan; (3) Hasil

5
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

Tax Review dapat dimanfaatkan sebagai upaya antisipasi apabila sewaktu-waktu dilakukan
tax planning.
Untuk menjaga agar tetap menjadi wajib pajak patuh maka perusahaan seharusnya
mempunyai program yang disebut Tax Review. (1) Review waktu penerbitan faktur pajak: (a)
Penerbitan faktur pajak perdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku; (b) Pembayaran
tidak lebih dari tanggal terakhir bulan berikutnya; (c) SPT masa PPN harus dimasukan pada
tanggal terakhir bulan berikutnya. (2) Periksa apakah PPN masukan atas pembelian
berhubungan dengan kegiatan usaha atau bisnis perusahaan dan telah di kreditkan dengan
PPN keluaran. (3) Review penyiapan SPT masa PPN. (4) Memastikan memiliki sistem filing
atau penyimpanan dokumen PPN yang cukup untuk dapat menghadapi tax planning dengan
baik. (5) Hasil ekualisasi harus dapat menjelaskan berkaitan dengan perbedaan anatara
penjualan yang dilaporkan pada SPT PPh badan dengan penjualan yang dilaporkan pada
SPT masa PPN.
Prosedur yang dilakukan dalam tax review PPN mencangkup langkah-langkah antara
lain sebagai berikut: (1) Melakukan kegiatan monitoring berupa penelitian data yang telah
dikirimkan oleh unit bisnis, yaitu SPT Masa PPN dan SPT Tahunan Badan, buku besar,
laporan keuangan, meliputi hal teknis pengisian dan penghitungannya, dari data buku
besar, dilakukan ekualisasi dengan SPT masa PPN; (2) Meminta bukti atau dokumen
pendukung untuk di cross cek terhadap objek PPN, seperti Invoice penjualan, Faktur Pajak
Masukan, Faktur Pajak Keluaran, Bukti kas, dan Debit Nota, Kontrak Jual Beli atau Service,
PO, Bukti penyerahan barang atau jasa, yang berkenaan dengan objek PPN; (3)
Merekonsiliasikan atau mengekualisasi data objek-objek pajak berupa pendapatan atau
omzet di buku besar dengan SPT Masa PPN. Bila ternyata pendapatan di buku besar, berarti
ada penyerahan jasa yang tidak dilaporkan di SPT masa PPN, dan sebaliknya apabila
ternyata pendapatan di buku besar lebih kecil berarti ada indikasi pendapatan yang belum
dicatat dalam pembukuan. Dalam melakukan minitoring terhadap pelaporan SPT masa PPN
apakah sudah sesuai dengan data pembukuan baik dari transaksi penjualan maupun
pembelian barang dan jasa.

METODA PENELITIAN
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Yang
dimaksud dengan pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati
(Bogdan dan Taylor, lihat Moleong 2004:4). Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus merupakan penelitian dengan karakteristik
masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari subjek yang diteliti,
serta interaksinya dengan lingkungan (Indriantoro dan Supomo, 1999:26). Pemilihan studi
kasus dalam penelitian ini sesuai dengan pedoman yang diberikan oleh Yin (2006:10), yaitu
studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila fokus penelitiannya terletak pada
fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata. Dalam penelitian
ini, peneliti melakukan pengumpulan data primer dengan melakukan wawancara semi
berstruktur dan observasi. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran secara
langsung atas data dan fakta-fakta yang terjadi pada objek penelitian yang meliputi keadaan
lapangan, kegiatan manusia, dan situasi sosial serta konteks kegiatan-kegiatan itu terjadi.
Perolehan data Sekunder dilakukan dengan studi dokumentasi, dimana peneliti
mengungkapkan, menjelaskan dan memberikan gambaran permasalahan mengenai
kesesuaian penerapan penghitungan, pencatatan, penyetoran, dan pelaporan Pajak

6
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

Pertambahan Nilai pada perusahaan, apakah telah sesuai dengan Peraturan Perpajakan yang
berlaku. Hasil studi yang dilakukan menunjukan bahwa penelitian Pajak Pertambahan Nilai
pada PT. ABC Surabaya telah sesuai dengan Peraturan dan Tata Cara Perpajakan yang
berlaku.
Mekanisme pembahasan dari penelitian ini menggunakan prosedur umum yang
berlaku, yaitu : (1) Menganalisis tax planning atas Pajak Pertambahan Nilai yang telah
ditetapkan selama tahun 2013; (2) Menganalisis laporan penjualan dan pembelian
perusahaan dan membandingkan dengan laporan keuangan Tahun sebelum review; (3)
Menganalisis kondisi bila dilakukan internal tax review pada pelaporan pajak perusahaan; (4)
Mencari penyebab timbulnya koreksi hasil pemeriksaan tersebut; (5) Mengidentifikasi
koreksi hasil tax planning Pajak Pertambahan Nilai; (6) Melakukan analisis kasus tax planning
Pertambahan Nilai yang dihadapi PT. ABC; (7) Menganalisis keuntungan dari tax review
yang telah dijalankan serta kerugian yang dapat dihindari; (8) Menganalisis tax planning
yang dibuat perusahaan untuk periode berikutnya setelah pelaksanaan tax review.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Proses Pembelian Barang


Di dalam struktur organinsani PT. ABC semua staf karyawan pembelian dan gudang
memiliki tanggung jawab terhadap persediaan barang di gudang. Sebagian besar produk
yang dijual di PT. ABC diperoleh dengan cara impor dari rekanan yang berada di Singapura.

Adapun alur pembelian impor PT. ABC dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1
Flowchart Pembelian Impor PT. ABC

7
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

Dari gambar flowchart di atas terlihat jelas bagaimana alur awal sistem puchase order
(PO) PT. ABC kepada rekanan yang berada di Singapura, yaitu menyiapkan semua
dokumen yang berkaitan dengan purchase order lalu di kirim melalui email ke bagian
penjualan pada rekanan di Singapura. Setelah dokumen dari PT. ABC diterima, maka
langkah selanjutnya akan dilakukan pengecekkan dokumen apakah sudah lengkap apa
belum, apabila sudah lengkap maka akan diverifikasi dan dipersiapkan barang-barang yang
dipesan tadi untuk segera dilakukan pengiriman ke PT. ABC di Indonesia, sedangkan
Invoice pembelian dikirim secara terpisah dalam waktu yang sama untuk keamanan
dokumen.
PT. ABC dalam dalam kegiatan impornya menggunakan jasa perusahaan ekspedisi
untuk membantu proses pengiriman barang. Perusahaan ekspedisi ini yang bertanggung
jawab dalam memproses dokumen barang impor mulai dari pemeriksaan dokumen dan
barang di bea cukai pelabuhan hingga sampai ke gudang PT. ABC.

Proses Penjualan Barang


Sistem dan prosedur penerimaan pesanan pembelian dari pelanggan pada PT. ABC
dimulai dari adanya masuknya pesanan dari pembeli, baik melalui lisan (telepon, email,
messenger) dan tertulis (menggunakan purchase order).
Sistem pembayaran pada PT. ABC adalah secara kerdit dan tunai, dimana dalam
penjualan kredit dilakukan dengan cara pembayaran dengan batas waktu 2 minggu setelah
barang diterima. Jika ada pesanan dari costumer tetapi barang tersebut tidak ready stock di
PT. ABC, maka PT. ABC memesankan atau purchase order (PO) ke PT. ABC di Singapura. Jika
pembeli, memesan terlebih dahulu biasanya mereka membayar uang muka sebelum barang
diterima dan melunasinya ketika barang diterima atau dengan beberapa kali termin
pembayaran.
Barang yang dikirim ke costumer dilengkapi dengan dokumen penjualan, antara lain
seperti surat Delivery Order, Invoice, Faktur Pajak. Surat-surat tersebut dibuat dengan tanggal
yang sama.
PT. ABC telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP), sehingga PT. ABC
akan memungut Pajak Pertambahan Nilai dari pembelian saat menjual barang dagangan
yaitu yang disebut dengan pajak keluaran. Pada saat membeli barang dagangan maupun
bukan merupakan barang dagangan, perusahaan juga akan dipungut Pajak Pertambahan
nilai terutang, maka PT. ABC perlu melakukan pengkreditan pajak masukan terhadap pajak
keluaran.
Dalam penjualannya PT. ABC memasukkan biaya servis dan pemasangan alat sebagai
bagian dari penjualan. Karena pada umumnya pemasangan dan perakitan alat tertentu
hanya bisa dilakukan oleh teknisi PT. ABC sehingga harga yang diberikan telah memuat
biaya pemasangan/perakitan alat. Demikian juga biaya servis dimasukkan dalam harga
penjualan.

Penghitungan Pembelian dan Penjualan PT ABC


Mekanisme perhitungan Pajak Pertambahan Nilai yang terutang adalah selisih lebih
antara Pajak Keluaran yang dipungut oleh PT. ABC dan Pajak Masukan yang dibuat kepada
Pemasok. Atas Pajak Masukan bagi pengeluaran untuk perolehan BKP termasuk kriteria
Pajak masuk yang tidak dapat dikreditkan (Pasal 9(8) huruf a UU PPN) dan Pajak Masukan
yang tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa) PPN dan diketemukan

8
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

pada waktu dilakukan pemeriksaan termasuk kriteria Pajak Masukan yang tidak dapat
dikreditkan (Pasal 9 (8) huruf I UU PPN).
Selama tahun 2013 diketahui terjadi pembelian yang cukup besar di awal tahun karena
perusahaan meantisipasi adanya kenaikan harga alat serta peningkatan permintaan
pembelian. Hanya saja hal itu mengakibatkan penumpukan pembelian yang dapat
mengingkatkan biaya penyimpanan dan menyebabkan PPN lebih bayar cukup besar.
Berikut ini jumlah pembelian dan penjualan menurut pencatatan PT. ABC selama
tahun 2013.

Tabel 1
Pembelian dan Penjualan PT. ABC Tahun 2013

Pembukuan PT. ABC


Masa Pajak
Pembelian Penjualan

Januari Rp73,139,440.00 Rp258,999,074.00

Februari Rp361,039,893.00 Rp392,701,488.00

Maret Rp367,656,164.00 Rp414,249,000.00

April Rp2,900,887.00 Rp340,468,243.00

Mei Rp6,646,209.00 Rp271,091,395.00

Juni Rp3,968,571.00 Rp376,915,423.00

Juli Rp8,299,734.00 Rp358,393,154.00

Agustus Rp5,088,549.00 Rp272,523,727.00

September Rp926,195,149.00 Rp480,456,856.00

Oktober Rp9,796,128 Rp539,444,455.00

November Rp361,203,568.00 Rp521,928,088.00

Desember Rp64,636,000.00 Rp299,402,598.00

Jumlah Rp2,180,774,164.00 Rp4,526,573,501.00

Sumber : Data Perusahaan PT ABC

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa dalam kurung waktu Januari sampai
Desember 2013 pembelian PT. ABC adalah sebesar Rp.2.180.774.164,- Sementara penjualan
sebesar Rp. 4.526.573.501,- Adapun jumlah pembelian dan penjualan PT. ABC tersebut juga
termasuk sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai. Selain itu nilai pembelian yang tampak
lebih kecil dibandingkan nilai penjualannya dikarenakan barang yang dijual lebih banyak
berasal dari stok di tahun sebelumnya, yaitu tahun 2012.

9
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

Penerapan Perhitungan Besarnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dilakukan


Karyawan PT. ABC
Dalam melakukan perhitungan PPN atas transaksi-transaksi yang terjadi, hal yang
harus diperhatikan oleh PT. ABC adalah pengklasifikasian antara transaksi yang
menimbulkan PPN dan transaksi yang mengurangi PPN dalam penyerahan BKP. Dalam hal
ini PT. ABC harus mengetahui dengan pasti transaksi yang termasuk dalam perhitungan
PPN serta memperhatikan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) untuk menentukan besarnya PPN
yang harus dipungut. Dalam menentukan besarnya Pajak Keluaran atas penyerahan BKP
yang terhutang PT. ABC, DPP yang digunakan adalah harga jual untuk penyerahan BKP.
Setelah mengetahui jumlah DPP, PT. ABC akan memungut PPN yang terhutang sesuai
dengan tarif PPN yang berlaku, yaitu sebesar 10% dari nilai DPP yang timbul untuk
transaksi dalam wilayah pabean dan 0% dari nilai DPP untuk ekspor. Setelah menghitung
besarnya PPN Keluaran, Perhitungan Besarnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menurut PT.
ABC, lebih lengkap dapat dilihat pada table 2 di bawah.

Tabel 2
Perhitungan PPN PT. ABC Tahun 2013

Masa Pajak Pajak Masukan Pajak Keluaran PPN

Januari Rp6,649,040.00 Rp23,545,370.00 Rp16,896,330.00

Februari Rp32,821,808.00 Rp35,700,135.00 Rp2,878,327.00

Maret Rp33,423,288.00 Rp37,659,000.00 Rp4,235,712.00

April Rp263,717.00 Rp30,951,658.00 Rp30,687,941.00

Mei Rp604,201.00 Rp24,644,672.00 Rp24,040,471.00

Juni Rp360,779.00 Rp34,265,038.00 Rp33,904,259.00

Juli Rp754,521.00 Rp32,581,196.00 Rp31,826,675.00

Agustus Rp462,595.00 Rp24,774,884.00 Rp24,312,289.00

September Rp84,199,559.00 Rp43,677,896.00 (Rp40,521,663.00)

Oktober Rp890,557.00 Rp49,040,405.00 Rp48,149,848.00

November Rp32,836,688.00 Rp47,448,008.00 Rp14,611,320.00

Desember Rp5,876,000.00 Rp27,218,418.00 Rp21,342,418.00

Jumlah Rp199,142,753.00 Rp411,506,681.00 Rp212,363,928.00

Sumber : Data PT. ABC

Berdasarkan tabel 2 perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dilakukan oleh
karyawan PT. ABC di atas dapat dilihat bahwa selama periode Januari sampai dengan

10
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

Desember 2013, perhitungan PPN PT. ABC lebih sering kurang bayar, karena pembelian
yang dilakukan oleh PT. ABC lebih kecil dibandingkan dengan penjualannya. Sementara
untuk perhitungan PPN yang lebih bayar hanya terjadi satu kali yaitu pada bulan September
2013.
PT. ABC dalam hal ini belum menggunakan jasa konsultan pajak untuk mereview
laporan perpajakan PT. ABC. Sehingga untuk membantu memaksimalkan tax planning,
manejemen kurang memahami dalam hal penerapan tax planning sehingga kurang adanya
pengelolaan yang baik.

Di awal tahun 2014 setelah PT. ABC melaporkan SPT tahun 2013, PT. ABC melakukan
kerjasama dengan konsultan pajak. Hal ini dilakukan karena PT. ABC ingin memperbaiki
sekaligus adanya pengontrol agar setiap kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh PT. ABC
telah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Selain itu pemeriksaan yang
nantinya dilakukan oleh konsultan sebagai persiapan pelaporan pajak tahunan dan
mengantisipasi kerugian karena pelanggaran yang lebih besar.
Tax review ini dilakukan oleh konsultan pajak pada tahun 2014. Tax review Kegiatan
penelaah pajak yang dilaksanakan oleh perusahaan dapat meminimalisir jumlah pajak yang
belum ditunaikan dan sanksi perpajakan yang terlalu tinggi.

Perhitungan Besarnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Setelah di review


Perhitungan Besarnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) setelah direview oleh Konsultan
Pajak PT. ABC, lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 3 Di bawah ini.

Tabel 3
Perhitungan Besarnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Setelah direview
Masa Pajak Pajak Masukan Pajak Keluaran PPN

Januari Rp6,649,040.00 Rp23,545,370.00 Rp16,896,330.00

Februari Rp32,656,018.00 Rp35,700,135.00 Rp3,044,117.00

Maret Rp33,215,710.00 Rp45,704,696.00 Rp12,488,986.00


April Rp263,717.00 Rp30,951,658.00 Rp30,687,941.00
Mei Rp604,201.00 Rp24,644,672.00 Rp24,040,471.00

Juni Rp360,779.00 Rp34,265,038.00 Rp33,904,259.00

Juli Rp754,521.00 Rp32,581,196.00 Rp31,826,675.00

Agustus Rp462,595.00 Rp24,774,884.00 Rp24,312,289.00


September Rp84,074,099.00 Rp45,410,700.00 (Rp38,663,399.00)

Oktober Rp701,861.00 Rp49,040,405.00 Rp48,338,540.00


November Rp32,777,932.00 Rp55,028,008.00 Rp22,250,076.00

Desember Rp5,876,000.00 Rp27,218,418.00 Rp21,342,418.00

Jumlah Rp198,396,473.00 Rp428,865,180.00 Rp230,468,707.00


Sumber : Data PT. ABC

11
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

Tax review yang dilakukan oleh Konsultan Pajak PT. ABC bertujuan untuk mengetahui
apakah terdapat kesalahan implementasi kewajiban dan prosedural perpajakan dan
kemudahan dilakukan perbaikan dan penyesuaian dengan ketentuan peraturan perpajakan.
PT. ABC menghubungi konsultan pajak yang telah di percaya untuk membantu
masalah perpajakan, agar semua kewajiban perpajakan PT. ABC dapat berjalan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Langkah selanjutnya, konsultan PT. ABC akan memeriksa dan mereview kembali SPT
masa PPN yang telah dilaporkan oleh PT. ABC di tahun 2013. Setelah melakukan
pemeriksaan tersebut diperoleh hasil review yang berbeda dengan hasil laporan PT. ABC,
karena ada beberapa dokumen faktur pajak baik Faktur Pajak Masukan maupun Faktur
Pajak Keluaran yang salah dimasukan oleh PT. ABC.

Perbandingan Perhitungan Besarnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) oleh Karyawan PT.
ABC dengan Konsultan Pajak setelah Review
Bukti transaksi dan beberapa dokumen terkait yang telah diserahkan karyawan PT.
ABC kepada konsultan pajak selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk melakukan review.
Review perhitungan PPN yang dilakukan oleh konsultan pajak PT. ABC telah menghasilkan
jumlah pajak masukan maupun pajak keluaran berbeda dengan yang telah dilakukan oleh
karyawan PT. ABC. Hal ini dikarenakan oleh beberapa hal seperti adanya kesalahan dalam
memasukkan faktur pajak masukan yang seharusnya tidak dimasukkan ke e-SPT sehingga
membuat perbedaan pada jumlah pajak masukannya.
Sementara itu pada pajak keluaran ada beberapa penjualan kepada customer yang tidak
disertai dengan penerbitan faktur pajak, dimana sebagai Pengusaha Kena Pajak PT. ABC
seharusnya wajib menerbitkan faktur pajak pada setiap transaksi penjualannya.
Hasil review yang telah dilakukan oleh konsultan pajak PT. ABC, yaitu sebagai berikut :
(1) Bulan Februari 2013 pihak karyawan PT. ABC menghitung pajak masukan sebesar Rp
32.821.808,- penghitungan tersebut setelah di review oleh konsultan pajak masukan
seharusnya Rp 32.656.018,- mengakibatkan selisih perhitungan Rp 165.790,-; (2) Bulan Maret
2013 pihak karyawan PT. ABC menghitung pajak masukan sebesar Rp 33.423.288,-
penghitungan tersebut setelah di review oleh konsultan pajak masukan seharusnya Rp
33.215.710,- mengakibatkan selisih perhitungan Rp 207.578,-; (3) Bulan September 2013 pihak
karyawan PT. ABC menghitung pajak masukan sebesar Rp 84.199.559,- penghitungan
tersebut setelah di review oleh konsultan pajak masukan seharusnya Rp 84.074.099,-
mengakibatkan selisih perhitungan Rp 125.460,-; (4) Bulan Oktober 2013 pihak karyawan PT.
ABC menghitung pajak masukan sebesar Rp 890.557,- penghitungan tersebut setelah di
review oleh konsultan pajak masukan seharusnya Rp 701.861,- mengakibatkan selisih
perhitungan Rp 188.696,-; (5) Bulan November 2013 pihak karyawan PT. ABC menghitung
pajak masukan sebesar Rp 32.836.688,- penghitungan tersebut setelah di review oleh
konsultan pajak masukan seharusnya Rp 32.777.932,- mengakibatkan selisih perhitungan Rp
58.756,-.
Adapun semua selisih tersebut diakibatkan oleh adanya faktur pajak masukan
pengiriman yang selama ini dimasukkan oleh manajemen PT. ABC ke dalam e-SPT, karena
PT. ABC belum mengetahui adanya ketentuan perpajakan yang mengatur bahwa Pajak
masukan yang berkenaan dengan penyerahan jasa pengiriman barang tidak dapat
dikreditkan karena dalam nilai lain telah diperhitungkan pajak masukan atas perolehan
Barang kena Pajak dan jasa Kena Pajak dalam rangka usaha tersebut.

12
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

Dengan demikian, Perusahaan Jasa pengiriman paket/ekspedisi wajib memungut PPN


dengan tarif 1%, hal ini sesuai dengan Peraturan 38/PMK.Oll/2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 75/PMK03/2010 tentang Nilai Lain Sebagai Dasar
Pengenaan Pajak tidak dapat dikreditkan,sebagai berikut : (1) Penyerahan jasa pengiriman
paket sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf j yang dilakukan oleh pengusaha jasa
pengiriman paket; (2) Penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 huruf k yang dilakukan oleh pengusaha jasa biro perjalanan atau
pengusaha jasa biro pariwisata; (3) Penyerahan emas perhiasan termasuk penyerahan jasa
perbaikan dan modifikasi emas perhiasan serta jasa-jasa lain yang berkaitan dengan emas
perhiasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf 1 yang dilakukan oleh pengusaha
pabrikan emas; dan (4) Penyerahan jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) yang
di dalam tagihan jasa pengurusan transportasi tersebut terdapat biaya transportasi (freight
charges) sebagaimana dimaksud dalam huruf m yang dilakukan oleh pengusaha jasa
pengurusan transportasi.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia yang terbaru yang mengatur mengenai
Nilai Lain adalah Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
38/PMK.011/2013. Kalau dalam Peraturan Menteri Keungan sebelumnya, jumlah jenis Nilai
Lain yang diatur hanya berjumlah 11 jenis, dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 38/PMK.011/2013 ini jumlah jenis Nilai Lain yang diatur menjadi 13 jenis.
Ketiga belas jenis Nilai Lain tersebut adalah sebagai berikut: (1) Untuk pemakaian sendiri
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak adalah Harga Jual atau Penggantian setelah
dikurangi laba kotor; (2) Untuk pemberian cuma-cuma Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
Kena Pajak adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor; (3) Untuk
penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga jual rata-rata; (4)
Untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film; (5) Untuk
penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual eceran; (6) Untuk Barang Kena
Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, adalah harga pasar
wajar; (7) Untuk penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya
dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang adalah harga pokok penjualan atau
harga perolehan; (8) Untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui pedagang perantara
adalah harga yang disepakati antara pedagang perantara dengan pembeli; (9) Untuk
penyerahan Barang Kena Pajak melalui juru lelang adalah harga lelang; (10) Untuk
penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah yang ditagih
atau jumlah yang seharusnya ditagih; (11) Untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa
biro pariwisata adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang
seharusnya ditagih; (12) untuk penyerahan emas perhiasan termasuk penyerahan jasa
perbaikan dan modifikasi emas perhiasan serta jasa-jasa lain yang berkaitan dengan emas
perhiasan, yang dilakukan oleh pabrikan emas perhiasan adalah 20% (dua puluh persen)
dari harga jual emas perhiasan atau nilai penggantian; (13) Untuk penyerahan jasa
pengurusan transportasi (freight forwarding) yang didalam tagihan jasa pengurusan
transportasi tersebut terdapat biaya transportasi (freight charges) adalah 10% (sepuluh persen)
dari jumlah yang ditagih atau seharusnya ditagih.
Hal yang dilakukan konsultan sebelum melakukan pelaporan SPT Tahunan 2013
membuat pembetulan pada masa Februari, Maret, September, Oktober, November.
Untuk hasil review lainnya adalah adanya perbedaan dalam sisi Pajak Keluarannya,
dengan rincian sebagai berikut : (1) Pada bulan Maret 2013 pihak karyawan PT. ABC

13
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

menghitung pajak keluaran sebesar Rp 37.659.000,- penghitungan tersebut setelah di review


oleh konsultan pajak keluaran seharusnya Rp 45.704.696,- mengakibatkan selisih
perhitungan Rp 8.045696,- (2) Pada bulan September 2013 pihak karyawan PT. ABC
menghitung pajak keluaran sebesar Rp 43.677.890,- penghitungan tersebut setelah di review
oleh konsultan pajak keluaran seharusnya Rp 45.410.700,- mengakibatkan selisih
perhitungan Rp 1.732.804,- (3) Pada Bulan November 2013 pihak karyawan PT. ABC
menghitung pajak keluaran sebesar Rp 47.448.008,- penghitungan tersebut setelah di review
oleh konsultan pajak keluaran seharusnya Rp 55.028.008,- mengakibatkan selisih
perhitungan Rp 7.580.000,-
Selisih pajak keluaran tersebut diakibatkan karena adanya transaksi penjualan kepada
customer yang tidak disertai dengan faktur pajak, karena customer bukan merupakan
Pengusaha Kena Pajak (PKP) sehingga PT. ABC beranggapan bahwa untuk seorang customer
yang non PKP tidak perlu dibuatkan faktur pajak keluaran. Hal yang dilakukan konsultan
memberi pengertian kepada karyawan PT. ABC bahwa untuk setiap penjulan harus
menggunakan faktur pajak. sesuai dengan Undang-Undang PPN pasal Pasal 13 ayat (1)
huruf a dan huruf b, Pengusaha Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap
penyerahan Barang Kena Pajak. Sehingga untuk selanjutnya pada setiap transaksi dengan
customer yang bukan PKP, PT. ABC harus tetap menerbitkan faktur pajak sesuai dengan
ketentuan perpajakan yang berlaku.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah peneliti paparkan sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa siklus pendapatan yang terdapat PT. ABC, Tax review yang dilakukan
oleh konsultan pajak terhadap perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) PT. ABC
bertujuan untuk membantu diminimalisir kesalahan dan kerugian dari perhitungan pajak
yang dilakukan oleh PT. ABC sebelum adanya pemeriksaan oleh Direktur Jendral Pajak.
Berdasarkan uraian dalam pembahasan permasalahan yang dikenakan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Pada pajak masukan PT. ABC terdapat perbedaan
perhitungan antara karyawan PT. ABC dan setelah adanya review dari konsultan pajak.
Selisih perbedaan tersebut terdapat di bulan Februari sebesar Rp 165.790,-. Bulan Maret
sebesar Rp 207.578,-. Bulan September selisih sebesar Rp. 125.460,-. Bulan Oktober sebesar
Rp 188.696,-, dan selisih pada bulan November sebesar Rp 58.756,-. Penyebab selisih tersebut
adalah adanya pajak yang seharusnya tidak dapat di kreditkan tetapi di masukkan ke e-SPT
atau di laporkan, hal ini dikarenakan karyawan PT. ABC kurang memahami tentang
peraturan pajak sehingga karyawan PT. ABC beranggapan bahwa semua faktur pajak
masukan dapat di kreditkan; (2) Pada perhitungan pajak keluaran, PT. ABC belum
sepenuhnya menerapkan kewajiban sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP), dimana
seharusnya PT. ABC wajib untuk menerbitkan faktur pajak keluaran dalam setiap transaksi
penjualannya. Setelah dilakukan review oleh konsultan pajak baru diketahui bahwa dalam
transaksi penjualannya kepada customer yang bukan PKP, PT. ABC tidak menerbitkan
faktur pajak, sehingga mengakibatkan pajak keluaran lebih sedikit. Berdasarkan hasil review,
PT. ABC seharusnya tetap menerbitkan faktur pajak sederhana untuk transaksi penjualan
kepada customer yang bukan PKP; (3) Pelaksanaan Tax Review oleh konsultan pajak kepada
PT. ABC sangat bermanfaat dalam membantu meminimalisir beban pajak yang dibayar.

14
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

Selain itu juga PT. ABC dapat melaksanakan kewajiban perpajkannya dengan benar dan
tertib sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.

Saran
Sebagai salah strategi tax planning yang efektif dalam manajemen perpajakan, tax
review (penelaahan pajak) akan menghasilkan tingkat kepatuhan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban perpajakan sehingga pengendalian ajak melalui penghindaran
kemungkinan terjadinya pengenaan sanksi perpajakan dapat dilakukan yang pada akhirnya
menimbulkan gangguan cash flow.
Penerapan tax review seerti pemahaman peraturan perpajakan dan penelaahan
transaksi berkaitan dengan pajak perlu dilakukan PT. ABC bahkan sejak berdirinya
perusahaan. Indentifikasi aspek perpajakan dalam suatu perusahaan dan kemampuan
manajemen bidang akuntansi dan pajak merupakan faktor penting dalam melakukan
penelaahan pajak.
Agar tax review di PT. ABC berjalan dengan baik, hal-hal yang berkaitan dengan
kewajiban PPN dan perlu diterapkan adalah sebagai berikut: (1) Pemahaman peraturan
perpajakan PPN yang terkait dengan operasional perusahaan, yaitu: Tatacara pembukuan
Faktur Pajak Standar dan Sederhana, Meneliti lebih dengan cermat Pajak Keluaran dan Pajak
Masukan, Administrasi dokumen yang berkaitan dengan isi pelaporan PPN, seperti invoice,
kuitansi dan bukti pendukung lainnya, Lebih memahami tatacara pengkreditan Pajak
Masukan, Lebih memahami pelaporan PPN melalui dokumen SPT PPN; (2)
Mengaplikasikan peraturan perpajakan khususnya PPN pada oerasional perusahaan, seperti
: Tenggang waktu pembuatan faktur pajak keluaran satu bulan setelah invoice untuk
mengurangi arus keluar dalam membayar Pajak keluar terutang, Memaksimalkan
pengkreditan pajak masukan dengan tenggang waktu 3 bulan yang diperkenankan pajak.

DAFTAR PUSTAKA

Chairil. 2013. Manajemen Perpajakan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta


Indriantoro, N dan B. Supomo. 2009. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan
Manajemen. BPFE. Yogyakarta.
Larking, B. 2005. IBFD International Tax Glossary. IBFD Publication. Netherland.
Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Moleong, L.J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. PT Remaja Roesdakarya
Offset. Bandung.
Muljono, D. 2006. Akuntansi Pajak. Erlangga. Jakarta.
Rahman, A. 2010. Administrasi Perpajakan. Nuansa. Bandung.
Resmi, S. 2013. Perpajakan: Teori dan Kasus. Salemba Empat. Jakarta.
Soemitro, R. 2012. Perpajakan Teori dan Teknis Pemungutan. Graha Ilmu. Bandung.
Suandy, E. 2008. Hukum Pajak. Salemba Empat. Jakarta.
Sukardji, U. 2004. Pokok-pokok Pajak Pertambahan Nilai Indonesia. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Sumarsan, T. 2012. Tax Review dan Strategi Perencanaan Pajak. Jakarta: Indeks.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Perubahan Ketiga atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan tata Cara

15
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

Perpajakan. 17 Juli 2007. Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2007


Nomor 85. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Perubahan Keempat
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. 23 September
2008. Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 133. Jakarta.
Waluyo. 2012. Pajak Pertambahan Nilai. Salemba Empat. Jakarta.
Yin, R.K. 2006. Studi Kasus: Desain dan Metode. Edisi Revisi. Terjemahan. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Zain. 2008. Manajemen Perpajakan. Salemba Empat. Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai