Anda di halaman 1dari 18

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK

PENGGARAPAN SAWAH DI DESA GEDONGAN KECAMATAN


BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh

GelarSarjana Hukum Islam (S.Hi.)

Oleh:
Mifthakhul Khoiriyah

NIM: I.000110011

NIRM: 11/X/02.1.2/0241

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ABSTRAK

Pengertian Ijarah yaitu suatu jenis akad untuk mengambil manfaat


dengan jalan sewa menyewa. Atau nilai sebidang tanah, yang tersisa setelah
dikurangi dengan biaya penggarapannya. Atau dapat juga diartikan sebagai
sejumlah hasil atau pembayaran, yang dibayar oleh petani atau penggarap
kepada pemilik tanah.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana pandangan
Hukum Islam terhadap praktek penggarapan sawah di Desa Gedongan,
Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo?
Tujuan dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui pandangan
hukum Islam terhadap praktek penggarapan sawah di Desa Gedongan,
Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah
wawancara, observasi dan Dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif.
Berdasarkan penelitian Pelaksanaan praktek Penggarapan sawah yang
ada di Desa Gedongan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo adalah dimana
didalam pelaksanaannya yaitu pemilik sawah menyewakan sawahnya untuk
digarap oleh penggarap. Bentuk akad yang dilakukan dalam pelaksanaan
praktek ijarah di Desa Gedongan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo
adalah secara lisan atau tidak tertulis, karena mereka menggunakan sistem
kepercayaan diantara kedua belah pihak yang melakukan akad. Pembagian
hasil dengan sistem Muzaro‘ah, yaitu dengan cara maro atau 1/2, mrapat atau
1/4, oyotan.

Kata Kunci; Ijarah, Maro,Mrapat, Oyotan.

xi
PENDAHULUAN B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah
A. Latar Belakang Masalah diatas maka perumusan masalah dalam
Manusia merupakan makhluk penelitian ini adalah :
sosial yang membutuhkan orang lain Bagaimana pandangan Hukum
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Islam terhadap praktek penggarapan
Banyak interaksi yang dilakukan agar sawah di Desa Gedongan, Kecamatan
kebutuhannya dapat terpenuhi. Baki, Kabupaten Sukoharjo?
Disinilah hubungan timbal balik antara C. TujuanPenelitian
individu satu dengan yang lainnya Tujuan yang ingin dicapai
dapat terjalin dengan baik. Dibidang dalam penelitian ini adalah: Untuk
ekonomi, banyak hubungan yang bisa mengetahui pandangan hukum Islam
dilakukan, diantaranya :jual beli, terhadap praktek penggarapan sawah di
pinjam-meminjam, hutang-piutang, Desa Gedongan, Kecamatan Baki,
gadai, sewa-menyewa, dan sebagainya. Kabupaten Sukoharjo.
Dalam islam sewa menyewa disebut D. Manfaat Penelitian
dengan Ijarah. 1. Manfaat Teoritis
Secara terminilogi, Ijarah adalah suatu Dari penelitian ini, bermanfaat bagi
jenis akad untuk mengambil manfaat pemilik sawah untuk membangun
dengan jalan sewa menyewa. Dalam kesadaran berbisnis dengan
kasus sewa atas tanah, Ijarah atau berpijak pada kaidah-kaidah
sewa berarti nilai sebidang tanah, yang hukum Islam yang telah digariskan
tersisa setelah dikurangi dengan biaya dan dituntunkan dalam syariat
penggarapannya. Atau dapat juga 2. Manfaat Praktis
diartikan sebagai sejumlah hasil atau Diharapkan hasil penelitian ini
pembayaran, yang dibayar oleh petani dapat menambah pengetahuan dan
atau penggarap kepada pemilik tanah. menambah wawasan penulis
tentang pandangan hukum Islam
Pelaksanaan pengupahan terhadap buruh terhadap sewa menyewa dalam
tani di Kabupaten Sukoharjo ini dari masa praktek penggarapan sawah di
kemasa masih tetap menggunakan cara Desa Gedongan, Kecamatan Baki,
yang sama yakni penangguhan dalam Kabupaten Sukoharjo.
pembayaran upahnya sampai masa panen
tiba. Penangguhan pembayaran seperti ini
TINJAUAN PUSTAKA
dilakukan sudah sejak lama, dan hampir
1. Pengertian dan Dasar Hukum
semua menggunakan cara seperti ini,
Ijarah
sekalipun tidak ada akad yang Salah satu bentuk kegiatan
mengikatnya, tetapi seakan-akan telah manusia dalam lapangan muamalah
terjadi kesepakatan (akad), pihak pemilik ialah Ijarah. Menurut bahasa,
tanah hanya cukup dengan meminta Ijarah berarti upah. Karena itu
bantuan kepada para buruh tani yang lafad Ijarah mempunyai pengertian
biasanya para kaum perempuan, kemudian umum yang meliputi upah atas
para buruh mulai bekerja dari mulai babut pemanfaatan suatu benda atau
kemudian dilanjutkan dengan tandur. imbalan sesuatu kegiatan, atau
upah karena melakukan suatu tertentu kepada orang lain
aktivitas.1 dengan imbalan biaya sewa.
Transaksi Ijarah (sewa) Bentuk ijārah ini mirip dengan
dilandasi adanya perpindahan leasing (sewa) pada bisnis
manfaat (hak guna), bukan konvensional.
perpindahan kepemilikan (hak c. Rukun dan Syarat Ijarah
milik). Jadi prinsip ijarah(sewa) Rukun Ijarah dalam penelitian ini
sama dengan prinsip jual beli, dijelaskan ada empat, yaitu: (1) dua
tetapi perbedaannya terletak pada orang yang bertransaksi; (2)
objek transaksinya. Pada dasarnya, shighat transaksi; (3) adanya
Ijarah(sewa) didefinisikan sebagai manfaat; (4) upah.5 Dua orang yang
hak untuk menfaatkan barang atau bertransaksi terikat dalam ‘akad,
jasa tertentu dengan membayar keduanya adalah mua’jir (yang
imbalan tertentu.2 menyewakan) dan musta’jir
Menurut Fatwa Dewan (penyewa].
Syariah Nasional (DSN) No. a. Syarat Ijarah
9/DSN-MUI/IV/2000 tentang Supaya transaksi Ijarah
Pembiayaan Ijarah (sewa), Ijarah bisa dianggap sah, maka ada
adalah akad pemindahan hak guna beberapa syarat yang mengiringi
(manfaat) atas suatu barang atau beberapa rukun yang harus
jasa dalam waktu tertentu melalui dipenuhi yaitu:
pembayaran sewa atau upah, tanpa  ‘Aqid
diikuti dengan pemindahan Kedua belah pihak yang
kepemilikan barang itu sendiri.3 melakukan akad disyaratkan
Dalam hukum Islam ada memiliki kemampuan, yaitu
dua jenis Ijarah, yaitu:4 berakal dan dapat membedakan
a. Ijarah, yang berhubungan (baik dan buruk).Jika salah satu
dengan sewa jasa, yaitu pihak adalah orang gila atau
mempekerjakan jasa seseorang anak kecil, akadnya dianggap
dengan upah sebagai imbalan tidak sah.
jasa yang disewa. a. Baligh, yaitu akad anak
b. Ijarah, yang berhubungan kecil meski sudah tamyiz,
dengan sewa aset atau properti, dinyatakan tidak sah jika
yaitu memindahkan hak untuk belum balig.6
memakai dari aset atau properti b. Orang yang melakukan
akad tidak harus mencapai
1 usia baligh, tetapi anak yang
Helmi Karim, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2002, Ed. 1, Cet. 3, Hal. 29 telah mumayyizpun boleh
2
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis melakukan akad Ijarah
Fiqih Dan Keuangan, Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2010, Hal. 138
3
Kuat Ismanto, Asuransi Syari’ah Tinjauan
5
Asas-Asas Hukum Islam, Yogyakarta: Pustaka Shaih Al-Bukhari, Kitab Al-Ijarah bab
Pelajar, 2009, cet. 1, Hal. 289 “Itsmu Ajril-Ajir”, no. 2150
4 6
Ascarya, Akad dan Produk Syari’ah, Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, terj. Nor
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, hlm.99. Hasanuddin, 205.
dengan ketentuan disetujui memindahkan hak untuk
oleh walinya.7 memakai dari aset atau properti
 Sigat akad antara mu’ajir dan tertentu kepada orang lain
musta’jir dengan imbalan biaya sewa.
Syarat sah sigat akad dapat Ijarah (sewa) bentuk pertama
dilakukan dengan lafad atau banyak diterapkan dalam
ucapan dengan tujuan orang pelayanan jasa perbankan
yang melakukan perjanjian atau syariah, sementara ijarah
transaksi dapat dimengerti.8 (sewa) bentuk kedua biasa
 Ujrah (upah) dipakai sebagai bentuk
Para ulama telah menetapkan investasi atau pembiayaan
syarat upah, yaitu: pertama, diperbankan syariah.
berupa harta tetap yang dapat c. Dasar Hukum Ijarah
diketahui. Kedua,tidak boleh Kaum muslim secara
sejenis dengan barang manfaat bersama-sama bersepakat bahwa
dari ijarah, seperti upah ijarah diperbolehkan dan
menyewa rumah untuk disyariatkan berdasarkan dalil al-
ditempati dengan menempati qur’an dan sunah. Didalam dalil al-
rumah tersebut. qur’an Allah SWT berfirman :
2. Jenis Ijarah
‫ﺿ ْﻌ َﻦ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ﻓَﺂﺗُﻮُﻫ ﱠﻦ‬
َ ‫ﻓَِﺈ ْن أ َْر‬
Dilihat dari segi objeknya,
akad ijarah (sewa) di bagi para ‫أُﺟُﻮَرُﻫ ﱠﻦ‬
ulama fiqh dapat dibagi menjadi
dua macam yaitu ijarah (sewa)
yang bersifat manfaat dan ijarah
(sewa) yang bersifat pekerjan. Artinya:
Sedangkan di dalam hukum Islam
ada dua jenis ijarah (sewa), yaitu : Kemudian jika mereka menyusukan
a. Ijarah (sewa) yang (anak-anak)mu untukmu maka
berhubungan dengan sewa jasa, berikanlah kepada mereka
yaitu mempekerjakan jasa upahnya, Qs.At-thalaq[65]; 6
seseorang dengan upah sebagai
imbalan jasa yang disewa. 3. Pengertian Al-Muzara’ah
Pihak yang mempekerjakan Al-Muzara’ah adalah
disebut musta’jir, pihak pekerja kerjasama pengolahan pertanian
disebut mu’ajir dan upah yang antara pemilik lahan dengan
dibayarkan disebut ujrah. penggarap. Pemilik lahan
b. Ijarah (sewa) yang menyediakan lahan kepada
berhubungan dengan sewa aset penggarap untuk ditanami produk
atau properti, yaitu pertanian dengan imbalan tertentu
dari hasil panen.9
7
M. Ali Hasan, Berbagai Macam
Transaksi dalam Islam, 231.
9
8
Abdurrahman Al-Jaziri, jilid 4 terj. Moh Muhammad Asro dan Muhammad Kholid, Fiqh
Zuhri Dkk, Semarang: Asy-Syifa’, 1994, 174. Perbankan, Pustaka Setia, Bandung, 2011, hal 70.
 Rukun muzara’ah adalah: 6. Hal yang berkaitan dengan
a. Pemilik lahan peralatan yang akan digunakan
b. Penggarap untuk menanam, alat-alat
c. Lahan yang tersebut disyaratkan berupa
akan di garap, hewan atau yang lainnya
dan dibebankan pada pemilik tanah.
d. Akad  Dasar Hukum Al-
 Syarat muzara’ah adalah: Muzaro’ah;
1.Syarat yang berkaitan dengan
aqidain, yaitu harus berakal.
2. Berkaitan dengan perolehan ‫َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎإِﺑْـﺮَاﻫِﻴ ُﻤْﺒـﻨُﺎﻟْ ُﻤْﻨ ِﺬ ِر َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎأَﻧَ ُﺴْﺒـﻨُﻌِﻴَﺎ ٍﺿ َﻌْﻨـﻌُﺒَـْﻴﺪِاﻟﻠﱠ‬
hasil tanaman;
a. Bagian masing-masing ِ‫ِﻫ َﻌْﻨـﻨَﺎﻓِﻌٍﺄَﻧـﱠ َﻌْﺒﺪَاﻟﻠﱠ ِﻬْﺒـﻨَـﻌُ َﻤَﺮَر ِﺿﻴَﺎﻟﻠﱠ ُﻬ َﻌْﻨـ ُﻬﻤَﺎأَ ْﺧﺒَـَﺮُﻫﺄَﻧﱠﺎﻟﻨﱠﺒ‬
harus disebutkan
jumlahnya. ‫ُﲨْﻨـﻬَﺎ ِﻣْﻨﺜَ َﻤ‬
ُِ ‫ﺼﻠﱠﯩﺎﻟﻠﱠ ُﻬ َﻌﻠَْﻴ ِﻬ َﻮ َﺳﻠﱠ َﻤﻌَﺎ َﻣﻠَ َﺨْﻴﺒَـَﺮﺑِ َﺸﻄْ ِﺮﻣَﺎﳜَْﺮ‬
َ ‫ﻳﱠ‬
b. hasil adalah milik bersama
c. bagian kedua belah pihak ‫ٍرأ َْوَزْر ٍﻋ َﻔﻜَﺎﻧـَﻴُـ ْﻌﻄِﻴﺄَزْوَا َﺟ ُﻬﻤِﺎﺋَﺔ ََو ْﺳ ٍﻘﺜَﻤَﺎﻧُﻮﻧـَ َﻮ ْﺳ َﻘﺘَ ْﻤﺮٍَو‬
sudah dapat diketahui
d. bagian amil dan malik ‫ﺼﻠﱠ‬
َ ‫ِﻋ ْﺸﺮُوﻧـَ َﻮ ْﺳ َﻘ َﺸﻌِ ٍﲑﻓَـ َﻘ َﺴ َﻤﻌُ َﻤ ُﺮ َﺧْﻴﺒَـَﺮﻓَ َﺨﻴﱠـَﺮأَزْوَاﺟَﺎﻟﻨﱠﺒِﻴﱢ‬
adalah satu jenis barang
yang sama َ‫ﻀﻴَـﻠ‬
ِ ُْ‫َاﻷ َْر ِﺿﺄ َْوﳝ‬
ْ ‫ﯨﺎﻟﻠﱠ ُﻬ َﻌﻠَْﻴ ِﻬ َﻮ َﺳﻠﱠ َﻤﺄَﻧْـﻴُـ ْﻘ ِﻄ َﻌﻠَ ُﻬﻨﱠ ِﻤﻨْﺎﻟْﻤَﺎءِو‬
e. tidak diisyaratkan bagi slah
satu penambahan yang َ‫ﺿ َﻮِﻣْﻨـ ُﻬﻨﱠ َﻤﻨْﺎ ْﺧﺘَﺎرَاﻟْ َﻮ ْﺳ َﻘ َﻮﻛَﺎﻧـَْﺘـﻌ‬
َ ‫َاﻷَْر‬
ْ ‫ُﻫﻨﱠـ َﻔ ِﻤْﻨـ ُﻬﻨﱠ َﻤﻨْﺎ ْﺧﺘَﺎر‬
ma’lum.
3. Berkaitan dengan tanaman, yaitu ‫ْض‬
َ ‫ْﺎﻷَر‬
ْ ‫اﺋِ َﺸﺔُا ْﺧﺘَﺎ َرﺗ‬
adanya penentuan macam
tanaman yang akan ditanam. Artinya; Telah menceritakan kepada kami Ibrahim
bin Al Mundzir telah menceritakan kepada kami
4. Hal yang berkaitan dengan tanah Anas bin 'Iyadh dari 'Ubaidullah dari Nafi' bahwa
yang akan ditanami: 'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhuma
a. Tanah tersebut dapat mengabarkannya bahwa Nabi shallallahu 'alaihi
ditanami. wasallam memperkerjakan orang untuk
b. Tanah tersebut dapat memanfaatkan tanah Khaibar dengan ketentuan
separuh dari hasilnya berupa kurma atau sayuran
diketahui batasan- untuk pekerja. Beliau membagikan hasilnya kepada
batasannya. isteri-isteri Beliau sebanyak seratus wasaq, delapan
5. Hal yang berkaitan dengan puluh wasaq kurma dan dua puluh wasaq gandum.
waktu: Pada zamannya, 'Umar radliallahu 'anhu membagi-
bagikan tanah Khaibar. Maka isteri-isteri Nabi
a. Waktunya telah ditentukan.
shallallahu 'alaihi wasallam ada yang mendapatkan
b. Waktu tersebut air (sumur), tanah atau seperti hak mereka
memungkinkan untuk sebelumnya. Dan diantara mereka ada yag memilih
menanam tanaman yang tanah dan ada juga yang memilih menerima haq
dimaksud. dari hasilnya. Sedangkan 'Aisyah radliallahu 'anha
memilih tanah".
[Menggarap lahan dengan mendapatkan Keduanya Hendaklah orang
setengah bagian, HADIST BUKHARI NO – yang membelanjakan
2160] hartanya.
 Berakhirnya Akad Al-
4. Pengertian Al-Musaqah
Al-Musaqah merupakan Musaqah;
bagian dari al-muzara’ah yaitu 1. Tenggang Waktu yang
disepakati dalam akad telah
penggarap hanya bertanggung
jawab atas penyiraman dan habis
pemeliharaan dengan 2. Salah satu pihak meninggal
menggunakan peralatan mereka dunia
3. Ada udzur yang membuat
sendiri. Imbalan tetap diperoleh
dari persentase hasil panen salah.
pertanian. Jadi, tetap dalam konteks Jenis dan Pendekatan Penelitian
adalah kerja sama pengolahan Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian
pertanian antara pemilik lahan dan
penggarap.10 deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Menurut Moleong11,
Syarat dan Rukun
Musaqah; penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bermaksud untuk memahami
 Adapun Syarat Musaqah
adalah; fenomena tentang apa yang dialami
a.Ucapan yang dilakukan dengan oleh subjek penelitian, misalnya
Jelas/ Akad. perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,
dan lain sebagainya. Menurut Usman12
b. Kedua belah pihak yang
penelitian dengan menggunakan
melakukan transaksi Al-Musaqah
harus mampu dalam bertindakyaitu metode deskriptif bermaksud membuat
dewasa. penyederhanaan secara sistematis,
c. Obyek Al-Musaqah faktual, dan akurat mengenai fakta-
fakta dan sifat-sifat populasi tertentu.
d.hasil yang dihasilkan dari kebun
merupakan hak bersama.
d. Tanah itu diserahkan Tempat dan Penentuan Subjek
sepenuhnya kepada petani Penelitian
penggarap. 1. Tempat Penelitian
e.Lamanya perjanjian itu harus Penelitian ini mengambil lokasi di
jelas, karena transaksi ini hampir Desa Gedongan Kecamatan Baki
sama dengan transaksi ijarah/ sewa Kabupaten Sukoharjo.
menyewa. 2. Subjek Penelitian
 Adapun Rukun Al-Musaqah Sumber data penelitian
adalah; dalam penelitian kualitatif adalah
a. Pemilik Kebun
b. Penggarap 11
Moleong,L.J. 2007.
MetodologiPenelitianKualitatif. Bandung: PT.
RemajaRosdakarya.
12
Usmandan
10
Muhammad Asro dan Muhammad Kholid, Fiqh Akbar.MetodePenelitianSosial.(Jakarta:
Perbankan, Pustaka Setia, Bandung, 2011, hal 70. BumiAksara, 2009), hlm. 44.
subjek penelitian atau informan. mereka.14 Dalam Penelitian ini
Informan yang akan memberikan subjek yang akan diwawancarai
berbagai macam pertanyaan yang adalah pemilik sawah, penggarap
diperlukan selama proses sawah dan masyarakat di Desa
penelitian. Informan penelitian ini Gedongan, Kecamatan Baki,
adalah para Pemilik sawah, Kabupaten Sukoharjo.
Penggarap Sawah dan Buruh 2. Observasi
Sawah di Desa Gedongan, Salah satu alat pengumpul data
Kecamatan Baki, Kabupaten (pendukung) yang digunakan
13
Sukoharjo. adalah observasi. Observasi
Metode penentuan subyek merupakan salah satu usaha
yang dipakai dalam penelitian ini pengumpulan data yang dilakukan
adalah para pemilik sawah, dengan pengamatan secara langsung
penggarap sawah dan buruh sawah yang berupa data deskriptif aktual,
yang berjumlah 9 orang, karena di cermat, dan terperinci tentang
Desa Gedongan Kecamatan Baki keadaan lapangan kegiatan manusia
Kabupaten Sukoharjo ini terdiri dan situasi sosial serta konteks di
dari 3 (tiga) dusun, dan setiap mana kegiatan itu terjadi.15
dusun di ambil 1 (satu) orang 3. Dokumentasi
sebagai informan, Beliau adalah Dokumen merupakan bahan tertulis
yang memiliki sawah , 1 (satu) yang berkaitan dengan suatu
orang adalah Penggarap Sawah, peristiwa atau aktivitas tertentu.
dan 1 (satu) orang adalah para Metode dokumentasi adalah mencari
Buruh sawah yaitu Masyarakat data mengenai hal-hal atau variabel
Desa Gedongan. yang berupa catatan, transkrip, buku,
Metode Pengumpulan Data surat kabar, majalah, dan
16
Metode pengumpulan data sebagainya . Data-data yang
yang digunakan pada penelitian ini ada diperoleh adalah biografi daerah
beberapa cara yaitu : desa Gedongan, kecamatan Baki,
1. ) Wawancara mendalam (in depth Kabupaten Sukoharjo.
interview] Metode Analisis Data
Wawancara merupakan alat Analisis data adalah kegiatan yang
untuk mengungkapkan kenyataan dilakukan oleh peneliti pasca pengumpulan
hidup, apa yang dipikirkan atau data di lapangan. Data berupa informasi
dirasakan orang tentang berbagai yang telah diperoleh dari observasi
aspek kehidupan. Melalui tanya maupun wawancara dikumpulkan menjadi
jawab kita dapat memasuki alam satu dan kemudian dilakukan
pikiran orang lain, sehingga kita
14
memperoleh gambaran tentang dunia Nasution.Metode Research.
(Jakarta:BumiAksara. 2004).
15
Ibid
16
Suharsimi Arikunto.Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka Cipta.
13
Bagong Suyanto. Metode Penelitian 2006)
Sosial: Bergabai Alternatif Pendekatan. (Jakarta
:Prenada Media, 2005).
pengorganisasian data, memilah-milahnya pemilik sawah memiliki hak dan
menjadi satuan yang dapat dikelola, kewajiban yang harus dijalankan
mensintesiskan dan menemukan pola yang sesuai dengan kemampuannya,
kemudian dapat membantu peneliti untuk diantara hak dan kewajibannya
menentukan mana data yang penting atau didalam suatu mualah atau
yang tidak penting untuk dipelajari.17 perjanjian yang dilakukan oleh
Teknik analisis data yang digunakan dalam seseorang dengan orang lain akan
penelitian ini adalah analisis data menuntut kedua belah pihak yang
kualitatif. melakukan perjanjian untuk
melakukan kewajiban dan hak
HASIL PENELITIAN masing-masing sesuai dengan
a. Dilihat dari segi Akad; kesepakatan yang disepakati
Akad boleh dikatakan terjadi bersama. Didalam pelaksanaan
dalam setiap kegiatan muamalat. praktek ijarah di Desa Gedongan
Akad merupakan suatu perikatan ini para pelaku memiliki kewajiban
antara ijab dan qabul dengan cara dan hak yang harus dipenuhi oleh
yang dibenarkan menurut para pelaku praktek ijarah tersebut.
syara’.Didalam perjanjian Menurut Bapak Semi
penggarapan dengan praktek ijarah Mitro Sudarmo adalah Antara
di Desa Gedongan Kecamatan Baki penggarap dan pemilik sawah
Kabupaten Sukoharjo, sesuai tidak ada perjanjian, intinya
dengan hasil wawancara yang hanya saling percaya saja, dan
dilakukan peneliti di Desa apabila si pemilik ingin
Gedongan adalah dengan lisan, mengerjakan sendiri juga masih
mereka tidak menggunakan bisa, karena tidak ada ikatan
perjanjian secara tertulis, karena atau perjanjian, jadi sewaktu
sudah memiliki sikap kepercayaan waktu apabila si pemilik ingin
antara penggarap dan pemilik mengerjakannya sendiri/diminta
lahan.18 lagi jadi tidak ada
Dalam pelaksaan akad yang masalah.Dengan sistem “maro”
dilakukan antara kedua belah pihak atau pembagian hasil panen
harus ada saksi untuk menyaksikan setengah-setengah, tetapi dari
perjanjian tersebut kalau ada pihak si pemilik sawahjuga ikut
kemungkinan terjadi masalah andil dalam memelihara sawah,
dikemudian hari maka saksi-saksi misal: memberi rabuk 1 sak
tersebut bisa menjadi penengah seharga 200rb, selebihnya itu
dalam masalah yang sedang terjadi. perawatannya sawah di
Akibat dari akad maka tanggung oleh penggarap
menimbulkan adanya akibat hukum sawahnya.19
yaitu diantara penggarap dan Sedangkan menurut
Bapak Pardi Minto Diharjo
17
Ibid. hlm. 67
18 19
Hasil wawancara dengan Bapak Semi Mitro Hasil Wawancara dengan Bapak Semi Mitro
tanggal 31 Januari 2015 tanggal 31 januari 2015 Pukul 15.30
adalah Disini antara pemilik dan Baki Kabupaten Sukoharjo
pengarap ada perjanjian yang dilaksanakan secara lisan, dalam
dibuktikan dengan nota prakteknya akad yang
pembayaran/ kuitansi.Dengan dilaksanakan ada 3, yaitu;
sistem sewa menyewa/ ijarah 1. Sistem maro” atau
dan membayar uang 3jt untuk pembagian hasil
waktu 1th (3 oyot),atau bisa di panen setengah-
artikan 3jt untuk 3kali masa setengah.
panen, pembayaran dilakukan 2. Dengan sistem sewa
pada awal akad, dengan menyewa/ ijarah dan
kesepakatan pajak sawah di membayar uang 3jt
tanggung pemilik sawah, dan untuk waktu 1th (3
masalah penggarapan sawah dan oyot).
hasilnya merupakan bagian dari 3. Dengan Sistem
si penggarap sawah, si pemilik Mrapat atau semua
tidak mendapatkan bagian dari pengeluaran yang
hasil panen itu.20 dibutuhkan untuk
Menurut Bapak sawah/ pertanian di
Wagiman adalah disini antara tanggung oleh si
pemilik dan juga penggarap penggarap.
tidak ada akad yang mengikat, b. Dilihat Dari Segi
hanya saling percaya saja, Pelaksanaannya;
karena penggarapan sawah yang Pelaksanaan ijarah
dilakukan antara si pemilik dan yang ada di Desa Gedongan
Bapak Wagiman itu telah Kecamatan Baki Kabupaten
berlangsung lama, dan pemilik Sukoharjo adalah dengan cara
merupakan adik dari si awal yaitu babat, traktor,
penggarap.Dengan sistem tandur, dan perabukan.
“mrapat” atau semua Menurut Bapak Pardi
pengeluaran yang dibutuhkan Minto Diharjo adalah Proses
untuk sawah/ pertanian di pertanian ini di lakukan awalnya
tanggung oleh si penggarap, dan dengan babat terlebih
si pemilik hanya menerima dahulu,kemudian traktor
bagian seperempat dari total dengan biaya 200rb, tandur
hasil panen di kurangi semua 225rb, dan untuk rabuk itu
pengeluaran yang di pakai untuk biasanya dilakukan 2x supaya
kebutuhan pertanian tersebut.21 mencapai hasil yang maksimal,
Dengan demikian biasanya perabukan awal itu
praktek akad pengarapan sawah dinamakan dengan rabuk
di Desa Gedongan Kecamatan dasaran, dan untuk perabukan
yang kedua itu menggunakan
20
Hasil Wawancara dengan Bapak Pardi Minto rabuk phonska/ rabuk urea juga
Diharjo Tanggal 1 Februari 2015 Pukul 15.30
21 bisa. Dan apabila tandur atau
Hasil wawancara dengan Bapak Wagiman tanggal
31 Januari 2015 Pukul 16.30 tanaman padi sudah mulai
membesar dan tinggi hijau, Dengan demikian
maka saatnya untuk Pelaksanaan Penggarapan
menyemprot padi, Praktek ijarah yang
penyemprotan bertujuan agar dilaksanakan di Desa Gedongan
padi tidak dimakan oleh hama Kecamatan Baki Kabupaten
wereng ataupun burung.22 Sukoharjo yaitu di Awali
Menurut Ibu Harto dengan sistem Babat, kemudian
Sentono, Untuk urusan Nraktor, kemudian Tandur, dan
penggarapan sawah si penggarap juga perabukan.
selalu melibatkan si pemilik 1. Pembagian Keuntungan Bagi
untuk ikut serta dalam Hasil
pengeluaran uang untuk Didalam setiap kerjasama
menggarap sawah, biasanya memiliki keuntungan yang dimana
dilakukan bergiliran, misal dari keuntungan tersebut harus
pihak penggarap sudah “ dibagikan antara kedua belah pihak
Nraktor” sawah, maka si yang melakukan perjanjian
pemilik untuk membayar untuk kerjasama. Begitu juga dalam
“ tandur padi”, begitu praktek ijarah yang terjadi di Desa
seterusnya.23 Gedongan Kecamatan Baki
Sedangkan menurut Ibu Kabupaten Sukoharjo. Dalam
Suminah adalah Pertama, pembagian keuntungan tersebut
dilakukan babat dahulu, setelah ditentukan oleh pemilik sawah dan
itu sawah di airi untuk proses Mengunakan sistem Muzaro’ah.
selanjutnya yaitu ditraktor, dan Pembagian bagi hasil dalam
kemudian mulai tandur, setelah praktek penggarapan Sawah yang
jarak 40hari itu dilakukan terjadi di Desa Gedongan
perabukan untuk tahap pertama, Kecamatan Baki ini adalah dengan
setelah itu biasanya sambil di sistem Muzaro’ah, yakni dengan
rawut untuk membersihkan “maro” atau pembagian hasil panen
rumput/suket yang mengganggu setengah-setengah, tetapi dari pihak
padi tersebut. Biasanya setelah si pemilik sawah juga ikut andil
hampir 3bln padi sudah mulai dalam memelihara sawah.25
keluar, dan harus sering-sering Terdapat pula pembagian
dijaga, supaya tidak dimakan hasil dengan sistem “ mrapat“ atau
oleh burung ataupun hewan semua pengeluaran yang
lainnya, biasanya tiap pagi dan dibutuhkan untuk perawatan sawah
sore sering di jaga, meskipun itu di keluarkan oleh si penggarap
hanya sekedar nunggu saja.24 sawah, sedangkan beliau hanya
menyewakan sawahnya, dan ketika
masa panen tiba, dan hasil panen
22 itu di “tebaske” atau dijual. maka
Hasil Wawancara dengan Bapak Pardi Minto
Diharjo Tanggal 1 Februari 2015 Pukul 15.30
23
Hasil Wawancara dengan Ibu Harto Sentono
25
tanggal 31 Januari 2015 Pukul 17.00 Hasil Wawancara dengan Ibu Harto Sentono
24
Hasil Wawancara dengan Ibu Suminah tanggal 31 Januari 2015 Pukul 17.00
hasil yang di dapat oleh beliau perselisihan didalam
hanya seperempat dari hasil pelaksanannya mereka memiliki
penjualan padi tersebut. 26 cara sendiri untuk menyelesaikan
Dengan sistem “mrapat” atau masalah tersebut, yaitu adalah
semua pengeluaran yang sebagai berikut :
dibutuhkan untuk sawah/ pertanian a. Gagal Panen
di tanggung oleh si penggarap, dan Jika terjadi gagal panen, secara
si pemilik hanya menerima bagian otomatis dari pihak pemilik dan
seperempat dari total hasil panen di penggarap sangat merugi,
kurangi semua pengeluaran yang di karena sawah mengalami
pakai untuk kebutuhan pertanian kekeringan pada musim
tersebut.27 kemarau.28
Dengan sistem sewa Penyelesaian Jika terjadi gagal
menyewa/ ijarah dan membayar panen karena musim kamarau,
uang 3jt untuk waktu 1th (3 biasanya dilakukan dengan cara
oyot),atau bisa di artikan 3jt untuk mengairitanamanataulahannya
3kali masa panen, pembayaran mengunakan diesel.29
dilakukan pada awal akad. b. Tanaman terkena hama
Dengan demikian pembagian Didalam pertanian tidak bisa
Keuntungan atau Bagi Hasil yang terlepas dengan yang namanya
dilaksanakan di Desa Gedongan, hama, penyakit yang
yaitu dengan sistem Maro, ditimbulkan dari hama bisa
Mrapat, dan Oyotan. berupa jamur pada tanaman,
2. Permasalahan tanaman mati, buah tanaman
Didalam suatu perjanjian tidak berisi, dan lain-
pasti kadang berjalan tidak sesuai lainnya.Apabila ada hama
dengan yang diharapan kedua belah wereng, tikus ataupun jika
pihak yang berakad. Dimana pasti musim kering, karena sawah
mengalami tantangan atau nya jauh dengan sungai, dan
perselisihan didalamnya. Begitu apabila harus memakai diesel
juga dengan pelaksanaan praktek maka waktu dan
ijarah yang terjadi di Desa pengeluarannya pun juga
Gedongan Kecamatan Baki semakin besar.30
Kabupaten Sukoharjo, Penyelesaian masalah jika
dipelaksanaan praktek ijarah tanaman terkena hama adalah
tersebut mengalami permasalahan. dengan cara penyemprotan
Tetapi ada juga yang berpendapat insektisida, tetapi jika sudah
dalam pelaksanannya baik-baik parah atau tanaman sudah
saja tidak ada perselisihan sama
sekali. Adapun yang mengalami 28
Hasil wawancara dengan Bapak Semi Mitro
tanggal 31 Januari 2015 Pukul 15.30
29
26
Hasil wawancara dengan Bapak Sukino tanggal Hasil wawancara dengan Bapak Pardi Minto
31 Januari 2015 Pukul 16.40 Diharjo tanggal 1 Februari 2015 Pukul 15.30
27 30
Hasil wawancara dengan Bapak Wagiman Hasil wawancara dengan Bapak Pardi Minto
tanggal 31 Januari 2015 Pukul 16.30 Diharjo tanggal 1 Februari 2015 Pukul 15.30
terlanjur mati semua, maka Berdasarkan Penjelasan
solusinya adalah dengan cara diatas maka akad yang dilakukan
menanam ulang, atau tandur didalam praktek penggarapan
lagi dari awal. sawah di Desa Gedongan tidak
bertentangan dengan hukum Islam,
Dari hasil penelitian yang dilakukan karena telah memenuhi syarat
oleh peneliti mendapatkan beberapa poin dalam melakukan akad atau
besar yang menjadi bahan untuk dianalisis perjanjian. Untuk yang terkait
dengan menggunakan tinjauan hukum dengan hak dan kewajiban pihak- 33
islam mengenai pelaksanaan praktek pihak yang melakukan praktek
penggarapan sawah yang terjadi di Desa ijarah diantaranya adalah pemilik
Gedongan Kecamatan Baki Kabupaten sawah menyerahkan sawahnya
Sukoharjo. Agar memudahkan analisis untuk digarap kepada penggarap.
peneliti membagi bagian-bagian sesuai Penggarap bersedia menggarap
dengan apa tujuan peneliti melakukan lahan yang dikasihkan oleh pemilik
penelitian tersebut. Dari data yang sawah.
dikumpulkan telah dideskripsikan didalam Dalam praktek
BAB II dan BAB IV untuk menganalisis penggarapan sawah di Desa
praktek pengarapan sawah dalam Gedongan Kecamatan Baki
pembagian hasil di Desa Gedongan Kabupaten Sukoharjo, terdapat
melalui tinjaun hukum islam sebagai Kewajiban dan Hak Pemilik Sawah
berikut : dan Penggarap Sawah sebagai
A. Dari Segi Akad dan Akibat berikut :
Hukum 1. Kewajiban Pemilik Sawah
Dari segi akad yang Kewajiban yang harus dipenuhi
digunakan dimasyarakat tersebut oleh pemilik sawah yaitu :
adalah secara lisan, karena mereka a. Menyediakan sawah yang
menggunakan sistem kepercayaan akan digarap oleh penggarap;
antara pemilik sawah dan b. Sawah yang digarapkan
penggarap. Akad dalam adalah tanah yang subur;
pelaksanaan praktek penggarapan c. Membayar pajak sawah
sawah secara lisan dengan 2. Hak Pemilik Sawah
menggunakan dua versi yaitu dari a. Memperoleh uang sewa dari
pihak pemilik sawah dan dari penggarap;
penggarap. Dimana untuk yang dari b. Saat panen berlangsung
pemilik sawah dia mendatangi menjadi tanggung jawab
penggarap untuk menggarap penggarap;
sawahnya, sedangkan yang dari 3. Kewajiban Penggarap Sawah
penggarap dia menawarkan dirinya a. Membayar sewa sawah yang
untuk menggarap sawah dari digarap oleh penggarap;
pemilik sawah dengan sistem b. Membawa hasil panennya
ijarah. ketempat pemilik sawah
untuk ditimbang atau dibagi
hasil panen tersebut.
4. Hak Penggarap Sawah setengah,Misal hasil panen itu
a. Mendapatkan sawah dari tidak di jual, maka padi di bagi
pemilik sawah untuk digarap; dua adil antara si pemilik dan
b. Mendapatkan tanah yang penggarap. Untuk urusan
subur untuk ditanami; penggarapan sawah si penggarap
B.Dari Segi Pelaksanaan selalu melibatkan si pemilik untuk
Pelaksanaan praktek penggarapan ikut serta dalam pengeluaran uang
sawah yang berada di Desa untuk menggarap sawah, biasanya
Gedongan, adalah penggarap mulai dilakukan bergiliran, misal dari
melakukan tugasnya setelah pihak penggarap sudah nraktor
kesepakatan antara penggarap dan sawah, maka si pemilik untuk
pemilik sawah sudah sepakat. membayar untuk tandur padi,
Semua pengeluaran yang begitu seterusnya. Penentuan
dibutuhkan untuk sawah/ pertanian hasil panen itu ingin dijual atau
di tanggung oleh si penggarap, dan tidak, maka penggaraplah yang
si pemilik hanya menerima bagian mempunyai hak penuh untuk
seperempat dari total hasil panen di memilih. Dan jika mengalami
kurangi semua pengeluaran yang di merugi atau gagal panen, maka
pakai untuk kebutuhan pertanian kerugian juga di tanggung
tersebut. Hal ini sesuai dengan bersama, supaya menghindari rasa
hasil wawancara dengan Bapak kecewa yang terlalu dalam.
Wagiman. Pembagian hasil dengan
sistem mrapat atau semua
Dalam hal ini pelaksanaan Praktek pengeluaran yang dibutuhkan
Pengarapan sawah yang berada di untuk perawatan sawah itu di
Desa Gedongan sudah memenuhi keluarkan oleh si penggarap
Syarat dan Rukun Ijarah yang sawah, sedangkan beliau hanya
sesuai dengan syari’at agama menyewakan sawahnya, dan
Islam, karena antara Pemilik lahan ketika masa panen tiba, dan hasil
dan Penggarap telah melakukan panen itu di tebaske atau dijual.
kesepakatan di awal/ akad Hasil yang di dapat oleh beliau
perjanjian,pembagian hasilnya juga hanya seperempat dari hasil
sudah di jelaskan pada awal akad, penjualan padi tersebut, Semua
dan orang yang berakad pun juga pengeluaran yang dibutuhkan
sudah Baligh dan Berakal. untuk sawah/ pertanian di
c. Dari Segi Bagi Hasil tanggung oleh si penggarap, dan
Dari segi bagi hasil di si pemilik hanya menerima bagian
Desa Gedongan Kecamatan Baki seperempat dari total hasil panen
Kabupaten Sukoharjo, mereka di kurangi semua pengeluaran
menggunakan pembagian hasil yang di pakai untuk kebutuhan
dengan sistem Muzara’ah yaitu pertanian tersebut.
dengan sistem maro atau Sistem oyotan atau sekali
pembagian hasil panen setengah- masa panen, disini uang diterima
si pemilik di muka, dan si
penggarap juga bebas mau Dari segi perselisihan dan
memberi hasil atau tidak karena cara mengatasinya, didalam
diawal si pemilik sudah menerima praktek pelaksanaan penggarapan
uang sewanya dimuka. sawah yang ada di Desa Gedongan
. Dengan sistem “maro” Kecamatan Baki Kabupaten
atau pembagian hasil panen Sukoharjo, dari hasil peneliti
setengah-setengah, tetapi dari lakukan hanya terdapat satu
pihak si pemilik sawah juga masalah saja yaitu penghasilan dari
membantu memberikan uang sawah itu tidak menentu, apalagi
untuk membeli rabuk atau nraktor kalau musim wereng, di lain hal itu
terlebih dahulu. adalah karena tenaga penggarap
Dari analisis tersebut berusia sudah tua, jadi kurang kuat
diatas pembagian hasil yang jika menggarap sawah sendiri.
dilakukan di Desa Gedongan Pemecahan masalah yang
Kecamatan Baki Kabupaten terjadi di Desa Gedongan
Sukoharjo dalam pelaksanaan Kecamatan Baki Kabupaten
praktek penggarapan sawah tidak Sukoharjo tersebut menggunakan
bertentangan dengan hukum sistem kekeluargaan yang sudah
Islam, karena menggunakan menjadi adat di Desa Gedongan
sistem kepercayaan atau adat di Kecamatan Baki Kabupaten
Desa Gedongan. Karena adat itu Sukoharjo. Sehingga akan tercipta
bisa dijadikan dasar hukum kalau keadaan masyarakat yang saling
tidak bertentangan dengan hukum menghargai sesamanya, begitu juga
Islam. dalam hal kegiatan praktek
d. Dari Segi Permasalahan penggarapan sawah tersebut,
Didalam pertanian tidak karena adat suatu daerah yang tidak
bisa terlepas dengan yang namanya bertentangan dengan hukum Islam
hama, penyakit yang ditimbulkan dapat dijadikan sumber hukum.
dari hama bisa berupa jamur pada Masyarakat sudah paham
tanaman, tanaman mati, buah pelaksanaan ijarah seperti apa,
tanaman tidak berisi, dan lain- sehingga kalau ada yang
lainnya. melaksanakan pasti sudah tahu
Untuk penyelesaian dari sistem, hak dan kewajibannya
tanaman yang terkena hama adalah seperti apa. Dari analisis peneliti
dengan menyemprotkan obat anti berpendapat untuk masalah dan
hama pada tanaman yang terkena penyelesaiannya tidak bertentangan
hama agar tanaman yang terkena dengan hukum Islam, karena
penyakit bisa sembuh dan bisa berlandaskan dengan adat
dipanen hasilnya. Apabila ada kebiasaan yang ada di Desa
tanaman yang mati maka diganti Gedongan Kecamatan Baki
dengan tanaman yanng baru yang Kabupaten Sukoharjo yang tidak
sudah disiapkan untuk situasi bertentangan dengan hukum Islam.
tersebut itu.
Kesimpulan dan Saran
Dari beberapa uraian yang pelaksanaan kerjasama dalam
telah dibahas didalam bab-bab muamalat, karena telah di
sebelumnya, maka dapat diambil penuhinya rukun Ijarah dan
kesimpulan yang berkaitan Muzara’ah, yaitu (1) dua orang
dengan praktek penggarapan yang bertransaksi; (2) shighat
sawah yang ada di Desa transaksi; (3) adanya manfaat; (4)
Gedongan. Pelaksanaan praktek upah.31
penggarapan sawah yang ada di
Saran
Desa Gedongan Kecamatan Baki
Kabupaten Sukoharjo adalah 1. Kepada penggarap sawah
dimana didalam pelaksanaannya kerjakanlah apa yang menjadi
yaitu pemilik sawah menyewakan tanggung jawabnya dengan baik
sawahnya untuk digarap oleh dan benar, tidak mengecewakan
penggarap. Bentuk akad yang
pemilik sawah yang sudah
dilakukan adalah secara lisan atau
tidak tertulis, karena mereka bersedia menyewakan sawahnya
menggunakan sistem kepercayaan untuk digarap.
diantara kedua belah pihak yang 2. Kepada pemilik sawah
melakukan akad. Akad yang bersikaplah dermawan, karena
dilakukan di awal adalah
jika ada permasalahan didalam
menggunakan sistem ijarah/ sewa
menyewa sawah, tetapi saat praktek ijarah, sehingga
pembagian hasil menggunakan kerjasama tersebut bisa berjalan
praktek muzaro’ah dengan cara dengan baik, dan buatlah
sistem maro yaitu pembagian kesepakatan yang tidak hanya
hasil panen setengah-setengah,
menguntungkan satu pihak saja.
sistem mrapat yaitu setelah hasil
panen dijual pemilik hanya
mendapatkan ¼ dari hasil panen
karena untuk biaya perawatan
untuk menggarap sawah,
sedangkan sistem oyotan hasil
panen hanya untuk penggarap
sawah pemilik sawah tidak
mendapatkan hasil panen. Dilihat
dari sisi tinjauan hukum islam
terhadap praktek pengarapan
sawah dapat disimpulkan bahwa
praktek penggarapan sawah yang
ada di Desa Gedongan Kecamatan
Baki Kabupaten Sukoharjo
diperbolehkan dan sah sesuai
dengan hukum islam, karena 31
Shaih Al-Bukhari, Kitab Al-Ijarah bab
sudah memenuhi ketentuan dalam “Itsmu Ajril-Ajir”, no. 2150
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Asro, Muhammad dan Muhmmad Kholid. 2011. Fiqh Perbankan. Bandung:


Pustaka Setia.
Djuwaini, Dimyauddin, 2010. Pengantar Fiqih Muamalah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Ismanto, Kuat. 2009. Asuransi Syari’ah Tinjauan Asas-Asas Hukum Islam.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Karim, Adiwarman A. 2010. Bank Islam AnalisisFiqih Dan Keuangan. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Karim, Helmi. 2002. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Lubis, Suhrawardi K. 2000. HukumEkonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafika.
Mz, Labib. 2006. Etika Bisnis Dalam Islam. Surabaya: Bintang Usaha Jaya.
Moleong, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nasution. 2004. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.
Sabiq, Sayyid. 2009. Fiqhus Sunnah, terj. Mujahidin Muhayan. Jakarta: PT. Pena
Pundi Aksara.
Shiddieqy,Tengku Muhammad Hasbi Ash. 2009. Pengantar Fiqh Muamalah.
Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.
Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial: Bergabai Alternatif
Pendekatan. Jakarta: Prenada Media.
Syafei, Rachmat. 2001. Fiqih Muamalah, cet. ke-4. Bandung: CV Pustaka Setia.
Syaikh Al ‘Allamah Muhammad bin ‘Abdurrahman Ad Dimasyqi. 2004. Fiqh
Empat Mahzab terj. ‘Abdullah ZakiAlkal. Bandung: Hasyimi.

Usman dan Akbar, 2009, Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara,

Anda mungkin juga menyukai